Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Aktivitas Sehari-hari terhadap Mekanisme Kerja Otot

Kelompok F3

Bintang Davit Cohen (102010349)


Catherine Dorinda C (102011293)
Leonardo (102012017)
Suli Intan (102012235)
Maria Oce Yea ST (102012119)
Abi Mayu (102012150)
Christina (102012287)
Erma Kairunisa (102012349)
Mohamad Soleh (102012442)
Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Abstrak

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata lelah. Kelelahan otot akan
terjadi ketika kita melakukan aktivitas yang berat dan dalam waktu yang cukup lama. Kelelahan
otot merupakan suatu keadaan dimana otot tidak mampu mempertahankan kontraksi yang
diberikan sehingga otot menjadi lelah dan lemas. Kondisi kelelahan otot setiap orang berbeda-
beda tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan ketahanan tubuh. Pada
kasus-kasus orang yang mengalami kelelahan otot, dapat dijelaskan melalui mekanisme
kontraksi dan relaksasi. Otot terdiri dari sel-sel panjang yang disebut serabut otot yang mampu
berkontraksi ketika ada rangsangan sehingga disebut juga alat gerak aktif. Berdasarkan struktur
dan fungsinya, otot dibagi menjadi otot polos, rangka dan jantung. Otot dapat berkontraksi dan
berelaksasi karena tersedianya energi dari sumber-sumber energi aerob, anaerob dan keratin
fosfat. Melalui kontraksi otot, tubuh manusia dapat melakukan suatu aktivitas. Otot yang
umumnya bekerja pada saat kontraksi dan relaksasi adalah otot rangka karena otot rangka
bekerja secara sadar. Kontraksi terus menerus pada otot akan membuat kelelahan pada otot
sehingga tubuh menjadi lemah dan lemas.
Kata kunci: kelelahan otot, kontraksi, relaksasi
Abstract; Every day in life, we often hear the word tired. Muscle fatigue will occur when we are
doing strenuous activities and for a long time. Muscle fatigue is a condition where the muscles
are not able to sustain given that muscle contraction becomes tired and weak. The condition of
muscle fatigue every person is different but it all boils down to loss of efficiency and decreased
endurance. In cases of people experiencing muscle fatigue, can be explained through the
mechanism of contraction and relaxation. The muscle consists of long cells called muscle fibers
are able to contract when there is a stimulus that is also called the tool motion. Based on the
structure and function, muscle divided into smooth muscle, skeletal and heart. Muscles can
contract and relax because of the availability of energy from energy sources aerobic, anaerobic
and keratin phosphate. Through muscle contraction, the human body can perform an activity.
Muscles are generally working at the time of contraction and relaxation of skeletal muscle is due
to skeletal muscle work consciously. Contraction of the muscle will continue to make fatigue in
the muscles so that the body becomes weak and limp.
Key words: muscle fatigue, contraction, relaxation

Pendahuluan

Bergerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Sebagai makhluk hidup, manusia dapat
bergerak oleh karena adanya suatu jaringan yang disebut jaringan otot. Otot merupakan alat
gerak aktif pada manusia karena otot dapat melakukan gerakan memendek (kontraksi) dan
melemas (relaksasi). Dalam melakukan gerakan, otot tentu saja memerlukan energy agar dapat
melakukannya, energy tersebut merupakan Adenosin Tri Posphat (ATP) yang dapat diperoleh
dari metabolism otot baik secara aerob maupun anaerob. Otot juga merupakan jaringan yang
berperan penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari pada manusia. Secara anatomi, otot
diklasifikasikan menjadi tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot polos dan otot jantung. Jika
manusia tidak memiliki otot, tidak dapat bergeraklah manusia itu. Namun otot juga memiliki
keterbatasan dalam bekerja dan tidak bisa dipaksa untuk melakukan kegiatan terus menerus.
Kesalahan gerak, kerja yang berlebihan, dan kurangnya pemanasan, juga dapat menimbulkan
gangguan pada otot.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar kata lelah. Kelelahan otot akan
terjadi ketika kita melakukan aktivitas yang berat dan dalam waktu yang cukup lama. Kelelahan
otot merupakan suatu keadaan dimana otot tidak mampu mempertahankan kontraksi yang
diberikan sehingga otot menjadi lelah dan lemas. Kondisi kelelahan otot setiap orang berbeda-
beda tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan ketahanan tubuh. Pada
kasus-kasus orang yang mengalami kelelahan otot, dapat dijelaskan melalui mekanisme
kontraksi dan relaksasi. Tetapi sebelum kita mengetahui mekanisme tersebut, penulis akan
membahas mengenai definisi, fungsi, dan struktur otot.

Kasus
Seorang perempuan berusia 34 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lemas dan
lelah pada sekujur tubuh sejak 1 minggu yang lalu. Perempuan tersebut adalah seseorang
pedagang kue keliling. Dari anamnesa diketahui bahwa ia sudah beberapa kali mengalami
keadaan seperti ini.
Hipotesis
Kelelahan otot dapat menyebabkan lemas dan lelah pada sekujur tubuh.
Pembahasa

Otot

Otot yang terdiri dari sel-sel panjang yang disebut serabut otot yang mampu berkontraksi
ketika ada rangsangan sehingga disebut juga alat gerak aktif. Dengan kontraksi, otot
menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. Terdapat lebih dari 50 otot dalam tubuh
manusia. Berat dari seluruh otot tersebut adalah 40% berat tubuh kita. Di dalam serabut otot
terdapat potein aktin dan miosin yang tidak mudah larut.1

Dalam otot juga terdapat beberapa bagian, diantaranya membrane yang melapisi suatu sel
otot yang fungsinya sebagai pelindung otot atau sarkolema, cairan sel otot yang fungsinya untuk
tempat dimana myofibril dan miofilamen berada atau sarkoplasma, serat-serat pada otot atau
myofibril, benang-benang filament yang berasal dari myofibril atau disebut miofilamen.
Miofilamen dibagi menjadi dua jenis yaitu miofilamen homogen yang terdapat pada otot polos
dan miofilamen heterogen yang terdapat otot jantung dan otot rangka atau lurik.2

Fungsi Sistem Muskular

Sistem Muskular memiliki tiga fungsi utama, yaitu; pergerakan, penopang tubuh dan
mempertahankan postur dan produksi panas. Otot mengahasilkan gerakan pada tulang tempat
otot tersebut melekat. Otot juga menopang rangka dan dapat mempertahankan tubuh saat berada
dalam posisi duduk maupun berdiri. Selain itu, kontraksi otot secara metabolis akan
menghasilkan panas yang dapat mempertahankan suhu normal tubuh.2
Ciri-ciri Otot

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot akan
memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kotraksi otot dapat terjadi
apabila otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang
beristirahat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa otot memiliki 4 ciri, yaitu:
kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas.2
Kontraktilitas adalah saat dimana serabut otot berkontaksi dan menegang, dalam kasus ini dapat
melibatkan pemendekan otot atau juga tidak. Pemendekan yang dihasilkan akan sangat terbatas
karena kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat. Pada eksitabilitas, serabut
otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf. Ekstensibilitas, serabut otot
memiliki kemampuan untuk meregang melebih panjang otot saat relaks. Sementara, elastisitas,
serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau meregang.2

Struktur Otot

Secara fungsional, otot diklasifikasikan menjadi otot volunter (dikontrol sesuai keinginan) atau
otot involunter (bawah sadar).3

Secara struktural, otot dibedakan menjadi otot lurik (dengan garis-garis menyilang) atau polos
(tidak bergaris).3

Berdasarkan struktur dan fungsinya, otot dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Otot polos yang bekerja secara tidak sadar (involunter) dapat dijumpai pada dinding
organ berongga seperti semua bagian usus, pembuluh darah, saluran genitourinaria,
kandung kemih, arteri pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. Bentuk ototnya seperti kumparan (gelendong), panjang dan
langsing. Inti ada 1 dan berada di tengah. Otot polos dipersyarafi oleh sistem saraf
otonom, yang dapat meningkatkan atau menurunkan kecepatan kontraksi. Kerja otot
polos lambat dan tidak cepat lelah. Otot polos terutama mengandalkan pemasukan
kalsium dari cairan ekstrasel untuk memulai kontraksi. Sel otot polos yang matang dapat
mengalami pembelahan sel.3
2. Otot rangka yang bekerja secara sadar (volunter) melekat ke tulang melalui tendon dan
berfungsi menggerakan tulang. Otot rangka disebut juga otot lurik karena pengaturan
filamen-filamennya yang tumpang tindih sehingga memberikan sel-sel itu penampakan
berlurik atau bergaris di bawah mikroskop. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot
atau miofibril dan diselubungi membran halus disebut sarkolema serta yang berinti
banyak. Kerja otot rangka cepat dan mudah lelah. Otot rangka juga menggunakan
kalsium yang dibebaskan dari ruang intrasel untuk berkontraksi. Otot rangka yang sudah
matang tidak mengalami pembelahan sel.3

3. Otot jantung yang bekerja secara tidak sadar (involunter) membentuk dinding kontraktil
jantung. Di bawah mikroskop cahaya, otot jantung memiliki pola bergaris-melintang
serupa dengan otot rangka namum serat-seratnya bercabang dan saling berhubungan
dengan serat di dekatnya. Sifat unik otot jantung adalah adanya diskus interkalaris yang
tersusun melintang pada interval teratur sepanjang serat. Reaksi terhadap rangsangan
lambat dan tidak mudah lelah.3

Potensial membran

Otot dapat bekerja apabila mendapat rangsangan. Mekanisme terjadinya rangsangan disebut
sebagai potensial membran. Pertama-tama potensial membran berada pada ambang -70 mv. Pada
saat itu potensial membran berada dalam faase istirahat. Fase ini disebut fase polarisasi.
Manifestasi awal terjadinya potensial aksi adalah timbul depolarisasi membran. Ketikaa
rangsangan datang, maka pintu Na akan terbuka sehingga Na masuk dan muatan dalam sel
menjadi netral. Pada tahap ini masa depolarisasi mencapai -55 mv yang biasa disebut mencapai
firing level atau ambang letup. Pada masa ini seluruh pintu Na telah terbuka seluruhnya sehingga
seluruh ion Na akan masuk. Potensial membran ini akan terus meningkat hingga mencapai spike
ppotensial atu kajut julang di 30 mv. Pada tahap ini seluruh pintu na tertutup sehingga tidak ada
ion Na yang masuk maupun keluar. Oleh karena jumlah Na di dalam sel menyebabkan membran
dalam sel bermuatan positif, maka ion K akan keluar membran sel sehingga membentuk muatan
positif di luar sel. Fase ini disebut fase repolarisasi. Namun, sekalipun muatan telah beradaa
dalam keadaan normal, ion-ion nya berada pada posisi yang kurang tepat. Posisi Na yang
seharussnya berada di luar sel dan posisi ion K yang seharusnya berada di dalam sel akan
dikembalikan dengan menggunakan pompa Na K.3

Gambar 4. Tahap Potensial Membran

Kontraksi Otot

Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik, dihantar ke
sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls sampai ke sambungan otot-saraf
yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetikolin yang kemudian akan dilepaskan ke
dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika asetikolin yang dilepaskan menempel
pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke
seluruh sel otot.4

Gambar 2. Proses Kontraksi Otot


Proses ini kemudiaan diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ (kalsium) yang berada diantara sel otot.
Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan tropomiosin ke
aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan merangsang kegiatan
protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan membentuk aktomiosin. Aktin dan
miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot memendek dan terjadilah peristiwa
kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran filamen (sliding filamen) yang berujung
pada peristiwa kontraksi.4

Gambar 3. Teori Pergeseran Filamen


Relaksasi Otot

Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu diikuti dengan relaksasi, yaitu proses
pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot akan segera terjadi apabila pemberian
rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot dihentikan. Mekanisme relaksasi pada sel otot
mirip dengan proses repolariasi pada sel saraf.5
Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin telah
habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan
pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion kalsium
kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi berikatan dengan
troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah, otot kembali
memanjang, terjadilah relaksasi. Kontraksi otot bergantung pada produksi ATP dari salah satu
dari tiga sumber5:
- Reaksi anaerob (jalur glikolisis)
- Reaksi aerob (memakai oksigen)
- Kreatin fosfat
1. Reaksi anaerob

Glikolisis adalah proses penguraian karbohidrat (glikogen atau glukosa) menjadi asam
piruvat dan terjadi di dalam sitoplasma. Satu molekul glukosa menjadi dua molekul asam
piruvat. Glikolisis tidak membutuhkan oksigen dan merupakan reaksi anaerobik. Terdapat
tiga tahap utama glikolisis.6

Tahap 1 : Fosforilasi pendahuluan


Molekul glukosa akan mengalami (6C) akan mengalami fosforilasi melalui penambahan
dua gugus fosfat. Reaksi ini akan menggunakan energi dalam bentuk dua molekul ATP.7

Tahap 2 : Pemecahan gula


Gula 6C akan terpecah menjadi dua molekul gula 3C terfosforilasi (menjadi ada fosfat).7

Tahap 3 : Oksidasi dan pembentukan ATP


Dua molekul gula 3C terfosforilasi akan dioksidasi dengan melepaskan dua atom
hidrogen dari setiap molekul gula 3C terfosforilasi. atom hidrogen ini akan ditransfer ke
pembawa hidrogen NAD+ yang akan mereduksinya menjadi NADH + H+. Molekul gula
dengan 3 zat karbon (3C) akan diubah menjadi asam piruvat melalui serangkaian reaksi.
Selama reaksi inilah gugus fosfat kedua akan ditambahkan ke molekul gula 3C.
Pelepasan gugus fosfat ini akana melepaskan energi dan energi ini digunakan untuk
membentuk ATP melalui fosforilasi substrat.7
Jadi pada glikolisis, dari satu molekul glukosa akan diproduksi7 :
- 2 molekul asam piruvat
- 2 molekul NADH
- 2 molekul ATP
2. Reaksi aerob

Konversi asam piruvat menjadi asetil Koenzim A (dekarboksilasi oksidatif) Oleh karena
adanya oksigen, asam piruvat hasil glikolisis diarahkan ke siklus Krebs dan membentuk
asetil KoA. Pada saat yang sama, dua atom hidrogen akan ditransfer ke akseptor hidrogen
NAD+ membentuk NADH dan H+. 8
Siklus Krebs
Siklus ini ditemukan oleh Sir Hans Kreb. Siklus ini melibatkan asam-asam organik
dengan tiga gugus karboksil. Komponen siklus Krebs ditemukan di dalam mitokondria.
Siklus ini dimulai dengan pengggabungan asetik KoA dengan asam oksaloasetat (4C).9
Tahap-tahap dalam siklus Krebs adalah :
Pembentukan asam sitrat
Asam sitrat akan terbentuk jika asetil KoA (2C) bergabung dengan asam
oksaloasetat (4C).
Oksidasi molekul 6C untuk membentuk sebuah molekul 5C
Asam sitrat dioksidasi, disertai hilangnya CO2, menjadi asam ketoglutarat (5C).
Oksidasi molekul 5C untuk membentuk molekul 4C
Asam ketoglutarat (5C) dioksidasi, disertai hilangnya CO2 menjadi asam
suksinat (4C).
Penyusunan ulang molekul untuk membuat molekul 4C awal
Dalam reaksi-reaksi yang terjadi berikutnya, asam oksaloasetat diregenerasi dan
siklus kembali dimulai dengan dihasilkannya asetil KoA lain dari asam piruvat.
Produk akhir siklus Krebs adalah :
- 4 molekul karbon dioksida
- 6 NADH dan 2 FADH2
- 2 ATP
- 2 asam oksaloasetat
Rantai Transpor Elektron
Pada tahap glikolisis, dekarboksilasi oksidatif dan siklus Krebs dihasilkan energi yang
siap pakai yaitu ATP, NADH, dan FADH2. 10 NADH, dan 2 FADH2 memasuki rantai
transpor elektron mulai dari glikolisis dan siklus Krebs, dan terbentuk 3 molekul ATP
untuk setiap molekul NADH dan terbentuk 2 ATP untuk setiap FADH2. Hidrogen yang
terlepas dari FAD dan NAD selanjutnya akan diterima oleh oksigen dan menjadi H2O.
Jumlah hidrogen yang dapat dilepaskan pada transpor elektron dari 2 FADH2 (4H+) dan
10 NADH (20H+) sebanyak 24 H+. Selanjutnya 24H+ diterima oleh 6 H2O dan
membentuk 12 H2O. pada pembentukan H2O, fungsi O2 sebagai akseptor hidrogen.
Hasilnya berupa 12 H2O dari transpor elektron, 6 H2O digunakan pada siklus Krebs
sehingga hasil bersihnya tinggal 6 H2O. Jadi pembawa terakhir dalam rantai ini adalah
oksigen dan rantai transpor elektron hanya dapat berlangsung dengan adanya oksigen.10
Dari keterangan di atas, metabolisme karbohidrat memproduksi 3 molekul ATP :
- 2 molekul ATP dari glikolisis
- 2 molekul ATP dari siklus Krebs
- 34 molekul ATP dari rantai transpor elektron
3. Kreatin fosfat
Pembentukan keratin berawal di ginjal dan diselesaikan di hati. Kreatin mengalir melalui
darah ke jaringan lain, terutama otot dan otak, tempat zat ini bereaksi dengan ATP untuk
membentuk keratin fosfat yang berenergi tinggi. Reaksi ini dikatalisis oleh keratin
fosfokinase yang bersifat reversibel. Dengan demikian sel dapat menggunakan keratin
fosfat untuk membentuk kembali ATP. Kreatin fosfat yang berfungsi sebagai simpanan
fosfat berenergi tinggi (dalam jumlah kecil) yang cepat menghasilkan ATP dari ADP,
berperan penting dalam otot yang berkontraksi. Senyawa ini juga membawa fosfat
berenergi tinggi dari mitokondria, tempat pembentukan ATP, ke filamen miosin, tempat
ATP digunakan untuk kontraksi otot.11,12

Kelelahan Otot
Aktivitas kontraktil tertentu tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang telah ditentukan
selamanya. Pada akhirnya, ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan.
Tampaknya terdapat tiga jenis kelelahan, kelelahan otot, kelelahan neuromuskulus, dan
kelelahan sentral.13
Kelelahan otot terjadi apabila otot yang berkontraksi tidak lagi dapat berespons terhadap
rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab mendasar kelelahan otot
belum begitu jelas. Faktor-faktor yang diperkirakan terutama berperan adalah penimbunan asam
laktat, yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energy atau
proses penggabungan eksitasi-kontraksi, dan habisnya cadangan energi. Waktu timbulnya
kelelahan berbeda-beda sesuai dengan jenis serat otot, sebagian serat lebih tahan terhadap
kelelahan dibandingkan serat lain, dan intensitas olahraga, yakni aktivitas yang berintensitas
tinggi lebih cepat menimbulkan kelelahan. Bukti-bukti yang ada mengisyaratkan bahwa faktor
pembatas pada aktivitas yang kuat dan cepat mungkin terletak di taut neuromuskulus. Pada
kelelahan neuromuskulus, neuron motorik aktif tidak mampu mensintesis asetilkolin dengan
cukup cepat untuk mempertahankan transmisi kimiawi potensial aksi dari neuron motorik ke
otot.14
Kelelahan sentral, yang juga dikenal sebagai kelelahan psikologis, terjadi jika SSP tidak lagi
secara adekuat mengaktifkan neuron motorik yang mempersarafi otot yang bekerja. Individu
memperlambat atau menghentikan olahraganya walaupun otot-ototnya masih mampu bekerja
selama olahraga berat, kelelahan sentral mungkin berakar pada rasa tidak nyaman yang berkaitan
dengan aktivitas. Pada aktivitas yang kurang berat, kelelahan sentral mungkin menyebabkan
penurunan kinerja fisik berkaitan dengan kebosanan dan kemonotonan atau keletihan Selain
peregangan,asupan gizi juga sangat berpengaruh. Asupan gizi yang cukup dan seimbang dapat
memenuhi kebutuhan otot untuk aktivitas sehari-hari.15

Pembahasan Kasus
Pada PBL kali ini, kelompok kami mendaptkan kasus tentang seorang perempuan berusia 34
tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lemas dan lelah pada sekujur tubuhnya sejak satu
minggu yang lalu. Perempuan tersebut adalah seorang pedagang kue keliling. Dari anamnesa
diketahui bahwa ia sudah beberapa kali mengalami keadaan seperti ini.
Berdasarkan materi yang telah dibahas diatas, keluhan lemas dan lelah pada sekujut tubuh
perempuan tersebut dikarenakan terjadinya kelelahan otot. Kelelahan otot yang dialami oleh
perempuan ini dikarenakan jumlah asam laktat yang meningkat. Peningkatan asam laktat dapat
terjadi karena perempuan tersebut tidak memberikan waktu istirahat yang cukup pada otot
(terutama otot-otot pada tubuh bagian bawah), padahal hampir setiap saat otot-otot tersebut
berkontraksi atau melakukan kerja.
Kerja yang terlalu berat pada otot, membuat otot tidak lagi mampu mencukupi kebutuhan
ATPnya dengan cara aerob. Maka untuk menghasilkan ATP, otot akan melakukannya dengan
jalan anaerob yang justru memberikan lebih banyak hasil sampingan asam laktat, yang kemudian
menjadi penyebab kelelahan otot.

Kesimpulan

Keluhan lemas dan lelah pada kasus, dikarenakan terjadinya kelelahan otot. Kelelahan
otot yang dialami oleh perempuan ini dikarenakan jumlah asam laktat yang meningkat.
Peningkatan asam laktat dapat terjadi karena tidak adanya cukup waktu istirahat dan kerja otot
yang terlampau berat. Kerja yang terlalu berat pada otot, membuat otot tidak lagi mampu
mencukupi kebutuhan ATPnya dengan cara aerob karena pasokan oksigen ke dalam tubuh tidak
mencukupi. Maka untuk menghasilkan ATP, otot akan melakukannya dengan jalan anaerob yang
justru memberikan lebih banyak hasil sampingan asam laktat, yang kemudian menjadi penyebab
kelelahan otot.

Daftar Pustaka
1. Griwijoyo. Ilmu faal olahraga: fungsi tubuh manusia pada olahraga untuk kesehatan dan
untuk prestasi. 2002; 16 7
2. Silver MD. Use of ergogenic aids by athletes. J Am Acad Orthop Surg. 2001; 9:61-70
3. Guyton A. Textbook of medical physiology 9th ed. Philadelphia: WB Saunders
Company; 1996; 91 118
4. Davies K. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta : Erlangga; 2007.h.14
5. Mescher LA. Junquieras basic histology: textbook and atlas. Edisis ke-12.
USA:McGraw hill Companies; 2010
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC; 2003.h.119-20
7. Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC; 2009.h.22
8. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jilid 3. Jakarta : Erlangga; 2004.h.9
9. Fawcett DW. Buku ajar histologi. 12th ed. Jakarta: EGC; 2002.h.264
10. Handoko P. Pengobatan alternatif. Jakarta : Elex Media Komputindo; 2008.h.117-9
11. Guyton C, Hall J. Buku ajar: fisiologi kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC; 2006. h.85-6
12. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta : Erlangga;
2008
13. Fried GF, Hademenos GJ. Biologi. 2nd ed. Jakarta : Erlangga; 2006.h.52-6
14. Sumardjo D. Pengantar kimia : buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran dan program
strata I fakultas bioeksakta. Jakarta : EGC; 2008.h.246-58
15. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar : sebuat pendekatan klinis.
Jakarta : EGC; 2000.h.610

Anda mungkin juga menyukai