Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No.

2 / Agustus 2014

Perilaku Kepala Keluarga dalam Menggunakan Jamban di Desa Tawiri


Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon

Andrias Horhoruw*), Laksmono Widagdo**)


*)
Poltekkes Kemenkes Maluku, Jurusan Keperawatan
Korespondensi : ahorhoruw@yahoo.com
**)
Magister Promosi Kesehatan Universitas Dipoinegoro Semarang

ABSTRAK
Perilaku menggunakan jamban merupakan cara yang paling efektif, sederhana dan murah untuk
mencegah penyakit-penyakit seperti diare, tifus, kolera, disentri. Tujuan umum penelitian ini
menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga dalam menggunakan
jamban di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon. Jenis penelitian ini adalah explanatory
research dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah Simple Random
Sampling. Jumlah sampel sebanyak 93 orang kepala keluarga yang berada di Desa Tawiri Kecamatan
Teluk Ambon Kota Ambon. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan observasi.
Hasil analisis univariat menggambarkan bahwa responden dengan perilaku menggunakan jamban
sebanyak 72,0%, sedangkan responden yang tidak menggunakan jamban sebanyak 28,0%. Hasil
analisis bivariat menunjukkan ada enam variabel yang berhubungan dengan perilaku pengunaan
jamban yaitu : ketersediaan sarana jamban di rumah, pengetahuan tentang penggunaan jamban,
sikap terhadap penggunaan jamban, dukungan tokoh masyarakat, dukungan petugas kesehatan,
dan dukungan tokoh agama. Hasil uji regresi logistik ganda diperoleh bahwa variabel yang paling
dominan berpengaruh adalah dukungan tokoh agama (OR=19,116.
Kata kunci : perilaku. kepala keluarga,penggunaan jamban

ABSTRACT
Head of households behavior in using toilet at Tawiri Village, Teluk Ambon regency, Ambon
municipality; Behavior of using toilet is the most effective and simple to prevent several kind of
disease such as diarrhea, typhoid, cholera, and dysentery.. The purpose of this study is to examine
factors influencing toward head of households behavior in using toilet at Tawiri Village Teluk Ambon
Regency Ambon Municipality. This research is an explanatory research with cross sectional design.
Study population consisted of 93 head of households chosen by using a simple random sampling.
The data was collected by interview and observation. The findings showed that as much as 72,0%
head of households have used toilet and as much as 28,0% head of households havent used toilet.
There are any correlation between toilet availability, knowledge of using toilet, attitude toward
using toilet, communities leader support, health officials support, and religious leader support. While
based on logistic regression analyze, the majority factor was influenced toward head of households
behavior in using toilet at Tawiri Village, Teluk Ambon Regency is religious leader support
(OR=19,116).
Keywords : behavior, head of households, using toilet

226
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

PENDAHULUAN untuk memelihara dan meningkatkan


Memasuki millenium baru Departemen kesehatannya, mencegah resiko terjadinya
Kesehatan telah mencanangkan Gerakan penyakit dan melindungi diri dari ancaman
Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang penyakit serta berperan aktif dalam gerakan
dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat kesehatan masyarakat. Rumah tangga dapat
adalah cara pandang, pola pikir atau model menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, dikelola dengan baik. Penerapan PHBS di rumah
melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh tangga merupakan kebutuhan mutlak seiring
banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan munculnya berbagai penyakit yang sering
upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, menyerang anak usia sekolah (6 10 tahun),
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS,
Seiring dengan cepatnya perkembangan khususnya berkaitan dengan menggunakan
dalam era globalisasi, serta adanya transisi jamban di rumah sebagai salah satu indikator
demografi dan epidemiologi penyakit, maka PHBS di Rumah tangga. berdasarkan Profil
masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan Departemen Kesehatan tahun 2005, 40 60 %
gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan anak sekolah dasar kedapatan menderita
sosial budaya cendrung akan semakin cacingan, sedangkan Yayasan Kusuma Buana
kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan mencatat 23,2% anak SD menderita anemia
pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada tahun 2007, begitu juga dengan kasus diare.
pada lingkungan dan merekayasa Hal ini dapat disebabkan karena perilaku tidak
kependudukan atau faktor keturunan, tetapi menggunakan jamban dan juga perilaku tidak
perlu memperhatikan faktor perilaku yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan
secara teoritis memiliki andil 30 35 % terhadap (Depkes RI, 2008).
derajat kesehatan (Manda, S, 2006) Data World Health Organization
Mengingat dampak dari perilaku terhadap menunjukan setiap tahun 100.000 anak
derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan Indonesia meninggal karena diare, sedangkan
berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang data Departemen Kesehatan RI sendiri
tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui menyatakan diantara 1000 penduduk terdapat
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 300 orang yang terjangkit penyakit diare
(PHBS) melalui Kebijakan Nasional Promosi sepanjang tahun (Nadesul, H, 2007). Data dari
Kesehatan (Promkes) dengan ditetapkannya visi profil kesehatan Indonesia tahun 2000-2010
Nasional Promkes sesuai Keputusa Menteri terlihat kecenderungan insiden diare pada anak
Kesehatan RI.No. 1193/MENKES/SK/X/2004 meningkat. Pada tahun 2000 IR (incidence rate)
yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun2003
(Manda, S, 2006). naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006
PHBS adalah semua perilaku kesehatan naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya 2010 dilaporkan terjadi KLB dengan jumlah
sendiri di bidang kesehatan, dan berperan aktif kasus 2.580 dengan kematian sebanyak 77 kasus
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (CFR: 2,98%) (Kemenkes RI, 2013).
(Dinkes Kota Semarang, 2006). Di Indonesia, penduduk pedesaan yang
PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah upaya menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%.
untuk memberdayakan anggota rumah tangga Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%)
agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan

227
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

penduduk yang menggunakan jamban sehat Ambon adalah sebagai berikut : tahun 2010
(WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit terdapat 1.675 kasus diare, tahun 2011 terdapat
diare sebagai salahsatu penyakit yang ditularkan 1.890 kasus diare, tahun 2012 terdapat 2050
melalui air masih merupakan masalah kesehatan kasus diare. Dari data tersebut ternyata kejadian
masyarakat dengan angka kesakitan 374 per diare cendrung mengalami peningkatan.
1000 penduduk.Penggunaan jamban di berbagai Menurut survey pendahuluan yang dilakukan
daerah di Indonesia masih menggunakan peneliti di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon
pembuangan air yang tidak sehat. Hal tersebut kota Ambon bahwa Desa Tawiri memiliki tujuh
terlihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan dusun dan satu desa induk, dengan jumlah
antara lain oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Penduduk 7.853 jiwa, jumlah rumah 1.815 buah,
dimana datayang tercatat pada penduduk yang jumlah kepala keluarga 1.847, dan jumlah kepala
menggunakan jamban pada tahun 2002 keluarga yang memiliki jamban sebanyak 1.426
memperlihatkan rumah tangga (RT) yang (72,2%) kepala keluarga, selanjutnya dari 72,2%
memakai jamban leher angsa didaerah perkotaan kepala keluarga yang memiliki jamban ternyata
sebesar 79,14% dan tinggal di pedesaan sebesar masih terdapat 345 (24%) kepala keluarga yang
42,16%,yang menggunakan jamban plengsengan, tidak menggunakan jamban. Hal ini disebabkan
di daerah perkotaan sebesar 11,41%dan di karena mereka sudah terbiasa dan mengikuti
daerah pedesaan sebesar 11,23%. Sedangkan orang tua mereka yang selama ini menggunakan
yang menggunakan jamban cemplung di daerah pantai dan kali untuk buang air besar (BAB),
perkotaan sebesar 1,96% dan di daerah mereka menggunakan jamban hanya pada
pedesaansebesar 10,56%. Bila dilihat secara waktu-waktu tertentu saja misalnya ketika ada
keseluruhan (perkotaan dan perdesaan), RTyang anggota keluarga yang sakit, atau ada tamu di
memakai jamban leher angsa sebesar 61,64%, rumah. Kemudian yang menggunakan jamban
jamban cemplung 21,01%,jamban plengsengan sebesar 76%. Selanjutnya masih terdapat
11,32%, dan yang tidak memakai jamban 6,03% sebagian besar kepala keluarga di Desa Tawiri
(Kemenkes RI, 2013). ini yaitu 421 (22,7%) kepala keluarga yang belum
Berdasarkan jenis penyakit menular yang memiliki jamban, hal ini dikarenakan mereka
dilaporkan Dinas Kesehatan Kota Ambon tahun belum mampu untuk membeli bahan-bahan untuk
2013, penyakit diare masih tinggi. Jumlah membuat jamban, sehingga mereka
penyakit diare di Kota Ambon berdasarkan data menggunakan sungai, pantai dan kolam buatan
tahun 2010 terdapat 15.023 kasus diare tahun sebagai tempat untuk membuang kotoran/tinja.
2011 terdapat 15.112 kasus diare, tahun 2012 Pembuatan jamban merupakan usaha
terdapat 16.213 kasus diare. Kemudian kasus manusia untuk memelihara kesehatan dengan
diare dengan proporsi umur 6 12 tahun di Kota membuat lingkungan tempat hidup sehat. Dalam
Ambon adalah sebagai berikut : tahun 2010 pembuatan jamban sedapat mungkin harus
sebanyak 8.115 kasus diare, tahun 2011 diusahakan agar jamban tidak menimbulkan bau
sebanyak 8.512 kasus diare, tahun 2012 yang tidak sedap. Penduduk Indonesia yang
sebanyak 8.904 kasus diare. menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54 %
Kejadian diare di Kecamatan Teluk Ambon saja padahal menurut studi menunjukkan bahwa
Kota Ambon pada tahun 2010 terdapat 3.120 penggunaan jamban sehat dapat mencegah
kasus diare, tahun 2011 terdapat 3.305 kasus penyakit diare sebesar 28% demikian penegasan
diare, tahun 2012 terdapat 3.658 kasus diare. Menteri Kesehatan dr. Achmad Sujudi,
Kemudian kasus diare dengan proporsi umur 6 September 2004 (Kamisah, S, 2009).
12 tahun di Kecamatan Teluk Ambon Kota Perilaku menggunakan jamban merupakan

228
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

cara yang paling efektif, sederhana dan murah menggunakan jamban. Umur merupakan faktor
untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Jika demografi yang tidak berpengaruh secara
dikombinasikan dengan peningkatan pengetahuan langsung terhadap perilaku. Akan tetapi faktor
tentang penggunaan jamban merupakan yang berpengaruh secara langsung terhadap
pendekatan kesehatan secara preventif yang perilaku yaitu faktor predisposing yang meliputi
efektif dan telah terbukti menurunkan risiko tidak pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap dan
hanya diare, tetapi juga penyakit lain seperti kepercayaan. Faktor enabling yang meliputi
kolera dan disentri sebanyak 48 49% . ketersediaan sarana kesehatan, hukum
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala pemerintah atau masyarakat, dan lain-lain.
keluarga karena dianggap dapat mempengaruhi Faktor reinforcing yang meliputi dukungan
individu dalam keluarga yang bermasalah, sebagai keluarga, dukungan teman sebaya, dukungan
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai guru, dukungan tokoh agama, dukungan
anggota masyarakat dari lingkungannya. Dengan pengambil kebijakan, dan lain-lain (Green,
demikian akan dapat memenuhi kebutuhan 2000). tidak adanya hubungan antara umur
permasalahan yang akan diteliti terkait dengan dengan perilaku kepala keluarga dalam
masalah perilaku menggunakan jamban pada menggunakan jamban kemungkinan disebabkan
masyarakat di Desa Tawiri Kecamatan Teluk karena masyarakat di Desa Tawiri dalam mencari
Ambon Kota Ambon informasi tentang sesuatu khususnya masalah
kesehatan kurang lebih sama antara berbagai
METODE PENELITIAN tingkat umur. Di samping itu kemungkinan
Penelitian ini merupakan penelitian disebabkan oleh masyarakat di Desa Tawiri
explanatory research dengan rancangan cross sudah memahami betul bahwa terjadinya
sectional. Teknik pengambilan sampel adalah penyakit terutama yang berkaitan dengan
simple random sampling. Jumlah sampel masalah perilaku buang air besar yaitu penyakit
sebanyak 93 orang kepala keluarga yang berada diare, akan menyerang siapa saja yang memiliki
di Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon Kota perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk. Hal
Ambon. Teknik pengumpulan data dengan cara ini bisa diperkuat dari hasil jawaban responden
wawancara dan observasi. Analisis statistik yang tentang pengetahuan penggunaan jamban, dimana
digunakan adalah analisis univariat untuk 95,7% responden sudah mengetahui bahwa
mengetahui distribusi frekuensi masing-masing menggunakan jamban di rumah penyakit -
variabel penelitian, analisis bivariat menggunakan penyakit seperti muntah berak, tifes, kolera,
uji Chi Square, dan analisis multivariat dapat dicegah penularannya. Tidak adanya
menggunakan regresi logistik ganda. hubungan antara umur dengan perilaku kepala
keluarga dalam menggunakan jamban didukung
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN oleh hasil penelitian Elisabet Tarigan (2008) di
Karakteristik Kepala Keluarga Kota Kabanjahe yang menyatakan bahwa umur
Sebagian besar responden berusia > 30 tidak berpengaruh terhadap prilaku
tahun yaitu sebesar 78,5%. Rata rata umur menggunakan jamban.
responden adalah 30,83 tahun dengan median Berdasarkan hasil penelitian bahwa
30 tahun. Jika dilihat dari batasan umur diperoleh presentase jenis kelamin sebagian besar laki-
bahwa umur responden yanpaling muda adalah laki yaitu sebesar (75,3%) sedangkan sisanya
20 tahun sedangkan yang paling tua adalah 24,7% mempunyai jenis kelamin perempuan.
berusia 50 tahun. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin tidak berhubungan dengan perilaku
umur dengan perilaku kepala keluarga dalam kepala keluarga dalam menggunakan jamban.

229
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin yang lebih rasional terhadap informasi yang datang
dengan perilaku kepala keluarga dalam dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang
menggunakan jamban dalam penelitian ini mungkin diperoleh dari gagasan tersebut
kemungkinan disebabkan oleh tidak (Notoatmodjo, 2003).
proporsionalnya persentase antara laki-laki Berdasarkan hasil penelitian bahwa
dengan perempuan. Hal ini juga diperkuat bahwa presentase pekerjaan sebagian besar non
dari hasil tabulasi silang, walaupun sebagian besar 72,0%. Hasil uji statistik dengan menggunakan
responden adalah laki-laki, namun persentase uji Chi Square () pada dengan alpa 0,05
yang menggunakan jamban 74,3% hampir menunjukkan bahwa pekerjaan tidak
seimbang menggunakan jamban dengan berhubungan dengan perilaku kepala keluarga
perempuan 65,2%. Jenis kelamin masuk dalam dalam menggunakan jamban, p=0,692>0.05.
faktor demografi yang tidak berpengaruh secara Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
langsung terhadap perilaku. Akan tetapi faktor dilakukan oleh Elisabet Tarigan (2008) di Kota
yang berpengaruh secara langsung terhadap Kabanjahe yang menyatakan bahwa pekerjaan
perilaku yaitu faktor predisposing yang meliputi tidak berpengaruh terhadap prilaku
pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap dan menggunakan jamban, p=0,084 > 0,05.
kepercayaan.Faktor pemungkin yang meliputi (Tarigan, 2008).
ketersediaan sarana kesehatan, hukum Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
pemerintah atau masyarakat, dan lain-lain. responden 62,4 % mempunyai penghasilan
Faktor penguat yang meliputi dukungan keluarga, katagori standar UMR. Hasil uji statistik dengan
dukungan teman sebaya, dukungan guru, menggunakan uji Chi Square () dengan alpa
dukungan tokoh agama, dukungan pengambil 0,05 menunjukkan bahwa penghasilan tidak
kebijakan, dan lain-lain (Green, 2000). berhubungan dengan perilaku kepala keluarga
Hasil penelitian menunjukkan sebagian dalam menggunakan jamban, p=1,000 > 0.05.
responden 43,0 % mempunyai tingkat Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
pendidikan dasar, sedangkan 37,6 % responden dilakukan oleh Elisabet Tarigan (2008) di Kota
mempunyai tingkat pendidikan menengah dan Kabanjahe yang menyatakan bahwa penghasilan
19,4% mempunyai tingkat pendidikan tinggi. tidak berpengaruh terhadap perilaku
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi menggunakan jamban, p=0,131 > 0,05 (Tarigan,
Square () dengan alpa 0,05 menunjukkan 2008). Sebagaimana yang diungkapkan oleh
bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan Green (2000) bahwa penghasilan merupakan
dengan perilaku kepala keluarga dalam faktor demografi yang tidak berpengaruh secara
menggunakan jamban (p=0,435> 0.05). Hasil langsung terhadap perilaku. Akan tetapi faktor
penelitian ini didukung oleh penelitian yang yang berpengaruh secara langsung terhadap
dilakukan oleh Sutedjo (2003) di Kabupaten perilaku yaitu faktor predisposing yang meliputi
Rembang yang menyatakan bahwa pendidikan pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap dan
tidak berpengaruh terhadap praktek kepercayaan.Faktor pemungkin yang meliputi
menggunakan jamban (p=0,363 > 0,05). Namun ketersediaan sarana kesehatan, hukum
bertolak belakang dengan yang dikatakan oleh pemerintah atau masyarakat, dan lain-lain.
green yaitu tingkat pendidikan seseorang akan Faktor penguat yang meliputi dukungan keluarga,
berpengaruh dalam memberikan respon terhadap dukungan teman sebaya, dukungan guru,
sesuatu yang datang dari luar. Orang yang dukungan tokoh agama, dukungan pengambil
berpendidikan tinggi akan memberikan respon kebijakan, dan lain-lain (Green, 2000).

230
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

Perilaku Kepala Keluarga dalam 80% pada 5 pertanyaan) dantara lain sebesar
Menggunakan Jamban 91,40% responden mengatakan bahwa tokoh
Perilaku kepala keluarga dalam agama (Imam, Pendeta, majelis jamaat),
menggunakan jamban di Desa Tawiri Kecamatan mengajak masyarakat untuk menjalankan budaya
Teluk Ambon Kota Ambon adalah sebagai sehat menggunakan jamban. sebagian besar
berikut ; sebagian besar kepala keluarga responden 92,47% mengatakan bahwa tokoh
mempunyai perilaku menggunakan jamban yaitu agama (Imam, Pendeta, majelis jamaat),
sebesar 72%, sedangkan sisanya 28% tidak memberikan motivasi untuk masyarakat agar
menggunakan jamban ketika buang air besar. membiasakan menggunakan jamban keluarga
Dukungan tokoh agama merupakan faktor yang sehingga memberikan nilai positif bagi keluarga.
paling dominan berpengaruh terhadap perilaku Sebesar 81,72% responden mengatakan bahwa
kepala keluarga dalam menggunakan jamban tokoh agama (Imam, Pendeta, majelis jamaat),
dengan nilai OR=19,116. Hal ini berarti bahwa melakukan identifikasi permasalahan
dukungan tokoh agama yang baik memungkinkan permasalahan yang dihadapi masyarakat yang
kepala keluarga untuk menggunakan jamban berhubungan dengan penggunaan jamban.
19,116 kali dibandingkan dengan dukungan Merujuk dari jawaban-jawaban masyarakat
tokoh agama yang kurang. Dalam kehidupan Desa Tawiri berkaitan dengan peran tokoh agama
kesehariannnya terutama di Desa Tawiri dalam bidang kesehatan, dapat disimpulkan
Kecamatan Teluk Ambon Kota Ambon, tokoh bahwa tokoh agama di Desa Tawiri sudah
agama mempunyai peran yang sangat penting menjalankan fungsinya sebagai : 1) penggerak
untuk mensosialisasikan kebiasaan menggunakan terdepan yang berhadapan langsung dengan
jamban keluarga terutama di gereja-gereja masyarakat terutama dalam bidang penyuluhan,
maupun secara langsung terjun di masyarakat. 2) sebagai motivator yaitu mendorong
Masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat mendorong masyarakat dengan cara persuasi
Desa Tawiri Kecamatan Teluk Ambon. Kota (membujuk) agar masyarakat (laki-laki dan
Ambon khususnya menganut budaya patriarkhi perempuan) dengan penuh kesadaran menjaga
dimana masyarakat selalu melihat tokoh yang sarana jamban keluarga sebagai wujud
akan jadi panutannya. Apa yang dikatakan tokoh tanggungjawab pada diri, keluarga,
yang bersangkutan, pasti akan diikuti oleh lingkungan,masyarakat, adat, dan akhirnya pada
masyarakat di lingkungannya. Oleh karena itu, bangsanya, 3) sebagai fasilitator yaitu orang yang
kehadiran tokoh agama sangat diperlukan dalam membantu memberikan kemudahan-kemudahan
mensosialisasikan pentingnya membiasakan pada sasaran. Tokoh agama sebagai fasilitator
menggunakan jamban keluarga, serta peningkatan berperan memulai perubahan dengan cara
pola hidup yang mengacu kepada pola hidup yang menciptakan kesadaran di anggota
ber PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) masyarakattentang perlunya menolong dirinya
dalam keluarga. dari masalah yang mereka hadapi dalam hal
Hal ini dapat diwujudkan berdasarkan peran menggunakan jamban keluarga, 4) sebagai
dari tokoh agama yaitu pemberi informasi katalisator yaitu peran penghubung sumber
khususnya tentang kesehatan. Hal ini terbukti dari (resource linker). Karena itu, sebelumnya tokoh
hasil wawancara dengan responden tentang agama dituntut untuk mengetahui potensi wilayah
dukungan tokoh agama dalam menggunakan dan sumber-sumber yang ada di lingkungannya
jamban yaitu sebagian besar pertanyaan tentang sehingga dapat didayagunakan untuk menunjang
dukungan tokoh agama dijawab baik oleh kegiatan Dengan mengetahui sumber-sumber
responden (> 90% pada 2 pertanyaan dan > tersebut, tokoh agama diharapkan dapat

231
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

membantu masyarakat dengan cara mengadakan tindakan seseorang. Disamping itu, perilaku yang
pendekatan kepada instansi pemerintah, institusi dalam pembentukannya didasari oleh
masyarakat atau perorangan (individu) terkait pengetahuan akan bersifat lebih langgeng
untuk menyampaikan masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003). Hal yang perlu mendapat
masyarakat yang dianggap perlu diselesaikan, 5) perhatian kaitan dengan pengetahuan kepala
sebagai teladan yaitu panutan bagi masyarakat keluarga 18,28% responden yang belum mengerti
pengikutnya, seperti cara tokoh tersebut dalam tentang syarat-syarat jamban yang sehat adalah
memperlakukan istri dan anak-anaknya, baik ada lubang jamban dengan jarak minimal 10
perlakuan terhadap anak laki-laki maupun meter dari sumber air, tidak menjadi sarang
perempuan, terutama dalam menerapkan serangga seperti kecoa dan lalat, tersedia sumber
membiasakan menggunakan jamban keluarga. air untuk membersihkan tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap. Masih tingginya anggapan
Pengetahuan Kepala Keluarga tentang masyarakat (29,03%) yang beranggapan bahwa
Penggunaan Jamban jamban dirumah tidak perlu dibersihkan setiap
Hasil penelitian menunjukkan responden hari, karena gunanya memang untuk membuang
yang memiliki pengetahuan baik adalah (61,3%) kotoran. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian
sisanya adalah pengetahuan kurang (38,7%). masyarakat terhadap penyuluhan kesehatan yang
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi diberikan oleh petugas kesehatan melalui
Square () dengan alpa 0,05 menunjukkan program PHBS khususnya PHBS rumah tangga.
bahwa pengetahuan tentang penggunaan jamban
berhubungan dengan perilaku kepala keluarga Sikap Kepala Keluarga terhadap
dalam menggunakan jamban, p=0,002< 0.05. Penggunaan Jamban
Hal ini berartiada hubungan antara pengetahuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tentang penggunaan jamban berhubungan dengan presentase sikap kepala keluarga terhadap
perilaku kepala keluarga dalam menggunakan perilaku penggunaan jamban sebagian besar
jamban. Hasil penelitian ini didukung oleh responden memiliki sikap positif yaitu sebesar
penelitian yang dilakukan oleh Fachruddin (2001) 58,1 % dan sisanya 41,9% memiliki sikap yang
di Kota Padang yang menyatakan bahwa ada negatif. Hasil uji statistik dengan menggunakan
hubungan bermakna antara pengetahuan dengan uji Chi Square () dengan alpa 0,05
perilaku menggunakan jamban, p=0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan
(Fachruddin, 2001). Green (1980), dalam buku perilaku kepala keluarga dalam menggunakan
Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa jamban, p=0,000<0.05. Hal ini berarti ada
peningkatan pengetahuan tidak selalu hubungan antara sikap tentang penggunaan
menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan jamban dengan perilaku kepala keluarga dalam
merupakan faktor penting tidaknya dalam menggunakan jamban. Hasil penelitian ini
perubahan perilaku. Perilaku dan tindakan dapat didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya Mohammad Soleh (2002) di Kabupaten Jepara
adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara
domain yang sangat penting dalam membentuk sikap dengan perilaku menggunakan jamban,
perilaku seseorang. Pengetahauan diperlukan p=0,002 < 0,05 (Soleh, 2002). Sebagaimana
sebagai dorongan berfikir dalam menumbuhkan yang diungkapkan oleh Green (2000) bahwa
kepercayaan diri maupun dorongan sikap dan predisposing faktor yang meliputi sikap akan
perilaku, sehingga dapat dikatakan bahwa berpengaruh terhadap motivasi seseorang atau
pengetahuan merupakan stimuli terhadap sekelompok orang untuk melakukan suatu

232
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

tindakan. Sikap tersebut masuk dalam area Kekuatan intensitas itu sendiri salah satu
psikologis seseorang dimana sikap merupakan dipengaruhi oleh komponen sikap terhadap
respon dari seseorang baik itu berupa respon perilaku (Atitude towards the behavior), yaitu
positif atau berupa respon negatif yang nantinya dengan membandingkan penilaian positip dan
bisa jadi akan dikeluarkan dalam bentuk tindakan negatip atau untung dan rugi dari perilaku dan
nyata (Green, 2000). kepercayaan pada hasil yang akan diperoleh dari
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka perilaku itu sendiri, disini sikap responden adalah
seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh baik penilaiannya terhadap penggunaan jamban
dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang keluarga (Marvin, 1992).
paling dekat. Sikap membuat seseorang
mendekati atau menjauhi orang lain atau objek Persepsi Kepala Keluarga tentang
lain. Sikap biasanya mencontoh perilaku Dukungan Tokoh Masyarakat dalam
sebelumnya. Perubahan perilaku akan dapat Menggunakan Jamban
terjadi apabila terjadi motivasi untuk berubah Berdasarkah hasil penelitian bahwa
(Notoatmodjo, 2003). Hal yang perlu presentase dukungan tokoh masyarakat sebagian
mendapatkan perhatian kaitan dengan sikap besar baik untuk terjadinya perilaku
kepala keluarga yaitu masih banyak responden menggunakan jamban yaitu sebesar (62,4%)
mempunyai sikap bahwa jamban baik digunakan sedangkan sisanya 37,6% dukungan tokoh
pada siang hari saja (23,66%), jamban yang ada masyarakat kurang. Hasil uji statistik dengan
di rumah hanya digunakan untuk orang sakit saja menggunakan uji Chi Square () dengan alpa
(22,58%), tidak perlu menutup kembali lubang 0,05 menunjukkan bahwa persepsi dukungan
jamban setelah digunakan (19,35%), muntaber tokoh masyarakat tentang perilaku menggunakan
tidak dapat dicegah dengan membiasakan buang jamban berhubungan dengan perilaku kepala
air besar di jamban (25,81%), dan banyak keluarga dalam menggunakan jamban, p=0,000
responden yang mempunyai sikap bahwa tidak < 0.05. Teori yang mendukung hasil penelitian
aman dan nyaman buang air besar di jamban ini bahwa, norma-norma subjektif, norma sosial
(13,98%). Menurut peneliti terjadinya berbagai mengacu pada keyakinan seseorang terhadap
hal tersebut kemungkinan disebabkan karena bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-
adanya masyarakat di Desa Tawiri yang orangyang dianggapnya penting (referent
mengambil sikap berdasarkan pengalaman person) dan motivasi seseorang untuk mengikuti
langsung dari keluarga mereka yang pikiran tersebut (Green, 2000). Menurut teori
menggunakan jamban di rumah. Disamping itu HBM, seseorang dengan kondisi yang ada dalam
kemungkinan disebabkan oleh menurunnya dirinya apakah ia merasa mampu berperilaku
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan (bertindak, health action) sebagaimana yang
kesehatan khususnya pelayanan kesehatan seharusnya. Self efikasi merupakan kepercayaan
pemerintah. pada kemampuan untuk mengambil tindakan dan
Sikap kepala keluarga tentang penggunaan bertahan dalam tindakan (Notoatmodjo, 2003).
jamban sesuai dengan teori Reasoned Action Kepala keluarga yang mempunyai persepsi
(Teori Tindakan Beralasan) oleh Fieshbein dan yang baik dukungan tokoh masyarakat dalam
Ajzen (1976), bahwa perilaku seseorang itu dapat menggunakan jamban, maka mereka akan
diperkirakan dari intensitas yang muncul. Dimana cenderung untuk mengikuti apa yang dikatakan
yang berkaitan dengan intensitas disini adalah oleh tokoh masyarakat tersebut sebaliknya
hasrat yang berhubungan dengan kemungkinan kepala keluarga yang memiliki persepsi yang tidak
seseorang untuk melakukan sesuatu perilaku. baik terhadap dukungan tokoh masyarakat dalam

233
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

menggunakan jamban, maka mereka akan hal tersebut diatas maka cara pemberdayaan
cennderung untuk tidak melaksanakan apa yang masyarakat yang digerakan oleh tokoh tokoh
dikatakan oleh tokoh masyarakat tersebut. masyarakat, tokoh agama dan didukung oleh
Persepsi yang ada dalam diri seseorang yang kebijakan politis dari unsur pimpinan mulai dari
timbul sebagai akibat dari perilaku orang lain baik tingkat Desa sampai Kabupaten dalam bentuk
itu positif maupun negatif akan berpengaruh Surat Keputusan maupun Peraturan Daerah
terhadap pembentukan persepsi dari diri tentang upayah peningkatan kualitas lingkungan
seseorang. Sebagai contoh kalau tokoh hidup khususnya dalam penggunaan jamban
masyarakat mengatakan bahwa penggunaan keluarga dipandang sangat relvan untuk
jamban itu adalah merupakan perilaku hidup direkomendasikan.
bersih dan sehat yang bertujuan agar terhindar Mengingat tokoh masyarakat dan tokoh
dari berbagai macam penyakit, misalnya penyakit agama di Desa sebagai factor pendorong
diare. Pernyataan dari tokoh masyarakat ini terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam
biasanya akan diikuti oleh kepala keluarga menggunakan jamban, maka inilah salah satu
terutama bagi kepala keluarga yang sudah potensi yang harus diintervensi oleh pengelola
mempunyai persepsi yang positif tentang jamban. program untuk ikut memberdayakan masyarakat
Pembentukan persepsi ini bias diperkuat lagi dalam menggunakan jamban. Peran serta
apabila tokoh masyarakat tersebut sesuai apa masyarakat/tokoh agama dalam proses
yang disampaikan dengan perilakunya seperti pembangunan khususnya dalam membentuk
tokoh masyarakat memiliki jamban dan perilaku penggunaan jamban dapat dibuat model
memanfaatkannya. Hal didukung oleh budaya di sebagai sharing of power atau kesediaan
Desa Tawiri yang masih menempatkan tokoh masyarakat untuk berbagi kekuasaan. Peran
masyarakat sebagai panutan mereka. serta pada hakekatnya mulai dari tahap awal
mengetahui adanya masalah perilaku masyarakat
Persepsi Kepala Keluarga tentang dalam menggunakan jamban baik pada dirinya
Dukungan Tokoh Agama dalam sendiri maupun pada lingkungannya. Tetapi dapat
Menggunakan Jamban pula mulai menaruh perhatian pada kegiatan-
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kegiatan yang telah ada, misalnya mulai
presentase dukungan tokoh agama sebagian memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang
besar baik untuk terjadinya perilaku telah disediakan dalam bentuk menggunakan dan
menggunakan jamban yaitu sebesar (83,9%). memelihara bahkan sampai pada tahap
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi pengembangan terhadap sarana jamban yang
Square () pada batas kepercayaan 95% telah dibangun oleh pemerintah.
dengan alpa 0,05 menunjukkan bahwa dukungan
tokoh agama tentang perilaku menggunakan Persepsi Kepala Keluarga tentang
jamban berhubungan dengan perilaku kepala Dukungan Petugas Kesehatan dalam
keluarga dalam menggunakan jamban, p=0,000< Menggunakan Jamban
0.05. Murdockk (1969 :126) mengemukakan Berdasarkan hasil penelitian bahwa
bahwa faktor penting dalam proses penerimaan presentase persepsi dukungan petugas kesehatan
masyarakat terhadap unsur baru adalah prestise sebagian besar baik untuk terjadinya perilaku
innovator, juga dikemukakan bahwa perubahan menggunakan jamban yaitu sebesar (63,4%).
yang dianjurkan oleh atau didukung oleh pimpinan Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi
politik atau pimpinan agama yang disegani lebih Square () pada batas kepercayaan 95%
mudah diterima oleh masyarakat. Atas dasar hal- dengan alpa 0,05 menunjukkan bahwa persepsi

234
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

dukungan petugas kesehatan tentang perilaku meningkatkan pengetahuan agar manusia mau
menggunakan jamban berhubungan dengan belajar atau berubah. Jika masyarakat tidak mau
perilaku kepala keluarga dalam menggunakan belajar dan berubah, bagaimanapun pendidikan
jamban, p=0,000< 0.05. Green (2000) kesehatan yang diberikan tidak akan
menyatakan bahwa faktor yang menentukan mempengaruhi perilaku mereka dalam
terjadinya perubahan perilaku adalah faktor menggunakan jamban. Hal ini sejalan dengan apa
reinforcing atau faktor penguat.Dimana yang yang diungkapkan Green yaitu ada tiga faktor
termasuk dalam faktor tersebut salah satunya yang sangat mempengaruhi pendidikan kesehatan
adalah dukungan tenaga kesehatan.Dukungan yaitu factor predisposisi, faktor pemungkin dan
tenaga kesehatan dalam melakukan suatu factor reinforcing (Green, 2000). Pendidikan
tindakan akan memperkuat terjadinya seseorang dengan faktor predisposisi adalah untuk
untuk melakukan sebagaimana yang diinginkan mengubah kesadaran dalam memelihara dan
oleh petugas kesehatan. Terjadinya perubahan meningkatkan kesehatan lingkungannya
perilaku tersebut juga bisa terjadi karena adanya (Notoatmodjo, 2003).
dukungan masyarakat, dukungan praktisi promosi Pada kenyataannya frekuensi penyuluhan
kesehatan dan pendidik kesehatan (Green, kepada masyarakat di Desa Tawiri yang
2000). Petugas kesehatan merupakan orang dilakukan oleh tenaga kesehatan tentang
yang sangat berpengaruh dalam pembentukan pentingnya menggunakan jamban telah maksimal.
persepsi seseorang. Petugas kesehatan dapat Penyuluhan yang diberikan seiring dengan
membentuk persepsi seseorang dalam hal ini program PHBS rumah Tangga sehingga
membentuk persepsi kepala keluarga tentang masyarakat mengerti tentang pentingnya
penggunaan jamban menuju perdepsi yang positif menggunakan jamban bagi kesehatan
lewat pendidikan kesehatan. masyarakat. Kondisi ini didukung oleh
Pendidikan kesehatan kepada kepala Notoatmodjo (2003) bahwa dengan adanya
keluarga khsususnya di Desa Tawiri oleh petugas promosi pendidikan kesehatan yang baik oleh
kesehatan dapat berupa kegiatan penyuluhan tenaga kesehatan kepada masyarakat akan
kepada masyarakat, pemberian pelatihan- memberi perubahan terhadap perilaku mereka.
pelatihan misalnya kepada para kader kesehatan, Oleh sebab itu bentuk pendidikan kesehatan
praktik-praktik penggunaan jamban yang sehat adalah pemberdayaan masyarakat itu sendiri agar
dan lain-lain. Slamet (1994) menyebutkan bahwa mampu mengadakan sarana dan prasarana
pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah kesehatan bagi mereka, bukan memberi mereka
perilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sarana dan prasarana secara cuma-cuma
sehat. Hal ini akan tercapai apabila manusia
(masyarakat) mau berubah dengan Ketersediaan Sarana Jamban Di Rumah
menyesuaikan diri terhadap perubahan Berdasarkan hasil penelitian bahwa
lingkungan. Depkes (1994) menyebutkan bahwa presentase ketersediaan sarana jamban sebagian
pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk besar kepala keluarga memiliki jamban di rumah
menyiapkan seseorang individu, kelompok atau yaitu sebesar 76,3%. Hasil uji statistik dengan
masyarakat agar dapat tumbuh berkembang menggunakan uji Chi Square () pada batas
sesuai ,selaras, seimbang dan sehat fisik, mental kepercayaan 95% dengan alpa 0,05
dan sosial melalui kegiatan bimbingan, dan atau menunjukkan bahwa ketersediaan sarana
latihan yag diperlukan. Dengan demikian jamban berhubungan dengan perilaku kepala
pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan keluarga dalam menggunakan jamban,
dengan maksud memberikan dan atau p=0,018<0.05. Hasil penelitian ini didukung oleh

235
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 9 / No. 2 / Agustus 2014

penelitian yang dilakukan oleh Rahma Pebriani dukungan petugas kesehatan. Kesemua variabel
(2012) di Kabupaten Aceh Tenggara yang tersebut saling berkaitan dalam membentuk
menyatakan bahwa ada hubungan bermakna perilaku kepala keluarga. Keterkaitan antara
antara ketersediaan sarana jamban dengan variabel-variabel tersebut dalam membentuk
perilaku menggunakan jamban, p=0,001 < 0,05. perilaku kepala keluarga dalam menggunakan
Green (2000) menyatakan bahwa yang termasuk jamban telah uraikan dalam penelitian ini.
dalam faktor pemungkin yaitu ketersediaan
sarana kesehatan, ketersediaan sarana SIMPULAN
transportasi akan berdampak pada respon Perilaku kepala keluarga yang menggunakan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam program- jamban adalah sebesar 72 %, dan kepala
program kesehatan. Disamping itu faktor keluarga yang tidak menggunakan jamban
pemungkin seperti keahlian seseorang, organisasi sebesar 28%. Faktor yang paling dominan
atau masyarakat akan mengakibatkan terjadinya berpengaruh terhadap perilaku kepala keluarga
perubahan perilaku dan lingkungan (Green, dalam menggunakan jamban adalah dukungan
2000). Ketersediaan jamban di rumah akan tokoh agama dengan nilai odd ratio (OR)
berbanding lurus dengan perilaku kepala keluarga 19,116. Hal ini berarti bahwa dukungan tokoh
dalam menggunakan jamban artinya kepala agama yang baik memungkinkan kepala keluarga
keluarga akan menggunakan jamban apabila mempunyai perilaku menggunakan jamban
tersedia jamban di rumah dan sebaliknya kepala 19,116 kali dibandingkan dengan dukungan
keluarga tidak mungkin menggunakan jamban di tokoh agama yang kurang. Sebesar 91,40%
rumah jika tidak tersedia jamban. Pola hubungan responden mengatakan bahwa tokoh agama
yang linier antara kepemilikan jamban dengan (Imam, Pendeta, majelis jamaat), mengajak
perilaku penggunaan jamban terbukti dari hasil masyarakat untuk menjalankan budaya sehat
penelitian ini dimana dari 93 kepala keluarga, menggunakan jamban. sebagian besar responden
jumlah kepala keluarga yang memiliki jamban 92,47% mengatakan bahwa tokoh agama
sebesar 76,3% dan jumlah kepala keluarga yang (Imam, Pendeta, majelis jamaat), memberikan
menggunakan jamban adalah 72 %. motivasi untuk masyarakat agar membiasakan
Bila melihat hasil tersebut dari 93 kepala menggunakan jamban keluarga sehingga
keluarga yang memiliki jamban hanya 4 kepala memberikan nilai positif bagi keluarga. Sebesar
keluarga yang tidak menggunakan jamban 81,72% responden mengatakan bahwa tokoh
walaupun jamban sudah tersedia di rumah. agama (Imam, Pendeta, majelis jamaat),
Dengan demikian ketersediaan jamban di rumah melakukan identifikasi permasalahan
merupakan faktor yang sangat penting dalam permasalahan yang dihadapi masyarakat yang
pembentukan perikau kepala keluarga dalam berhubungan dengan penggunaan jamban.
menggunakan jamban. Namun hal yang perlu Faktor-faktor lain yang berpengaruh secara
diingat bahwa kepemilikian jamban di rumah bersama-sama terhadap perilaku kepala
tidak terlepas dari variable-variabel yang lain keluarga dalam menggunakan jamban secara
seperti pengetahuan, sikap, persepsi dan lain- berurutan dari pengaruh yang paling besar setelah
lain. Kecil kemungkinan orang akan memiliki dukungan tokoh agama adalah : ketersediaan
jamban di rumah jika mereka tidak memiliki sarana jamban di rumah (OR=14,385),
pengetahuan yang baik tentang jamban, tidak dukungan tokoh masyarakat (OR=13,075),
memilikik sikap yang baik tentang jamban, tidak dukungan petugas kesehatan (OR=5,442).
memiliki persepsi yang baik tentang dukungan Faktor yang tidak berhubungan dengan perilaku
tokoh agama, dukungan tokoh masyarakat, kepala keluarga dalam menggunakan jamban

236
Perilaku Kepala Keluarga ... (Andrias H, Laksmono W)

adalah : umur, jenis kelamin, pendidikan, Marvin, E., Tahun 1992. A Health Belief Model
pekerjaan, dan penghasilan. Social Learning Theory Approach to
Adolescents Fertility Control: Findings
KEPUSTAKAAN From a Controlled Field Trial. Health
Arikunto, S., Prosedur Penelitian Suatu Praktek Education Quarterly. Vol. 19.
Edisi Revisi V. PT Rineke Cipta, Jakarta. Nadesul, H. Dokter Kecil, Sang Ujung Tombak
2002. Budaya Sehat. Harian Suara Karya, 7
Arikunto, S.,Prosedur Penelitian Suatu Agustus. 2007
Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta, Notoatmodjo, S., Pendidikan dan Perilaku
Jakarta. 2005 Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003
Depkes RI. Panduan Perencanaan Pelaksanaan Pebrani, R.,Faktor-faktor yang Berhubungan
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun. Dengan Penggunaan Jamban Keluarga dan
Jakarta.2008. Kejadian Diare di Desa Tulang Sabilar.
Dinas Kesehatan Kota Semarang Pedoman Kecamatan Bambel. Kabupaten Aceh
Program Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Tenggara. Tesis. Pascasarjana Universitas
dan Sehat Tatanan Institusi Pendidikan. Negeri Sumatera Utara. Medan. 2012
Pemerintah Kota Semarang, Dinas Pemerintah Kota Semarang, Dinas Kesehatan
Kesehatan Semarang. 2006. Kota Semarang, Pendataan PHBS Tatanan
Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, Institusi Pendidikan tingkat SD/
Pengembangan PHBS di 5 Tatanan. MISemarang,2008
Pemerintah Propinsi Lampung, Dinas Profil Kesehatan Indonesia. www.depkes.go.id/
Kesehatan. Bandar Lampung. 2009. .../1988-insiden diiiare pada anak
Fachruddin, Perilaku pengguna Jamban Keluarga meningkat.Sekjen Kemenkes RI.Diakses
Pada Lingkungan Perumahan Penduduk tanggal 15 Pebruari 2013.
Kota Padang. Tesis. Pascasarjana Soleh, M.,Beberapa Faktor yang Berhubungan
Universitas Negeri Padang. 2001 Dengan Pemanfaatan Jamban Keluarga
Green, L.W, Kreuter, M.W. Health Promotion Proyek APBD Kabupaten Jepara. Tesis.
Planning An Educational and Environmental Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Approach. Mayfield Publishing Company, Semarang. 2002
London, 2000. Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D.
Kamisah, S., PHBS Tatanan Rumah Tangga, Alfabeta. Bandung. 2009
Bag. Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Tarigan, E.,Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kedokteran Komunitas, FK-Universitas Partisipasi Keluarga Dalam Penggunaan
Riau, Pakanbaru. 2009 Jamban di Kota Kabonjahe.Tesis.
Manda, S., dkk. Pedoman Pengembangan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Kabupaten/ Kota Percontohan Program Medan. 2008.
Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS).
Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan,
Dinas Kesehatan Makasar. 2006

237

Anda mungkin juga menyukai