Anda di halaman 1dari 3

Cerita Bung Karno Marah Disuguhkan

Penari Seksi di Amerika


Hiburan apa yang disukai Bung Karno? Wanita seksi, jawab pejabat KBRI.
Selasa, 4 Agustus 2015 | 06:56 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Dody Handoko

Presiden RI pertama menyaksikan penari seksi di AS (Dody Handoko)

Presiden RI pertama, Soekarno, pernah marah besar kepada Amerika Serikat. Kemarahan Bung Karno
dipicu suguhan penari wanita seksi saat ia berkunjung ke negeri Paman Sam.

Kisah itu dimuat di buku Bung Karno: The Other Stories, Serpihan Sejarah yang Tercecer karya Roso
Daras .

Menurut sejarah, tahun 1955, Bung Karno dan rombongan melakukan kunjungan kenegaraan ke
Amerika Serikat. Saat itu, Bung Karno sangat kecewa karena Presiden Dwight Eisenhower
menyambutnya dengan cara tidak selayaknya tamu kenegaraan.

Eisenhower yang pensiunan jenderal perang dunia II, memandang sebelah mata pada Bung Karno.
Karena ia sengaja membiarkan Soekarno menunggu berjam-jam.

Hal itu memicu kemarahan Bung Karno. Tanpa rasa kenal takut, sang proklamator itu meluapkan
kekesalannya langsung di hadapan Kongres AS.
"Indonesia menolak diperlakukan seperti seekor burung kenari dalam sangkar emas dan diberi
makanan yang enak-enak. Indonesia ingin diperlakukan sebagai burung Garuda yang berada di atas
batu cadas, tetapi bebas berjuang mencari makanannya sendiri. Jangan membanjiri dolar anda ke
Indonesia dengan ikatan, karena pasti ditolak," kata Bung Karno dengan nada keras di depan Kongres
AS.

Dibujuk dengan penari seksi

Saat itu, pejabat AS dilanda kepanikan dan mereka berusaha mencari cara agar bisa
membujuk untuk meredam amarah Bung Karno.

Hingga akhirnya, AS mendapatkan waktu penting untuk membujuk Bung Karno. AS


memanfaatkan gelaran malam kesenian yang dihelat Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) di Washington.

Pada kesempatan itu, AS ingin ikut menghibur Bung Karno. Mereka bertanya pada KBRI,
hiburan apa yang disukai Bung Karno. Tiba-tiba ada seseorang dari KBRI yang menyeletuk
menyebut Bung Karno Soekarno senang lihat wanita seksi. Rupanya hal ini dianggap serius
oleh Amerika.

Sampailah waktunya gelaran kesenian diadakan. Bung Karno dijamu bersama staf kedutaan
dan sejumlah tamu. Bung Karno sempat bercengkerama dengan anak-anak, ibu-ibu, dan para
tamu.

Bahkan, sempat pula melaksanakan salat berjamaah. Semua aktivitas dilakukan dengan begitu
lancar dan menggembirakan banyak pihak.

Tibalah pada satu momentum yang sungguh di luar kebiasan AS dan tentunya cukup
mengejutkan, manakala tiba-tiba pembawa acara mengumumkan acara selanjutnya berupa
tari-tarian erotis.

Memang tidak bisa dibilang tarian telanjang, karena wanita penari sama sekali tidak melepas
seluruh pakaiannya, ia hanya mengenakan pakaian minim alias seksi.

Tapi untuk zaman itu, seorang wanita yang mengenakan pakaian se-seksi itu sungguh masih
dinilai tabu, terlebih bagi mata orang Indonesia.

Dalam acara itu, tidak hanya orang dewasa yang hadir. Tapi juga anak-anak! Karuan saja
dalam acara itu, Bung Karno harus kerepotan menutupi mata anak-anak sambil tertawa-tawa.

Bung Karno menutupi mata anak-anak dengan maksud bahwa tari-tarian seksi itu bukan
untuk ditonton anak-anak. Tapi, apa pun kejadiannya, acara itu tetap berlangsung dalam
hingar-bingar suasana keceriaan. Acara itu tak lebih dari sebuah intermezo.

Tapi, di luar perkiraan, perlakuan dan apa yang disuguhkan AS tidak mampu meredam
amarah Bung Karno. Setiba di Tanah Air, Bung Karno memerintahkan atase kebudayaan
KBRI segera kembali ke Indonesia. Soekarno menganggap ini penghinaan luar biasa pada
Republik Indonesia.
"Apakah aku harus mencintai Amerika, kalau ia melakukan perbuatan seperti itu terhadap
diriku?" kata Bung Karno dengan nada marah.

AS fitnah Bung Karno dengan foto penari seksi

Ketika hubungan Bung Karno dengan AS memanas, pers Amerika Serikat menjadikan Bung Karno
sebagai bulan-bulanan. Bahkan, suatu hari Bung Karno menerima kiriman majalah remaja terbitan
AS.

Pada cover majalah ditampilkan gadis setengah telanjang, yang tak lain dan tak bukan adalah seorang
penari seksi yang disandingkan dengan foto Bung Karno yang berseragam militer lengkap.

Foto itu sebuah pencitraan buruk yang keterlaluan. Karena dua foto itu dua foto yang berbeda,
ditangkap oleh kamera yang berbeda, dan terjadi pada dua peristiwa yang berbeda. Potongan kedua
foto disandingkan menjadi satu.

Kesan yang hendak ditampilkan, bahwa Bung Karno berdiri berhadapan dengan penari seksi. Bisa
juga diartikan, seorang penari telanjang sedang mencopoti pakaiannya di hadapan Bung Karno. (ase)

Anda mungkin juga menyukai