Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang MTBS dan
MTBM ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima
kasih kepada dosen kami yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai konsep MTBS dan MTBM. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gorontalo, Januari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Bila angka ini
dikonversikan secara matematis, maka setidaknya terjadi 400 kematian bayi perhari atau 17
kematian bayi setiap 1 jam di seluruh Indonesia, sedangkan Angka Kematian Balita (AKBAL)
sebesar 44/1000 kelahiran hidup yang berarti terjadi 529 kematian/hari atau 22 kematian balita
setiap jamnya. Bila kita mencoba menghitung lebih jauh lagi, berarti terjadi lebih dari 15.000
kematian balita setiap bulannya.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit
utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua
penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah penyakit diare sebesar 31,4% dan
pneumonia 24%, sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia
15,5%, Demam Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.
Berdasarkan data diatas WHO dan UNICEF terdorong untuk mengembangkan suatu
strategi yang disebut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). MTBS merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Dalam
pelayanan dengan pendekatan MTBS selain upaya kuratif juga dilakukan sekaligus
upaya promotif dan preventif. MTBS diracang terutama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para medis dengan mengintegrasikan kegiatan
manajerial seperti pelatihan, supervisi, komunikasi, monitoring dan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Manajemen Terpadu Balita Sakit ?
2. Bagaimanakah Manajemen Terpadu Bayi Muda ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengetahui tentang Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Manajemen Terpadu Bayi Muda
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manajemen Terpadu Balita Sakit


2.1.1 Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood
Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit
dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu
bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tatalaksana dengan MTBS adalah
penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria,
campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah
pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan
oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993
melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria,
kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya
termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS mengkombinasikan perbaikan tatalaksana
kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan
preventif).
Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan
langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem pelatihan,
pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS,
ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.

2.1.2 Tujuan MTBS


Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara dini,
memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan
bagi ibu ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan system rujukan
dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai rujukan. ( Modul MTBS
1, 2008 ).

2.1.3 Strategi MTBS


Strategi MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a) Komponen I : meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (dokter, perawat, bidan, petugas kesehatan)
b) Komponen II : memperbaiki sistem kesehatan agar penanganan penyakit pada balita
lebih efektif
c) Komponen III : Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, yang dikenal sebagai Manajemen Terpadu
Balita Sakit berbasis masyarakat).

2.1.4 Pelaksana MTBS


Pelaksana pada pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS adalah tenaga
kesehatan di unit rawat jalan tingkat dasar yaitu paramedis atau dokter. MTBS bukan dirancang
untuk fasilitas pelayanan rawat inap dan bukan untuk kader.

2.1.5 Prosedur Pelaksanaan MTBS


Beberapa macam prosedur penanganan balita sakit sesuai standar MTBS ini, antara lain
meliputi: penilaian, klasifikasi penyakit, tindakan/pengobatan, nasehat bagi ibu dan tindak
lanjut. Detail Penjelasan langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
a. Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit anak umur 2 bulan sampai 5 tahun. Tindakan
ini dilakukan dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan
pengklasifikasian delakukan dengan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara dengan memeriksa tanda bahaya
umum, merupakan tanda penyakit yang serius. Tanda bahaya umum dapat terjadi pada
penyakit apapun dan tidak dapat membantu menentukan jenis penyakit secara spesifik. Hanya
dengan satu tanda bahaya umum saja, sudah cukup untuk menunjukkan bahwa penyakit itu
berat, sehingga sebelum melakukan penilaian setiap penyakit, penting memeriksa beberapa
tanda bahaya umum seperti Tidak bisa minum atau menetek, Muntahkan semuanya, Kejang,
serta Letargis atau tidak sadar
-Menanyakan keluhan utama
Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk
atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan
klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
-Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita batuk
atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama, menghitung
frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar adanya
stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia
atau batuk bukan pneumonia.
-Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah
anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah
(apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak,
apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat
apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa
minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit
perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau
lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat,
diare persisten atau disentri.
-Menilai demam dan klasifikasinya.
Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada
ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu
tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan
37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi,
resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria,
tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya,
apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama
anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku
kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya
tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala
berikut: batuk, pilek atau mata merah.
-Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Setelah memeriksa demam, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak mempunyai
masalah telinga. Jika anak mempunyai masalah telinga, tanyakan apakah telinganya sakit, lihat
adakah nanah keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mastoiditis, infeksi telinga akut, infeksi
telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.
-Memeriksa status gizi dan anemia serta klasifikasinya. Setiap anak harus diperiksa status
gizinya karena kekurangan gizi merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama diantara
penduduk miskin. Langkahnya yaitu memeriksa apakah anak tampak sangat kurus, memeriksa
pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa kepucatan telapak tangan: apakah sangat pucat
atau agak pucat, dan membandingkan berat badan anak menurut umur. Kemudian
mengklasifikasikan sesuai tanda/gejala apakah gizi buruk dan/atau anemia berat, bawah garis
merah (BGM) dan/atau anemia, tidak BGM dan tidak anemia.

-Memeriksa status imunisasi. Petugas memeriksa status imunisasi dari setiap anak yang sakit,
kemudian menuliskan tanggal pemberian imunisasi untuk setiap jenis vaksin. Jika data
imunisasi tidak ada, tanyakan pada ibu imunisasi apa saja yang sudah pernah diberikan kepada
anaknya dan kapan diberikan. Semua anak harus mendapat semua jenis imunisasi yang
dianjurkan sebelum ulang tahunnya yang pertama.

-Memeriksa pemberian vitamin A. Setiap balita berumur 6 bulan sampai 5 tahun perlu
mendapat suplemen vitamin A untuk mencegah kebutaan dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Pemberian vitamin A biasanya dilakukan setahun 2 kali di Posyandu pada bulan vitamin A
yaitu Februari dan Agustus. Menanyakan kepada ibu apakah anaknya yang berumur 6 bulan
keatas telah mendapatkan tambahan vitamin A dan kapan yang terakhir. Tuliskan tanggal
pemberian vitamin A, jika pemberian terakhir telah lebih dari 6 bulan, anak tersebut sudah
memerlukan 1 dosis vitamin A sesuai umurnya. Anjurkan kepada ibu untuk secara teratur
melanjutkan pemberian vitamin A kepada anaknya di posyandu pada bulan vitamin A sampai
anaknya berumur 5 tahun.
-Memeriksa masalah kesehatan lainnya. Setelah dilakukan penilaian terhadap tanda bahaya
umum, batuk atau sukar bernapas, diare, demam, memeriksa status gizi dan anemia, kemudian
periksa apakah ada masalah kesehatan/keluhan lain.

b. Menentukan tindakan/pengobatan.
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan
untuk menentukan jenis tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan. Tindakan ini berarti
menentukan tindakan dan memberi pengaobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai. Untuk
menentukan tindakan/pengobatan bagi penyakit anak maka kolom tindakan harus dilengkapi
mulai dari penilaian, tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan yang akan dilakukan. Langkahnya
adalah merujuk anak, memberikan obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di
rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan di rumah tanpa
obat dan meningkatkan kesehatan anak.
c. Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian
makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan,
meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan
menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
d. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau
kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-
kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan
penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian
dan klasifikasi.
2.2 Manajemen Terpadu Bayi Muda
2.2.1 Konsep Dasar MTBM
Dalam perkembangannya MTBS juga mencakup Manajemen Terpadu Bayi Muda umur
kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Umur 2 bulan tidak termasuk pada
Bayi Muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan sampai 5 tahun. Bayi Muda mudah sekali menjadi
sakit, cepat menjadi berat dan serius bahkan meninggal terutama pada satu minggu pertama
kehidupan bayi. Penyakit yang terjadi pada 1 minggu pertama kehidupan bayi hampir selalu
terkait dengan masa kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut merupakan karakteristik
khusus yang harus dipertimbangkan pada saat membuat klasifikasi penyakit. Pada bayi yang
lebih tua pola penyakitnya sudah merupakan campuran dengan pola penyakit pada
anak.Sebagian besar ibu mempunyai kebiasaan untuk tidak membawa Bayi Muda ke fasilitas
kesehatan. Guna mengantisipasi kondisi tersebut program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir melalui kunjungan rumah oleh petugas
kesehatan.
Melalui kegiatan ini bayi baru lahir dapat dipantau kesehatannya dan didekteksi dini.
Jika ditemukan masalah petugas kesehatan dapat menasehati dan mengajari ibu untuk
melakukan Asuhan Dasar Bayi Muda di rumah, bila perlu merujuk bayi segera. Proses
penanganan Bayi Muda tidak jauh berbeda dengan menangani balita sakit umur 2 bulan sampai
5 tahun.

2.2.2 Pelaksanaan MTBM


Proses manajemen kasus disajikan dalam bagan yang memperlihatkan urutan langkah-
langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya:
a) Penilaian dan klasifikasi
b) Tindakan dan Pengobatan
c) Konseling bagi ibu
d) Pelayanan Tindak lanjut
Dalam pendekatan MTBS tersedia Formulir Pencatan untuk Bayi Muda dan untuk
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun. Kedua formulir pencatatan ini mempunyai cara
pengisian yang sama yaitu :
a. Penilaian berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.
b. Klasifikasi, membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat
keparahannya dan merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit
c. Tindakan dan pengobatan berarti menentukan tindakan dan memberi pengobatan difasilitas
kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi.
d. Konseling juga merupakan menasehati ibu yang mencakup bertanya, mendengar jawaban
ibu, memuji, memberi nasehat relevan, membantu memecahkan masalah dan mengecek
pemahaman.
e. Pelayanan tindak lanjut berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang
untuk kunjungan ulang.
Menanyakan kepada ibu mengenai masalah bayi muda. Tentukan pemeriksaan ini
merupakan kunjungan atau kontak pertama dengan bayi muda atau kunjungan ulang untuk
masalah yang sama. Jika merupakan kunjungan ulang akan diberikan pelayanan tindak lanjut
yang akan dipelajari pada materi tindak lanjut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/
terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan
(balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara penatalaksanaan balita sakit. Dalam perkembangannya MTBS juga mencakup
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) umur kurang dari 2 bulan baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Umur 2 bulan tidak termasuk pada bayi muda tapi ke dalam kelompok 2 bulan
sampai 5 tahun.

3.2 Saran
Dalam pembahasan materi ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Bagan MTBS Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2008
http://doctorhilarious.weebly.com/uploads/1/1/7/0/11709970/mtbs
https://idtesis.com/manajemen-terpadu-balita-sakit-mtbs-untuk/
http://www.indonesian-publichealth.com/prosedur-mtbs/

Anda mungkin juga menyukai