Teori secara terminologis bermakna sebagai anggapan-anggapan yang dikemukakan
sebagai suatu penjelasan berdasar alasan yang dilandasi seperangkat fakta. Selain itu dapat berarti sebagai suatu cara untuk memahami tentang sesuatu hal mela-lui suatu kerangka berfikir, yang dapat menginterpretasi fakta dan pengalaman (Webster, 1959). Perencanaan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, bergantung pada segi obyeknya. Namun demikian hakekat perencanaan mengandung empat aspekutama (Gillie, 1971): 1) tujuan yang lebih baik pada masa mendatang; 2) keberadaan dan ketersediaan sumberdaya (alam manusia, modal, infonnasi: 3) keberadaan kendala atau keterbatasan; 4) dan efisiensi dan efektifitas. Hubungan antara teori dan perencanaan dapat ditunjukkan dari teori dalam perencanaan dan teori perencanaan. Teori perencanaan berarti suatu anggapan untuk dapat menginterpretasi fakta dan pengalaman menjadi konsep dan rencana, sedangkan teori dalam perencanaan mengandung makna sebagai cara untuk menginterpretasi sehingga dapat menyusun tujuan- tujuan pada masa mendatang dengan cara memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada, serta memperhatikan keterbatasan dan atau kendala yang ada, agar dapat dicapai suatu basil secara optimal.
Teori di dalam perencanaan dibedakan menjadi:
1. Theory of Planning. Teori ini menekankan pada proses perencanaan dan teori prosedural. Contoh dari teori ini adalah rational comprehensive planning. 2. Theory in Planning. Teori ini menerangkan penggunaan teori-teori lain untuk perencanaan dan substansi teori yang membentuk teori tersebut. Contohnya land use planning dan standard-standar dalam perencanaan. 3. Theory for Planning. Teori ini menjelaskan manfaat atau kegunaan perencanaan, misalnya advocacy, empowerment. Teori ini memiliki kecenderungan mengkritisi perencanaan yang ada. Beberapa Pendekatan Dalam Perencanaan di Indonesia saat ini : 1. Pendekatan Kritis Pendekatan yang kemudian berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan yang dipakai dalam perencanaan, dimana dalam menyatakan eksistensinya ditempuh dengan cara meminjam berbagai pandangan atau paradigm cabang ilmu pengetahuan yang telah berkembang lebih dulu, seperti ilmu sosial, ekonomi, matematika, statistik, antropologi dan lainnya. 2. Pendekatan Analitik Pendekatan Analitik adalah pendekatan yang kemudian berkembang menjadi suatu teori, dimana proses terbentuknya adalah muncul dari suatu pengamatan yang original yaitu dari suatu kerangka berpikir yang memang berbeda dengan kerangka berpikir lain. 3. Pendekatan Normatif Pendekatan Normatik adalah pendekatan yang kemudian mendukung berbagai kebijakan perencanaanbaik dalam proses atau prosedur dan cara melaksanakannya maupun substansi perencanaannya.
Perbedaan theory of Planning dengan Theory in Planning
Quade (1968) menyatakan bahwa planning adalah penerapan dari metode scientific (ilmiah) bagi pembuat kebijakan). Hal ini berarti ada kesadaran membuat usaha untuk meningkatkan keabsahan kebijakan pada masa sekarang dan mengantisipasi lingkungan di masa datang. Namun juga dapat berarti perencana atau planner tidak mengambil bagian dalam politik. Keabsahan merupakan sifat atau attribute dalam proses dimana keputusan dibuat. Proses ini melibatkan : 1) penasihat (adviser) sebagai penyedia (supplier) kemampuan ilmiah (pemikiran-pemikiran) dan 2) pengambil keputusan (decision maker). Advisor dan decision makers saling berinteraksi membentuk planning agency (badan, lembaga). Perencanaan (planning) adalah apa yang dikerjakan agency tadi, misal memberi nasihat ilmiah untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kebijakan, dan selama satu proses interaksi akan melibatkan peran adviser dan decision makers, namun disini seolah-olah advisor berperan menyenagkan decision maker. Planning merupakan pendekatan umum bagi pengambil keputusan, dan tidak terikat pada kegiatan-kegiatan dari satu profesipun ataupun satu kementrian dalam pemerintahan. Salah satu alasan untuk membedakan theory of planning dan theory in planning adalah adanya penempatan antara bentuk dan isi. Suatu teori yang digunakan sebagai dasar kebijakan mungkin sempurna dan berdasarkan bukti-bukti yang kuat (valid) untuk dirinya sendiri, namun ketika menjadi kebijakan yang dilaksanakan masih tidak efektif (invalid). Alasan kedua adalah perbedaan antara theory of planning dan theory in planning seharusnya dibuat adalah bahwa ada akibat yang tidak menguntungkan apabila tidak membuat perbedaan itu. J.Brian McLoughlin (1968) dalam bukunya system approach to urban and regional planning, mengusulkan suatu pandangan dari planning theory didasarkan pada teori lokasi, seperti apa yang dikenal sebagai theory in planning . Namun ia juga memberi pernyataan mengenai theory of planning. Dimana ia mengusulkan bahwa proses perencanaan harus mempunyai bentuk yang sama dengan proses pada mana manusia merubah lingkungannya. Dengan demikian theory of planning menjadi kesimpulan atau akibat dari theory in planning.