Anda di halaman 1dari 5

13.

PERANAN INDONESIA DALAM PERDAMAIAN DUNIA DI ERA


GLOBALISASI

1. Indonesia Termasuk dalam Gerakan Non-Blok untuk Menghindari Dampak


Perang Dingin antara Blok Timur dan Barat

Pada sekitar tahun 1950, negara-negara di dunia terbagi menjadi dua blok. Dua blok tersebut
adalah blok barat dan blok timur. Blok barat dipimpin oleh Amerika Serikat yang
beranggotakan negara dengan ideologi liberal dalam pertahanan NATO (North Atlantic
Treaty Organization). Anggota dari blok barat ini terdiri dari Belanda, Inggris, Islandia,
Portugal, Italia, Kanada, Belgia, Denmark, Luksemburg, dan Norwegia. Sedangkan blok
timur dipimpin oleh Uni Soviet. Blok timur membawa ideologi komunisme yang berada di
bawah organisasi PAKTA WARSAWA. Anggota dari blok timur ini adalah Albania,
Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, dan Bulgaria. Konflik antara kedua blok
ini berlangsung karena adanya ambisi dan egoisme dimana keduanya merasa berhak menjadi
pemenang Perang Dunia II. Perang ini dikenal dengan cold war atau perang dingin yang
dimulai sejak perang dunia dunia berakhir. (Baca juga: Peran Indonesia dalam Gerakan Non
Blok)

Negara-negara yang baru merdeka di kawasan Asia, Afrika , dan Amerika Latin menjadi
kawasan yang menjadi target perebutan pertarungan pengaruh. Karena itu, banyak konflik
yang terjadi contohnya perang Korea dan perang Vietnam. Hal tersebut mendorong
pemimpin dari Asia dan Afrika untuk membuat gerakan agar tidak terpengaruh persaingan
tersebut. Gerakan yang dibuat oleh negara-negara yang khawatir akan menjadi korban perang
dingin adalah gerakan non blok (Non Align Movement). Dengan berpartisipasinya Indonesia
dalam Gerakan Non Blok dan tidak memihak blok barat maupun timur merupakan salah satu
upaya dalam menjaga perdamaian dunia secara tidak langsung.

2. Indonesia Menjadi Salah Satu Pelopor Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika demi
Menjaga Perdamaian di Kawasan Asia dan Afrika

Konferensi Asia Afrika dipelopori oleh lima pemimpin negara dimana salah satunya adalah
Indonesia yang diwakili oleh PM Ali Sastroamidjojo. Keempat negara pelopor yang lain
adalah India diwakili oleh Jawaharhal Nehru, Pakistan diwakili oleh Mohammad Ali Bogra,
Burma diwakili oleh U Nu dan Srilanka diwakili oleh Sir John Kotelawala. Pertemuan
pertama dari kelima pemimpin negara tersebut diadakan di Kolombo, Srilanka. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tangga 28 April- 2 Mei 1952. Pada konferensi ini Indonesia mengusulkan
adanya konferensi Asia-Afrika. Usulan itu disampaikan oleh Perdana Menteri Indonesia Ali
Sastroamidjojo. Pernyataan tersebut adalah Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia
sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia. Kita sekarang berada di persimpangan
jalan sejarah umat manusia. Oleh karena itu kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia
bertemu disini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi oleh
masyarakat yang kita wakili.

Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan
pertemuan lain yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya bahwa
masalah-masalah itu tidak terjadi hanya di negara-negara Asia yang terwakili disini, tetapi
juga sama pentingnya bagi negara-negara Afrika dan Asia lainnya. Kemudian pertemuan
kedua dilaksanakan di Istana Bogor pada tahun 1952, lebih tepatnya tanggal 29 Desember.
Pertemuan ini dilaksanakan untuk mematangkan konsep konferensi Asia-Afrika. Rincian
tersebut meliputi tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang. Negara yang
diundang sejumlah 25 negara yang terdiri dari Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah,
Republik Rakyat Tiongkon (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak,
Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria,
Thailand (Muangthai), Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam
Selatan, dan Yaman. Dengan aktifnya Indonesia dalam mempelopori adanya Konferensi
Asia-Afrika menunjukkan bahwa Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam menjaga
perdamaian dunia.

3. Indonesia Menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika.

Setelah dilaksanakannya kedua pertemuan di Kolombo dan Bogor untuk merencanakan


adanya konferensi Asia Afrika , dilaksanakanlah Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung
. Dengan aktifnya Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki semangat tinggi dalam menciptakan perdamaian
dunia khususnya di wilayah Asia dan Afrika. KAA tersebut dilaksanakan pada tanggal 18-25
April 1955. KAA ini diresmikan oleh presiden Soekarno, sementara ketuanya adala PM Ali
Sostroamidjojo. Dalam pelaksanaan KAA ini menghormati bentuk pemerintahan atau cara
hidup suatu negara dan antar tidak akan mencampuri urusan rumah tangga suatu negara.
Tujuan diadakannya konferensi ini adalah agar setiap negara memiliki pendirian mereka
masing-masing mengenai nasib negaranya. (Baca juga: Jaminan Perlindungan HAM)

KAA ini dilaksanakan di gedung Dana Pensiun yang telah dirubah namanya menjadi Gedung
Dwi Warna. Selain Gedung Dana Pensiun yang berubah nama, Gedung Concordia juga
dirubah namanya menjadi Gedung Merdeka. Untuk memfasilitasi penginapan tamu
undangan, telah disediakan Hotel Homann, Hotel Preager, dan dua belas hotel lainnya
ditambah dengan perumahan perorangan. Fasilitas tersebut digunakan untuk menampun 1300
tamu undangan. Untuk menyemarakkan suasana konferensi, Presiden Soekarno mengubah
sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia-Afrika. Sebanyak 24 negara yang diundang
menerima undangan yang telah diberikan pada tanggal 15 Januari 1955. Satu negara yang
tidak menerima undangan KAA adalah Federasi Afrika Tengah yang ketika itu masih
dikuasai oleh penjajahnya. KAA yang telah terselenggara di Bandung menghasilkan prinsip-
prinsip utama Gerakan Non Blok (GNB) yang di sebut Dasa Sila Bandung. Adapun isi dari
Dasasila Bandung adalah sebagai berikut:

1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat
di dalam piagam PBB (Baca juga: Hakdan Kewajiban Warga Negara dalam UUD
1945)
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar
maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri
negara lain
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian
ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya
terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
(Baca juga: Politik Luar Negeri Indonesia)
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara
damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam
PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati hukum dan kewajibankewajiban internasional. (Baca juga:Landasan
Hukum Persamaan Kedudukan Warga Negara)

Setelah KAA yang pertama, negara pelopor mengusulkan untuk adanya pertemuan yang
kedua. Pertemuan tersebut hampir terlaksana dimana Aljazain menjadi tuan rumah. Akan
tetapi terjadi pergantian pemerintahan di Aljazair sehingga konferensi itu dibatalkan.
Mskipun pertemuan kedua gagal diadakan, namun KAA telah menjadikan negara-negara di
Asia dan Afrika menjalin hubungan yang baik. Terdapat beberapa konferensi serupa yang
diadakan setelah KAA diantarannya Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam
Asia Afrika, Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, dan Konferensi Pengarang Asia
Afrika. Terselenggaranya KAA meningkatkan semangat bangsa Asia-Afrika sehingga banyak
lahir negara-negara merdeka di benua Asia dan Afrika. Diadakannya KAA dibandung
menjadikan bandung terkenal dan jalanan protokol di kota bandung didepan gedung Merdeka
diberi nama Jalan Asia Afrika. Semangat perdamaian yang terjadi membuat julukan
semangat Bandung atau Bandung Spirit. Sukses nya konferensi Asia Afrika menunjukan
peran Indonesia sebagai pelopor dalam menggerakkan perdamaian dunia khususnya di
kawasan Asia dan Afrika. (Baca juga: Pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM)

4. Indonesia Berperan Aktif Menjaga Perdamaian Dunia dengan Bergabung Menjadi


Anggota PBB, Menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Kemanan PBB

Pada tanggal 28 September 1950, Indonesia resmi menjadi anggota PBB. Indonesia sempat
keluar dari PBB pada 7 Januari 1965 karena adanya perselisihan dengan Malaysia. Namun
Indonesia kembali menjadi anggota PBB pada era Orde Baru, tepatnya tanggal 28 September
1966. Indonesia telah tiga kali menjadi anggota tidak tetap dalam Dewan Keamanan PBB.
Periode pertama adalah pada tahun 1973-1974, periode kedua yaitu tahun 1995-1996,
sedangkan periode ketiga tahun 2007-2008. Bergabungnya Indonesia menjadi anggota tidak
tetap Dewan Keamanan PBB menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kontribusi nyata
dalam menjaga perdamaian dunia. (Baca juga: Dasar Hukum HAM)

5.Indonesia Mengirim Bantuan Pangan ke Ethiopia Tahun 1984

Peran Indonesia ditunjukkan dengan bantuan uang dan pangan berupa beras melalui FAO
(Food and Agriculture Organization) untuk kelaparan yang terjadi di Ethiopia pada tahun
1984.

6. Indonesia Mengirimkan Pasukan Garuda I untuk Menjaga Perdamaian di Timur


Tengah Pada Tahun 1957

Pada tanggal 5 November 1956 dibentuk suatu komando PBB yang disebut United Nations
Emergency Forces (UNEF). Komando ini merupakan pasukan khusus PBB yang ditujukan
untuk memelihara perdamaian di Timur Tengah. Dalam mendukung perdamaian dunia,
Indonesia menyetujui untuk berpartisipasi menyumbangkan pasukan pada UNEF mulai
tanggal 8 November 1965. Pada 28 Desember 1956 dibentuk pasukan Indonesia yang disebut
Pasukan Garuda, dan pasukan ini dikirim ke Timur Tengah pada bulan Januari tahun 1957.

7. Indonesia Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III untuk Menjaga Perdamaian di


Kongo

Pada bulan Juni 1960, terdapat perang saudara di Kongo (Zaire) setel kemerdekaannya dari
Belgia. Untuk menjaga perdamaian dunia, PBB membentuk United Nations Operations for
the Congo (UNOC). Pada misi perdamaian dunia tersebut, Indonesia mengirimkan satu
batalyon yang disebut Pasukan Garuda II. Paukan ini berangkat pada 10 September 1960 dan
pulang pada Mei 1961. Pasukan ini digantikan pasukan Garuda III dari Desember 1962
hingga Agustus 1964.

8. Pengiriman Pasukan Garuda IV,V,dan VII untuk Menjaga Stabilitas Indocina


karena Perang Vietnam

Pada tahun 1973, PBB membentuk International Commision of Control and Supervission
(ICCS) untuk menjaga stabilitas politik di Indocina akibat adanya perang Vietnam. Perang
Vietnam ini merupakan perang saudara yang terjadi antara Vietnam Utara dan Vietnam
Selatan. ICCS yang dibentuk oleh PBB memiliki tugas untuk mengawasi pelanggaran yang
terjadi antara kedua kubu. Pada misi ini, Indonesia juga mengirimkan pasukannya yaitu
pasukan Garuda IV yang beranggotakan 290 pasukan. Pada ICCS ini terdiri dari empat
negara yaitu Hungaria, Indonesia, Kanada, dan Polandia. Pasukan Garuda IV kemudian
digantikan oleh Pasukan Garuda V yang selanjutnya juga digantikan oleh Pasukan Garuda
VII. Setelah Vietnam dikuasai secara keseluruhan oleh Vietnam Utara dengan ideologi
komunis pada tahun 1975, pasukan Garuda VII ditarik dari Vietnam.

9. Pengiriman Pasukan Garuda VI dan VIII ke Timur Tengah

UNEF diaktifkan kembali pada tahun 1973 oleh PBB karena adanya perang Arab-Israel ke 4.
Kali ini, anggota dari UNEF terdiri dari 7000 anggota dari kesatuan Australia, Finlandia,
Swedia, Irlandia, Peru, Panam, Senegal, Ghana dan Indonesia. Pasukan Garuda VI yang
ditugaskan ke Timur Tengah memiliki tugas untuk melakukan pengamanan dalam
perundingan Mesir-Israel. Pada 23 September 1974, tugas Pasukan Garuda VI digantikan
Pasukan Garuda VIII hingga 17 Februari 1975.

10. Indonesia Mengirimkan Pasukan Garuda IX ke Perbatasan Irak dan Kuwait

Pada tahun 1988, pasukan Garuda IX ditugaskan ke perbatasan Irak-Iran. Pasukan Garuda X
ditugaskan di Namibia pada tahun 1989. Pada tahun 1991, Indonesia kembali mengirimkan
kontingennya yaitu pasukan Garuda XI ke perbatasan Irak-Kuwait.

11. Pengiriman Pasukan Garuda ke Kamboja, Somalia, Bosnia-Herzegovina, dan


Lebanon.

Pada tahun 1992, Indonesia mengirimkan pasukan Garuda XII ke Kamboja. Pada tahun yang
sma Indonesia mengirimkan pasukan Garuda XIII ke Somalia. Pada tahun 1993-1994
pasukan Garuda XIV dikirim ke Bosnia-Herzegovina.Serta pada tahun 2006 ada rencana
untuk mengirim pasukan ke Lebanon.

12. Pembangunan Pusat Perdamaian dan Keamanan di Indonesia.

Pada tahun 2012 dibangun Indonesial Peace Security Cente (IPSC) yang merupakan Pusat
Perdamaian dan Keamanan Indonesia. IPSC ini memiliki unit yang mengelola kesiapan
pasukan yang akan dikirim untuk menjaga perdamaian dunia (Standby Force). Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peran aktif dalam rangka menjaga perdamaian
dunia.

Artikel lainnya :

Ciri-Ciri Negara Demokrasi


Sejarah Demokrasi
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

13. Indonesia Menjadi Pelopor Terbentuknya ASEAN yang Bertujuan untuk Menjaga
Stabilitas Perdamaian Regional Asia Tenggara

Indonesia dan Malaysia sempat mengalami ketegangan. Setalah ketegangan itu berakhir,
beberapa negara di kawasan Asia Tenggara merasa perlu membentuk kerjasama untuk
menjaga kestabilan sosial dan ekonomi di Asia Tenggara. Karena keinginan tersebit, Menteri
luar negeri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Adam Malik, Malaysia diwakili oleh Tun Abdul Razak, Singapura
diwakili oleh S Rajaratman, Filipina diwakili oleh Narciso Ramos, dan Thailan sebagai tuan
rumah diwakili oleh Thanat Khoman. Pertemuan yang berlansung di Bangkok tersebut
menghasilkan Deklarasi Bangkok yang ditandatangani bersama oleh lima negara. Deklarasi
tersebut berisi mengenai persetujuan lima negara membentuk organisasi kerjasama regional
yaitu Association of South East Asian Nations (ASEAN). Deklarasi Bangkok yang
ditandatangani berisi tujuan ASEAN yaitu :

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan


di Asia Tenggara.
2. Memajukan stabilisasi dan perdamaian regional Asia Tenggara
3. Memajukan kerjasama aktif dan saling membantu di negara-negara anggota dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
4. Menyediakan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas-fasilitas latihan dan
penelitian.
5. Kerjasama yang lebih besar dalam bidang pertanian, industri, perdagangan,
pengangkutan, komunikasi serta usaha peningkatan standar kehidupan rakyatnya.
6. Memajukan studi-studi masalah Asia Tenggara
7. Memelihara dan meningkatkan kerjasama yang bermanfaat dengan organisasi-
organisasi regional dan internasional yang ada.

Anda mungkin juga menyukai