Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi
lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal.
Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa
neonatal (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat 1 neonatus yang meninggal.
Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah berat bayi lahir rendah 29%, asfiksia
27%, trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain, dan kealainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi
penyebab utama kematian bayi baru lahir, meliputi pelayanan antenatal yang
berkualitas, asuhan persalinan normal atau dasar, dan pelayanan asuhan neonatal oleh
tenaga professional. Untuk menurunkan angka kematian bayi baru lahir karena
asfiksia, persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
dan keterampilan manajemen asfiksia pada bayi baru lahir, kemampuan dan
keterampilan ini harus digunakan setiap kali menolong persalinan.
Oleh karena itu, keterampilan dan kemampuan penanganan resusitasi pada
neonatal sangat penting dimiliki oleh setiap tenaga professional yang terlibat dalam
penanganan bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi asfiksia ?
2. Apa sajakah etiologi asfiksia ?
3. Bagaimanakah perjalanan penyakit (patofisiologi) asfiksia ?
4. Apa sajakah manifestasi klinis asfiksia ?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan medis asfiksia ?
6. Apa saja komplikasi pada asfiksia ?
7. Bagaimana proses pengkajian pada asfiksia ?
8. Apa sajakah diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada asfiksia ?
9. Bagaimanakah perencanaan keperawatan pada asfiksia ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi asfiksia
2. Mengetahui etiologi asfiksia
3. Menjelaskan patofisiologi asfiksia
4. Mengidentifikasi tanda dan gejala asfiksia
5. Mengetahui penatalaksanaan asfiksia
6. Mengetahui komplikasi pada asfiksia
7. Mengindetifikasi proses pengkajian pada asfiksia
8. Mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada asfiksia
9. Mengetahui perencanaan keperawatan pada asfiksia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Penyakit


A. Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan.
Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh : (Amru Sofian, 2012).
Penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma.

Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh :

Partus lama, Ruptur uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala anak
pada plasenta, prolapses, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak pada
waktunya, plasenta previa, solusia plasenta, plasenta tua (serotinus)

B. Etiologi

Afiksia dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Faktor ibu :

a. Hipoksia ibu

b. Gangguan aliran darh fetus

- Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri

- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

- Hipertensi pada penyakit toksemia, eklamsia, dll

c. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi.

2. Faktor plasenta

3
Abruption plasenta, solution plasenta

3. Faktor fetus

Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas,


persalinan ganda

4. Faktor lama persalinan

Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caecar

5. Faktor neonatus

a. Anestesi/analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat


menimbulkan depresi pernafasan pada bayi

b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial

c. Kelainan congenital seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis


saluran pernafasan, hipoplasi paru, dll

C. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi ( asfiksia transien ). Proses ini
dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar
terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur
(james, 1985). Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi
adaptasi bayi dapat mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama


kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaam ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak
bergantung kepada berat dan lamanya asfiksia (caldeyro-barcia, 1968). Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (primary apnoe) disetai dengan
penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan meperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernfasan teratur. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode
apnu kedua (secondary apnoea) pada tingkat ini di samping bradikardi di
temukan pula penurunan tekanan darah.

4
Di samping adanya perubahan klinis akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan perubahan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama
gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila
gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik
yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, terutama
pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik yang terjadi akibat
metabolism ini akan menyebabkan timbulnya asidosis kardiovaskular yang
disebabkan oleh beberapa keadaaan di antranya : (a) hilangnya sumber glikogen
dalam jantung akan mepengaruhi fungsi jantung, (b) terjadinnya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunya sel jaringan, (c) pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resestensi
pembuluh darah ke paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula ke
system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian dan gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya.

PATHWAY
NANDA NICNOC 2015
Persalinan lama, lilitan tali
Paralisis pusat pernapsan
pusat, presentasi janin Faktor lain: obat-obatan
abnormal narkotik

ASFIKSIA

Janin kurang O2 & kadar Bersihan jalan napas Paru-paru terisi cairan
CO2 meningkat tidak efektif

Gangguan metabolism &


Napsa cepat Suplai O2 ke paru perubahan asam basa

Asidosis respiratorik
Apneu Kerusakan otak

Gangguan perfusi ventilasi


Resiko Cidera Kematian bayi

Napas cuping hidung,


DJJ & TD Proses keluarga terhenti sianosis, hipoksia

Ketidakefektifan pola Janin tidak bereaksi Gangguan pertukaran gas


napas terhadap rangsangan

Suplai O2 dalam darah


Resiko syndrome
kematian bayi mendadak
Resiko ketidakseimbangan
suhu tubuh

5
D. Manifestasi Klinis
a. Pernapasan cepat
b. Pernapasan cuping hidung
c. Tonus otot berkurang
d. Bradikardia atau takikardi
e. Sianosis
f. Nilai APGAR < 7

Klasfikasi klinik berdasarkan nilai APGAR


1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
2. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6)
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9)
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Ada dua macam kriteria

Perbedaan Asfiksia palida Asfiksia livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantunng Tak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

E. Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir
yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi
gejala sisa yang mungkin muncul. Lakukan langkah awal yaitu : Hangatkan dan
letakkan bayi di bawah pemancar panas. Lanjutkan dengan tindakan resusitasi
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1) Circulation : Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.
2) Airway: Memastikan saluran nafas terbuka
Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi dengan bahu diganjal
Menghisap mulut kemudian hidung dan kadang-kadang trachea
Bila perlu masukan pipa enditrakeal (ETT) untuk memastikan pernapasan
terbuka
3) Breathing : Memulai pernapasan

6
Lakukan rangsangan taktil
Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif seperti mulut ke mulut

F. KOMPLIKASI
1. Otak: edema otak dan perdarahan otak
2. Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru.
3. Gastrointerstinal : enterokolitis nekrotikans
4. Ginjal: tubular, nekrosis akut
5. Hematologi: DIC

Pemeriksaan penunjang
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

SURVEY PRIMER

1. Circulation
Pada sirkulasi, frekuensi nadi cepat atau tidak, teratur atau tidak. Akral hangat
atau dingin, capillary refill > 3 detik, pucat, sianosis, kemerahan.
Diagnosa:
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoventilasi
Rencana Keperawatan
Tujuan : perfusi jaringan dapat dipertahankan
Kriteria :
1) Tekanan darah dalam batas normal
2) Kapiler refil <2 menit
3) Akral hangat
Intervensi :
1) Observasi TTV
2) Kaji tanda-tanda yang menunjukkan gangguan perfusi jaringan
3) Pertahankan tirah baring untuk memudahkan sirkulasi
4) Kolaborasi dala pemberian cairan parenteral
2. Airway
Pada airway, ada obstruksi pada jalan napas sehingga menghambat udara
masuk ke dalam paru berupa cairan atau benda asing seperti mekonium dari
alveolus atau tidak.
Diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
cairan (mekonium di sepanjang jalan nafas)

Rencana Keperawatan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan jalan nafas kembali efektif

8
Kriteria:
1) Jalan nafas bersih
2) Tidak terdengar suara nafas tambahan
3) Klien dapat mempertahankan pernapasan normal

Intervensi :

1. Observasi TTV tiap 5-15 menit


2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suction
3. Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung
menghadap ke atas (head till)
4. lakukan penghisapan secret (suction)

3. Breathing
Sesak, frekuensi pernapasan dalam/dangkal/regular/ireguler. Irama pernapasan
cepat atau lambat, nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5 dengan score <7
Diagnosa
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveoli
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ventilasi paru

Rencana Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan pertukatan gas adekuat dan pola nafas efektif
Kriteria :
1) Inspirasi dan ekspirasi yang adekuat
2) Tidak menggunakan otot bantu pernapasan
3) Frekuensi pernapasan normal (30-40x/mnit)
4) Hasil analisa gas darah normal

Intervensi :

1) Observasi TTV tiap 5-15 menit


2) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan
memenuhi kebutuhan oksigennya.
3) Kaji warna kulit dan membran mukosa
4) Tempatkan pada posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung

9
5) menghadap ke atas (head till)
6) Kolaborasi/ lakukan pemeriksaan AGD
7) Kolaborasi / berikan oksigen sesuai indikasi
8) Kolaborasi / bantu tindakan intubasi dan pertahankan ventilasi mekanik.

SECONDARY SURVEY

1) keluhan yang terjadi selama kehamilan, Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir


tidak bernafas/menangis.
2) Pengukuran hasil nilai Apgar
3) Pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan)
4) Lakukan pemeriksaan AGD
5) Lakukan pemasangan ETT

EVALUASI

6) Bersihan jalan nafas kembali efektif, pasien terbebas dari obsruksi secret
7) Ventilasi paru maksimal, pola nafas efektif
8) Pernapasan pasien kembali normal, dengan frekuensi pernapasan berkisar
30-40x/mnit
9) Pertukaran gas adekuat
10) Tidak terjadi penurunan kesadaran.

Prosedur Resusitasi Pada Bayi

a. Persiapan resusitasi

1) Persiapan tempat resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi :

a) Gunakan ruang yang hangat dan terang

b) Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat

misalnya meja, dipan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat

pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka)

Keterangan:

10
(1) Ruang yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.

(2) Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan

posisi kepala bayi.

(3) Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu

petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.

2) Persiapan alat resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga

disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

a) Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi.

b) Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi.

c) Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi.

d) Alat penghisap lender De Lee atau Bola karet.

e) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup.

f) Kotak alat resusitasi. Kotak alat resusitasi yang berisi alat pengisap lender

Dee Lee dan alat resusitasi tabung atau balon dan sungkup diletakkan

dekat tempat resusitasi, maksudnya agar memudahkan diambil sewaktu-

waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL

g) Sarung tangan.

h) Jam atau pencatat waktu.

Keterangan:

11
(1) Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat

menyerap cairan misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada

gunakan kain panjang atau sarung.

(2) Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bisa dibuat dari kain (kaos,

selendang, handuk kecil), digulung setinggi 3 cm dan bisa disesuaikan

untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit tengadah.

3) Bagian-bagian balon dan sungkup:

a) Pintu masuk udara dan tempat memasang reservoir O2

b) Pintu masuk O2

c) Pintu keluar O2

d) Susunan katup

e) Reservoir O2

f) Katup pelepas tekanan (pop-of valve)

g) Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)

Keterangan:

(1) Alat pengisap lendir Dee Lee adalah alat untuk menghisap lender khusus

untuk BBL.

(2) Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup merupakan alat yang sangat

penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam

keadaan terpasang dan steril.

(3) Tabung atau balon serta sungkup dan alat penghisap lender De Lee dalam

keadaan steril, disiapkan dalam kotak alat resusitasi.

4) Cara menyiapkan:

a) Kain ke-1:

12
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air

ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih

meletakkan bayi baru lahir diatas perut ibu, sebelum persalinan akan

menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal

ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia. Bila tali pusat sangat pendek,

bayi dapat diletakkan didekat perineum ibu sampai tali pusat telah diklem

dan dipotong, kemudian jika perlu lakukan tindakan resusitasi.

b) Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untuk menyelimuti BBL agar tetap kering dan

hangat. Singkirkan kain ke-1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan

bayi. Kain ke-2 ini diletakkan diatas tempat resusitasi, digelar menutupi

tempat yang rata.

c) Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam

pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 3 cm

diletakkan di bawah kain ke-2

5) Persiapan Diri

Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

a) Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek, masker, penutup

kepala, kaca mata dan sepatu tertutup)

b) Lepaskan perhiasan, cincin dan jam tangan sebelum mencuci tangan.

c) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol

dan gliseril.

d) Keringkan dengan kain atau tisu bersih.

e) Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

13
b. Fase Kerja

Tahap I: Langkah Awal

Tahap awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Langkah awal tersebut meliputi:

1) Jaga bayi tetap hangat

a) Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu

b) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong

tali pusat

c) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras,

bersih, kering dan hangat.

d) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas.

2) Atur posisi bayi

a) Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong

b) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan pengganjal bahu,

sehingga kepala sedikit ekstensi.

3) Isap lendir

Gunakan alat pengisap DeLee dengan cara sebagai berikut:

a) Isap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian hidung

b) Lakukan pengisapan saat alat pengisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu

memasukan.

c) Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm kedalam

mulut atau lebih dari 3 cm dalam hidung), hal itu dapat menyebabkan

denyut jantung bayi menjadi lambat atau tiba-tiba berhenti bernafas.

4) Keringkan dan rangsang bayi

a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan

sedikit tekanan

14
b) Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk atau menyentil telapak kaki

bayi atau dengan menggosok punggung, dada, perut dan tungkai bayi

dengan telapak tangan.

5) Atur kembali posisi bayi

a) Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya

b) Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan

dada, agar bisa memantau pernafasan bayi.

c) Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

6) Lakukan penilaian bayi

Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-

megap. Bila bayi bernafas normal, lakukan asuhan pasca resusitasi. Tapi bila

bayi tidak bernafas normal atau megap-megap, mulai lakukan ventilasi bayi.

Tahap II: Ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah volume

udara ke dalam paru-paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru

bayi agar bisa bernafas spontan dan teratur.

1) Pasang sungkup

Pasang sungkup dengan menutupi dagu, mulut dan hidung.

2) Ventilasi 2 kali

a) Lakukan peniupan /

Tiupan awal tabung-sungkup / pompaan awal balon-sungkup sangat

penting untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan

menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

b) Lihat apakah dada bayi mengembang.

15
Saat melakukan tiupan atau pompaan perhatikan apakah dada bayi

mengembang.

Bila tidak mengembang:

(1) Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.

(2) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

(3) Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau cairan lakukan

penghisapan.

(4) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air (ulangan), bila dada

mengembang, lakukan tahap berikutnya.

c) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

(1) Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan

balon dan sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20

cm air sampai bayi mulai menangis dan bernafas spontan

(2) Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan,

setelah 30 detik lakukan penilaian ualng nafas.

Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan ventilasi

bertahap:

- Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah

- Hitung frekuensi nafas permenit

Jika bernafas >40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

- Jangan ventilasi lagi

- Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan

lanjutkan asuhan bayi baru lahir.

- Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan

16
- Katakana pada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan

membaik.

(3) Lanjutkan asuhan pasca resusitasi.

(4) Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, lanjutkan ventilasi.

d) Ventilasi setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang nafas.

(1) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)

(2) Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah

bernafas, tidak bernafas atau megap-megap:

- Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi bertahap

dan lakukan asuhan pasca resusitasi

- Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20

kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian ulang nafas tiap 30

detik.

- Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit

resusitasi

- Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

Tahap III: Asuhan Pasca Resusitasi

Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca resusitasi yang merupakan

perawatan instensif selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini

dilakukan BBL dan pemantauan sera intensif serta pencatatan.

a) Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi

(1) Tidak dapat menyusu

(2) Kejang

(3) Mengantuk atau tidak sadar

(4) Nafas cepat (>60 kali permenit)

17
(5) Merintih

(6) Retraksi dinding dada bawah

(7) Sianosis sentral

b) Pemantauan dan perawatan tali pusat

(1) Memantau perdarahan tali pusat

(2) Menjelaskan perawatan tali pusat

c) Bila nafas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya

(1) Meletakkan bayi di dada ibu (kulit ke kulit), menyelimuti keduanya

(2) Membantu ibu untuk menyusui bayi dalam 1 jam pertama

(3) Menganjurkan ibu untuk mengusap bayinya dengan kasih sayang

d) Pencegahan hipotermi

(1) Membaringkan bayi dalam ruangan >250 C bersama ibunya

(2) Mendekap bayi dengan lekatan kulit ke kulit sesering mungkin

(3) Menunda memandikan bayi sampai dengan 6-24 jam

(4) Menimbang berat badan terselimuti, kurangi berat selimut

(5) Menjaga bayi tetap hangat selama pemeriksaan, buka selimut bayi

sebagian-sebagian.

Asuhan pasca lahir (usia 2-24 jam setelah lahir)

Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca

lahir lebih lanjut. Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan

rumah(kunjungan BBL/neonatus). Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk

mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama kesehatan bayi setelah

mengalami tindakan resusitasi.

a) Pemberian vit-K

Memberikan suntikan vit-K di paha kiri anterolateral 1 mg intramuscular.

18
b) Pencegahan infeksi

(1) Memberikan salep mata antibiotika

(2) Memberikan imunisasi Hepatitis-B dipaha kanan 0,5 mL intramuscular, 1

jam setelah pemberian vit K

(3) Memberitahu ibu dan keluarga cara pencegahan infeksi bayi.

c) Pemeriksaan fisik

(1) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala bayi

(2) Melihat dan meraba kepala bayi

(3) Melihat mata bayi

(4) Melihat mulut dan bibir bayi

(5) Melihat dan meraba lengan dan tungkai, gerakan dan menghitung jumlah

jari

(6) Melihat alat kelamin dan menentukan jenis kelamin, adakah kelainan

(7) Memastikan adakah lubang anus dan uretra, adakah kelainan

(8) Memastikan adakah buang air besar dan buang air kecil

(9) Melihat dan meraba tulang punggung bayi.

Rencana asuhan 24 jam

a) Pemberian ASI

b) Menilai BAB bayi

c) Menilai BAK

d) Kebutuhan istirahat/tidur

e) Menjaga kebersihan kulit bayi

f) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada

g) Pencatatan dan pelaporan

(JNPK-KR, 2008 h.148)

19
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir (Rohani, dkk, 2011):

Bayi Lahir

PENILAIAN :
1. Bayi cukup bulan.
2. Ketuban jernih,tidak
3. bercampur mekonium. Asuhan bayi Normal
4. Menangis atau bernapas.
5. Otot tonus baik

LANGKAH AWAL Bayi tidak bernafas atau megap-megap


1. Jaga bayi tetap hangat Ventilasi
2. Atur posisi bayi. 1. Pasang sungkup perhatikan
3. Isap lendir letaknya
4. Keringkan dan rangsangan 2. Ventilasi 2x dengan tekanan air 30
taktil. cm air.
5. Reposisi 3. Bila tidak mengembang lakukan
NILAI NAFAS ventilasi 20x dengan tekanan 20
cm air selama 30 detik

Bayi bernafas normal Asuhan


pascaresusitasi Nilai Nafas
1. Pemantauan.
2. Pencegahan hipotermi.
3. Inisiasi menyusui dini. Bayi yang tidak bernafas/megap-
4. Pemberian vitamin K1. megap
5. Pencegahan infeksi. 1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x
6. Pemeriksaan fisik. selama 30 detik.
7. Pencatatan dan pelaporan 2. Hentikan ventilasi dan nilai
kembali napas tiap 30 detik.
3. Bila bayi tidak bernapas spontan
sesudah 2 menit resusitasi siapkan
1. Konseling rujukan
2. Lanjutkan resusitasi
3. pemantauan
4. pencegahan hipotermi
5. pemberian vitamin K
6. Pencegahan infeksi
7. Pencatatan dan pelaporan Dirujuk

Bila tidak mau dirujuk dan tidak


berhasil.
1. Sesudah 10 menit pertimbangkan
untuk menghentikan resusitasi
2. Konseling.
3. Pencatatan dan pelaporan
20
Contoh laporan kasus asfiksia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


BAYI ASFIKSIA

PENGKAJIAN
Data Subjektif
1. Biodata
Nama Bayi : anc
Umur : BBL 1 jam yang lalu
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke :1

Nama Orang Tua


Nama Ibu : Ny. G
Umur : 26 tahun
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

Nama Ayah : Tn.B


Umur : 29 tahun
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat anaknya lahir,bernafas dengan megap,warna kulitnya kebiru-
biruan dan ekstremitas terkulai
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Menular

21
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
TBC,Hepatitis,PMS
b. Penyakit Keturunan
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada menderita penyakit DM,Asma dan
jantung

4. Riwayat Kehamila

-Peritas Gravida : G1 P0 A0

-Umur Kehamilan : 39 Minggu

-Periksa ANC : ke Bidan

-Frekuensi ANC : 6x selama hamil

-Penyakit Ibu Selama hamil : ada Diametes mellitus

5. Riwayat Persalinan

-Jenis Persalinan : Pervaginam dengan tindakan vakum

-Atas Indikasi : Diabetes Melitus

-Partus di : Klinik Bersalin Irmia

-Ditolong oleh : Dokter

-Kala 1 :18 jam : Kala II : 2,5 Jam : Kala III: 20Menit Kala

-Keadaan bayi saat lahir :

Appearance(A)/ warna kulit :Pucat

Puls(P)/ denyut nadi : 40x/menit

Grimance(G)/ reflek :Gerakan Sedikit

Aactivity(A)/ tonus otot : Lumpuh

22
Respiration(R)/ Usaha napas : Lemah

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum Bayi : Lemah
APGAR SCORE : 3(asfiksia berat)
Tanda-tanda vital :
RR : 3 x/menit
Nadi : 40 x/menit
Temp : 35 0C

Antropometri
BB : 3200 gr
PB : 43 cm
LILA : 14 cm
LK/ LD : 32 cm / 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
-Bentuk : Normal
-UUB : ada
-UUK : ada
-Sutura : ada
-Caput Succedenum : tidak ada
-Chepal hematoma : tidak ada
-Benjolan abnormal : tidak ada
-An ensepali : tidak ada
2) Mata
-Bentuk ki/ka : simetris
-Sekret : tidak ada
-Strabismus : tidak ada
-Conjungtiva : an anemis
-Sklera : an ikterik
3) Mulut ( gigi,gusi,lidah)
-Bibir : bentuk normal
-Palatoskilis : tidak ada
-Labioskilis : tidak ada
-Palata labioskilis : tidak ada
-Gigi : belum tumbuh
-Lidah : normal, warna merah jambu

23
4) Hidung
-Bentuk : simetris / normal
-Atresia coana : tidak ada
-Pernapasan caping hidung :ada
-Sekret puruten : tidak ada
5) Telinga
-Bentuk : simetris ki/ka
-Sekret : tidak ada

6) Leher
-Benjolan abnormal : tidak ada

7) Thorax dan abdomen


-Bentuk : normal
-Nafas : megap-megap
-Denyut jantung : Bradi cardia
-Abdomen : Abdomen normal
-Tali pusat : tidak ada perdarahan (1 vena-2 Atresia)
8) Genetalia
-Labia Mayora : telah menutupi labia Minora
-Pengeluaran : tidak ada

9) Anus
-Atresia ani : tidak ada

10) Punggung
-Bentuk : normal
- Spina Bipida : tidak ada

11) Ekstremitas
Tangan ki/ka: simetris
Tonus otot:Lemah
Kaki ki/ka : Simetris
Tonus otot : Lemah
Kelainan abnormal: tidak ada

24
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa
Bayi baru lahir aterm dengan asfiksia
Dasar :
DS -Ibu mengatakan warna kulit anaknya pucat
-Ibu mengatakan anaknya bernafas cepat
DO -Bayi pucat dan tampak kebiru-biruan pada ujung jari
-Bayi bernafas cepat
-Keadaan umum lemah
-Tanda-tanda vital
-Pols: lambat (40x/menit)
-RR :40x/menit
-Suhu : 35 c
-Lendir dihidung dan dimulut masih ada
B.Masalah
-Ibu cemas dan khawatir dengan keadaa anaknya
-Ibu kurang pengetahuan terhadap keadaan anaaknya
Dasar
-Ibu tidak mengerti tentang keadaa anaknya
-Ibu tampak cemas
C.Kebutuhan
-Bungkus bayi dengan kain agar tetap hangat
-Bersihkan jalan nafas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut
-Bersihkan badan dan potong tali pusat
-Observasi TTV dan
-Bila memungkinkan ke incubator
-Penjelasan tentang keadaan bayi
-Support kepada ibu dan keluarga agar tetap tenang

III. ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL


Potensial asfiksia berat

25
IV. TINDAKAN SEGERA
- Rangsang pernapasan
- Resusitasi : endoktrakeal tube

V. INTERVENSI

No Hari/tanggal/jam Tujuan & INTERVENSI RASIONAL Paraf


kriteria
Dx Jumat /26 januari 09 Tujuan: 1.Bungkus bayi 1.Dengan
09.00 WIB -Agar bayi dengan kain membungkus bayi
tetap hangat hangat dan dengan kain hangat
-Agar bayi kering dan kering akan
bias bernafas mencegah
normal hipotermi sehingga
asfiksia tidak
Kriteria: berlanjut
-kulit bayi
tidak pucat lagi
atau tidak 2.Dengan
memasukkan bayi
-Pernapasan kedalam incubator
30-60x/menit 2.Masukkan maka akan
-tidak ada bayi ke mencegah
pernapasan incubator hipotermi sehingga
cuping hidung asfiksia tidak
berlanjut

3.Bersihkan 3.Diharapkan
jalan nafas dengan
dengan hisap dilakukannya
lendir pembersihan jalan
nafas maka bayi
dapat bernafas
dengan spontan dan
normal yaitu 30-6-
x/menit

4.Bersihkan
badan dan
potong tali pusat

4.Dengan
dibersihkannya
badan bayi dari
lendir-lendir

26
maupun cairan
ketuban akan
mengurangi
terjadinya
evaporasi sehingga
dapat mencegah
hipotermi
Dengan
dipotongnya tali
pusat segera maka
dapat memutuskan
hubungan antara
ibu dan bayi

5.Observasi
TTV
5.Dengan
dilakukannya
observasi TTV
maka dapat dengan
segera mengetahui
keadaan bayi
tersebut
M Tujuan: 1.Jelaskan 1.Diharapkan
-Agar ibu tidak tentang Keadaan dalam memberikan
cemas lagi bayinya penjelasan kepada
-Agar ibu ibu tentang keadaan
mengetahui bayinya maka ibu
keadaan dapat tahu sehingga
bayinya kecemasan ibu
dapat berkurang
Kriteria
-Ibu tampak
tenang
2.Diharapkan
2.Berikan dengan diberinya
Support mental support mental
kepada ibu maka
ibu akan lebih
tenang dan tegar

27
VI. IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf

Dx Jumat/ 1. Membersihkan badan bayi dari 1.Pembersihan badan


26 januari 09 lendir-lendir dan cairan ketuban dan pemotongan tali
09;00 dengan menggunakan kain yang pusat sudah dilakukan
bersih dan kering sambil
memberikan rangsangan taktilndan
segera potong tali pusat bayi
dengan cara:
-Ambil klem pertama jepit tali pusat
dengan jarak 5cm diatas umbilicus

-Urut tali pusat klearah ujung


dengan menggunakan tangan kiri
sambil tangan kanan mengambil
klem ke-2

-Jepit tali pusat dengan klem ke-2


dengan jarak 5cm dari klem pertama

2.Badan dan kepala bayi


sudah dibungkus dengan
2. Membungkus badan dan kepala bayi kain yang kering Dan
dengan kain yang kering dan hangat hangat
untuk mencegah terjadinya
hipotermi dan menjaga agar tubuh
bayi tetap hangat 3. Penghisapan lendir
sudah dilakukan dan
3. Membersihkan jalan napas bayi bayi bias bernafas
dengan cara: spontan dan kulit bayi
sudah tampak memerah
-Kepala bayi diposisikan ekstensi
agar jalan napas terbuka dan
punggung bayi diganjal dengan
lipatan kain atau bantal kecil
sehingga tinggi punggung bayi 2-3
cm diatas kasur

-Hisap lendir pada hidung dan


mulut bayi secara bergantian

-Sambil memberikan sedikit


rangsangan toktil dengan cara
menepuk telapak tangan atau
telapak kaki bayi dengan4. Pernapasan bayi normal
menggunakan satu jari yaitu 40x/menit
-Nadi Bayi normal yaitu
110x/menit
-Suhu tubuh bayi
4. Mengibservasi TTV bagi yang normal yaitu 36,5 c
terdiri dari:
-Pereiksa pernapasan bayi dalam

28
satu menit penuh

-Periksa nadi bayi satu menit penuh

-Periksa suhu tubuh bayi dengan


menggunakan thermometer selama 5.Bayi tampak tidur
2-3 menit tenang dan muka bayi
tampak kemerah-
merahan

5. Meletakkan bayi kedalm incubator


agar bayi tetap hangat dan dapat
mencegah terjadinya hipotermi

M 1.Memberikan penjelasan kepada 1.Ibu mengerti dengan


ibu bahwa bayinya mengalami penjelasan yang
asfiksia ringan dan keadaan ini diberikan oleh Bidan
dapat ditangani dengan segera dan ibu mulai tampak
sehingga ibu tidak perlu khawatir tenang

2.Memberikan support mental


kepada ibu agar tidak terlalu 2.Ibu sudah mulai
khawatir dan cemas akan keadaan tenang dan tidak cemas
bayinya dengan cara mengatakan lagi
bahwa ibu harus sabar dan ibu
harus yakin kalau bayinya akan
baik-baik saja

VII. EVALUASI

29
No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Paraf
Dx Jumat/ S : - Ibu mengatakan kulit anaknya berwarna kemerah-
26 januari 09 merahan
10;00 WIB - Ibu mengatakan anaknya bias bernafas

O:
KU : Baik
Kesadaran :compos mentis
Tanda-tanda vital
-Nadi :40x/menit
-RR :110X/Menit
-Temps: 36,5 c
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan

30
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Asfiksia merupakan penyakit yang harus segera di lakukan tindakan dengan
proses kegawatdaruratan. Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi
tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah bayi lahir.
Penurunankesadaran dan kematian dapat terjadi jika tidak diberikan tindakan segera.
Asfiksia pada bayi di nilai dengan APGAR SCORE

Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai

A: Biru/pucat Tubuh Tubuh dan


Appearance/ kemerahan, ekstrimitas
Warna kulit ekstrimitas kemerahan
biru
P: Pulse/ Tidak ada <100x/menit >100x/menit
denyut nadi
G: Grimance/ Tidak ada Gerakan Menangis
reflek sedikit
A: Activity/ Lumpuh Fleksi lemah Aktif
Tonus otot
R: Tidak ada Lemah, Tangisan kuat
Respiration/ merintih
pernapasan

2. Saran
Asfiksia sangat fatal akibatnya jika tidak diberikan tindakan segera dan tepat,
karena komplikasi yang terjadi pada jantung, paru, edema otak, ginjal. Sehingga
sebagai seorang calon perawat diharapkan mengetahui tindakan yang sesuai dan tepat
dalam melakukan perawatan agar tidak terjadi komplikasi tersebut.
1. Pada asfiksia berat( nilai APGAR 0-3)
Segera memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali.
2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas
kembali

31

Anda mungkin juga menyukai