Anda di halaman 1dari 5

I.

DEFINISI

Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian pelayanan kesehatan dan pengobatan
pasien di rumah sakit. dalam usaha memenuhi kebutuhan gizi dan memberi terapi gizi untuk
peningkatan kesehatan, daya tahan dan menunjang perbaikan metabolisme pasien. Pelayanan ini
dilaksanakan oleh tim pelayanan gizi klinik rumah sakit dan Bagian Gizi (dietary).

Tim pelayanan gizi klinik adalah sekelompok tenaga kesehatan di RSUD BLUD Cut
Nyak Dhien Meulaboh yang mempunyai komitmen untuk memberikan pelayanan gizi yang
optimal dan menyelenggarakan terapi gizi. Tim ini merupakan tim multidisiplin yang dibentuk
oleh Direktur RS. Tim ini terdiri dari dr. SpGK (kalau ada) atau dokter internis yang mempunyai
kompetensi dalam bidang gizi klinik yang menyediakan waktu penuh untuk pelayanan Gizi
Klinik, Dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi untuk memberikan pelayanan bagi pasien
rawat inap.

Dietisien adalah tenaga kesehatan RS yang merupakan lulusan D3 Gizi/S1 Gizi yang
sudah memiliki Sertifikat Kompetensi Gizi dan memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Tenaga
Gizi.
II.TATA LAKSANA

A. Pasien rawat inap

Pasien baru rawat inap yang masuk melalui IGD (Instalasi Gawat Darurat) diukur berat
badan dan tinggi badannya atau bila tidak bisa ditimbang dilakukan pengukuran LLA ( Lingkar
Lengan Atas ) untuk pasien anak anak usia 0 14 tahun diukur berat badan dan panjang badan,
skrining gizi dilakukan oleh perawat di rawat inap dalam 24 jam setelah pasien dirawat dengan
menggunakan SGA. Bila hasil skrining menunjukkan hasil pasien dengan resiko malnutrisi dan
malnutrisi maka perawat ruangan menginformasikan ke Bagian Gizi (dietisien). Bagi pasien
dengan status gizi baik dan pasien resiko malnutrisi ringan dan sedang, maka asesmen gizi
dilakukan oleh dietisien dan bila pasien malnutrisi berat maka asesmen gizi dilakukan oleh Tim
Terapi Gizi. Bagi pasien dengan status gizi baik evaluasi dapat dilakukan setelah 7 hari rawat.
Pasien dengan resiko malnutrisi sedang dan berat dimonitor dan dievaluasi setiap hari kemudian
dilakukan assesmen ulang setelah 3 hari.

B. Pasien rawat jalan


Skrining dilakukan oleh perawat dengan menggunakan menggunakan IMT (Indeks
Masa Tubuh) atau LLA untuk pasien dewasa dan baku WHO NCHS untuk anak anak usia 0
sampai 14 tahun. Bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi ringan dan sedang dirujuk ke
klinik gizi dan ditangani oleh Dietisien, bila ditemukan pasien dengan resiko malnutrisi berat
dirujuk ke klinik gizi dan ditangani oleh Dokter SpGK atau Dietisien.
C. Asesmen Gizi
Status nutrisi dengan menggunakan kriteria Malnutrition Universal Screening Tool
(MUST), yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menata laksana pasien dewasa yang
mengalami gizi buruk, kurang gizi, atau obesitas. Untuk pasien anak > 5 tahun menggunakan
grafik CDC dan < 5 tahun dengan grafik Z Score ( WHO, 2005 )
a. Asesmen Gizi Pasien Dewasa
Kelima langkah MUST adalah sebagai berikut:
Pengukuran alternatif:
1) Jika tinggi badan tidak dapat diukur, gunakan pengukuran panjang lengan bawah
(ulna) untuk memperkirakan tinggi badan dengan menggunakan tabel dibawah ini .
Pengukuran dimulai dari siku (olekranon) hingga titik tengah prosesus stiloideus
(penonjolan tulang di pergelangan tangan), jika memungkinkan, gunakanlah tangan
kiri.
2) Untuk memperkirakan IMT, dapat menggunakan pengukuran lingkar lengan atas
(LLA)
a) Lengan bawah sisi kiri pasien harus ditekuk 90 terhadap siku, dengan lengan atas
paralel di sisi tubuh. Ukur jarak antara tonjolan tulang bahu (akromion) dengan
siku (olekranon). Tandai titik tengahnya.
b) Perintahkan pasien untuk merelaksasikan lengan atasnya, ukur lingkar lengan atas
di titik tengah, pastikan pita pengukur tidak terlalu menempel terlalu ketat
3) Langkah 3: adanya efek/pengaruh akut dari penyakit yang diderita pasien, dan
berikan skor (rentang antara 0-2). Sebagai contoh, jika pasien sedang mengalami
penyakit akut dan sangat sedikit/tidak terdapat asupan makanan > 5 hari, diberikan
skor 2
4) Langkah 4: tambahkan skor yang diperoleh dari langkah 1, 2 dan 3 untuk menilai
adanya risiko malnutrisi :
a) Skor 0 = risiko rendah
b) Skor 1 = risiko sedang
c) Skor 2 = risiko tinggi
5) Langkah 5: gunakan panduan tatalaksana untuk merencanakan strategi keperawatan
berikut ini :
a) Risiko rendah
Perawatan rutin: ulangi skrining pada pasien di rumah sakit (tiap minggu), pada
pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum dengan usia > 75 (tiap
tahun).
b) Risiko sedang
Observasi:
Catat asupan makanan selama 3 hari
Jika asupan adekuat, ulangi skrining : pasien di rumah sakit (tiap minggu),
pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum (tiap 2-3 bulan).
Jika tidak adekuat, rencanakan strategi untuk perbaikan dan peningkatan
asupan nutrisi, pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi secara
teratur
c) Risiko tinggi
Tatalaksana:
Rujuk ke ahli gizi
Perbaiki dan tingkatkan asupan nutrisi
Pantau dan kaji ulang program pemberian nutrisi: Pada pasien di rumah
sakit (tiap minggu), pada pasien rawat jalan (tiap bulan), masyarakat umum
(tiap bulan).
d) Untuk semua kategori:
Atasi penyakit yang mendasari dan berikan saran dalam pemilihan jenis
makanan
Catat katagori risiko malnutrisi
Catat kebutuhan akan diet khusus dan ikuti kebijakan setempat
b. Asesmen Gizi Pasien Anak
1) Asesmen Gizi Pasien Anak > Lima Tahun
Menggunakan grafik CDC dengan rumus :
% IBW = ( BB Aktual / BB Ideal) x 100 %
Klasifikasi % IBW :
Obesitas : > 120 % BB Ideal
Overweight : > 110 % - 120 % BB Ideal
Gizi Normal : 90 % - 110 % BB ideal
Gizi Kurang : 70 % - 90 % BB Ideal
Gizi Buruk : < 70 % BB Ideal
2) Asesmen Gizi Pasien Anak < Lima Tahun
Dengan melihat grafik Z Score WHO 2005 : BB / TB, BB / U. TB/U. Usia O 2 tahun
laki laki warna biru dan perempuan warna merah muda. Usia 2 5 tahun laki laki
warna biru dan perempuan warna merah muda.
Kriteria :
>3 SD : Obesitas
2 SD 3 SD : Gizi Lebih
- 2 SD 2 SD : Gizi baik
- 2 SD - - 3 SD: Gizi kurang
- 3 SD : Gizi buruk
III. DOKUMENTASI

Mendokumentasikan pemeriksaan pasien merupakan langkah kritikal dan penting dalam


proses asuhan pasien. Hal ini umumnya dipahami pelaksana praktek kedokteran bahwa jika
anda tidak mendokumentasikannya, anda tidak melakukannya. Dokumentasi adalah alat
komunikasi berharga untuk pertemuan di masa mendatang dengan pasien tersebut dan dengan
tenaga ahli asuhan kesehatan lainnya. Alasan lain mengapa dokumentasi sangat kritikal terhadap
proses asuhan pasien didaftarkan.beberapa metode berbeda digunakan untuk
mendokumentasikan asuhan pasiendan PCP, dan beragam format cetakan dan perangkat lunak
komputer tersedia untuk membantu farmasis dalam proses ini. Dokumentasi yang baik adalah
lebih dari sekedar mengisi formulir; akan tetapi, harus memfasilitasi asuhan pasien yang baik.
Ciri-ciri yang harus dimiliki suatu dokumentasi agar bermnanfaat untuk pertemuan dengan
pasien meliputi: Informasi tersusun rapi, terorganisir dan dapat ditemukan dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai