Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang IJTIHAD ini. Makalah ini merupakan
laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi tugas mata kuliah Agama yang diampu
oleh Dr. Syahril. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta Rasulullah
Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh
dalam ajaran beliau.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan
dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga penulis. Semoga segala
bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat
bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita
semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, 24 Oktober 2016

Tim penulis

DAFTAR ISI
BAB I

1.1 Latar Belakang. 1

1.2 Rumusan Masalah.. 2

1.3 Tujuan 2

BAB II

2.1 Pengertian Ijtihad. 3

2.2 Kedudukan ijtihad dalam hukum islam 3

2.3 Bentuk atau macam ijtihad.... 4

2.4 Syarat-syarat mujtahid 5

BAB III

3.1 Kesimpulan... 9

3.2 Saran. 9

DAFTAR PUSTAKA. 10

LAMPIRAN .... 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, kita tahu bahwa hukum Islam adalah sistem hukum yang bersumber dari
wahyu agama, sehingga istilah hukum Islam mencerminkan konsep yang jauh berbeda jika
dibandingkan dengan konsep, sifat dan fungsi hukum biasa. Seperti lazim diartikan agama
adalah suasana spiritual dari kemanusiaan yang lebih tinggi dan tidak bisa disamakan dengan
hukum. Sebab hukum dalam pengertian biasa hanya menyangkut soal keduniaan semata.
Sedangkan Joseph Schacht mengartikan hukum Islam sebagai totalitas perintah Allah yang
mengatur kehidupan umat Islam dalam keseluruhan aspek menyangkut penyembahan dan
ritual, politik dan hukum.

Pada umumnya sumber hukum islam ada dua, yaitu: Al-Quran dan Hadist, namun ada
juga yang disebut Ijtihad sebagai sumber hukum yang ketiga berfungsi untuk menetapkan suatu
hukum yang tidak secara jelas ditetapkan dalam Al-Quran maupun Hadist. Namun demikian,
tidak boleh bertentangan dengan isi kandungan Al-Quran dan Hadist.

1.2 Rumusan Masalah

- Menjelaskan pengertian tentang Ijtihad

- Bagaimana kedudukan ijtihad dalam hukum islam

- Menjelaskan bentuk atau macam ijtihad

- Menjelaskan syarat-syarat mujtahid

1.3 Tujuan

- Untuk mengetahui pengertian tentang Ijtihad

- Untuk mengetahui kedudukan ijtihad dalam hukum Islam

- Untuk mengetahui bentuk atau macam Ijtihad

- Untuk mengetahui syarat-syarat Mujtahid

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijtihad

Kata Ijtihad berasal dari kata Ijtahada-yajtahidu-ijtihdan yang berarti mengerahkan


segala kemampuan untuk menanggung beban. Menurut bahasa, ijtihad artinya bersungguh-
sungguh dalm mencurahkan pikiran. Menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan segenap
tenaga dan pikiran secara bersungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Oleh karena
itu, tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan. Secara
terminologis, berijtihad berarti mencurahkan segenap kemampuan untuk mencari syariat
melalui metode tertentu.

2.2 Kedudukan ijtihad dalam hukum islam

Masalah-masalah yang menjadi lapangan Ijtihad adalah masalah-masalah yang bersifat


Zhanny, yakni hal-hal yang belum jelas dalilnya baik dalam Al-Quran maupun Hadist. Adapun
hal-hal yang bersifat Qatiy, yakni hal-hal yang telah tegas dalilnya.

Tentang kedudukan Ijtihad terdapat dua golongan, yaitu:

Golongan 1:

Berpendapat bahwa, tiap-tiap mujtahid adalah benar dengan alasan karena dalam masalah
tersebut Allah tidak menentukan hukum tertentu sebelum diIjtihadkan.

Golongan 2:

Berpendapat bahwa yang benar itu hanya satu, yaitu hasil ijtihad yang cocok jangkauanya
dengan hukum Allah, sedang bagi yang tidak cocok jangkauannya maka dikategorikan salah.

2.1 Bentuk atau macam ijtihad

- Ijm

Kesepakatan para ulama mujtahid dalm memutuskan suatu perkara atau hukum. Ijm
dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara khusus dalam kitab Al-
Quran dan sunah.

- Qiys

Mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada kedudukan hukumnya dengan
masalah lama yang pernah ada karena alasan yang sama.

- Malahah Mursalah

Merupakan cara dalam menetapkan hukum yang berdasarkan atas pertimbangan


kegunaan dan manfaatnya.

2.2 Syarat-Syarat Mujtahid

Orang-orang yang melakukan ijtihad, dinamakan mujtahid, dan harus memenuhi beberapa
syarat :
- Mengerti bahasa Arab

Sebagaimana kita ketahui kedua dasar hukum islam menggunakan bahasa Arab. Maka dari
itu, seorang mujtahid wajib mengetahui bahasa Arab dalam rangka agar penguasaannya pada
objek kajian lebih mendalam.

- Memahami tentang Al-Quran

Al-Quran adalah sumber hukum Islam primer di mana sebagai fondasi dasar hukum Islam.
Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengetahui Al-Quran secara mendalam. Barangsiapa
yang tidak mengerti Al-Quran sudah tentu ia tidak mengerti syariat Islam secara utuh. Mengerti
Al-Quran tidak cukup dengan piawai membaca, tetapi juga bisa melihat bagaimana Al-Quran
memberi cakupan terhadap ayat-ayat hukum.

- Mengerti tentang sunah

As-Sunnah adalah ucapan, perbuatan atau ketentuan yang diriwayatkan dari Nabi SAW.

- Mengetahui hal-hal yang di Ijma-kan dan yang di-Ikhtilaf-kan

Bagi seorang mujtahid, harus mengetahui hukum-hukum yang telah disepakati oleh para
ulama, sehingga tidak terjerumus memberi fatwa yang bertentangan dengan hasil ijma.
Sebagaimana ia harus mengetahui nash-nash dalil guna menghindari fatwa yang berseberangan
dengan nash tersebut.

- Mengetahui Ushul Fiqh

Di antara ilmu yang harus dikuasai oleh Mujtahid adalah ilmu ushul fiqh, yaitu suatu ilmu
yang telah diciptakan oleh para fuqaha utuk meletakkan kaidah-kaidah dan cara untuk
mengambil istimbat hukum dari nash dan mencocokkan cara pengambilan hukum yang tidak
ada nash hukumnya. Dalam ushul fiqh, mujtahid juga dituntut untuk memahami qiyas sebagai
modal pengambilan ketetapan hukum.

- Mengetahui maksud-maksud hukum

Seorang mujtahid harus mengerti tentang maksud dan tujuan syariat, yang mana harus
bersendikan pada kemaslahatan umat. Dalam arti lain, melindungi dan memelihara kepentingan
manusia.

- Bersifat adil dan taqwa

Hal ini bertujuan agar produk hukum yang telah diformulasikan oleh Mujtahid benar-benar
proporsional karena memiliki sifat adil, jauh dari kepentingan politik dalam istimbat hukumnya.
- Mengenal manusia dan kehidupan sekitarnya

Seorang Mujtahid harus mengetahui tentang keadaan zamannya, masyarakat, problemnya,


aliran ideologinya, politiknya, agamanya dan mengenal hubungan masyarakatnya dengan
masyarakat lain serta sejauh mana interaksi saling mempengaruhi antara masyarakat tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ijtihad adalah sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan berbagai metode
yang diterapkan beserta syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menggali dan mengetahui hukum
Islam untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan ijtihad dilakukan
adalah upaya pemenuhan kebutuhan akan hukum karena permasalahan manusia semakin hari semakin
kompleks di mana membutuhkan hukum Islam sebagai solusi terhadap problematika tersebut. Jenis-
jenis ijtihad adalah ijma, qiyas, dan maslahah mursalah.

3.2 Saran dan kritik

Demikian makalah ijtihad dalam mata kuliah yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Kami sadar bahwa ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami. Harapan
kami semoga dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Amin!
DAFTAR PUSTAKA

Djalil, H. A. Basiq (2010). Ilmu Ushul Fiqih 1 dan 2. Jakarta: Kencana.

Saifuddin Anshari, Endang.1978.Kuliah Al-Islam. Bandung;Pustaka Bandung.

Al-Ghazali, Zainab. 1995.Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta.

Hadikukusam,Djarnaw. 1985.ijtihad,dalam Amrullah Achmad dkk. (Editor), Persepektif Ketegangan


Kreatif dalam Islam, PLP2M Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai