Agus Khurniawan
Dosen Tetap Akademi Keperawatan Muhammadiyah Cirebon
ABSTRACT
Introduction :Diarrhea is still the cause of death and illness among children under five
years old in developing countries.Based on the data of 10 most diseases the inpatients
suffered, diarrhea was at the top rank in Indonesia. This research was aimed at knowing
the relationship between environment sanitation and healthy behavior towards diarrhea
case in children under five years old. Method :This research was a quantitative study with
case control design. The sample used was 260 children under five years old consisting of
130 children suffering from diarrhea and 130 children without diarrhea. Data analyzed
using bivariant analysis with chi square and multi variant analysis with multiple logistic
regressions.Result :The results show that unhealthy environment sanitation and unhealthy
behavior have a significant relationship with the diarrhea case in children under five years
old. Families with unhealthy sanitation have 6.6 times more risks of causing diarrhea to
their children under five years old. Mothers who have unhealthy behavior have 4.6 more
risks of causing diarrhea to their children under five years old. The most dominant risk
factor which cause diarrhea to children is environment sanitation. Discussion :Based on
the research result it is advised that besides providing standardized healthy sanitary
facilities, people improve their healthy behavior, especially washing hands with soap and
flowing water, defecating at healthy toilet, using clean water, and give exclusive breast
feeding to their babies.
PENDAHULUAN
balita, diperkirakan 1,8 juta setiap tahun, dimana 90% kematian karena diare terjadi pada
bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan oleh penyakit diare, pneumonia, campak,
malaria dan malnutrisi. Kematian tertinggi balita adalah akibat infeksi sistem pernafasan/
pneumonia 22,8% (4,6 per1000 balita) dan kematian akibat diare 13,2% (2,3 per1000
31
balita). Diare merupakan penyakit dengan frekuensi Kejadian Luar Biasa kedua terbanyak
Menurut Blum, faktor lingkungan dan perilaku mempunyai peranan sangat besar
berhubungan dengan lingkungan tidak sehat. Sekitar 1,3 juta kematian karena diare pada
balita berhubungan dengan penggunaan air dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat
Faktor perilaku yang mempengaruhi kejadian diare diantaranya adalah perilaku ibu
dalam memberikan ASI, perilaku menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun serta perilaku menggunakan jamban sehat. 5Bayi yang tidak mendapat
ASI mempunyai resiko enam kali lebih besar menderita diare dibandingkan dengan bayi
yang mendapatkan ASI.6 Perilaku ibu yang tidak mencuci tangan sebelum memberi
Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2009, jumlah penderita
diare pada balita sebanyak 56,53%. Penderita meninggal karena diare terlaporkan
sebanyak 5 orang. Angka incidence rate 50,55 per 1000 penduduk dan CFR 0,04 per
1000 penduduk. Jumlah kasus diare terbesar ada di Kecamatan Klangenan yaitu
bidang Kesehatan UPT Puskesmas Jemaras tahun 2009, jumlah kasus diare pada balita
sebesar 38,6%.
dan perilaku hidup bersih sehat terhadap kejadian diare pada balita di wilayah Puskesmas
32
mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan PHBS dengan kejadian diare pada balita,
serta mengetahuifaktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian diare pada balita.
digunakan studi kasus kontrol (case control). Penelitian ini dilakukan dengan
Subjek pada penelitian ini adalah ibu balita yang menempati rumah dan tinggal di
adalah status sakit balita, yang ditunjukkan dengan keadaan menderita diare atau tidak
menderita diare.
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita dan
variabel independent adalah sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat. Variabel
independent sanitasi lingkungan meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran
meliputi pengetahuan tentang pencegahan penyakit diare dan higiene sanitasi lingkungan
rumah tangga, sikap terhadap pencegahan penyakit diare dan higiene sanitasi lingkungan
rumah tangga dan perilaku praktek ibu dalam pencegahan penyakit diare dan higiene
Sampelkasus adalah ibu yang memiliki balita dengan status sakit diare dalam 14
hari terakhir.Sampel Kontrol adalah ibu yang memiliki balita dengan status tidak menderita
diare dalam 14 hari terakhir. Perbandingan jumlah kasus dan kontrol pada penelitian
proporsi kejadian diare pada balita sebesar 38.6%.Dari hasil perhitungan statistik besaran
sampel, maka jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 130 kasus dan 130
33
kontrol.Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan proporsional yaitu terlebih dahulu
melihat proporsi ibu balita dengan faktor risiko pada kelompok kasus dan proporsi ibu
univariat dilakukan untuk melihat proporsi subjek yang terpajan pada kasus dan proporsi
subjek yang terpajan pada kontrol.Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-
HASIL
Riwayat Diare
Kasus Kontrol (tidak
Variabel Total
(Diare) diare)
n % n % n %
Usia Ibu
< dari 25 tahun 63 48,5 25 19,2 88 33,8
25 sd 35 th 54 41,5 83 63,9 137 52,7
> dari 35 tahun 13 10 22 16,9 35 13,5
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja ( IRT) 112 86,2 107 82,3 219 84,2
Bekerja 18 13,8 23 17,7 41 15,8
34
Riwayat diare
Kasus Kontrol
Variabel Total
( Diare) (Tidak Diare)
n % n %
Sanitasi
Memenuhi Syarat Kesehatan (MSK) 15 11,5 60 46,2 75
Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan 115 88,5 70 53,8 185
(TMSK)
Pengetahuan
Pengetahuan tinggi (tahu) 75 57,7 103 79,2 178
Pengetahuan rendah (tidak tahu) 55 42,3 27 20,8 82
Sikap
Sikap baik 48 36,9 75 57,7 123
Sikap kurang baik 82 63,1 55 42,3 137
Perilaku Praktek
Perilaku benar praktek 67 51,5 115 88,5 182
Perilaku salah praktek 63 48,5 15 11,5 78
sebagai berikut:
antara faktor sanitasi dengan kejadian diare pada balita ( p<0,05 ). Sanitasi yang tidak
memenuhi syarat kesehatan mempunyai rasio odds untuk menyebabkan terjadinya diare
35
pada balita sebesar 6,571 kali (Interval Kepercayaan 95%: 3,468-12,451) dibanding
Tabel 4. Hubungan Faktor Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita.
antara faktor pengetahuan dengan kejadian diare pada balita ( nilai p <0,05 ). Ibu dengan
tingkat pengetahuan rendah mempunyai rasio odds untuk menyebabkan terjadinya diare
pada balita sebesar 2,798 kali (Interval Kepercayaan 95%:1,617-4,841) dibanding ibu
Tabel 5. Hubungan Faktor Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita.
Rasio 95,0% C.I.
Variabel B SE Wald df p-value.
odds Lower Upper
Sikap .846 .254 11.080 1 .001 2.330 1.416 3.833
antara faktor sikap dengan kejadian diare pada balita ( nilai p<0,05 ). Ibu dengan sikap
kurang baik mempunyai rasio odds untuk menyebabkan terjadinya diare pada balita
sebesar 2,330 kali (Interval Kepercayaan 95%: 1,416-3,833) dibanding ibu yang memiliki
Tabel6. Hubungan Faktor Perilaku Praktek Ibu dengan Kejadian Diare padaBalita.
Rasio 95,0% C.I.
Variabel B SE Wald df p-value.
odds Lower Upper
Perilaku 1.975 .326 36.755 1 .000 7.209 3.807 13.653
Praktek
antara faktor perilaku praktek ibu dengan kejadian diare pada balita (nilai p<0,05). Ibu
36
dengan perilaku praktek salah mempunyai rasio odds untuk menyebabkan terjadinya diare
pada balita sebesar 7,209 kali (Interval Kepercayaan 95%: 3,807-13,653) dibanding ibu
Tabel 7.Hubungan Faktor Perilaku Hidup Bersih Sehat Ibu dengan Kejadian
Diare pada Balita.
Rasio 95,0% C.I.
Variabel B SE Wald df p-value.
odds Lower Upper
PHBS 1.516 .286 28.075 1 .000 4.555 2.600 7.980
Dalam penelitian ini, faktor perilaku ibu balita terdiri dari pengetahuan, sikap dan
perilaku praktek dalam pencegahan penyakit diare dan higiene sanitasi lingkungan rumah
tangga.Faktor perilaku yang mencakup 3 (tiga) ranah tersebut selanjutnya disebut perilaku
antara faktor PHBS ibu dengan kejadian diare pada balita (nilai p<0,05). Ibu dengan PHBS
salah mempunyai rasio odds untuk menyebabkan terjadinya diare pada balita sebesar
4,555 kali (Interval Kepercayaan 95%: 2,600-7,980) dibanding ibu yang memiliki PHBS
benar.
Dari model hubungan ditunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat dengan kejadian diare pada balita.
Faktor risiko yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita adalah
sanitasi lingkungan.
PEMBAHASAN
37
A. Hubungan Faktor Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita.
Pada penelitian ini faktor sanitasi lingkungan terdiri darijenis sarana air bersih dan
kondisi air yang digunakan oleh keluarga untuk keperluan minum dan masak, jenis jamban
yang digunakan untuk buang air besar, dan ada tidaknya tempat dan cara pembuangan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harianto, Yunus
minum yang tidak memenuhi syarat mempunyai risiko mengalami diare 1,366 kali
dibandingkan dengan balita yang mengkonsumsi air minum yang memenuhi syarat. 9
Penelitian Yunus mengatakan, keluarga yang memiliki jamban tidak memenuhi syarat
mempunyai peluang balitanya diare 5,1 kali dibanding balita dari keluarga dengan jamban
buruk akan berisiko terhadap penyakit diare pada anak-anak sebesar 1,97 kali lebih besar
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irmawartini
dan Alamsyah. Hasil penelitian Irmawartini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita. 12Penelitian
Alamsyah, menyatakan tidak ada hubungan antara sampah dengan kejadian diare pada
balita.7
Sarana air bersih yang banyak dipergunakan oleh masyarakat (responden) adalah
sumur gali terlindung (74%). Sumber air bersih yang berasal dari sumur gali atau air tanah
merupakan sumber air yang baik, tetapi apabila letaknya terlalu dekat dengan sumber
Kualitas air sebagian besar responden menyatakan kondisi air dengan keadaan
jernih, tidak berbau dan tidak berasa (80,7%). Kualitas air yang diperiksa pada penelitian
ini hanya dinilai dari segi kualitas fisik saja. Penilaian kualitas air seharusnya dilakukan
38
dengan pemeriksaan kualitas bakteriologis dan laboratorium sehingga hasilnya lebih
akurat, karena air yang jernih belum tentu bebas dari sumber pencemar.
Dari hasil penelitian, lebih dari setengah keluarga balita yang menggunakan sarana
pembuangan kotoran/jamban leher angsa tangki septik (53%). Persentase balita yang
menderita diare lebih banyak pada keluarga dengan sarana pembuangan kotoran tidak
responden 56,2 % tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan wadah tidak tertutup,
dibungkus koran atau tidak ada wadah khusus. Sebagian besar responden (75,8%)
membuang sampah dengan cara yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu dibuang di
Sarana pembuangan dan cara pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
biak vektor yang menyebabkan penyakit diare. Penyakit diare pada balita lebih banyak
terjadi pada responden yang memiliki sarana dan cara pembuangan sampah tidak
higienis, dapat menjadi tempat berkembang biak serangga (vektor) yang berpotensi
diare.
Menurut Winardi, timbulnya penyakit diare sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang berkaitan satu dengan lainnya yaitu keadaan gizi, higiene dan sanitasi, keadaan
sosial budaya, kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi dan faktor lainnya.13
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja, akan berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka melalui
39
makanan minuman dapat menimbulkan kejadian diare. Faktor sanitasi meliputi sarana air
bersih, jamban dan sarana pembuangan sampah, sangat mempengaruhi kejadian diare
pada balita.14
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alamsyah (2002), ibu balita yang
pengetahuan kesehatannya rendah mempunyai risiko terjadi diare pada balita sebesar
2,75 kali dibandingkan dengan ibu balita yang pengetahuan kesehatannya tinggi. 7
Penelitian Ibrahim (2003) ibu yang mempunyai pengetahuan diare rendah mempunyai
risiko menimbulkan kejadian diare pada balita sebesar 4,48 kali dibandingkan yang
keterampilan dan kecakapannya akan lebih rendah daripada yang berpendidikan lebih
tinggi. Penelitian sejenis yaitu penelitian Giyantini (2000) menyatakan ibu yang
berpendidikan dasar risiko terjadi diare pada balitanya sebesar 3,42 kali dibandingkan
yang berpendidikan tinggi.16 Sedangkan menurut Ibrahim (2003) ibu yang berpendidikan
dasar meningkatkan risiko diare sebesar 4,33 kali dibandingkan ibu balita yang
berpendidikan tinggi.15
yang baik maka perilaku higienenya akan baik juga. Dengan pengetahuan yang baik ibu
dapat melindungi anaknya dari sumber penyakit dengan selalu berperilaku sehat. Pada
umumnya sangat tergantung dari ibu sebagai pengasuh utama. Ibu dengan pengetahuan
kesehatan baik, akan selalu mencuci tangan dengan sabun pada saat mengolah dan
menyiapkan makanan serta menyuapi anaknya. Hal ini merupakan pencegahan yang
40
C. Hubungan Faktor Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ibrahim, ibu balita yang mempunyai
sikap pencegahan kejadian diare kurang baik (skor di bawah rata-rata) berisiko
menimbulkan kejadian diare 4,48 kali dibandingkan dengan ibu balita yang mempunyai
Pada penelitian Sabarinah (1988) di Indramayu, sikap ibu terhadap diare paling
banyak dipengaruhi oleh pendidikan ibu.17 Dari hasil beberapa penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kejadian diare dan sikap terhadap
diare dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa secara langsung
berkisar masih rendahnya tingkat pendidikan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan yang
tidak sejalan dengan konsep kesehatan.18 Menurut Allport dalam Promosi Kesehatan
(Soekidjo, N), sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok diantaranya adalah kepercayaan
atau keyakinan.19 Dari hasil penelitian dan teori tersebut menunjukkan bahwa sikap
mempengaruhi timbulnya penyakit diare. Dapat disimpulkan bahwa secara tidak langsung
D. Hubungan Faktor Perilaku Praktek Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita.
Pada penelitian ini faktor perilaku praktek meliputi perilaku mencuci tangan,
perilaku membuang tinja balita, perilaku menggunakan air bersih dan perilaku pemberian
ASI eksklusif. Variabel perilaku praktek dikelompokkan menjadi perilaku praktek benar dan
Dari hasil penelitian, diare pada balita lebih banyak terjadi dari ibu yang berperilaku
jarang atau tidak pernah mencuci tangan dengan sabun (60%). Hal ini karena kurangnya
perilaku higiene dari ibu, pada balita yang belum dapat menyiapkan makanannya sendiri
41
penularan diare terjadi lewat tangan ibu balita. Menurut Erik (1985) beban penyakit
menular akan berkurang sebanyak 80%, jika setiap orang selalu mencuci tangan sebelum
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun serta menggunakan air yang mengalir,
merupakan langkah efektif pencegahan penyakit diare pada balita. Seperti hasil penelitian
intervensi dengan cuci tangan dapat menurunkan insiden penyakit diare antara 14% -
48%.21
masyarakat (57,7%) berperilaku membuang tinja balita ke tempat yang memenuhi syarat
kesehatan. Perilaku membuang tinja balita ke tempat yang memenuhi syarat kesehatan
saja belum cukup untuk memutus rantai penularan penyakit diare, bila tidak ditunjang oleh
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diare pada balita lebih banyak terjadi pada
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif (69,2%). Sebagian besar masyarakat belum
memahami pentingnya ASI eksklusif dan belum melaksanakan pemberian ASI eksklusif
pada anaknya. Kejadian diare lebih banyak pada balita yang tidak mendapat ASI. Menurut
Mosley dan Chen (1984) zat gizi yang terdapat didalam ASI secara kuantitas dan kualitas
lebih baik dari susu sapi, karena terdapat zat antibodi yang dapat meningkatkan
E. Hubungan Faktor Perilaku Hidup Bersih Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada
Balita.
Pada penelitian ini faktor perilaku hidup bersih sehat (PHBS) meliputi
pengetahuan, sikap dan perilaku praktek dalam pencegahan penyakit diare dan higiene
42
Menurut Blum, kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku mempunyai peranan sangat
besar terhadap kesehatan dan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian. 2
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja, akan berinteraksi
bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, maka melalui
kecakapan akan mengurus sesuatu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku termasuk
dalam bidang kesehatan. Ibu dengan pengetahuan kesehatan yang baik maka perilaku
higienenya akan baik juga. Dengan pengetahuan yang baik ibu dapat melindungi anaknya
pada Balita.
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita secara signifikan
adalah sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) ibu dalam pencegahan
diare, higiene dan sanitasi lingkungan rumah tangga. Faktor yang paling mempengaruhi
kejadian diare pada balita dapat dilihat dari nilai rasio odds pada masing-masing variabel
dari model akhir analisis yang telah dilakukan. Variabel sanitasi lingkungan mempunyai
rasio odds sebesar 4,644 (Interval Kepercayaan 95%: 2,383-9,051), dan variabel PHBS
dengan faktor PHBS terhadap kejadian diare pada balita adalah 4,6:3. Dapat disimpulkan
43
bahwa faktor sanitasi lingkungan mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kejadian
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Hendrick L. Blum. Menurut Blum status
Diare yang sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah adalah akibat infeksi
virus, bakteri maupun parasit. Infeksi terjadi karena organisme penyebab atau bahan
infeksius yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja dapat tersebar ke lingkungan sekitar.
Tingkat penyebaran infeksi akan semakin tinggi apabila sanitasi lingkungan dan perilaku
Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi terus naik, tetapi insidens penyakit diare juga naik. Hal
ini terjadi karena perilaku higiene ibu juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan
balitanya.23
G. Keterbatasan Penelitian.
Desain penelitian ini adalah case control, dimana kasus ditentukan terlebih dahulu,
penyebab terjadinya kasus, sehingga apabila faktor ini ditelusuri sesudah kasus, maka
menjadi bias.
wawancara,sehingga bisa terjadi bias karena hasil wawancara tergantung daya ingat ibu
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
1. Ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada
balita. Sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan mempunyai resiko
untuk menyebabkan terjadinya diare pada balita sebesar 6,6 kali dibanding yang
2. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih sehat ibu balita dalam
pencegahan penyakit diare dan higiene dan sanitasi lingkungan dengan kejadian
diare pada balita. Ibu balita dengan PHBS yang salah mempunyai resiko untuk
menyebabkan terjadinya diare pada balita sebesar 4,6 kali dibanding yang memiliki
PHBS benar.
(1) Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang pencegahan penyakit
diare dan higiene sanitasi lingkungan rumah tangga dengan kejadian diare pada
balita. Ibu balita dengan tingkat pengetahuan rendah mempunyai resiko untuk
menyebabkan terjadinya diare pada balita sebesar 2,8 kali dibanding ibu balita
(2) Ada hubungan antara sikap ibu balita terhadap pencegahan penyakit diare dan
higiene sanitasi lingkungan rumah tangga dengan kejadian diare pada balita. Ibu
balita dengan sikap yang kurang baik mempunyai resiko untuk menyebabkan
terjadinya diare pada balita sebesar 2,3 kali dibanding ibu balita yang memiliki
(3) Ada hubungan antara perilaku praktek ibu balita terhadap pencegahan penyakit
diare dan higiene sanitasi lingkungan rumah tangga dengan kejadian diare pada
balita. Ibu balita dengan perilaku praktek yang salah mempunyai resiko untuk
45
menyebabkan terjadinya diare pada balita sebesar 7,2 kali dibanding ibu balita
3. Faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi kejadian diare pada balitaadalah
sanitasi lingkungan, setelah dikontrol dengan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
rumah tangga.
B. Saran
1. Saran Akademis
sanitasi lingkungan dan faktor perilaku hidup bersih sehat, yang lebih terperinci. Variabel
sanitasi lingkungan diuraikan dalam ketersediaan sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran/tinja dan sarana pembuangan sampah. Variabel perilaku hidup bersih sehat
terhadap penyakit diare, sikap tehadap pencegahan diare, perilaku cuci tangan, perilaku
membuang tinja, perilaku menggunakan air bersih dan perilaku pemberian ASI eksklusif.
dapat diperoleh simpulan yang lebih spesifik sehingga dapat diperoleh informasi cara
yang mempengaruhi kejadian penyakit diare pada balita yaitu karakteristik ibu balita dan
karakteristik balita. Karakteristik ibu balita diantaranya adalah usia ibu, pendidikan ibu dan
2. Saran Praktis
46
Pemerintah lebih meningkatkan kepedulian dan komitmen terhadap penanganan
masalah diare pada balita dengan melaksanakan intervensi yang tepat terhadap faktor
sanitasi dasar dan upaya promosi kesehatan yang integral dengan kegiatan
2) Dinas Kesehatan
(1) Perlu dilakukan kerjasama lintas program yang effektif dalam kegiatan
Kesehatan.
rutin dan terus menerus kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih sehat
pada perilaku cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, membuang tinja
pada jamban sehat, menggunakan air bersih dan pemberian ASI eksklusif.
secara berkala pada sarana sanitasi dasar terutama pada sarana air bersih,
(4) Tenaga Puskesmas perlu menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat untuk
47
Dukungan yang diprioritaskan adalah memberikan pelatihan kader posyandu dalam
3) Masyarakat.
Meningkatkan peran dan fungsi posyandu melalui kegiatan pendampingan oleh tenaga
peran serta masyarakat agar secara mandiri dan berbasis pemberdayaan untuk mau
dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih sehat dan meningkatkan sanitasi
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
2. Blum, H.L .Planning for Health. Generics For The Eighties. Second Edition. New York
: Human Sciences Press, 1981.
3. Bellamy, Carol. Healthy Environments For Children. Geneva : Bulletin of the World
Health Organization, 2003. 81-3
5. Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Direktorat Jendral PPM &
PLP. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2003.
7. 7.Alamsyah .Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Kejadian Diare Pada Balita
Tahun 2002. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok . 2002.
8. Dinkes Kab. Cirebon. Profil Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2009. Cirebon:
Dinkes Kabupaten Cirebon, 2009.
48
10. Yunus, M Hubungan Sanitasi Dasar, Perilaku Ibu dengan Kejadian Diare Balita di
Puskesmas Kedung Waringin Kabupaten Bekasi. Tesis Program Pascasarjana
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok . 2003.
12. Irmawartini. Analisis Hubungan Kondisi Sanitasi dengan Kejadian Diare Pada Balita
di Propinsi Sumatera Tahun 2002/2003 (Analisis Data Sekunder SDKI 2002/2003).
Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok . 2005.
14. Pruss Annette, Kay David, Fewtrell Lorna and Bartram Jamie. Estimating The Burden
of Disease from Water, Sanitation, and Hygiene at A Global Level.Environmental
Health Perspectives, 2002 ;Vol 110- 5.
15. Ibrahim. Hubungan Kondisi Sarana Air Bersih, Pembuangan Limbah dan
Karakteristik Individu dengan Kejadian Diare Balita di Kota Solok, Sumatera Barat
Tahun 2003. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. 2003.
16. Giyantini, T. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Kecamatan Duren Sawit. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. ,2000.
17. Sabarinah. Pengobatan Diare di Pedesaan Indramayu dan Faktor Sosial yang
Mempengaruhinya. Tesis Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. 1988.
18. Azwar, Azrul Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta.: Mutiara Sumber
Widya, 1995.
19. .Soekidjo, N. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005
20. Erik P.E Masalah Kesehatan Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit. Jakarta : PT
Gramedia,. 1985.
21. Feachem R.G, Hogan, R.Cand Merson, M.H Diarrhoeal Disease Control : Reviews of
Potential Interventions. Bulletin of the World Health Organization. 1983. 61-4 : 637-
640.
22. Mosley, Henry W and Lincoln C. Chen Child Survival Strategis for Research The
Population Council Inc All Rights, USA. 1984.
23. Soemirat, Juli Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta.: Gadjah Mada University Press,
1994.
49