Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cirebon merupakan sebuah kota yang letak georgrafisnya sangat strategis
untuk melakukan aktifitas apapun, baik secara bisnis atau pun secara
pariswisata, karena cirebon merupakan tempat bertemunya beberapa daerah
yang ada di beberapa daerah. Cirebon juga bukan hanya sebagai tempat
Pariwisata karena banyaknya kesenian dan tempat yang nyaman untuk di
kunjungi, akan tetapi cirebon juga mempunyai pasar sandang yang sangat
terkenal, baik secara lokal ataupun internasional yaitu pasar yang terletak di
Desa Tegalgubug, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon Provinsi
Jawa Barat. Lokasi Pasar Tegalgubug sangat mudah dijangkau karena berada di
sisi jalur atau jalan utama pantura yang menghubungkan antara Jakarta dan
Jawa Tengah. Pasar Tegalgubug ini pada hari-hari tertentu yang dikenal dengan
sebutan hari pasaran sebanyak dua kali dalam seminggu yaitu hari Selasa
dan hari Sabtu sangat ramai dikunjungi pembeli maupun pedagang.
Namun akhir-akhir ini ada suatu rencana akan dibangunnya Pusat Grosir
Tegalgubug Cirebon (PGTC) masih terus mendapat penolakan dari sejumlah
pihak. Bahkan, jika sampai pembangunan itu direalisasikan hanya akan
menguntungkan pemodal-pemodal besar. Sebab, kios yang bakal disediakan
tak bakal mampu ditempati pedagang kecil lantaran harganya mencapai ratusan
juta rupiah.
Tak hanya itu, pedagang menilai, keberadaan PGTC pun dipastikan bakal
merusak mata pencaharian masyarakat sekitar yang setiap harinya bekerja
sebagai kuli panggul maupun tukang becak. Karena tidak mungkin dengan
fasilitas yang sudah wah, para kuli panggul dan tukang becak dibutuhkan.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu pasar tegalgubug ?
2. Mengapa masyarakat menolak pembangunan pasar tegalgubug
menjadi mall?
3. Bagaimana solusi untuk masalah penolakan pasar tegalgubug menjadi
mall?

1.3. Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pasar Tegalgubug


Tegalgubug adalah nama suatu desa di kecamatan Arjawinangun, Cirebon,
Jawa Barat, Indonesia, tegalgubug sendiri lebih dikenal dengan nama pasar
sandang tegalgubug, penduduk dan masyarakat sekitar percaya bahwa pasar
tegalgubug merupakan pasar sandang terbesar di asia tenggara dengan luas 30
ha lebih terbagi menjadi beberapa blok A,B,C,D,E,F,G,H setiap tahunnya
pengelola pasar tegalgubug berupaya membangun blok blok baru, pasar
tegalgubug sendiri beroperasi 2 kali dalam seminggu yaitu hari selasa dan
sabtu.
Sejarah Pasar Tegalgubug dimulai sekitar tahun 1914. Saat itu, warga
setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual kemben,
yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu. Pasalnya, kaum
perempuan di Tegalgubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli
kemben itu berasal dari luar wilayah Cirebon . Mereka berdatangan dengan
menggunakan pedati pada malam hari. Karena itulah, hingga kini, aktivitas
perdagangan di Pasar Tegalgubug telah dimulai sejak malam hari sebelum
hari pasaran tiba.
Seiring berlalunya waktu, aktivitas perdagangan di Pasar Tegalgubug pun
terus berjalan. Namun, aktivitas perdagangan itu belum dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat. Karenanya, kaum lelaki di desa tersebut
lantas merantau ke Bandung untuk menjadi tukang becak. Tahun 1960-an, di
Bandung mulai menjamur industri tekstil. Seringkali, pabrik-pabrik tekstil itu
membuang sisa-sisa kain yang tidak mereka gunakan.
Melihat hal itu, para tukang becak yang berasal dari Tegalgubug
memungut sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Mereka yakin
kain-kain itu dapat dimanfaatkan bila diolah lebih lanjut oleh istri mereka
yang memang pandai menjahit. Keyakinan para tukang becak itu memang
tidak keliru. Kain-kain sisa yang telah dijahit menjadi pakaian jadi itu, sangat
laku dijual di Pasar Tegalgubug. Bahkan, permintaan pun terus meningkat

3
hingga akhirnya mereka tak lagi hanya menggunakan kain sisa untuk dijahit
menjadi pakaian jadi, melainkan juga membeli kain secara utuh.
Melalui promosi dari mulut ke mulut, keberadaan Pasar Tegalgubug pun
semakin dikenal. Apalagi, lokasinya yang terletak di sisi jalur utama pantura
penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegalgubug sangat mudah
untuk dijangkau oleh para pembeli yang datang dari berbagai daerah.
Tercatat, ada sekitar 6.000 pedagang dari berbagai kota yang kini berjualan di
Pasar Tegalgubug. mereka datang dari tasikmalaya tegal solo pekalongan
jogja indramayu dan berbagai kota lainnya.

2.2. Penolakan pembangunan pasar tegalgubug menjadi mall

Rencana pembangunan Pusat Glosri Tegalgubug Cirebon (PGTC) atau mal


tegalgubug sepertinya tak bakal mulus. Hal itu ditandai dengan banyakanya
penolaan dari para pedagang Pasar Sandang Tegalgubug. Mereka ingin pasar
yang ada saat ini yang direvitalisasi, bukan membangun kawasan baru.

Menurut pedagang tegalgubug, pendirian PGTC lebih menguntungkan


pihak tertentu seperti investor dan pemerintah. PGTC juga belum tentu ramai.
Sewa dan beli kiosnya mahal. Harus ditinjau ulang, dan kalau bisa di-cancel
saja. Pasar sandang tegalgubung tetap seperti semula karena itulah iconnya
wong Cirebon. Sampai kapan pun jangan diubah.

Pasar sandang Tegalgubig haruslah tetap dijadikan pasar tradisional.


Investor atau penyumbang kalau kasihan dan demi memajukan perekonomian
pedagang, sebaiknya uangnya dipijamkan untuk permodalan pedagang dan
tanpa agunan.

Penolakan jua datang dari DPRD kabupaten cirebon. Para wakil rakyat
menilai pembangunan PGTC melanggar Perda Nomor 17 Tahun 204 tentang
Penataan, Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern.

Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon Ahmad Fawaz mengatakan


menolak rencana pembangunan PGTC. Sebab, kebradaan PGTC secara

4
perlahan dapat mengimpit kegiatan ekonomi pedagang kecil dan masyarakat
sekitar. Apalagi keberadaan PGTC itu berdekatan dengan Pasar Sandang
Tegalgubug yag notabene pasar tradisional. PGTC dapat diartikan sebagai
pasar modern. Jadi apapun alasannya. Tidak dibenarkan pasar modern
berdekatan dengan pasar tradisional.

Sementara Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Pasar Dinas Perdagangan


dan indistri (Disdagin) kabupaten Cirebon, Eka Hamdani mengatakan, tidak
akan mengerluarkan rekomendasi operasional PGTC selama masih ada
penolakan dari para pedagang di Pasar Sandang Tegalgubug. Disampaing itu,
izin-izin lainnya harus terpenuhi. Sebab, rekomendasi yang akan dikeluarkan
pihak Disperindag Kabupaten Cirebon sifatnya akhir.

Artinya, ketika semua syarat dan perizinan telah lengkap, rekomendasi


tersebut akan keluar. Berdasarkan informasi dari pemohon, rencana PGTC
merupakan satu kesatuan dari Pasar Sandang Tegalguubug. Yang artinya,
secara aturan diperbolehkan karena bukan berupa membangun pasar baru
ataupun pasar modern, meski dari siteplennya sendiri hingga 12 lantai. Tapi
kemali lagi semua itu tergantung dari persetujuan pedagang.

Penolakkan juga dideklarasikan warga setempat, tepat dibalai desa


Tegalgubug, Arjawinangun. Ketua paguyuban pedagang pasar sandang
tegalgubug (P3ST) mengatakan, pihaknya banyak mendapatkan aspirasi dari
ara pedagang, baik yang kecil maupun yanng besar. Sebab, kebradaaan PGTC
ini dpat menghambat pertumbuhan ekonomi warga sekitar. Oleh karena itu,
pihaknya melakukan deklarasi penolakan pembangunan PGTC. Deklarasi
penolakan itu dihadiri para ulama, tokoh masyarakat dan para mahasiswa
serta anggota DPRD.

Yang dibutuhkan saat ini di Pasar Tegalgubug adalah pembenahan


insfrastruktur bukan pembangunan PGTC atau Pasar Tegalgubug II.

2.3. Solusi permasalahan penolakan pasar tegal gubug menjadi mall

5
1. Pasar tradisional harus membentuk semacam koordinator kelompok
perarea lokasi atau blok.

2. Memperbaiki infrastruktur mencakup seperti jaminan tingkat kesehatan


dan kebersihan yang layak, lingkungan keseluruhan yang nyaman.

3. Perlunya pengkajian yang mendalam dan pemkab cirebon harusnya


memilih wilayah-wilayah mana yang sisi ekonominya masih belum maju
dan perlu dikembangkan.

4. Mempertimbangkan keberadaan pasar tradisional dan usaha kecil yang


telah ada.

5. Pemberian modal usaha untuk para pedagang adalah kebijakan yang tepat
dari pada pembangunan yang bisa menghancurkan usaha pedagang yang
sudah ada.

6. Pembaruan sarana dan prasarana pasar sandang Tegal Gubug yang lebih
baik dan modern sehingga dapat meningkatkan daya tarik pasar dan
peningkatan pendapatan pedagang.

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tegalgubug adalah nama suatu desa di kecamatan Arjawinangun,
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, tegalgubug sendiri lebih dikenal dengan
nama pasar sandang tegalgubug, penduduk dan masyarakat sekitar percaya
bahwa pasar tegalgubug merupakan pasar sandang terbesar di asia tenggara
dengan luas 30 ha. Sejarah Pasar Tegalgubug dimulai sekitar tahun 1914.
Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan
menjual kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa
itu. Pasalnya, kaum perempuan di Tegalgubug memang mahir dalam
menjahit.

Rencana pembangunan Pusat Glosri Tegalgubug Cirebon (PGTC) atau mal


tegalgubug sepertinya tak bakal mulus. Hal itu ditandai dengan banyakanya
penolaan dari para pedagang Pasar Sandang Tegalgubug. Mereka ingin
pasar yang ada saat ini yang direvitalisasi, bukan membangun kawasan
baru.

Menurut pedagang tegalgubug, pendirian PGTC lebih menguntungkan


pihak tertentu seperti investor dan pemerintah. PGTC juga belum tentu ramai.
Sewa dan beli kiosnya mahal. Harus ditinjau ulang, dan kalau bisa di-cancel
saja. Pasar sandang tegalgubung tetap seperti semula karena itulah iconnya
wong Cirebon. Sampai kapan pun jangan diubah.

Pasar sandang Tegalgubig haruslah tetap dijadikan pasar tradisional.


Investor atau penyumbang kalau kasihan dan demi memajukan perekonomian
pedagang, sebaiknya uangnya dipijamkan untuk permodalan pedagang dan
tanpa agunan.

3.2. Saran

7
Munculnya pro dan kontra karena dampak yang ditimbulkan,
kalau memang kabupaten cirebon dibidik jadi kota industri oleh para
investor hendaknya harus direalisasikan terlebih dulu, sebab urgensinya
masyarakat lebih butuh lapangan pekerjaan daripada mal. Dengan
menjamurnya mal akan mengancam kehidupan para pelaku usaha pasar
tradisonal yag ada di kabupaten Cirebon. Karena modernisasi itu bukan
sebatas pembangunan fisiknya saja, tetapi yang terpenting pemangunan
karakter daerahnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://nglayabcirebon.blogspot.co.id/2016/11/hanya-di-cirebon-pasar-sandang-
terbesar.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Tegalgubug,_Arjawinangun,_Cirebon

http://www.radarcirebon.com/pedagang-tolak-mal-tegalgubug-disdagin-tidak-
akan-keluarkan-rekomendasi.html

Anda mungkin juga menyukai