Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit.


1. Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. (Ilmu Penyakit
Dalam,2009)
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera
dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang
disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah
dikenali dari gejala meriang. (panas dingin menggigil) serta demam
berkepanjangan.(www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=46)
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui
perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp.
(www.depkes.go.id)

2. Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti golongan
burung, reptil, dan mamalia. Termasuk jenis plasmodium dari family
plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi erotrosit
(sel darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati
dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk
anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium
yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22
pada primata. Parasit Malaria yang Terdapat di Indonesia
Plasmodium malaria yang sering dijumpai ialah plasmodium vivax
menyebabkan malaria tertiana (Benign malaria) dan plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria).
Plasmodium malariae pernah juga dijumpai tetapi sangat jarang.
Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau
Timor, pulau Owi (utara Irian Jaya). (Ilmu Penyakit Dalam, 2009).

3. Epidemiologi
Penyakit malaria merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat, karena setiap tahun 500 juta manusia terinfeksi malaria
dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Kasus terbanyak
berada di Afrika namun juga melanda Asia, Amerika Latin, Timur
Tengah dan beberapa negara Eropa. Diduga sekitar 36% penduduk
dunia terkena risiko malaria. (Depkes, 2008)
Di Indonesia pada tahun 2007 telah terjadi 1.700.000 kasus klinis
malaria dengan 700 kematian. Dari 576 kabupaten yang ada, 424
kabupaten diantaranya merupakan daerah endemis malaria dan
diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular. Pengukuran
angka kesakitan menggunakan Annual Parasite Incidence (API) dan
Annual Malariae Incidence (AMI). Untuk provinsi Kepulauan Riau
yang merupakan daerah endemis malaria pada tahun 2007
melaporkan, bahwa dalam upaya pemberantasan malaria dengan API
0.87 per 1000 penduduk, AMI 0.88 per 1000 penduduk.
Tingkat penularan malaria dapat berbeda tergantung pada faktor
setempat, seperti pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak
pada lokasi basah), kedekatan antara lokasi perkembangbiakan
nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Beberapa daerah memililki angka kasus yang cenderung tetap
sepanjang tahun Negara tersebut digolongkan sebagai "endemis
malaria ".
Di daerah lain, ada musim malaria yang biasanya berhubungan
dengan musim hujan. Epidemik yang luas dan berbahaya dapat
terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah
di mana masyaratnya memiliki kontak dengan parasit namun
memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekebalan
terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan
rendah pindah ke wilayah yang memiliki kasus malaria tetap.
Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim basah dan banjir, atau
perpindahan masyarakat akibat konflik. (www.depkes.go.id).

4. Klasifikasi
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria
berdasarkan jenis plasmodiumnya antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk
yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang
semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum.
Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang berdiameter 1/3
diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang
memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin). Klasifikasi
penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang
sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum
sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung
parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan
endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan
iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya
dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan
gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan


Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/
lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai
hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita.
Skizon Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang
tersusun seperti kelopak bunga/rossete. Bentuk gametosit sangat
mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil. Ciri-ciri demam
tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada
kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise
umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti
sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria,
hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip


Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit
dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di
pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi
Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated.
Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua
malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16
hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan
paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi lebih dari 10 kali walau pun
tanpa terapi dan terjadi pada malam hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi


eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal.
Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring
dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.
Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli.
Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit,
kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejalamalaria jenis ini secara
periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malariadan
mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam
setiap 72 jam. Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang
menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang
paling berat ditandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya
komplikasi.

5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon
matang (sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale),
pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap
hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari.
Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam
periodik. Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya Trias
Malaria (malaria proxysm) secara berurutan :
1)PeriodeDingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat
menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnyatemperatur.
2)PeriodePanas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap
tinggi sampai 40oC atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3)Periodeberkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,
sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering
tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.

b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala
khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan
menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran
limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3 kali
lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada
batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada
palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien
akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa
iliaca dekstra.

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling


berat adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh
penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat
hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan
eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang.
d.Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat
kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel
darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain : 1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan.
Ikterus ini dapat terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan
dan hati dapat mengkonjugasikan semua bilirubin yang di hasilkan.
2)Ikterushepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada
disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.
3)IkterusObstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui
duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).

6. Patofisiologi
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoal blood
parasite yaitu spesies plasmodium. Plasmoodium yang menimbulkan
penyakit pada manusia terdapat 4 spesies. Plasmodium falciparum
menyebabkan malaria tropikana, Plasmodium vivax menyebabkan malaria
tertiana, Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale, Plasmodium
malariae menyebabkan malaria kuartana.Untuk membedakan jenis infeksi
dari masing masing plasmodium dapat dianalisis dari pemeriksaan
penunjang yang menunjukkan perbedaan morfologi dari hapusan darah,
serta manifestasi klinis baik karakteristik demam, serta manifestasi klinis
lainnya yang khas pada setiap plasmodium.
Infeksi plasmodium melibatkan manusia sebagai host dan nyamuk
sebagai vektor dan hosr definitif. Siklus hidup plasmodium terdiri dari fase
seksual dan aseksual. Fase seksual eksogen (sporogoni) dalam tubuh
nyamuk. Fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes perantara/manusia;
daur dalam darah (skozogoni eritrosit),daur dalam sel parenkim
hati/stadium jaringan (skizogoni ekso-eritrosit). keluar puluhan ribu
ratusan ribu sporozoit yang akan menuju kelenjar liur nyamuk inangnya.
Melalui gigitan nyamuk Anopheles, sporozoit masuk aliran darah selama
1/2-1 jam menuju hati untuk berkembang biak. Selanjutnya berpuluh-
puluh ribu merozoit masuk ke dalam darah dan masuk ke dalam eritrosit
untuk berkembang biak menjadi tropozoit.
Skizon eritrosit pecah (disebut sporulasi), sambil membesarkan puluhan
merozoit sebagian skizon masuk kembali ke eritrosit baru dan sebagian
lagi membentuk mikro dan makro gametosit. Gametosit akan terisap oleh
nyamuk Anopheles saat menghisap darah penderita untuk memulai fase
sporogoni. (Darmowandowo,2007)lisisoosista (proses sprogoni) dalam
dinding lambung nyamuk ookinet Vektor malaria adalah Nyamuk
Anopheles betina, yang merupakan inang definitif. Dalam lambung
nyamuk mikrogametosit dan makrogametosit Plasmodium, masing-masing
telah menjadi mikrogamet dan makrogamet yang kemudian kawin
(singami):zigot. Gigitan nyamuk yang terinfeksi dimulai dari bentuk
aseksual yaitu sporozoite ke dalam sirkulasi darah. Sporozoite menuju
hepatocytes (sel hati) membentuk schizont (bentuk asexsual). . Schizonts
mengalami maturasi dan multiplikasi disebut hepatic schizogony atau
preerythrocytic. Pada infeksi P vivax and P ovale , sporozoite berubah
menjadi hupnozoite yang merupakan bentuk dorman sehingga dapat
menyebabkan penyakit setelah terinfeksi beberapa bulan atau tahun.
(WHO,2010) Preerythrocytic schizogony membutuhkan waktu 6-16 hari
dan menghasilkan pecahnya sel dan ledakan invasi ribuan merozoites di
darah .
Merozoites menuju erythrocytes dan menginisiasi asexual reproductive
siklus, kemudian disebut erythrocytic schizogony. Parasite sukses
meleawati fase tersebut kemudian menjadi trophozoite dan schizont, dan
akhirnya berhsil membentuk merozoites yang lebih poten. Merozoites
yang matur menyebabkan rupturnya sel darah merah dan melepaskan
merozoite baru multiple antigenic and pyrogenic (substansi yang
menyebabkan demam) menuju aliran darah. Sebagian merozoite yang baru
akan menginfeksi sel darah merah yang baru, dan sebagian berdiferensiasi
membentuk fase seksual : gametosis jantan dan betina yang merupakan
bagian dari siklus erythrocytic schizogony. Nyamuk yang menghisap
darah pasien dengan gametocymia mendapatkan betuk seksualyang
merupakan bagian dari siklus hidup plasmodium. (WHO,2011)
Rupturnya banyak eritrosit bersamaan dengan pelepasan banyak pyrigen
yang menyebakan paroxysms dari demam malaria. Periode demam
malaria sesuai dengan waktu yang dibutuhkan untuk siklus eritrosit yang
mendefinisikan masing-masing jenis plasmodium. P malariae memerlukan
72 jam untuk setiap siklus , disebut quartan malaria. Dan tiga spesies lain
memerlukan 48 jam untuk 1 siklus dan menyebabkan alternatife demam di
lain hari (tertian malaria). Namun periode ini sesuai dengan perkembangan
parasit dan stimulasi pelepasan substansi kimia biila tidak singkron maka
periode demam tidak dapat diamati.
Selain melalui gigitan nyamuk , malaria juga dapat ditularkan melalui
tranfusi darah dan penularan tranplancental. Parasitemia pada donor
kadang tidak menimbulkan manifestasi klini berupa demam. Hal ini
disebabkan karena merozoit tidak mengivasi sel hati. Karena tidak terjadi
perkembangan dalam hati bila maka pengobatan pada serangan akut
merupakan pilihan pengobatan yang lengkap. Selain ini transmisi juga
dapat terjadi melalui transplantasi organ. Penularan lain yaitu
transplancental dari ibu dengan malaria kepada bayinya di dalam
kandungan. Orang yang berisiko tinggi lainnya adalah orang yang
bepergian dari daerah endemis, serta pasca bepergian namun tidak lengkap
mendapatkan chemoprofilaksis, serta bayi dan orang dengan
imunocompromise (WHO,2010).
Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria adalah :
serangan primer, periode latent, recrudescense, relapse atau rechute.
Periode latent mulai akhir masa inkubasi hingga timbul gejala paroksima
trias malaria (dingin, demam, dan berkeringat), Periode latent yaitu masa
tanpa keluhan fisik dan tanpa parasitemia.Recrudescense adalah
berulangnnya parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
Relaps adalah berulangnnya keluhan klinik lama setelah terjadi masa
latent biasanya terjadi pada P vivax atau ovale. (Harijanto,2007)
Infeksi P falciparum menyebabkan malaria yang parah. Spesies ini
lebih virulen dari yang lain karena menyebabkan parasitemia yang tinggi
dan tumpukan virus yang berkontribusi pada kematian sel organ. Faktor
parasit yang mempengaruhi P,falcifaraum adalah sitoadherensi (perlekatan
eritrosit parasit pada permukaan endotel vaskuler sehingga memiliki
variasi antigenik yang sangat besar), sekuetrasi (karena adanya
sitoadherensi menyebabkan P.falciparum terperangkap dalam
mikrovaskuler dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada pembuluh
darah perifer, otak, hepar,ginjal, paru, jantung, usus, dan kulit yang
mememgang peranan patofisiologi malaria berat), Rosetting
(berkelompoknya eritrosit parasit matur diselubungi 10 atau lebih eritrosit
non parasit; rosetting akan menyebabkan obstruksi dan mempermudah
terjadinya sitoadherensi yang lebih besar), sitokin dan NO (Nitrit oksida)
yang berlebihan karena respon infeksi.Penyimpanan bagian dari parasite
ini merupakan cirri spesifik dari spesies ini. Sesuai dengan perkembangan
siklusnya setiap 48 jam bagain kecil dari P falcifarum masih tertingal pada
pembulu postcapilary yang kecil . Karena alasan ini hanya pada awal
infeksi parasit ini dapat dideteksi pada pembuluh darah perifer dan
merupakan waktu penting diagnostik malaria infeks P falcifarum.
Sequestrasi dari parasit menyebabkan perubaman status mental hingga
koma pada infeksi P falciparum pada anak kejang, konvulsi sering menuju
kematian karena infeksi hingga microvaskular pada jaringan otak.Selain
itu cytokine dan ivasi parasit dalam jumlah besar menyebabkan kematian
sel tertuama pada cental venous system (CNS), paru-paru dan ginjal.
Bebberapa penderita infeksi P falciparum meninggalkan sequele seperti
(hemiparesis, cerebellar ataxia, aphasia, spasticity)
Manifestasi lainnya dalah hipoglycemia karena glukosa darah banyak
diambil alih oleh plasmodium. Anemia berat dapat karena banyaknya sel
darah merah yang lisis. Mekanisme lain dari anemia pada malaria adalah
dyserythropoiesis, dan hypersplenism sehingga anemia pada malaria
cenderung berat dan dapat menyebabkan kematian. Berkurangnya umur
sel darah merah yang beredar diikuti dengan penekanan sumsum tulang
ditunjukkan dengan trombositopenia mengganggu koagulasi intravaskular
sehingga dapat mengarah pada perdarahan sistemik. Anemia kronik pada
anak menyebabkan malnutrisi dan terhentinya pertumbuhan.malaria
serebral diduga disebabkan adanya obstruksi pembuluh kapiler darah di
otak karena sitoadherensi dan sekuetrasi.
Kadar laktat dalam CSS cenderung meningkat biasanya disertai dengan
gangguan fungsi organ lain ikterik,gagal ginjal, hipoglikemik, dan edema
paru. Gagal ginjal akut sering terjadi pada penderita malaria dewasa
diduga disebabkan adanya anoksia karena penurunan darah ke ginjal
akibat dari obstruksi kapiler. Kecenderungan terjadinya perdarahan karena
trombositopenia karena pengaruh sitokin sehingga terjadi gangguan
intrakoagulai pada infeksi P falciparum. Edema paru yang disebabkan
adanya kelebihan cairan dibuktikan dalam otopsi terdapat edema yang
difus, kongesti paru, perdarahan dan pembentukan membran hialin.
Manifestasi gastrointestinal yang sering muncul adalah nausea dan muntah
, diare, konstipasi, kembung diduga terkait dengan proses infeksi virus.
Hiponatremia bersamaan penurunan osmolalitas plasma akibat kehilangan
cairan dan garam melalui muntah dan mencret (Harijanto,2007).

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Imunoserologis
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan
pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan
ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.
b. Pemeriksan Biomolekuler
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang
dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi plasmodium. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler
dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini
tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai
instrumen hitung parasit. Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk
mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita
malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
c. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibody
spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik
plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus
dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan
enzim immunoassay. Pemeriksaan tes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu
kali dengan hasil negatif tidak mengenyampingkan diagnosa malaria.
Pemeriksaan darah tepi 3 kali dengan hasil negatif maka diagnosa
malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh
tenaga yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Adapau
pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:
Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria
karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah
tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan.
Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan
identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5
menit
Tetesan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan
preparat darah tebal sulit dilakukan. Kepadatan parasit
dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat
dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit
per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk
menentukan prognosa penderita malaria, walaopun komplikasi
dapat timbul dengan jumlah parasit yang minimal.
Tes antigen: P-F test
Yaitu mendeteksi antigen P-Falciparum (histidine rich protein
II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat
khusus.
Tes serologi.
Tes serologi mulai dikembangkan sejak tahun 1962 dengan
memakai teknik indirect fluorescent antibody test. Tes ini
berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria
atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diganostik sebab antibodi baru
terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor
darah. Titer >1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan test>1:20
dinyatakan positif. Metode-metode tes serologi antara lain
indirect hemagglutinin test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.
Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)
Pemeriksaan ini dianggap paling peka dengan teknologi
amplifikasi DNA, waktunya singkat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. .
8.Penatalaksanaan
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,
sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin.
Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis,
pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa
komplikasi dalam program pemberantasan malaria, sulfadoksin-
pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita malaria
falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti malaria pilihan
untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain
itu kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria
dengan komplikasi. Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria
pelengkap pada malaria klinis, pengobatan radikal dan pengobatan
malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa
atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria.
Khusus di Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan
kombinasi obat antimalaria diuji coba sebagai profilaksis dan
pengobatan malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksazol-trimetoprim dan
siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat antimalaria
yang bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan
kina.
a. Pengobatan malaria falciparum Lini pertama : Arte
sunat+Amodiakuin+Primakuin. Dosis artesunat = 4 mg/kgBB (dosis
tunggal), amodiakuin = 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin = 0,75
mg/kgBB (dosis tunggal). Apabila pemberian dosis tidak
memungkinkan berdasarkan berat badan penderita, pemberian obat
dapat diberikan berdasarkan golongan umur. Dosis makasimal
penderita dewasa yang dapat diberikan untuk artesunat dan amodiakuin
masing-masing 4 tablet, 3 tablet untuk primakuin.
Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok
Umur.

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th > 15 th

I Artesunat 1 2 3 4
Amodiakuin 1 2 3 4
Primakuin - - 1 2 2-3

II Artesunat 1 2 3 4
Amodiakuin 1 2 3 4

III Artesunat 1 2 3 4
Amodiakuin 1 2 3 4

Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan


malaria falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan
untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin
bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di dalam darah.
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila pengobatan
lini pertama tidak efektif. Lini kedua :
Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin. Dosis kina = 10
mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin = 4 mg/kgBB/hr
(dewasa, 2x/hr se lama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th, 2x/hr selama 7
hari), tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7 hari). Apabila
pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan
penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur.
Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria falciparum :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th > 15 th

I Kina * 3x 3x1 3 x 3x2-3


Doksisiklin - - - 2x1** 2x1***
Primakuin - 1 2 2-2

II-VII * 3x 3x1 3x 3x2-3


- - - 2x1** 2x1***
* : Dosis diberikan per kgBB
** : 2x50 mg Doksisiklin
*** : 2x100 mg Doksisiklin

b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale


Lini pertama : Klorokuin+Primakuin. Kombinasi ini digunakan sebagai
pilihan utama untuk pengobatan malaria vivax dan ovale. Pemakaian
klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual.
Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di
sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di eritrosit. Dosis total
klorokuin = 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin = 0,25
mg/kgBB/hr (selama 14 hari). Apabila pemberian dosis obat tidak
memungkinkan berdasarkan berat badan penderita obat dapat diberikan
berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.
Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale :
Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th

I Klorokuin 1 2 3 3-4
Primakuin - - 1

II Klorokuin 1 2 3 3-4
Primakuin - - 1

III Klorokuin 1/8 1 1 2


Primakuin - - 1
IV-XIV Primakuin - - 1

Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian


obat, ditemukan keadaan sebagai berikut : klinis sembuh (sejak hari
keempat) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak hari
ketujuh. Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah
pemberian obat :
- Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
- Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang atau timbul kembali setelah hari ke-14.
- Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara
hari ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau
infe ksi baru).

Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin


Lini kedua : Kina+Primakuin. Dosis kina = 10 mg/kgBB/ka li (3x/hr
selama 7 hari), primakuin = 0,25 mg/kgBB (selama 14 hari). Dosis obat
juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan
golongan umur sebagai berikut :
Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1bln 2-11bln 1-4th 5-9th 10-14th >15th
1-7Kina * * 3x 3x1 3x2 3x3
1-14Primakuin - - 1*:Dosis diberikan per kgBB

Pengobatan malaria vivax yang relaps Sama dengan regimen


sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan. Dosis klorokuin
diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB
dan primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5
mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan
tabel dosis berdasarkan golongan umur.

Pengobatan malaria vivax yang relaps :

Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th

1 Klorokuin 1 2 3 3-4
Primakuin - - 1 1 2
2 Klorokuin - 2 3 3-4
Primakuin - - 1 1 2
3 Klorokuin 1/8 1 1 2
Primakuin - - 1 1 2
14-14 Primakuin - - 1 1 2
c. Pengobatan malaria malariae .

Klorokuin 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25


mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh parasit bentuk aseksual dan
seksual P. malariae. Pengobatan dapat juga diberikan berdasarkan
golongan umur penderita.

Pengobatan Malaria Malariae :


Hari
Jenis Obat Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th >15 th
I Klorokuin 1 2 3 3-4
II Klorokuin 1 2 3 3-4
III Klorokuin 1/8 1 1 2

d.Kemopofilaksis

Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi


malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat.
Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke
daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok
atau individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka waktu
yang lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti
pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain. Oleh karena
P.falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi
maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies
ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi
P.falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan.
Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama
tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk P.vivax dapat
diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap minggu. Obat
tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis
sampai 4 minggu setelah kembali. Dosis Pengobatan Pencegahan
Dengan Klorokuin : Golongan Umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin
(dosis tunggal, 1x/minggu)< 1 1-4 5-9 1 10-14 1 > 14 2

9.Prognosis

Uncomplicated malaria yang disebabkan P vivax,P malariae, and P


ovalememiliki prognosisyang baik. Kebanyakan pasien puluh dengan
sempurna tanpa sequelae. Malaria P falciparum sangat berbahaya bila
tidak ditangani dengan cepat dan tuntas karena akan menyebabkan
severe malaria dan menuju progonosis yang buruk
Malaria pada anak dibawah 5 tahun memiliki prognosis buruk di daerah
endemic. Pada daerah endemic dengan imunitas yang lemah dapat
menyebabkan kematian pada umur tersebut, malaria berulang, anemia
kronis, malnutrisi, pertumbuhan yang terlambat.

10.Komplikasi

Cerebral malaria, disebabkan P falciparum, memiliki mortality rate


of 25%, mentmeski dengan treatment terbaik. Kebanyakan
kematian disebabkan oleh komplikasi , dan serangan akut pada anak
umur 6 bulan-3 tahun dapat diobservasi . Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat dapat meyelamatkan anak dengan malaria.
Penderita biasanya meninggalkan sequelae (seperti , hemiparesis,
cerebellar ataxia, aphasia, spasticity).P falciparum melakukan
sekuetrasi pada mikrovaskular sehingga Seizures dan comabiasa
terjadi pada anak dengan malaria. Tanpa cerebral malaria , anak
yang mengalami konvulsi berulang dapat menuju kematian.
Perdarah terjadi pada anak dengan kekebalan tubuh lemah
karena parasitemia yang tinggi menyebabkan gangguan
intrakoagulasi.
hemolisis pada tingkat tertentu dapat menyebabkan gagal ginjal
terkait glucose-6-phosphatase dehydrogenase (G-6-PD)
deficiency or an antibody-mediated yang menyebabkan
destruksi eritrosit..
Anemia terjadi karena ada mekanisme dyserythropoiesis,
hypersplenism, erythrocyte survival memendek , bone marrow
suppressn. Malarial anemia bisa sangat parah dan menyebabkan
kematian.
Parsite malaria memakan glukosa. Parasitemia yang berat
menyeababkan hypoglycemia, serta berasosiasi dengan quinine
and quinidine therapy. Hypoglycemia susah dibedakan dengan
cerebral malaria
Blackwater fever adalah kondisi hemolysis gagal ginjal akut.
Jarang dapat diamati sekarang lebih diakibatkan karena
profilaksis terapi dengan menggunakan quinine.
Komplikasi lainnya adalah :
Pulmonaryedema
Hyperpyrexia
Circulatory collapse (algid malaria)
Jaundice
11.Pencegahan

Metode yang digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit, atau


untuk melindungi individu-individu di daerah di mana malaria endemik,
termasuk obat-obatan profilaksis, pemberantasan nyamuk, dan
pencegahan gigitan nyamuk.

1.Pengendalian vektor.

Upaya untuk membasmi malaria dengan menghilangkan nyamuk


telah berhasil di beberapa daerah. Malaria pernah umum di Amerika
Serikat dan Eropa selatan, tetapi program pengendalian vektor, dalam
hubungannya dengan pemantauan dan pengobatan pada manusia yang
terjangkit, dieliminasi dari daerah-daerah. Teknik serangga steril yang
muncul sebagai metode pengendalian nyamuk potensial. Kemajuan
menuju transgenik, atau rekayasa genetika, serangga menunjukkan
bahwa populasi nyamuk liar bisa dibuat malaria resisten. Para peneliti
di Imperial College London menciptakan malaria pertama di dunia
nyamuk transgenik, dengan plasmodium tahan spesies pertama
diumumkan oleh tim di Case Western Reserve University di Ohio pada
tahun 2002. Penggantian berhasil populasi saat ini dengan populasi
rekayasa genetika baru, bergantung pada mekanisme drive, seperti
elemen transposabel untuk memungkinkan non-Mendel warisan dari
gen yang diinginkan. Namun, pendekatan ini mengandung banyak
kesulitan dan keberhasilan adalah prospek yang jauh. Sebuah metode
bahkan lebih futuristik pengendalian vektor adalah gagasan bahwa laser
dapat digunakan untuk membunuh nyamuk terbang.

2. Profilaksis obat.

Beberapa obat, yang sebagian besar juga digunakan untuk pengobatan


malaria, dapat diambil preventif. Umumnya, obat ini diminum setiap
hari atau mingguan, pada dosis yang lebih rendah daripada yang
digunakan untuk pengobatan orang yang benar-benar tertular penyakit
itu. Obat modern yang digunakan preventif meliputi mefloquine
(''Lariam''), doxycycline (tersedia umum), dan kombinasi atovakuon
dan hidroklorida proguanil (''Malarone''). Pilihan obat yang akan
digunakan tergantung pada obat parasit di daerah tersebut resisten
terhadap, serta efek samping dan pertimbangan lainnya. Efek
profilaksis tidak memulai segera setelah mulai meminum obat, sehingga
orang sementara mengunjungi daerah endemis malaria biasanya mulai
mengambil obat satu sampai dua minggu sebelum tiba dan harus terus
membawa mereka selama 4 minggu setelah meninggalkan (dengan
pengecualian proguanil atovakuon yang hanya perlu dijalankan 2 hari
sebelum dan dilanjutkan selama 7 hari setelahnya). Penggunaan obat
profilaksis mana nyamuk pembawa malaria yang hadir dapat
mendorong perkembangan imunitas parsial.

3. Indoor sisa penyemprotan.

Penyemprotan residu dalam ruangan (IRS) adalah praktek


penyemprotan insektisida pada dinding interior rumah di daerah yang
terkena malaria. Setelah makan, istirahat banyak spesies nyamuk pada
permukaan yang terdekat sementara mencerna bloodmeal, jadi jika
dinding tempat tinggal telah dilapisi dengan insektisida, nyamuk
istirahat akan dibunuh sebelum mereka dapat menggigit korban lain,
mentransfer parasit malaria. Satu masalah dengan semua bentuk
Penyemprotan Indoor Residual insektisida resistensi melalui evolusi
nyamuk. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Perilaku
Nyamuk dan Pengendalian Vector, spesies nyamuk yang dipengaruhi
oleh IRS adalah spesies endophilic (spesies yang cenderung untuk
beristirahat dan tinggal dalam ruangan), dan karena iritasi yang
disebabkan oleh penyemprotan, keturunan evolusi mereka untuk
menjadi tren exophilic (spesies yang cenderung untuk beristirahat dan
hidup di luar pintu), yang berarti bahwa mereka tidak terpengaruh-jika
terpengaruh sama sekali-oleh IRS, rendering itu agak tidak berguna
sebagai mekanisme pertahanan.

4. Kelambu dan seprai.

Kelambu membantu menjaga nyamuk menjauh dari orang-orang dan


sangat mengurangi infeksi dan penularan malaria. Jaring bukan
penghalang sempurna dan mereka sering diperlakukan dengan
insektisida untuk membunuh nyamuk yang dirancang sebelum memiliki
waktu untuk mencari cara melewati net. Jaring insektisida (ITN)
diperkirakan akan dua kali lebih efektif sebagai jaring tidak diobati,.
Meskipun ITN terbukti sangat efektif terhadap malaria, kurang dari 2%
dari anak-anak di daerah perkotaan di Sub-Sahara Afrika yang
dilindungi oleh ITN. Sejak feed Anopheles''''nyamuk di malam hari,
metode yang disukai adalah untuk menggantung "kelambu" besar di
atas pusat tempat tidur sedemikian rupa sehingga tirai turun dan
meliputi tempat tidur sepenuhnya.

Distribusi kelambu diresapi dengan insektisida seperti permetrin atau


deltametrin telah terbukti menjadi metode yang sangat efektif
pencegahan malaria, dan juga salah satu metode yang paling efektif-
biaya pencegahan. Jaring ini sering dapat diperoleh untuk sekitar $
2,50-$ 3,50 (2-3 euro) dari PBB, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
dan lain-lain. ITN telah terbukti menjadi metode pencegahan paling
efektif-biaya terhadap malaria dan merupakan bagian dari WHO
Millenium Development Goals (MDGs). Untuk efektivitas maksimum,
jaring harus kembali diresapi dengan insektisida setiap enam bulan.
Proses ini menimbulkan masalah logistik yang signifikan di daerah
pedesaan. Teknologi baru seperti Olyset atau DawaPlus memungkinkan
produksi tahan lama kelambu insektisida (LLINs), yang melepaskan
insektisida sekitar 5 tahun, dan biaya sekitar US $ 5,50. ITN
melindungi orang-orang tidur di bawah jaring dan sekaligus membunuh
nyamuk bahwa kontak net. Perlindungan juga diberikan kepada orang
lain dengan metode ini, termasuk orang-orang tidur di ruangan yang
sama tetapi tidak berada di bawah net.

5. Vaksinasi.

Imunitas (atau, lebih tepat, toleransi) tidak terjadi secara alami, tetapi
hanya sebagai respons terhadap infeksi berulang dengan beberapa strain
malaria.Saat ini, ada berbagai macam kandidat vaksin di atas meja. Pra-
erythrocytic vaksin (vaksin yang menargetkan parasit sebelum
mencapai darah), dalam vaksin tertentu berdasarkan CSP, membentuk
kelompok terbesar penelitian untuk vaksin malaria. Kandidat vaksin
lainnya termasuk: orang-orang yang berusaha untuk membujuk
kekebalan terhadap darah tahap infeksi, orang-orang yang berusaha
untuk menghindari patologi yang lebih parah dari malaria dengan
mencegah kepatuhan dari parasit ke venula darah dan plasenta, dan
transmisi-blocking vaksin yang akan menghentikan perkembangan
parasit di kanan nyamuk setelah nyamuk telah mengambil bloodmeal
dari orang yang terinfeksi. Diharapkan bahwa pengetahuan dari P.''
falciparum''genom, urutan yang selesai pada tahun 2002, akan
memberikan target untuk obat baru atau vaksin.
B. Konsep Asuhan Keperawatan .

Proses keperawatan adalah cara yang sistematis yang dilakukan oleh


perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan
dengan melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan
yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan
ynag telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan,
pada setiap tahap, saling terjadi ketergantungan dan slaing ketergantungan
(Azimul, Aziz. 2004). Proses keperawatan terdiri dari tahap pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.

b. Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat
dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan
aliran darah.

c. Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

d. Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan


Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
e. Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma

f. Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

g. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol,


riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka
traumatik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau


masalah kesehtan actual atau potensial, berdasarkan data yang telah
dikumpulkan yang pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat untuk melakukannya ( Aziz. 2004).Diagnosa keperawatan pada pasien
dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang timbul dapat diuraikan
seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 2000)

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan


makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem


kekebalan tubuh; prosedur tindakan invasive.

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek


langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam
tubuh.

e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat
kesalahan interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnose keperawatan maka intervensi dan aktivitas


keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan
mencegah masalah keperawatan klien. Rencana keperawatan malaria
berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan


makanan yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .

Tindakan/ Intervensi :

1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan


catat masukan makanan klien

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan


konsumsi makanan.

2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat

Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu


cepat setelah periode anoreksia

3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.


Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi
nutrisi
4) Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa
berpartisipasi/ control

5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang
berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada
organ

6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi

Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi


kebutuhan nutrisi.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem


tubuh(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.

Tindakan/ Intervensi :

1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.


Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus
dan hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan
perkembangan status syok/ penurunan perfusi jaringan.

2) Amati adanya menggigil dan diaforosis

Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada


infeksi umum.

3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk


memperbaiki selama masa terapi

Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau


pertumbuhan dari organisme.
4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.

Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk


infeksi umum

5) Dapatkan spisemen darah.

Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria

c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme dehirasi efek


langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

Tindakan/ intervensi :

1) Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.


Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut.Pola
demam menunjukkan diagnosis.

2) Pantau suhu lingkungan.

Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk


mempertahankan suhu mendekati normal.

3) Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.

Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol


mungkin menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan
kulit.

4) Berikan antipiretik.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya


pada hipotalamus.

5) Berikan selimut pendingin.

Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.


d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh

Tindakan/ intervensi

1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.

Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen,


memaksimalkan efektifitas dari perfusi jaringan.

2) Pantau terhadap kecenderungan tekanan darah, mencatat perkembangan


hipotensi dan perubahan pada tekanan nadi.

Rasional : Hipotensi akan berkembang bersamaan dengan kuman yang


menyerang darah

3) Perhatikan kualitas, kekuatan dari denyut perifer.

Rasional : Pada awal nadi cepat kuat karena peningkatan curah jantung,
nadi dapat lemah atau lambat karena hipotensi yang terus menerus,
penurunan curah jantung dan vaso kontriksi perifer.

4) Kaji frukuensi pernafasan kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnea


berat.

Rasional : Peningkatan pernafasan terjadi sebagai respon terhadap efek-


efek langsung dari kuman pada pusat pernafasan. Pernafasan menjadi
dangkal bila terjadi insufisiensi pernafasan, menimbulkan resiko
kegagalan pernafasan akut.

5) Berikan cairan parenteral.

Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah besar


cairan mungkin dibutuhkan untuk mendukung volume sirkulasi.
e. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

Tindakan/ intervensi:

1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat


pilihan.

2) Berikan informasi mengenai terapi obat - obatan, interaksi obat, efek


samping dan ketaatan terhadap program.

Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam


penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.

3) Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan


seimbang.

Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.

4) Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.


Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan
penyembuhan

5) Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.


Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan
mengurangi jumlah penyebab penyakit yang ada.

6) Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.


Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
4. Pelaksanaan

Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan


melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Aziz. 2004).

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut:

a. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi

b. Keterampilan interpersonal,intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat


dan efisien pada situasi yang tepat

c. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi

d. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Keliat, Anna Budi, 2001)

5. Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses
keperawatan (diagnose, tujuan, intervensi) harus dievaluasi.

a. Klien menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi

b. Klien menunjukkan tanda-tanda terpenuhnya kebutuhan cairan

c. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih


lanjut

d. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat
perkembangan klien

e. Klien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal (Suryadi,


dkk. 2001)
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN

a. IDENTITAS KLIEN DAN PENANGGUNG JAWAB


1) Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Alamat : JL. Abi kusmo, Plaju

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Status Perkawinan : Menikah

No.Rekam Medik : 0559888

Tanggal Masuk RS :17 Februari 2010

Tanggal Pengkajian :18 Februari 2010

Diagnosa Medis : Malaria vivax


b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Umur : 23 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Indonesia

Alamat : JL. Abi kusmo, Plaju

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Hubungan dengan klien : Istri

c. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Klien merasa demam & menggigil

2) Riwayat Perjalanan Penyakit

Sejak + 2 minggu SMRS klien mengatakan lemah, demam terlalu tinggi,


suhunya naik turun, klien tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, mual dan
muntah. Klien sempat minum obat yang dibeli dari warung karena
badannya masih panas pada pukul 08.00 WIB tanggal 17 Februari 2010,
klien langsung di bawa keluarganya ke RSUD Palembang Bari.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Tidak ada masalah kesehatan terdahulu


4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengidap


penyakit malaria.

5) Riwayat Psikologi

Klien mengatakan sudah bisa menerima keadaannya dan keluarga selalu


memberikan motivasi kepada klien

6) Riwayat Sosial

Klien bersikap baik dan dapat bekerjasama dengan perawat, dokter, dan
tim kesehatan lainnya

7) Riwayat Spritual

Klien menganut agama Islam dan selalu berdoa akan kesembuhan


penyakitnya

8) Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Kegiatan SMRS Setelah MRS


1. Pola Makan
- Frekuensi 3 x sehari 2 x sehari
- Jenis Nasi dan lauk Nasi dan lauk
- Jumlah 1 piring piring

- Masalah Tidak ada Ada masalah. Klien


merasakan lidahnya
pahit dan mual saat
makan
2. Pola Minum
- Frekuensi 8 gelas / hari 8 gelas / hari
- Jenis Air putih Air putih
- Jumlah 1,5 liter 1,5 liter
- Masalah Tidak ada Tidak ada

3. Pola Eliminasi
BAB
- Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
- Konsistensi Padat Padat
- Warna Kuning Kuning
- Masalah Tidak ada Tidak ada
BAK
- Frekuensi 6-7 hari / hari 6-7 hari / hari
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Jumlah 1000-1500 1000-1500 cc / hari
- Masalah cc / hari Tidak ada
Tidak ada
4. Pola Aktivitas dan Istirahat
- Tidur siang 1 jam / hari 2 jam / hari
- Tidur malam 7 jam / hari 2 jam / hari
- Gangguan tidur Tidak ada Ada masalah. Klien
merasa menggigil
dan klien merasa
terganggu dengan
suasana lingkungan
yang ramai
5. Personal Hygiene
- Mandi 2x sehari 1x sehari
- Gosok gigi 2x sehari 2x sehari
- Rambut Bersih Cukup bersih
- Kuku Bersih Bersih
- Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari
d. Pemeriksaan Fisik

Tingkat kesadaran : compos mentis

Vital sign

- TD : 110/70 mmHg
- RR : 24 x / menit
- Nadi : 86 x / menit
- Temperature : 38 0 c
- BB SMRS : 48 kg
- BB selama masuk RS : 47 kg
- Tinggi badan : 155 cm

Kepala

- Rambut : hitam
- Lesi : tidak ada
- Kebersihan : bersih
- Bentuk : lonjong

Mata

- Bentuk : simetris
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : isokor
- Konjungtiva : anemis

Hidung

- Reaksi alergi : tidak ada


- Polip : tidak ada
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada kelainan
Telinga

- Pendengaran : baik
- Lesi : tidak ada
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada kelainan

Mulut dan Gigi

- Bibir : kering
- Gigi : tidak ada caries
- Lidah : tidak ada lesi
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada kelainan

Leher

- Bentuk : simetris
- Pergerakan : tidak terbatas
- Pembesaran : tidak ada pembesaran vena jugularis
- Masalah : tidak ada kelainan

Dada

- Inspeksi : simetris
- Palpasi : tidak ada vokal permitus
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : ada bising usus
- Masalah : tidak ada kelainan

Abdomen

- Inspeksi : simetris
- Palpasi : pembesaran pada hepar sebelah kiri
- Perkusi : redup
- Auskultasi : ada bising usus
Ekstremitas atas

- Bentuk : simetris
- Keadaan : baik
- Pergerakan : baik
- Nyeri : tidak ada
- Lesi : tidak ada
- Masalah : tidak ada kelainan

Ekstremitas bawah

- Bentuk : simetris
- Keadaan : baik
- Pergerakan : baik
- Nyeri : tidak ada
- Lesi : tidak ada
- Masalah : tidak ada kelainan

Genitalia : tidak melakukan pemeriksaan


e. Pemeriksaan Penunjang

(17 Februari 2010)

HEMATOLOGI HASIL NORMAL


Hemoglobin 14,8 L : 14-16 g/dl
P : 12-14 g/dl
Leukosit 8700 5.000-10.000/ul
Trombosit 210.000 150.000-400.000/ul
Hematokrit 34 % L : 40-48%
P : 37-43%
Basofil 0 0-1%
Eosinofil 0 1-3%
Batang 5 2-6%
Sigmen 70 50-70%
Limfosit 20 20-40%
Monosit 5 2-8%
DDR (malaria) (+) plasmodium Negatif
vivax

f. Therapi

- IVFD RL gtt 20 x/menit

- Paracetamol 3x1 mg

- Kloroquin 4-4-2

- Ranitidin 2 x1 ampul

- Clobazam 1x1 mg

- Diet BB
g. Analisa Data

Nama Klien : Tn. A No. Reg. : 055988

Umur : 25 tahun Diagnosa : Malaria

NO TGL ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH


JAM
1 18-02- DS: Klien Nyamuk Peningkatan
10 mengatakan anopheles suhu tubuh
08.00 badannya
wib menggigil Plasmodium
DO: vivax
- Klien tampak
gelisah Masuk jaringan
- Klien tampak tubuh
menggigil
- T : 38 0 c Viremia
- RR: 24 x /
menit inter leukin
- Nadi : 86 x/
menit peningkatan
hipotalamus

2 Peningkatan suhu Gangguan
tubuh kebutuhan
18-02- nutrisi
10 Nyamuk
08.30 Anopheles
wib
DS: klien Plasmodium
mengatakan kurang vivax
nafsu makan
DO: Masuk jaringan
- klien tampak tubuh
lemah
- Klien tampak Viremia
mual
- porsi makan yang Lambung
tersedia hanya
dihabiskan piring Asam lambung
- BB SMRS: 48 kg meningkat
- BB selama MRS :
47 kg Refleks mual dan
- TD: 110 / 70 mm muntah
Hg
- Nadi : 86 x / Intake nutrisi
3 menit menurun Gangguan
- RR : 24 x / menit pola tidur
Anoreksia

18-02- Perubahan nutrisi
10
08.45 Nyamuk
wib anopheles

Plasmodium
vivax

Masuk jaringan
DS:Klien tubuh
mengatakan susah
tidur Viremia
DO:
- klien tidak bisa inter leukin
tidur
- klien tampak peningkatan
gelisah hipotalamus
- konjungtiva
anemis Peningkatan suhu
- Pola tidur tubuh
SMRS: 7 jam
- Pola tidur selama Insomnia
MRS: 2 jam
Gangguan pola
tidur

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus


ditandai dengan:

DS: Klien mengatakan badannya menggigil

DO: - Klien tampak gelisah

- Klien tampak menggigil

- T : 38 0 c

- RR: 24 x / menit

- Nadi : 86 x/ menit
b) Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang
tidak adekuat ditandai dengan :

DS: klien mengatakan kurang nafsu makan

DO:- klien tampak lemah

- Klien tampak mual

- porsi makan yang tersedia hanya dihabiskan piring

- BB SMRS: 48 kg

- BB selama MRS : 47 kg

- TD: 110 / 70 mm Hg

- Nadi : 86 x / menit

- RR : 24 x / menit

c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh


ditandai dengan:

DS:Klien mengatakan susah tidur

DO: - klien tidak bisa tidur

- klien tampak gelisah

- konjungtiva anemis

- Pola tidur SMRS: 7 jam

- Pola tidur selama MRS: 2 jam


PERIORITAS MASALAH

1.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan hipotalamus

2.Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak


adekuat

3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

Anda mungkin juga menyukai