Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Hipertensi


2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini
dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu
yang terpisah (FKUI, 2011).
Menurut WHO (2009) batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik
(atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg
atau lebih. Penulis menyimpulkan bahwa hipertensi adalah keadaan
menetap tekanan darah atau peningkatan tekanan darah di atas normal
yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan
diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140


mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia
80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60
tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian
telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus
dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
2.1.2 Etiologi
1) Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia
hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri dan kematian premature.
2) Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih
tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada
wanita mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun,
insiden pada wanita lebih tinggi.
3) Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih.
4) Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup
pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah,
tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh
stress agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih
tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama.
Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan
penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia
adalah faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis
yang berhubungan dengan hipertensi.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui,
biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara
pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
2.1.3 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2012).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala seperti Sakit kepala, Kelelahan, Mual, Muntah, Sesak nafas,
Gelisah, Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal dan Kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
1.1.5 Komplikasi
Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan adalah
1) Insufisiensi koroner dan penyumbatan
2) Kegagalan jantung
3) Kegagalan ginjal
4) Gangguan persyarafan
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi)
dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal danada DM.
2) CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3) EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
4) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal.
5) Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
1.1.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2) Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi
pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
a. Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum
belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.
b. Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat
dosis tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
c. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek
samping ganti DHA yang lain
d. Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan.
e. Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini
yaitu pada tekanan darah normal tinggi.

2.2 Manajemen Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama,
pendidikan, alamat, diagnosa medis, tanggal MRS, tanggal
pengkajian.
2) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan mengganggu saat ini.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Berisi keadaan dan keluhan saat terjadi serangan, waktu dan
frekuensi timbulnya serangan, penjalaran dan kualitas serangan,
tindakan yang telah dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk
mengatasi keluhan. Factor yang menjadi penyebabnya.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
dan biasanya berhubungan dengan masalah klien.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga terutama
penyakit menular atau keturunan.
6) Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya, serta bagaimana
perilaku klien terhadap tindakan yang dilakukan pada dirinya.
7) Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi
perifer) pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakitginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan
BB akhir akhir ini(meningkat/turun).
6. Neurosensori
Gejala. Nyeri/ ketidaknyaman
Tanda : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung), sakit kepala.

7. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
2.1.1 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular
2) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan diri
2.1.2 Intervensi Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard,
hipertropi ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak
terjadi iskemia miokard.
Kriteria hasil :Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah / bebankerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang
individu yang dapat diterima.
a. Pantau TD
Rasional :Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang
lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskular.

b. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya hipertropi atrium (peningkatan volume/tekanan atrium).
c. Amati warna kulit, kelembaban, suhu
Rasional :Adanya pucat, dingin, kulit lembab mengindikasikan
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan dekompensasi/penurunan
curah jantung.
d. Catat adanya edema
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskular.
2) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan :Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan
tampak nyaman.
a. Kaji skala nyeri,karakteristik dan lokasi nyeri
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri.
b. Bantu pasien menentukan posisi yang nyaman
Rasional : Klien sendiri yang merasakan posisi yang lebih
menyenangkan sehingga mengurangi rasa nyeri
c. Ajarkan tehnik relaksasi
Rasional : Mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian
pasien agar mampu mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : Sebagai profilaksis untuk menghilangkan nyeri.
3) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungandengan gangguan sirkulasi
Tujuan :Sirkulasi tubuh tidak terganggu.
Kriteria hasil :Perfusi jaringan yang membaik, TD dalam batas yang
dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala.
a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur
Rasional :Agar pertukaran udara (O2 dan CO2) adekuat
b. Pertahankan cairan dan obat-obatan.
Rasional :Mengurangi resiko dehidrasi.
c. Ukur masukan dan pengeluaran.
Rasional :Untuk menghitung keseimbangan cairan.
4) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi.
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan
penatalaksanaan perawatan diri
a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur.
Rasional :Menambah pengetahuan pasien tentang penyakitnya
b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang
Rasional :Mengurangi resiko stres
c. Diskusikan tentang obat-obatan yang dipakai, nama, dosis, waktu
pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
Rasional :Untuk menghindari kesalahan dalam pemakaian obat.

2.1.3 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent)
dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independent) adalah aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti
dokter dan petugas kesehatan lain.

2.1.4 Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.
Tujuannnya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.
2.3 KONSEP KELUARGA LANSIA
2.3.1 Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikarunia usia panjang, terjadi tidak bisa dihindari oleh
siapapun, namn manusia dapat berupaya untuk menghambat
kejadiannya. Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dann fungsi
normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakkan yang diderita. ( Arya, 2009)
1.3.2 Batasan-Batasan Usia Lanjut
1. Menurut WHO
(1) Usia pertengahan (middle age) : 45 59 tahun
(2) Usia lanjut (elderly) : 60 74 tahun
(3) Usia lanjut tua (old age) : 75 90 tahun
(4) Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
2. Menurut Prof. Dr. Koesmarto Suryonegoro
(1) Dewasa muda (elderly adulthood) : 18 / 20 25 tahun
(2) Dewsa penuh (middle years) atau maturitas : 25 60 / 65
tahun
(3) Lanjut usia : 75 - 80 tahun
(4) Very old : > 80 tahun
3. Menurut UU No. 4 tahun 1965 lajut usia adalah seseorang yang
usia 60 tahun (BAB I pasal 1 ayat 2) 4. Usia Psikologi : Yang
menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapi. Usia
Sosial : Yang menunjukkan kepada peran-[eran yang diharapkan
atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan
usianya Usia Biologis : Yang menunjukkan kepada jangka waktu
seseorang sejak lahirnya berada di dalam keadaan hidup tidak
mati.
4. Menurut Dra. Nya Jos Maedani
1. Fase inventus : 25 40 tahun
2. Fase verilitas : 40 50 tahun
3. Fase prasenium : 55 65 tahun
5. Teori-Teori Proses Menua
(1) Proses individual
(2) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
(3) Masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda
(4) Tidak ada satu faktor pun ditentukan untuk mencegah proses
menua.

1.3.3 Teori-teori
1) Secara keturunan dan atau mutasi (somatic mutatic theory) setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi
dari pada sel-sel kelamin.
2) Pemakaian dan rusak, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sl-sel
tubuh lelah (terpakai).
3) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut teori
akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adanya pigmen upo fructine di
sel otot ja di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada orang lanjut
usia yang mengakibatkan mengganggu fungsi sel itu sendiri.
4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
5) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekuurangan gizi.
6) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)

1.3.4 Teori Genetik Clock


Menurt teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies
tertentu tiap 3 spesies yang telah berputar menurut replikasi sel bila jam kita
akan meninggal dunia. Meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit akhir kotastrofal.
1) Teori social
a. Teori interaksi social (Sosial Exchange Theory)
Menjelaskan mengapa lansiabertindak pada suatu situais tertentu
yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
b. Teori penarikan diri (Disagagement Theory)
Dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan social, keadaan ini meningkatkan
prose interaksi social lanjut usia menurun.
c. Teori aktifitas (Activity Theory)
Teori aktfitas dikembangkan oleh Palerma (1965) dan et all (1972)
yang mengatakan bahwa penuaan tergantung dari bagaimana
seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakkan aktifitas.
Pokok-pokok teori aktifitas yaitu :
a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan terlibat
sepenuhnya dan lansia dimasyarakat.
b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seseorang
lansia.
d. Teori kesinambungan
Pokok-pokok teori kesinambungan :
a) Lansia tidak disarankan untuk dilepaskan peran ata harus aktif
dalam proses penuaan akan tetapi ada pengalamannya dimasa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau yang
dihilangkan.
b) Peran lansia yang tidak perlu diganti.
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam adaptasi.
e. Teori perkembangan (Development Theory)
Pokok-pokok teori perkembangan :
a) Masalah merupakan saat lanjut usia merumuskan seluruh masa
kehidupan.
b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan
social yang baru yaitu pension dan menduda.
c) Lanjut usia harus menyesuaikan diri akibat perannya yang
berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan
sosalnya.
f. Teori stratifikasi usia (Age Stratification Theory)
Pokok-pokok teiori stratifikasi :
a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
b) Terdapatnya transisis yang dialam ooleh kelompok
c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara
penduduk

1.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan


1) Herediter/keturunan
2) Nutrisi/makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stress
1.3.6 Perubahan-Perubahan Pada Usia Lanjut
1) Perubahan-perubahan fisik
(1) Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
(2) System persyarafan
a. Cepatnya penurunan hubungan persyarafan
b. Lamnbat dalam respon dan waktu untuk bereaksi
c. Mengecilnya syaraf panca indra
(3) System pendengaran
a. Presbiakus (gangguan pada pendengaran)
b. Membrane tympani menjadi atropi memyebabkan aterosklerosis
c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras atau
meningkatnyakeratin
(4) System pengelihatan
a. Kornea lebih berbentuk sfelis (bola)
b. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
c. Daya adaptasai terhadap kegelapan lebih lambat susah melihat
dalam cahayagelap
d. Hilangnya daya akomodasi
e. Menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang)
f. Menurunnya daya membedakan warna
(5) System kardiovaskuler
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
b. Kemampuan jantung memompa darah, menurun 1% setiap tahun
sesudah usia 20tahun
c. Kehilanggan elastisitas pembuluh darah
d. Tekanan darah meningkat
(6) System respirasi
a. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
b. Menurunnya sktifitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan elastisitas
d. Alveoali ukuranya melebar dri biasa dan jumlahnya berkurang
e. Oksigen pada arter menurun menjdi 75 mmHg
f. Oksigen pada arteri tidak diganti
(7) System gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebabnya adallah periodontal deases
b. Otot veika urinaria menjadi lemah dan kapasitas menurun
c. Pembesaran prosta 75% dialami oleh pria diatas 65 tahun
d. Atrofi vulva
e. Vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan
menurun
f. Daya seksal masih ada tidak ada batasan umur tertentu dimana
fungsi seksual berhenti
(8) System endokrin
a. Produksi dari semua hormone menurun
b. Fungsi dari paratiroid dan funginya tidak berubah
c. Pituitary, pertumbuhan hhormon ada tetapi lebih rendah
d. Menurunnya produksi tiroid
e. Menurunya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormone kelamin
(9) System integument
a. Kulit mengkerut atau keriput
b.Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu
c. Rambut dalam hidung dan telingan menebal
1.3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhhi perubahan mental
1) Perubahan fisik
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkunga
1.3.8 Perubahan-perubahan psikososial
1) Pensiunan
2) Merasakan atau sadar akan kematian
3) Perubahan dalam cara hidup
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan
5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan
6) Kesepian akibat dari pengasingan dari lingkungan sosial
7) Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan atau ketulian
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
9) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik
1.3.9 Tugas-Tugas Perkembangan Lansia
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Mempertahankan terhadap hidup seseorang merupakan suatu prediktor
kesejahteraan yang baik ntuk lansia. Kebanyakan lansia tinggal
dirumahnya sendiri yang pada umumnya dapat menyesuaikan diri lebih
baik dari pada yang tinggal dirumah anak atau keluarga mereka.
Perumahan setelah masa pensiun sering kali menjadi masalah meskipun
kebanyakan lansia memiliki rumah sendiri tetapi sebagian besar rumah
telah tua dan rusak.
3) Menyesuaikan pendapatan yang menurun Saat pensiun terjadi penurunan
pendapatan secara tajam seiring berjalannya waktu pendapatan menurun
kebutuhan meningkat seiring unculnya masalah kesehatan megakibatkan
penggunaan pelayanan kesehatan meningkat.
4) Mempertahankan hubungan perkawinan Perkawinan mempunyai
kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang berlangsung bagi
pasangan lansia. Riset menunjukkan meskipun terjadi penurunan
kapasitas seksual secara perlahan-perlahan namun keinginan dalam
kegiatan seksual terus, bahkan meningkat walaupun menurun karena
adanya masalah sosio emosional.
5) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan peran Secara umum merupakan
tugas perkembangan yang paling traumatis. Menurut penelitian lansia,
bahwa lansia wanita lebih mendeita karena kematian pasangannya
disbanding pria. Lansia menyadari kesadaran akan sebagai proes
kehidupan yang normal, akan tetapi kesadaran akan menyesuaikan
dengan mmudah terhadap kematian.
6) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi Keluarga merupakan
fokus interaksi social dan sumber utama dukungan social. Lansia
biasanya menarik diri dari aktifitas-aktifitasnya. Hubungan dengan
pasangan anak dan cucu-cucunya menjadi lebih penting. Anggota
keluarga merupakan sumber utama bantuan interaksi social.
7) Melakukan Life review Berbicara tentang kehidupan masa lalu lansia
menjadi aktifitas yang vital dan umum karena aktifitas ini
menggambarkan suatu penelaahan terhadap arti sentral dari kehidupan
lansia.

1,3.10 Masalah dan Penyakit yang Sering Dihadapi oleh Usia Lanjut
1) Mudah jatuh Ada 2 faktor penyebab mudah jatuh, yaitu :
(1) Faktor intrinsic
a. Gangguan jantung atau sistem sirkulasi darah
b. Gangguan sistem susunan syaraf
c. Gangguan sistem anggota gerak
d. Pengaruh obbata-obatan yang dipakai
e. Gangguan sistem pengelihatan
f. Gangguan psikologis
(2) Faktor ekstrinsik atau pengaruh lingkungan sekitar
a. Cahaya ruang yang kurang turang
b. Lingkungan yang tidak biasa bagi lanjut usia sehingga
dirasa asing pada sekitarnya
c. Lantai yang licin
(3) Mudah lelah, hal ini disebabkan
a. Faktor psikologis, yaitu perasaan bosan, keletihan, atau
perasaan depresi
b. Ganggan organis, yaitu anemia, kekurangn vitamin,
perubahan pada tulang(osteomalasia), gangguan
pncernaan, kelaianan metabolisme (diabetes melitius,
hipertiroid)
c. Pengaruh obat-obatan misalnya penggunaan obat
penenang, obat jantung, obat yang melelahkan daya kerja
otot.
(4) Nyeri dada
a. Penyakit jantung koroner yang menyebabkan iskemia
jantung
b. Aneurisma aorta
c. perikarditis
(5) Kekacauan mental akut, disebabkan
a. Keracunan
b. Penyakit infeksi demam tinggi
c. Alkohol
d. Penyakit metabolisme
e. Dehidrasi atau kekurangan cairan
f. Gangguan fungsi otak
g. Gagguan fungsi hati
h. Radang selaput otak (meningitis)
(6) Sesak nafas pada waktu melakukan kearaja fisik, dapat
disebabkan oleh
a. Kelemahan jantung
b. Gangguan sistem saluran nafas
c. Karena BB berlebihan (overweight)

(7) Berdebar-debar (palpitasi), dapat disebabkan oleh


a. Gangguan irama jantung
b. Keadaan umum adan yang lemah karena penyakit
kronis
c. Faktor-faktor psikologis dan lain-lain
Bila ketiga gejala nyeri dada, sesak nafas, dan
berdebar-debar terjadi bersamaan dalam waktu yang
sama kemungkinan besar adalah disebabkan karena
gangguanpadajantung.

(8) Pembenkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan


a. Kaki yang lama digantung (edema gravitasi
b. Gagal jantung
c. Bendungan pada vena pada bagian bawah
d. Kekurangan vitamin B1

(9) Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan


a. Gangguan sendi-sendi atau susunan sendi pada
susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis,
osteoartritis)
b. Gangguan pankeas
c. Kelainan ginjal (batu ginjal)
d. Gangguan pada rahim
e. Gangguan pada kelenjar prostat
f. Gangguan pada otot-otot badan
(10) Nyeri pada sendi pinggul, misalnya
a. Radang sendi (artritis)
b. Sendi tlang yang keropos (osteoporosis)
c. Kelainan tulang sendi (fraktur, dislokasi)
d. Akibat kelainan pada syaraf, dari punggung bagian
bwah yang terjepit
(11) BB menurun, dapat disebabkan
a. Karena kurang nafsu makan, karna kurangnya gairah
hidup atau kelesuan
b. Adanya penyakit kronis
c. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga
penyerapan makanan terganggu
d. Faktor social ekonomi (pensin)
(12) Sukar menahan BAK(sering ngompol), dapat disebabkan
a. Obat yang mengakibatkan sering berkemih atau obat
penenang yang terlalu banyak
b. Radang kandung kemih
c. Radang saluran kemih
d. Kelanan persyarafan pada kandung kemih
e. Faktor psikologis
(13) Sukar menahan BAB, dapat disebabkan
a. Obat-obat pencahar perut
b. Keadaan diare
c. Kelainan pada usus besar
d. Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rectum-
usus)
(14) Gangguan sulit tidur, dapat disebabkan
a. Faktor ekstrinsik (luar), misalnya lingkungan yang kurang
tenang
b. Faktor intrinsik, bisa organik dan bisa psikogenik, Organik
misalnya nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertent yang
membuat gelisah dan lain-lain. Psikogenik misalnya
depresi, kecemasan dan iritabilitas.
(15) Keluhan perasaan dingin, kesemutan pada anggota badan,
dapat disebabkan
a. Gangguan sirkulasi darah local
b. Gangguan persyarafan umum (gangguan pada kontrol)
c. Gangguan pada persyarafan local pada bagian anggota
badan
(16) Mudah gatal-gatal,hal ini disebabkan karena
a. Kelainan kulit : kering, degenerative (exzeme kulit)
b. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, gagal ginjal, penyakit
hati (hepatitiskronis), keadaan alergi, dan lain-lain pada
orang-orang sakit dengan lanjut usia sering kali harus
dipertimbangkan kemungkinan adanya penyakit keganasan
tumorpada organ tertentu yang mudah menyebar pada orga
tubuh yang lain.

(17) Keluhan pusing-pusing dan sakit kepala, dapat disebabkan


oleh
a. Gangguan lokal, misalnya : vascular, migraine (sakit kepala
sebelah), mata glauonma tekanan bola mata yang tinggi.
b. Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemi (kadar
gula dalam darah yang tinggi)
c. Psikologik, seperti perasaan cemas, depresi, kurang tidur,
kekacauan pikiran

1.3.11 Karakteristik Positif dan Negatif Pada Keluarga Lansia


1) Karakteristik positif
a. Mendapatkan banyak pengalaman dalam hidupnya
b. Perkembangan psikososial : sisa hidup sebagai arti hidup
keseluruhan, bertanya-tanya.
c. Perkembangan emosional : arif, bijaksana, percaya
d. Perkembangan moral atau agama : lebih berorientasi pada agama,
perbahan sistem nilai dari orientasi materi ke orientasi nilai
e. Spiritualitas yang semakin matang
f. Menerima kematian
g. Adaptasi keperibahan kemampan fisik terpenting
h. Kebebasan untuk kehidupan :pengembangan hob baru, pengunduran
diri, situasi keluarga dan kesehatan
i. Menerima keunikan terhadap pribadi

2) Karakteristik negatif
a. Mengalami perubahan fisiologis, misalnya pada wanita mengalami
menopause
b. Mengalami perubahan mental
c. Mengalami perubahan psikososial
d. Kadang-kadang bersifat menang sendiri
e. Rasa kehilangan dan memandang rendah orang lain
f. Timbulnya penyakit kronis

I.3.12 Tingkatan Perawatan Kesehatan Lansia


1) Perawatan sendiri
Setiap orang harus menjaga kesehatannya sendiri. Orang-orang lanjut usia
terutama harus didorong untuk melakukannya Karen hal ini merupakan
cara terbik untuk tetap aktif. Semakin mandiri orang lanjut usia tersebut,
maka hal itu akan semakin baik pula bagi mereka dan keluarga.
2) Perawatan keluarga
Banyak orang usia lanjut tidak dapat melakukan sesuatu untuk diri
mereka sendiri. Keluarga orang-orang lanjut usia harus membantu mereka
dalam hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan.
3) Perawatan masyarakat.
Terkadang seluruh anggota keluarga harus pergi bekerja sehingga bagi
lansia yang tidak dapat mengurus dirinya sendiri seyogyanya ada warga
lain yang dapat membantu lansia tersebut.dengan mempersiapkan
makanan atau hal lain untuk lansia tersebut. Kader kesehatan masyarakat
bertanggung jawab untuk menghapuskan problem kesehatan lansia dan
membantu keluargannya untuk merawat lansia lebih baik.

1.3.13 Tujuan Perawatan Kesehatan Lansia


1) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
2) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia
3) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit
mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut)
4) Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat
mengenal dan menegakan diagnose yang tepat dan dini bila mereka
menjumpai suatu kelainan tertentu.
5) Mencai upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu gangguan penyakit, masih dapat memperthankan
kebebasan yang semaksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara
kemandirian secara maksimal).
1.3.14 Peran Perawat dalam Mengupayakan Kesehatan Lansia
1) Upaya promotif
Upaya promatif adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan dan
semangat hidup lansia agar tetap berguna dan dihargai bagi diri sendiri,
keluarga dan masyarakat. Upaya-upaya ini dapat berupa : Kesegaran
jasmani dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
lansia.
a. Penyuluhan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
b. Penyuluhan tentang penggunaan alat bantu misalnya kaca mata, alat
bantu dengar.
c. Membina keterampilan agar dapat mengembangkan hobi.
d. Melibatkan lansia dalam kegiatan sosialsesuai denngan kemampuan
e. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan pada Tuhan
YME
2) Upaya preventif
Upaya preventif Adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit maupun komplikasinya yang disebabkan oleh
proses ketuaan.
a. Pemeriksaan kesehatan berkala
b. Kesegaan jasmani
c. Penyuluhan kesehatan
d. Pembinaan mental lansia dalam meningkatkan ketaqwaan pada
Tuhan
3) Upaya kuratif
Upaya kuratif adalah upaya pengobatan bagi lansia yang sakit.
a. Pelayanan kesehatan dasar
b. Upaya kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan
4) Upaya rehabilitative
Upaya rehabilitative adalah upaya mengembalikan fungsi organ yang
telah menurun, upaya ini dapat berupa :
a. Perawatan fisioterapi
b.Nasehat cara hidup sesuai dengan penyakit yang diderita
c. Pembinaan lansia dalam pembenahan kebutuhan pribadi
d.Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental
e. Memberikan informasi, pengetahuan tentang penggunaan berbagai
alat bantu
5) Pengembangan Upaya Kesehatan Lansia
Adalah suuatu upaya dalam penggunaan data yang diperoleh dari
survey studi untuk mengembangkan peran serta masyarakat dan
pelayanan di bidang kesehatan lansia dalam rangka pencapaian derajat
kesehatan lansia secara optimal. Upaya-upaya yang bisa dilakukan :
(1) Posyandu lansia
(2) Mengikutsrtakan dalam kegiatan masyarakat
(3)Menciptakan suasana hangat dalam keluarga
(4)Memberikan lingkungan yang aman
(5)Latihan kebugaran
(6)Tersedianya fasilitas perumahan lansia oleh pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Andra.B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : ECG

Arya.U., 2009. Psikologi Pada Lansia. Jakarta : ECG

Brunner.S., 2010. Buku Ajar Keperewatan Medical Bedah. . Jakarta : ECG

Gunawan. A., 2009. Perbandingan Efek Anlagesik Antara Parasetamol Dengan


Kombinasi Paracetamol Dan Kafein Pada Mencit. Available from.

Kuswardani. 2008. Gambaran Peran Keluarga Terhadap Perilaku Hidup. Jakarta :


ECG

Anda mungkin juga menyukai