9 15 Desember 2009
INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
INTERPRETASI
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
9 INTERPRETASI
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Dikeluarkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia
Jalan Sindanglaya No.1
Menteng
Jakarta 10310
Telp: (021) 3190-4232
Fax: (021) 724-5078
Email: iai-info@iaiglobal.or.id.dsak@iaiglobal.or.id
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
Desember 2009
PENGANTAR
Dengan diadopsinya IAS 16 Property, Plant, and Equipment dan IAS 37 Provisions,
Contingent Liabilities and Contingent Assets menjadi PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap
dan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi maka
IFRIC dan SIC yang terkait perlu untuk diadopsi untuk melengkapi adopsi IAS 16 dan IAS
37.
Untuk itu, Dewan Standar Akuntansi Keuangan memandang perlu untuk mengadopsi
IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities menjadi
ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa
DAFTAR ISI
Hak cipta 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
Paragraf
PENDAHULUAN ................................................................................................... 01-03
Referensi
Latar Belakang ......................................................................................................... 01
Ruang Lingkup ......................................................................................................... 02
Permasalahan............................................................................................................. 03
CONTOH ILUSTRASI
PENDAHULUAN
Referensi
PSAK 1(revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan
PSAK 16 (revisi 2007) : Aset Tetap
PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan
PSAK 26 (revisi 2008) : Biaya Pinjaman
PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset
PSAK 57 (revisi 2009) : Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontijensi.
Latar Belakang
Ruang Lingkup
02. Interpretasi ini diterapkan atas setiap perubahan pengukuran atas liabilitas
purnaoperasi, liabilitas restorasi, dan liabilitas serupa yang ada yang:
Hak cipta 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
(a) diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap sesuai dengan PSAK 16 (revisi
2007): Aset Tetap; dan
(b) diakui sebagai liabilitas sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas
Kontinjensi, dan Aset Kontijensi. Misalnya, liabilitas purnaoperasi, liabilitas
restorasi, dan liabilitas serupa dapat terjadi karena purnaoperasi pabrik, rehabilitasi
kerusakan lingkungan dalam industri ekstraktif, atau pemindahan peralatan.
Permasalahan
03. Interpretasi ini membahas bagaimana dampak dari peristiwa berikut ini yang
mengubah pengukuran liabilitas purnaoperasi, liabilitas restorasi, atau liabilitas serupa yang
dicatat sebagai:
(a) perubahan estimasi arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
(misalnya, arus kas) yang disyaratkan untuk menyelesaikan kewajiban;
(b) perubahan tingkat diskonto berdasarkan pada harga pasar kini yang didefinisikan
dalam PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontijensi
paragraf 47 (termasuk perubahan nilai waktu dari uang dan risiko spesifik terhadap
liabilitas tersebut); dan
(c) peningkatan yang mencerminkan berlalunya waktu (unwinding of the discount).
INTERPRETASI
menyelesaikan kewajiban, atau perubahan tingkat diskonto dicatat sesuai dengan paragraf
05-07 di bawah ini.
(b) dalam hal penurunan liabilitas melebihi nilai tercatat aset seandainya aset tersebut
diakui menggunakan model biaya, maka kelebihan tersebut diakui segera dalam
laporan laba rugi.
Hak cipta 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
(c) perubahan dalam liabilitas merupakan indikasi bahwa aset tersebut mungkin harus
dinilai kembali untuk memastikan nilai tercatat tidak berbeda secara material dengan
nilai yang ditentukan menggunakan nilai wajar pada akhir tanggal pelaporan.
Revaluasi tersebut dipertimbangkan dalam menentukan jumlah yang dicatat dalam
laporan laba rugi atau pendapatan komprehensif lain sebagaimana diatur dalam
huruf (a). Jika suatu revaluasi diperlukan, maka seluruh aset pada kelompok tersebut
dinilai kembali.
(d) PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan pengungkapan
dalam laporan laba rugi komprehensif atas setiap komponen pendapatan dan beban
komprehensif lain. Untuk memenuhi persyaratan ini, perubahan surplus revaluasi
yang timbul dari perubahan liabilitas diidentifikasikan dan diungkapkan secara
terpisah.
07. Jumlah tersusutkan yang telah disesuaikan akan disusutkan selama umur
manfaatnya. Oleh karena itu, ketika manfaat aset tersebut telah berakhir, semua perubahan
liabilitas diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya. Hal ini diterapkan baik untuk
model biaya maupun model revaluasi.
08. Penghitungan diskonto {unwinding of the discount) secara periodik diakui dalam
laporan laba rugi sebagai biaya keuangan saat terjadinya. Perlakuan kapitalisasi yang diatur
dalam PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman tidak diperkenankan.
TANGGAL EFEKTIF
09. Entitas menerapkan Interpretasi ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2011.
KETENTUAN TRANSISI
10. Perubahan kebijakan akuntansi dicatat sesuai persyaratan PSAK 25 (revisi 2009):
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan.
CONTOH ILUSTRASI
Bukti Umum
CIOI. Entitas memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dan liabilitas
pumaoperasi yang terkait dengan PLTN tersebut. PLTN mulai dioperasikan pada 1 Januari
2007. PLTN memiliki umur manfaat 40 tahun. Biaya perolehan awal PLTN adalah
Rp 120.000; jumlah ini termasuk biaya liabilitas purnaoperasi sebesar Rpl0.000, yang
merupakan nilai kini dari estimasi arus kas terutang 40 tahun mendatang sebesar Rp70.400
dengan tingkat diskonto yang disesuaikan sebesar 5%. Laporan keuangan entitas berakhir
pada 31 Desember.
CI03. Pada 31 Desember 2016, tingkat diskonto tidak berubah. Namun demikian,
entitas mengestimasi, sebagai dampak kemajuan teknologi, nilai kini neto atas liabilitas
purnaoperasi telah menurun sebesar Rp8.000. Oleh karena itu, entitas menyesuaikan
liabilitas purnaoperasi dari Rp 16.300 menjadi Rp8.300. Pada tanggal tersebut, entitas
membuat jurnal sebagai berikut untuk mencerminkan perubahan liabilitas:
CI04. Setelah penyesuaian, nilai tercatat aset adalah Rp82.000 (Rp120.000 - Rp8.000
- Rp30.000), yang akan disusutkan selama sisa Umur manfaat 30 tahun sehingga beban
Hak cipta 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
penyusutan untuk tahun berikutnya sebesar Rp2.733 (Rp82.000/30). Biaya keuangan tahun
berikutnya untuk unwinding of the discount menjadi Rp415 (Rp8.300 x 5%).
CI05. Jika perubahan liabilitas akibat perubahan tingkat diskonto, bukan akibat
perubahan estimasi arus kas, maka akuntansi untuk perubahan tersebut akan sama namun
biaya keuangan untuk tahun berikutnya akan mencerminkan tingkat diskonto yang baru.
CI06. Entitas mengadopsi model revaluasi dalam PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap
di mana pabrik direvaluasi dengan keteraturan yang cukup sehingga jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan nilai wajamya. Kebijakan entitas adalah mengeliminasi
akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi terhadap nilai tercatat bruto aset.
CI07. Jika pada aset yang direvaluasi terdapat liabilitas purnaoperasi, maka penting
untuk memahami dasar penilaian yang digunakan.
Misalnya:
(a) Jika aset dinilai dengan dasar arus kas yang didiskontokan, maka beberapa penilai
dapat menilai aset tanpa mengurangi penyisihan terhadap biaya purnaoperasi
(penilaian bruto), sementara penilai lain dapat menilai aset setelah dikurangi
penyisihan terhadap biaya purnaoperasi (penilaian neto), karena pada saat perolehan
aset, entitas secara umum mengasumsikan adanya kewajiban purnaoperasi. Untuk
tujuan pelaporan keuangan, kewajiban purnaoperasi diakui sebagai kewajiban
terpisah, dan bukan sebagai pengurang aset. Dengan demikian, jika aset dinilai
dengan dasar neto, maka diperlukan penyesuaian atas penilaian dengan
menambahkan penyisihan terhadap liabilitas, sehingga liabilitas tersebut tidak dicatat
dua kali.
(b) Jika aset dinilai dengan dasar biaya penggantian yang disusutkan, maka penilaian
mungkin tidak termasuk jumlah untuk komponen purnaoperasi dari aset. Jika
Hak cipta 2009 IKATAN AKUNTAN INDONESIA
Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak
Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa ISAk No. 9
demikian, maka suatu jumlah tertentu diperlukan sebagai penambah penilaian untuk
mencerminkan biaya penggantian yang disusutkan atas komponen tersebut.
CI08. Misalkan penilaian berdasarkan arus kas nilai pasar terdiskonto adalah
Rp 115.000 pada 31 Desember 2009. Nilai tersebut termasuk penyisihan sebesar Rp11.600
untuk liabilitas purnaoperasi yang mencerminkan tidak adanya perubahan terhadap estimasi
awal, setelah unwinding of the diskonto selama tiga tahun. Jumlah yang termasuk dalam
laporan posisi keuangan pada tanggal31 Desember 2009 adalah sebagai berikut:
Rp
Catatan:
(l) Penilaian yang diperoleh adalah Rp 115.000 ditambah biaya purnaoperasi sebesar
Rp 11.600, termasuk dalam penilaian namun diakui sebagai liabilitas terpisah
= Rp126.600.
(2) Beban penyusutan atas biaya perolehan awal selama tiga tahun adalah sebesar
Rp9.000 (Rp120.000 x 3/40)
I Untuk contoh dari prinsip ini. lihat PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset dan PSAK /3
(revisi 2007): Properti Investasi
(3) Jumlah revaluasian Rp126.600 dikurangi nilai buku neto sebelumnya sebesar
Rp 111.000 (biaya perolehan Rp 120.000 dikurangi akumulasi penyusutan sebesar
Rp9.000).
CI09. Beban penyusutan tahun 2010 sebesar Rp3.420 (Rp126.600 x 1/37) dan beban
diskonto tahun 2010 sebesar Rp600 (5% dari Rp11.600). Pada 31 Desember 2010, liabilitas
purnaoperasi (sebelum penyesuaian) adalah Rp 12.200 dan tingkat diskonto tidak berubah.
Namun demikian, pada tanggal tersebut, entitas mengestimasi bahwa, sebagai hasil
kemajuan teknologi, nilai kini liabilitas purnaoperasi turun sebesar Rp5.000. Dengan
demikian, entitas menyesuaikan liabilitas purnaoperasi dari Rp12.200 menjadi Rp7.200.
CIlO. Seluruh jumlah penyesuaian ini dimasukkan dalam surplus revalusi, karena
jumlah tersebut tidak melebihi jumlah tercatat aset, yang dicatat berdasarkan model biaya.
Jika hal tersebut telah dilakukan, maka kelebihan tersebut diakui dalam laporan laba rugi
sesuai dengan paragraf 6(b). Entitas membuat jurnal berikut untuk mencerminkan
perubahan tersebut:
CI11. Entitas memutuskan bahwa penilaian menyeluruh atas aset diperlukan pada
tanggal 31 Desember 2010, untuk memberikan keyakinan bahwa nilai tercatat aset tidak
berbeda secara material dengan nilai wajarnya. Seandainya nilai aset sekarang adalah
Rp 107.000 neto setelah penyisihan Rp7.200 untuk penurunan liabilitas purnaoperasi yang
seharusnya diakui sebagai liabilitas terpisah. Penilaian aset untuk tujuan pelaporan
keuangan, sebelum dikurangi penyisihan ini, sebesar Rp114.200. Jurnal tambahan berikut
diperlukan:
Catatan:
(1) Mengeleminasi akumulasi penyusutan sebesar Rp3.420 sesuai dengan kebijakan
akuntansi entitas.
(2) Mendebit surplus revaluasi karena defisit yang timbul pada saat penilaian kembali
tidak melebihi jumlah kredit surplus revaluasi aset tersebut.
(3) Penilaian terdahulu (sebelum penyisihan biaya aktivitas purnaoperasi) sebesar
Rp126.600, dikurangi akumulasi penyusutan Rp3.420, dikurangi penilaian baru
(sebelum penyisihan biaya aktivitas purnaoperasi) Rp 114.200.
CI12 Setelah penilaian tersebut, jumlah yang termasuk dalam laporan posisi
keuangan adalah:
Rp
Aset pada saat penilaian 14.200
Akumulasi penyusutan -
Liabilitas aktivitas purnaoperasi (7.200)
Aset neto 107.000
Catatan:
(1) Sebesar Rp 10.600 pada 31 Desember 2009 ditambah beban penyusutan tahun 2010
sebesar Rp3.420 dan beban diskonto sebesar Rp600 = Rp14.620.
(2) Sebesar Rp15.600 pada 31 Desember 2009, ditambah penurunan liabilitas sebesar
Rp5.000, dikurangi Rp8.980 defisit revaluasi = Rp11.620.
Contoh 3 : Ketentuan Transisi
CI14. Pada 31 Desember 2007, akibat unwinding of the discount (5%) untuk satu
tahun, liabilitas purnaoperasi meningkat dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500. Sebagai
tambahan, berdasarkan bukti yang ada, entitas mengestimasi nilai kini liabilitas
purnaoperasi telah meningkat sebesar Rp 1.500 sehingga liabilitas purnaoperasi meningkat
dari Rp10.500 menjadi Rp12.000. Sesuai dengan kebijakan entitas, peningkatan liabilitas
diakui dalam laporan laba rugi.
CI15. Pada 1 Januari 2011, entitas membuat jurnal berikut yang mencerminkan
penerapan Interpretasi ini:
CIl6 Biaya perolehan aset disesuaikan sebesar peningkatan jumlah yang diestimasi
atas biaya purnaoperasi pada 31 Desember 2007 yang telah dikapitalisasi pada tanggal
tersebut. Biaya tambahan ini telah disusutkan selama 39 tahun. Oleh karena itu, jumlah
akumulasi penyusutan pada 31 Desember 2011 menjadi Rp154 (Rpl.500 x 4/39 tahun).
C1l7. Karena, sebelum menerapkan Interpretasi ini pada 1 Januari 2011, entitas
mengakui perubahan liabilitas purnaoperasi dalam laporan laba rugi, maka penyesuaian neto
Rp1.346 yang diakui sebagai kredit terhadap saldo laba awal. Jumlah ini tidak disyaratkan
untuk diungkapkan dalam laporan keuangan, dikarenakan penyajian kembali yang
dijelaskan di bawah ini.