PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amerika (Anonim, 2012) dan juga Indonesia setelah kanker paru dan kanker
diantaranya meninggal dunia (Marck, 2012). Angka insidensi kanker kolon terus
maupun negara maju (Winawer, 2007). Faktor eksogen, seperti konsumsi daging
merah, alkohol, obesitas dan merokok merupakan faktor risiko untuk kanker
kolon dan dapat meningkatkan risiko pengembangan kanker kolon (Boyle dan
kualitas dan kelangsungan hidup penderita kanker kolon hingga 6-12 bulan.
dengan menginduksi kerusakan DNA (Potter dkk., 2002). Namun pada dosis
mual, diare, serta alopesia (Gunawan, 2007) serta penekanan sistem imun
(Wattanapitayakul dkk., 2005) dan terjadinya resistensi (Golan dkk., 2008). Salah
1
2
satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah penggunaan agen kokemoterapi
pada terapi kanker. Dengan demikian, diharapkan dapat digunakan obat dengan
dosis rendah namun aktivitas meningkat, sehingga efek samping terhadap jaringan
adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Kulit buah manggis
mengandung xanthon dan antosianin. Salah satu senyawa xanthon yang melimpah
Berdasarkan uji in vitro pada sel DLD-1 (model sel kanker kolorektal manusia),
terbukti bahwa -mangostin pada ekstrak kulit buah manggis dapat menghambat
dkk. (2006) melaporkan ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat kulit buah
antiproliferasi dan apoptosis pada kanker hati (Ho dkk., 2002) kemudian dalam
(Nabandith dkk., 2004), kanker payudara (Moongkarndi dkk., 2004) dan kanker
metastasis pada sel kanker PC-3 (Hung dkk., 2009). Penelitian tersebut menjadi
dasar pengembangan lebih lanjut kulit buah manggis sebagai agen kokemoterapi
sitotoksisitas ekstrak etanolik kulit buah manggis (EKM) terhadap sel kanker
kolon yaitu sel WiDr. Selanjutnya, akan diamati efek EKM terhadap peningkatan
ilmiah mengenai aktivitas sitotoksik EKM dan induksi apoptosisnya terhadap sel
B. Perumusan Masalah
WiDr?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
c. Mengamati efek induksi apoptosis sel WiDr oleh EKM dan kombinasinya
dengan doxorubicin.
D. Tinjauan Pustaka
1. Kanker Kolon
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sel tubuh yang
sel terganggu. Sel tersebut berkembang menjadi populasi sel yang mampu
Hal tersebut disebabkan oleh kurang pekanya sel dalam mengenali sinyal
5
kolon. Kanker ini dimulai dari sel yang berbentuk kelenjar pada lapisan
dalam usus besar yang kemudian menyebar ke bagian dinding kolon (Colon
(Heriady, 2002).
APC dan RAS. APC merupakan tumor suppressor gene. Jika ekspresi gen
ini terhenti, akan tejadi perkembangan polip pada kolon. RAS juga
50% kasus. Fungsi normal dari RAS adalah mengaktivasi gen-gen daerah
pada sebagian besar kanker, terjadi mutasi p53. Ketika p53 termutasi,
kerusakan DNA tidak dapat dikenali dan diperbaiki. Mutasi akan terus
Sel WiDr (Gambar 2) merupakan salah satu jenis sel kanker kolon
manusia yang diisolasi dari kolon seorang wanita berusia 78 tahun. Sel ini
merupakan salah satu jenis kultur kanker kolon yang sering digunakan
yang tinggi yang memacu proliferasi sel itu sendiri. Pada sel WiDr, terjadi
mutasi p53 GA pada posisi 273 sehingga terjadi perubahan residu arginin
menjadi histidin (Noguchi dkk., 1979). Apoptosis pada sel WiDr dapat
terjadi melalui jalur yang tidak tergantung pada p53, di antaranya melalui
aktivasi p73 (Levrero dkk., 2000). Protein p21 pada sel WiDr yang masih
2006).
relatif lebih resisten dibandingkan dengan sel kanker tanpa mutasi p53 (Di
basa tertentu pada DNA sel kanker, sehingga terjadi bloking sintesis RNA
atau DNA baru atau mencegah pemotongan DNA dan pada akhirnya,
penggandaan DNA. Sel normal yang berproliferasi juga turut diserang oleh
dibatasi oleh timbulnya efek samping. Beberapa efek samping seperti mual,
9
dkk., 2005).
resistensi sel terhadap obat. Davis dkk. (2003) dan Notarbartolo dkk.
antara lain adalah melalui inaktivasi obat, pengeluaran obat oleh pompa
pada membran sel, mutasi pada target obat, serta kegagalan inisiasi
apoptosis. Penyebab lain yang berperan dalam resistensi ini diduga melalui
(Kitagawa, 2006).
secara kuantitatif adalah nilai Combination Index (CI) (Zhao dkk., 2004).
3. Apoptosis
Cruchten, 2002).
Gambar 4. Apoptosis dan nekrosis sel. Sel yang mengalami apoptosis membentuk
apoptotic bodies sedangkan sel yang nekrosis mengalami lisis (Van Cruchten, 2002)
11
Apoptosis dibagi menjadi dua jalur utama yaitu jalur intrinsik dan
melibatkan famili bcl-2. Kerusakan DNA biasanya terjadi akibat p53 yang
teraktivasi yang akan memacu ekspresi famili bcl-2 yang bersifat pro-
2003).
Gambar 5. Skema beberapa jalur utama sinyal apoptosis. Apoptosis dapat terjadi
melalui jalur intrinsik atau ekstrinsik (Gewies, 2003)
(Fulda dkk., 2002). Sinyal molekul (ligan) yang berikatan dengan death
(Apaf-1), dATP, cyt C, dan caspase-9. Caspase-9 yang aktif akan berperan
penting di dalam sel, yang berakibat pada kematian sel. Aktivitas protein
homology domains (BH1 sampai BH4). Grup I yang terdiri dari protein
BH1, BH2, BH3, dan BH4. Grup II yang terdiri dari Bid, Bim, Bik, Bad,
Bmf, Noxa, Puma, dan Hrk, hanya memiliki domain BH3 dan merupakan
antagonis protein anti apoptosis Bcl-2. Grup III yang memiliki domain
BH1, BH2, dan BH3 terdiri dari protein Bax, Bak, Bok, dan Bcl-xs dan
a. Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famili : Clusiaceae
Genus : Garcinia
(Cronquist, 1981)
14
(a) (b)
b. Deskripsi Tanaman
generatif. Organ vegetatif berupa akar, batang, dan daun yang berfungsi
pohon berkayu dan dapat tumbuh hingga 25 meter atau lebih. Kulit
Organ generatif tanaman manggis terdiri atas bunga, buah, dan biji.
dua pasang. Mahkota bunga terdiri atas empat helai, berwarna hijau
banyak dan bakal buahnya mempunyai 4-8 ruang dengan 4-8 kuping
bakal biji yang mampu tumbuh berkembang menjadi biji normal. Bunga
jantan dan betina, namun karena benang sari berukuran sangat kecil,
buah putih bersih dan cita rasanya sedikit asam sehingga digemari
(Rukmana, 1995).
mangostingon [7-metoksi-2-(3-metil-2-butenil)-8-(3-metil-2-okso-3-
Beberapa aktifitas xanthon yang diisolasi dari kulit manggis adalah anti-
meningkatkan protein p53, Bax dan Bcl-xl. Hal ini seiring dengan
efek antiproliferasi dan apoptosis pada kanker hati (Ho dkk., 2002),
17
Berdasarkan uji in vitro pada sel DLD-1 (model sel kanker kolorektal
kanker pada dosis rendah 5-20 m (Matsumoto dkk., 2005). Selain itu,
efek preventif atau mencegah kanker (Matsumoto dkk., 2005). Pada sel
maka dari itu penurunan ekspresi COX-2 dapat merupakan salah satu
E. Landasan Teori
mangostin yang telah diketahui adalah menghambat pertumbuhan sel DLD-1 yang
merupakan model sel kanker kolorektal manusia. Selain itu juga memiliki efek
antiproliferasi pada kanker hati, kanker payudara dan kanker rektum. Oleh karena
itu, ekstrak etanolik kulit buah manggis memiliki potensi sitotoksik terhadap sel
WiDr
beberapa efek samping yang merugikan hingga resistensi obat. Induksi apoptosis
oleh doxorubicin dapat terjadi melalui jalur p53 independent namun kurang
efektif karena sebagian besar mekanismenya membutuhkan p53. Oleh karena itu,
juga akan kurang efektif jika diberikan pada sel WiDr yang memiliki protein p53
caspase-9 dan -3 pada sel HL60, hal ini mengindikasikan bahwa -mangostin
terhadap sel dengan p53 termutasi terjadi melalui downregulation Akt yang
ditandai dengan penurunan p-Akt pada sel yang telah diberi -mangostin. Selain
penghambatan enzim topoisomerase II. Perbedaan target dengan efek yang sama
dari EKM maupun doxorubicin ini diduga mampu memberikan efek sinergis
F. Hipotesis
1. EKM memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel WiDr