KELOMPOK 1
1. DINDA AULIA NPT 41.13.0006
2. FAUZY AMRY PAMUNGKAS NPT 41.13.0010
3. GITA PRIYO ADITYA NPT 41.13.0013
4. KURNIA RUBI ANDINI NPT 41.13.0019
5. MUHAMMAD NAZARUDDIN NPT 41.13.0022
6. SHODIQ WINARKO NPT 41.13.0028
INSTRUMENTASI 6A
TANGERANG SELATAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang
berjudul Perancangan Dan Pembuatan Pengukuran Karbon Monoksida
Portabel dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kepada kita
semua sebagai umatnya yang selalu mengharapkan syafaatnya.
Selama penulis menyusun dan merancang tugas ini hingga terselesaikannya
penelitian ini, banyak sekali mendapatkan bantuan, dorongan dan motivasi dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi tersebut,
penulis tidak dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Agus Tri Sutanto, M.T selaku Kaprodi Instrumentasi.
2. Bapak Wahyu Nugroho selaku dosen pengampu mata kuliah Praktik
Perancangan Sistem Instrumentasi.
3. Teman-teman kelas Instrumentasi 6A yang telah membantu penyusunan
tugas ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan semuanya mendapat balasan dari Allah
SWT.
Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini,
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan ilmu yang penulis miliki. Maka dari itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca dalam kesempatan
lain. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan dalam dunia ilmu
pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
INTISARI
vii
ABSTRACT
viii
BAB I PENDAHULUAN
1
sebuah tulisan dengan judul PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
PENGUKURAN KARBON MONOKSIDA PORTABEL. Penulis berharap dengan
perancangan prototipe CO analyzer ini dapat membantu Sekolah Tinggi Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (STMKG) sebagai sarana praktek peralatan geofisika dan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
2
2. Merancang dan membuat program akuisisi, tampilan dan penyimpanan dari
hasil pengukuran menggunakan software Arduino dan Labview.
3. Mengetahui prinsip kerja dan metode pengujian dari alat yang dirancang.
BAB I PENDAHULUAN
3
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika
penulisan.
4
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini penulis akan menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan teori secara
umum serta perangkat keras maupun lunak yang digunakan dalam penelitian yang
berjudul PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PENGUKURAN KARBON
MONOKSIDA PORTABEL.
5
Berdasarkan keputusan KABAPEDDAL kategori kadar CO di udara
dikelompokkan menjadi 5 kategori seperti yang tabel 2.1
2.3.1 Mikrokontroler
Mikrokontroler atau pengendali mikro adalah sebuah komputer kecil
(special purpose computers) di dalam sebuah Integrated Circuit (IC). IC tersusun
atas beberapa komponen yaitu Central Processing Unit (CPU), memori, timer,
saluran komunikasi serial dan parallel, port input/output, Analog to Digital
Converter (ADC), dll. Mikrokontroler digunakan sebagai pengendali sistem yang
mengatur semua proses.
6
Gambar 2.1 Blok Diagram Mikrokontroler
(http://fmpunya.blogspot.co.id/2012/06/dasar-teori-mikrokontroller-atmega-
32.html)
8
AVR ATMega 328 tersebut telah tertanam/terpasang di dalam modul Arduino
UNO. Arduino UNO adalah merupakan board mikrokontroler berbasis
ATMega328. Modul ini memiliki 14 digital input/output di mana 6 digunakan
untuk PWM output dan 6 digunakan sebagai analog input, 16 MHz osilator kristal,
koneksi USB, power jack, ICSP Header, dan tombol reset.
9
Sensor ini membutuhkan rangkaian sederhana serta memerlukan tegangan
pemanas (Power heater) sebesar 5V, resistansi beban (Load resistance/RL), dan
output sensor dihubungkan ke analog digital converter (ADC), sehingga keluaran
dapat ditampilkan dalam bentuk sinyal digital. Maka nilai digital yang berupa
output sensor ini dapat ditampilkan pada sebuah liquid crystal display (LCD).
Untuk karakteristik sensivitas sensor MQ-7 ada pada gambar 2.5
Dimensi 32x22x27 mm
Tegangan pemakaian 5V DC
Tegangan masukan 5V DC
Daya 150mA
Struktur sensor MQ-7 terdiri dari lapisan sensor gas yang terbuat dari
SnO2, electrode dari Au, saluran electrode dari Pt, kumparan pemanas dari alloy
Ni-Cr, keramik tubular dari Al2O3, jaringan anti ledakan dari stainless steel gauze
(SUS316 100-mesh), cicin penjepit, dasar resin, dan tube pin. Untuk lebih jelasnya
struktur sensor ditunjukkan pada gambar 2.6
10
Gambar 2.6 Struktur sensor MQ-7
Prinsip kerja sensor ini adalah, pada beberapa detik pertama, elemen
Heater (H) akan memanaskan ruang sensor sehingga kondisi ruang sensor akan
bersih dari gas, ketika sudah bersih maka sensor(lapisan pendeteksi=SnO2) akan
mulai mendeteksi dan mengukur gas CO yang ada. Banyaknya gas CO yang
ada(PPM) berbanding tebalik dengan nilai Rs, semakin tinggi ppm gas co, maka
resistansi sensor semakin kecil, sehingga tegangan output sensor semakin besar,
sebaliknya semakin kecil ppm gas co, semakin besar Rs sehingga vout makin kecil.
Rangkaian dasar sensor gas disajikan pada gambar 2.7
.
2.3.5 Real Time Clock (RTC)
RTC adalah modul elektronik berupa IC yang dapat menghitung waktu
(mulai detik, menit, jam, tanggal, bulan, serta tahun) dengan akurat dan
menjaga/menyimpan data waktu tersebut secara real time. RTC tersebut bekerja
11
real time, sehingga setelah proses hitung waktu dilakukan keluaran datanya
langsung disimpan atau dikirim ke peralatan lain melalui sistem antarmuka. RTC
dilengkapi dengan baterai sebagai penyuplai tegangan pada IC, sehingga RTC akan
tetap bekerja walaupun peralatan yang dihubungkan dengan RTC dimatikan. RTC
dinilai cukup akurat sebagai pewaktu (timer) karena menggunakan osilator kristal.
12
Gambar 2.9 Bentuk Fisik LCD 16x2
(http://graemewieden.github.io/flow_sender)
2.3.7 Telemetri 433 MHz
Telemetri (sejenis dengan telematika) adalah sebuah teknologi yang
memungkinkan pengukuran jarak jauh dan pelaporan informasi kepada perancang atau
operator sistem. Dalam perancangan ini, sistem telemetri yang digunakan adalah
modul 3DR 433 MHz
13
Windows, Windows, Mac OS dan Linux. Aplikasi ini digunakan untuk membuat,
membuka, dan mengedit source code arduino. Source code tersebut berisikan
logika dan algoritma yang akan diupload ke dalam IC mikrokontroller yang
tertanam di modul arduino.
14
6. Serial Monitor : Membuka interface untuk komunikasi serial, nanti akan kita
diskusikan lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
7. Keterangan Aplikasi : pesan-pesan yang dilakukan aplikasi akan muncul di sini,
misal "Compiling" dan "Done Uploading" ketika kita mengcompile dan
mengupload sketch ke board Arduino.
8. Konsol : Pesan-pesan yang dikerjakan aplikasi dan pesan-pesan tentang sketch
akan muncul pada bagian ini. Misal, ketika aplikasi mengcompile atau ketika
ada kesalahan pada sketch yang kita buat, maka informasi error dan baris akan
diinformasikan di bagian ini.
9. Baris Sketch : bagian ini akan menunjukkan posisi baris kursor yang sedang
aktif pada sketch.
10. Informasi Port : bagian ini menginformasikan port yang dipakah oleh board
Arduino.
2.3.2 LabView
Laboratory Virtual Instrument Engineering Workbench (LabVIEW)
merupakan software yang khusus digunakan untuk pemrosesan dan visualisasi data
dalam bidang akusisi data, kendali dan intrumentasi, serta otomatisasi industri. Software
ini pertama kali dikembangkan oleh perusahaan National Instruments (NI) pada tahun
1986.
15
a. Bahasa pemrograman LabVIEW jelas dan mudah dipahami, karena
berbentuk grafis, dengan instruksi berbentuk ikon-ikon, yang dihubungkan
dengan garis/kawat untuk menunjukan aliran data, mirip seperti flowchart..
b. Pembuatan program mudah, yaitu hanya dengan menarik keluar ikon
instruksi yang sudah tersedia di palet (kotak intruksi), dan menghubungkannya
dengan kawat ke ikon yang lain. Kawat ini sama seperti variabel pada Bahasa
pemrograman teks. Dengan cara ini, LabVIEW menyederhanakan
pemrograman, karena kawat hanya akan terhubung apabila tipe datanya sesuai
sehingga menghilangkan kebutuhan manajemen memori dan deklarasi tipe data
setiap variabel seperti dalam Bahasa pemrograman teks.
c. LabVIEW didesain sebagai sebuah bahasa pemrograman parallel
(multicore) yang mampu menangani beberapa insteruksi sekaligus dalam waktu
bersamaan. Hal ini sangat sulit dilakukan dalam bahasa pemrograman teks,
karena biasanya bahasa pemrograman teks mengeksekusi instruksinya secara
berurutan per baris, satu demi satu. Dengan LabVIEW, pengguna dapat
membuat aplikasi eksekusi parallel ini secara mudah dengan menempatkan
beberapa struktur loop secara terpisah dalam block diagram.
d. Sifat modular LabVIEW memungkinkan pengguna untuk membuat
program yang kompleks dan rumit menjadi sederhana, yaitu dengan cara
membuat subprogram, atau di LabVIEW disebut subVI.
2.3.3 Proteus
Proteus adalah sebuah software untuk mendesain PCB yang juga dilengkapi
dengan simulasi pspice pada level skematik sebelum rangkaian skematik diupgrade ke
PCB sehingga dapat mengetahui PCB sudah benar atau tidak sebelum dicetak. Proteus
mengkombinasikan program ISIS untuk membuat skematik desain rangkaian dengan
program ARES untuk membuat layout PCB dari skematik yang dibuat. Software ini
bagus digunakan untuk desain rangkaian mikrokontroller. Proteus juga bagus untuk
belajar elektronika seperti dasar-dasar elektronika sampai pada aplikasi
mikrokontroller. Di dalam software ini sudah tersedia contoh aplikasi desain sehingga
dapat menjadi referensi.
16
Gambar 2.13 Tampilan Depan Proteus
Fitur-fitur yang terdapat dalam Proteus adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kemampuan untuk mensimulasikan hasil rancangan baik digital maupun
analog maupun gabungan keduanya.
b. Mendukung simulasi yang menarik dan simulasi secara grafis.
c. Mendukung simulasi berbagai jenis microcontroller seperti PIC 8051 series.
d. Memiliki model-model peripheral yang interactive seperti LED, tampilan LCD,
RS232, dan berbagai jenis library lainnya.
e. Mendukung instrument-instrument virtual seperti voltmeter, ammeter,
oscciloscope, logic analyser, dan lain-lainnya.
f. Memiliki kemampuan menampilkan berbagi jenis analisis secara grafis seperti
transient, frekuensi, noise, distorsi, AC dan DC, dan lain-lainnya.
g. Mendukung berbagai jenis komponen-komponen analog.
h. Mendukung open architecture sehingga bisa memasukkan program seperti C++
untuk keperluan simulasi.
i. Mendukung pembuatan PCB yang di-update secara langsung dari program ISIS
ke program pembuat PCB-ARES.
17
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT
Bab ini penulis akan menjelaskan tentang pembuatan hardware, blok
diagram alat, pembuatan software, casing, sistematika perancangan serta
implementasi alat dan tampilan display prototipe alat ukur kadar CO portabel.
RTC
DISPLAY
PC
MIKON
ATMega 328
LCD
SUMBER ARUS
18
1. Gas CO : Merupakan partikulat yang
diukur dalam sistem
perancangan.
19
RTC dan LCD 16x2 menggunakan antarmuka komunikasi I2C, dimana Pin SCL
sebagai sumber clock dan Pin SDA sebagai jalur untuk mengirim dan menerima
data melauli PORT SCL dan SDA pada Arduino UNO ATMega328. Sensor
MQ-7 tersambung pada port A0 sebagai input.
b. Antarmuka mikrokontroler ke komputer
Alat ini menggunakan komunikasi USB to serial yang telah terdapat pada
Ardunio UNO ATMega328 sehingga bisa berkomunikasi dengan komputer dan
menampilkan data pada program Labview.
mulai
20
Menyambungkan
catudaya
Gambar 3.2 Diagram Alir Sistem
21
terdiri dari perancangan program mikrokontroler AVR ATMega 328 dan
Perancangan aplikasi Labview.
22
Gambar 3.3 Diagram Alir Perancangan Mikrokontroler
23
CO Analyzer
24
3.5.1 Tampilan Alat
Hasi perancangan alat ukur kadar CO dapat dilihat pada gambar 3.4. Alat
tersebut terdiri dari beberapa komponen yang memiliki fungsi masing-masing. Alat
ukur ini terdiri dari data logger yang berada di dalam box berukuran 16cm x 13cm x
4cm yang berfungsi sebagai pemroses sinyal. Data yang telah diolah selanjutnya
ditampilkan melalui LCD 16x2 yang berada di sisi depan alat serta akan mengirimkan
data ke PC melalui 3DR Telemetri 433 MHz.
25
2. Tampilan PC
26
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
Bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pegujian dari prototipe CO Analyzer
menggunakan metode mengambil data langsung di lapangan dengan mengacu peraturan
KABAPEDDA no (____) untuk selanjutnya akan dilakukan analisa data hasil pengujian
1. Pengambilan data pertama dilakukan di lokasi dan kondisi seperti data berikut:
b. Lokasi : Ruangan
d. Data :
PPM
300 4.1.1 Alat dan Bahan
200
100
0
22:00:2
22:01:53
22:03:39
22:05:25
22:07:11
22:08:57
22:10:43
22:12:29
22:14:15
22:16:1
22:17:47
22:19:33
22:21:19
22:23:5
22:24:51
22:26:38
22:28:24
22:30:10
22:31:57
22:33:43
22:35:29
22:37:16
22:39:4
22:40:53
22:42:46
22:44:37
22:46:33
22:48:42
22:50:49
22:53:13
22:55:28
22:58:2
b. Lokasi : Ruangan
27
c. Kondisi : Suhu ruang dengan kelembapan normal. Selama pengambilan
data, sensor diberika trigger beberapa kali berupa gas dari korek api dengan
jarak 4cm dalam kurun waktu bervariasi antara lain 5, 10 dan 20 detik.
d. Data :
Chart Title
600
400
200
0
01:13:38
01:15:27
01:17:9
01:18:51
01:20:33
01:22:15
01:23:57
01:25:40
01:27:22
01:29:4
01:30:46
01:32:28
01:34:10
01:35:52
01:37:34
01:39:16
01:40:58
01:42:40
01:44:23
01:46:5
01:47:47
01:49:29
01:51:13
01:52:58
01:54:42
01:56:33
01:58:26
02:00:14
02:02:9
02:04:1
02:06:5
02:08:14
3. Pengambilan Data Ketiga
a. Waktu : 28 Juli 2017
b. Lokasi : Luar ruangan
c. Kondisi : Suhu normal dengan kelembapan normal. Sensor berada dekat
dengan knalpot sepeda motor.
d. Data :
Kadar CO(PPM) Yamaha Mio Soul Kadar CO(PPM) Yamaha Mio Soul
jarak 10-20 cm jarak 50 cm
300 100
200
50
100
0 0
12:38:18
12:38:27
12:38:36
12:38:44
12:38:53 12:36:4312:36:5212:37:0 12:37:912:37:18
28 40
50
20
0 0
12:28:13
12:28:22
12:28:31
12:28:39
12:28:48 12:26:4712:26:5612:27:412:27:1312:27:22
Kadar CO(PPM) Motor Tiger Jarak Kadar CO(PPM) Motor Tiger Jarak
10cm 50cm
600 400
400
200
200
0 0
12:44:56
12:45:4
12:45:13
12:45:22
12:45:30 12:43:2112:43:2912:43:3812:43:4712:43:55
4.2 ANALISA
1. Pengambilan Data di Ruangan
Berdasarkan hasil pengujian data yang dilakukan di ruangan didapatkan hasil untuk
menentukan waktu yang diperlukan sensor untuk kembali ke kondisi awal. Berikut data
yang dihasilkan:
22:15:
22:16:
22:16:
22:17:
22:17:
22:18:
22:18:
22:19:
22:19:
22:20:
22:20:
22:21:
22:21:
22:22:
22:22:
22:23:
22:15:8
22:16:0
22:19:2
22:22:4
0
100
200
300
400
500
0
100
200
300
400
500
01:59:6
01:19:36 01:37:47
01:20:6 01:38:16 01:59:32
01:20:36 01:38:45 01:59:58
01:21:6 01:39:14 02:00:25
01:21:36 01:39:43 02:00:52
01:22:6 01:40:12 02:01:20
01:22:36 01:40:41 02:01:50
01:23:6 01:41:10 02:02:18
01:23:36 01:41:39 02:02:44
01:24:6 01:42:8 02:03:12
01:24:36 01:42:37 02:03:40
01:25:7 01:43:6 02:04:10
01:25:37 01:43:36 02:04:39
01:26:7 01:44:5 02:05:10
31
01:26:37 01:44:34 02:05:40
01:27:7 01:45:3 02:06:12
Berdasarkan data yang sudah dirata-rata maka dapat disimpulkan bahwa jarak, sensor
dengan hasil pengukuran. Semakin dekat sensor dengan sumber polutan maka semakin
bagus hasil pengukuran kadar CO. Sebaliknnya, semakin jauh sensor dengan sumber
polutan maka semakin kurang bagus hasil pengukurannya.
Dari tabel di atas didapatkan nilai rata-rata kadar CO pada tanggal 12 Agustus 2017
adalah 71.286 ppm dan nilai rata-rata pada tanggal 30 Juli 2017 adalah 70.716 ppm.
Perbedaan nilai rata-rata disebabkan karena kondisi pengukuran pada tanggal 30 Juli
32
2017 dilakukan setelah hujan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar CO
dipengaruhi oleh kelembapan. Semakin tinggi nilai kelembapan maka nilai CO akan
semakin rendah dan semakin rendah nilai kelembapan maka nilai CO akan semakin
rendah. Selain itu juga didapat bahwa setiap ada sepeda motor yang melintas didekat
sensor, nilai CO akan meningkat 2-3 ppm dan kembali stabil melakukan pengukuran
setelah menjauh dari sensor (3-4 meter). Nilai CO juga akan meningkat 4-5 ppm ketika
mobil melintas didekat sensor dan kembali stabil melakukan pengukuran setelah mobil
menjauh (3-4 meter).
Data berikutnya yang didapat dari hasil pengukuran tanggal 12 Agustus 2017 adalah data
yang menunjukkan waktu yang diperlukan sensor untuk mencapai keadaan stabil setelah
alat dioperasikan. Data ditampilkan pada grafik berikut
Dari grafik di atas didapat bahwa sensor tidak bisa langsung digunakan untuk pengukuran
karena sensor belum stabil dan membutuhkan waktu untuk mencapai nilai stabil selama
3-5 menit.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan perancangan dan pengujian alat serta analisa didapat kesimpulan
sebagai berikut:
1. Sensor membutuhkan waktu 3-5 menit untuk mencapai titik stabil sebelum dapat
digunakan untuk pengukuran.
2. Respon time sensor terhadap gas yang dideteksi adalah 1 sekon.
3. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi hasil pengukuran gas CO yaitu:
a. Jarak sensor dengan sumber polutan
Semakin dekat jarak sensor dengan sumber polutan maka hasil pengukuran
semakin bagus. Semakin jauh jarak sensor dengan sumber polutan makan
hasil pengukuran semakin kurang bagus karena angin mempengaruhi hasil
pengukuran.
b. Volume kendaraan
Semakin banyak jumlah kendaraan yang melintas dekat sensor maka nilai
pengukuran CO akan semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin sedikit jumlah
kendaraan yang melintas maka nilai pengukuran CO akan semakin rendah.
c. Kelembaban
Semakin tinggi nilai kelembapan maka nilai CO yang terukur akan semakin
rendah, dan semakin rendah nilai kelembapan maka nilai CO yang terukur
akan semakin tinggi.
4. Sensor membutuhkan waktu 10 menit untuk mencapai nilai stabil setelah
pengukuran.
5. Kategori udara di lokasi pengukuran (Pondo Betung) yang mengacu pada Peraturan
KABAPEDAL no (----) masuk kategori BAIK.
5.2 SARAN
Alat yang telah dibuat masih memiliki banyak kekurangan, maka perlu dilakukan
perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan agar alat dapat bekerja dengan baik.
34
Perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan tersebut memperlukan beberapa hal,
diantaranya adalah :
1. Perlu dilakukan komparasi dengan alat pengukur kadar CO yang lain. Hal tersebut
dilakukan untuk lebih meyakinkan bahwa data yang dihasilkan oleh rancangan
penulis sudah mendekati nilai benar dan akurat.
2. Alat ini belum dilengkapi Micro SD sehingga Perlu ditambahkan micro SD untuk
menyimpan hasil pengukuran langsung karena untuk sementara pengambilan data
hanya bisa melalui PC.
3. Alat ini belum dilengkapi actuator yang berguna sebagai warning apabila nilai CO
yang terukur mencapai batas yang berbahaya bagi manusia.
35