Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

PITYROSPORUM FOLIKULITIS

Oleh :

Kevin Maulanda 1210311009


Widyatul Aina 1210311004

Preseptor:
Dr.Gardenia Akhyar, Sp.KK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL PADANG
2017

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pityrosporum Folliculitis adalah infeksi kronik folikel pilosebasea yang

disebabkan oleh jamur yaitu Malassezia sp.1 Jamur lipofilik dimorfik yang dapat

ditemukan pada 78-95% orang sehat dan ada dalam jumlah kecil di stratum

korneum dan hampir 90% terdapat pada folikel rambut.1,2,3 Pityrosporum

Folliculitis paling sering terlihat pada remaja atau pria dewasa muda yang ditandai

dengan timbulnya papul eritematosa dan pustul perifolikular yang gatal, terutama

di area badan bagian atas, leher, dan lengan atas.1,4,5

Orang yang tinggal di daerah beriklim hangat dan lembab memiliki kejadian

Pityrosporum Folliculitis yang lebih tinggi. Suatu klinik di Philiphina mengatakan

bahwa 16% pasiennya datang dengan keluhan Pityrosporum Folliculitis. Tahun

2008 di China, menyebutkan bahwa 1,5% pasien dermatologi yang didiagnosis

Pityrosporum Folliculitis adalah laki-laki setengah baya.3

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pityrosporum Folliculitis adalah penyakit kronis pada folikel pilosebasea

yang disebabkan oleh jamur Malassezia spp., berupa papul dan pustul folikular,

yang biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan

atas. Kelainan ini sering salah didiagnosis sebagai akne vulgaris.6

Penyakit ini merupakan suatu bentuk dari folikulitis yang disebabkan oleh

infeksi jamur yang ditandai dengan papul berbentuk kubah, pustul, nodul dan

kista pada beberapa kasus yang berat.7 Sinonim penyakit ini adalah pitisporum

folikulitis.6

2.2 Epidemiologi

Organisme Malassezia ditemukan sebagai flora kulit pada 75-98% orang

sehat. Kolonisasi oleh M. furfur, mulai terjadi segera setalah lahir dan mencapi

puncaknya ketika remaja dan usia pertengahan, seiring dengan meningkatnya

akitivitas kelenjar sebasea. Pengaruh faktor ras dan gender tidak diketahui.

Penyakit ini lebih banyak ditemui di daerah tropis, mungkin karena kelembaban

tinggi dan suhu panas, tetapi juga dilaporkan pada daerah beriklim dingin saat

musim panas.6,8

2.3 Etiopatogenesis

Jamur penyebab adalah spesies Malassezia, yang merupakan flora normal

kulit, bersifat lipofilik, serupa dengan penyebab pitiriasis versikolor. Dilaporkan

bahwa spesies yang ditemukan pada lesi adalah M. furfur, M. globosa, dan M.

restricta.6,8

3
Bila pada host terdapat faktor predisposisi, spesies Malassezia tumbuh

berlebihan dalam folikel rambut sehingga folikel dapat pecah, menyebabkan

reaksi peradangan terhadap lemak bebas yang dihasilkan lipase jamur dan

memberikan gambaran klinis folikulitis.6

Faktor predisposisi antara lain suhu dan kelembaban udara yang tinggi,

hiperhidrosis, pakaian oklusif, penggunaan bahan berlemak untuk pelembab

badan yang berlebihan, penggunaan antibiotik, kortikosteroid lokal/sistemik,

sitostatik dan penyakit serta keadaan tertentu, misalnya diabetes mellitus,

pengobatan kanker dengan epidermal growth factor receptor inhibitor, kehamilan,

keadaan imunokompromais, AIDS dan sindrom Down.6,8

2.4 Diagnosis

2.4.1 Gambaran Klinis

Pityrosporum Folliculitis memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi.

Klinis morfologi terlihat papul dan pustul perifolikular berukuran diameter 2-4

mm, dengan peradangan minimal. Tempat predileksi adalah dada, punggung, dan

lengan atas, terkedang juga terdapat di leher dan jarang di wajah.6,8

2.4.2 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Pityrosporum Folliculitis dibuat berdasarkan manifestasi klinis

dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan KOH kerokan kulit. Biopsi kulit jarang

dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis berdasarkan keluhan gatal dan

lokasi serta morfologi lesi, dikonfirmasi dengan menemukan kelompokan sel ragi

dan spora bulat atau blastospora Malassezia pada pemeriksaan isi folikel yang

dikeluarkan dengan ekstraktor komedo. Pemeriksaan dilakukan dengan larutan

KOH dan tinta Parker biru hitam.6

4
Mengingat Malassezia spp. merupakan flora normal kulit, Jacinto-Jamora

menambahkan kriteria yakni dianggap folikulitis Malassezia jika temuan jumlah

organisme lebih dari atau sama dengan 3+; yakni lebih dari 2-6 spora dalam

kelompok atau 3-12 spora tunggal tersebar. Pemeriksaan penunjang lain adalah

dengan menemukan organisme dalam ostium folikel rambut pada sediaan

histopatologi yang kadang disertai ruptur folikel dan tanda peradangan.6

Pemeriksaan lampu Wood dapat membantu mendiagnosis Pityrosporum

Folikulitis dengan hasil floresensi warna kuning hijau terang atau kadang-kadang

berwarna biru terang atau putih. Pemeriksaan KOH 20% yang diambil dari

spesimen berupa isi papul pada badan bagian atas ditemukan spora.1

2.5 Diagnosis Banding

2.5.1 Acne Vulgaris

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Pada akne

vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar akibat pengaruh

berbagai faktor penyebab. Gambaran klinisnya sering polimorfik, terdiri atas

berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodul, dan jaringan parut

yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut. Tempat predileksinya adalah di muka,

bahu, dada bagian atas, dan punggung bagian atas. Dapat disertai rasa gatal,

namun umunya keluhan penderita adalah keluhan estetik.6

2.5.2 Folikulitis Bakterial

Folikulitis adalah peradangan folikel rambut, yang biasanya disebabkan

bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan lokasinya, penyakit ini diklasifisikan

5
menjadi folikulitis superfisialis yang terbatas di dalam epidermis dan folikulitis

profunda yang sampai ke subkutan. Pada folikulitis superfisial tampak papul atau

pustul yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multipel.

Sedangkan pada folikulitis profunda, tampak papul atau pustul yang eritematosa

dan teraba infiltrat di subkutan.6

2.5.3 Erupsi Akneiformis

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa

reaksi peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Penyakit ini

disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturat, bromida

dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustul mendadak tanpa adanya komedo

di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua

usia.6

2.6 Tatalaksana

Pendekatan tatalaksana baik dengan menghilangkan faktor predisposisi

maupun memberikan pengabatan. Obat yang digunakan dapat berupa antimikotik

oral, misalnya ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazole 200mg/hari

selama 2 minggu, flukonazol 150mg/hari selama 4 minggu. Anti mikotik topikal

biasanya kurang efektif, walaupun dapat menolong, misalnya sampo ketokonazol

2% dan losion selenium sulfida 2,5%.6

2.7 Prognosis

Secara umum prognosis baik, tetapi jika faktor predisposisi tidak dapat

dihilangkan maka akan bersifat kambuhan.6

6
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. DP

No. RM : 993014

Nama ibu kandung : Masriani

Umur / Tanggal lahir : 22 tahun / 29 Agustus 1995

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat / No. HP : Jl. Sudirman / 085376520425

Status perkawinan : Belum kawin

Negeri asal : Dharmasraya

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal pemeriksaan : 11 Oktober 2017

3.2 ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP DR. M. Djamil Padang pada tanggal 11 Oktober 2017 dengan:

3.2.1 Keluhan Utama

Bintik-bintik merah yang terasa gatal di kedua lengan, dada, dan punggung

yang semakin meluas sejak 2 minggu yang lalu.

7
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Awalnya timbul bintik yang terasa gatal di lengan kiri atas sejak 3 minggu

yang lalu dan bertambah luas hingga ke dada atas, punggung, dan lengan

kanan atas sejak 2 minggu yang lalu.

Gatal dirasakan meningkat saat cuaca panas dan berkeringat.

Pasien sering berpergian memakai pakaian berlapis dan jaket

Pasien sering tidak langsung mengganti pakaian saat berkeringat.

Mandi 2x dalam sehari, ganti baju setiap kali mandi.

Tidak ada riwayat penggunaan pelembab badan berlebihan.

Penggunaan kortikosteroid lama tidak ada.

Tidak ada penggunaan antibiotik jangka panjang

Riwayat trauma sebelumnya tidak ada

Sebelumnya berobat ke puskesmas dan diberikan salep betametason 3x/ hari

selama 3 hari, namun tidak ada perbaikan.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada riwayat bintik bintik merah yang gatal sebelumnya.

3.2.4 Riwayat Penyakit keluarga

Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami sakit seperti ini.

3.2.5 Riwayat Alergi/ Atopi

Pasien alergi terhadap telur dan kacang.

Riwayat Asma (-)

Riwayat Bersin-bersin di pagi hari (-)

Riwayat mata berair (-)

8
Riwayat mata merah (-)

Biring susu saat bayi (-)

3.2.6 Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan

Seorang mahasiswa.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

3.3.1 Status Generalis

Keadaan Umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Berat Badan : 57 kg

Tinggi badan : 170 cm

Status gizi : Baik

Pemeriksaan thorak : Diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan abdomen : Diharapkan dalam batas normal

3.3.2 Status Dermatologikus

Lokasi : Kedua lengan atas, dada, dan punggung.

Distribusi : Regional

Bentuk : Bulat

Susunan : Tidak khas

Batas : Tidak tegas

Ukuran : lentikuler

Efloresensi : Papul-papul eritema, papul folikular, pustul

perifolikuler, makula hiperpigmentasi

9
Lesi di lengan atas kiri dan kanan dan dada

10
11
12
Lesi di dada,lengan kanan,kiei dan punggung

Status Venerologikus : Diharapkan dalam batas normal

Kelainan selaput : Dalam batas normal

Kelainan kuku : Dalam batas normal

Kelainan rambut : Dalam batas normal

Kelainan Kelenjar Limfe : Dalam batas normal

3.4 RESUME

Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 11 Oktober 2017 dengan keluhan

utama bintik-bintik merah yang terasa gatal di kedua lengan, dada, dan punggung

yang semakin meluas sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul bintik merah

yang terasa gatal di lengan kiri atas sejak 3 minggu yang lalu dan bertambah luas

hingga ke dada atas, punggung, dan lengan kanan atas sejak 2 minggu yang lalu.

13
Gatal dirasakan meningkat saat cuaca panas dan berkeringat, namun pasien tidak

langsung mengganti pakaian saat berkeringat. Pasien mandi 2x dalam sehari dan

ganti baju setiap kali mandi. Pasien tidak menggunakan pelembab badan

berlebihan dan juga tidak menggunaan kortikosteroid jangka panjang.

Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas dan diberikan salep betametason

3x/ hari selama 3 hari, namun tidak ada perbaikan.

Hasil pemeriksaan fisik, ditemukan lesi dengan lokasi kedua lengan atas,

dada atas dan punggung. Distribusi regional, bentuk bulat, susunan tidak khas,

batas tidak tegas, ukuran milier, efloresensi papul-papul eritema dan papul

folikular, pustul perifolikuler, dan macula hiperpigmentasi

3.5 DIAGNOSA KERJA


Pityrosporum Follicularis

3.6 DIAGNOSA BANDING

Acne Vulgaris

Folikulitis Bakterial

Erupsi Akneiformis

3.7 PEMERIKSAAN RUTIN

Pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10% :

Ditemukan hifa pendek dengan spora.

14
Foto

3.8 PEMERIKSAAN ANJURAN

Tidak ada.

3.9 DIAGNOSIS

Ptiriasis folikulorum

3.10 TERAPI

Umum

Mandi minimal dua kali sehari dengan sabun

Tidak memakai handuk secara bergantian

Mandi segera setelah melakukan kegiatan yang menimbulkan

banyak keringat

15
Memakai pakaian yang menyerap keringat

Hindari penggunaan pakaian ketat dan sebaiknya longgar dan dari

bahan katun

Minum obat teratur dan menggunakan obat sesuai petunjuk yang

diberikan.

Istirahat dan makan yang cukup.

Sistemik
Ketokonazol 1x200 mg/ hari selama 4 minggu.
Topikal
Sampo ketokonazol 2% ( 2-3 kali seminggu)

3.11 PROGNOSIS

Quo ad sanam : bonam

Quo ad vitam : bonam

Quo ad kosmetikum : bonam

Quo ad functionam : bonam

16
BAB 4

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 22 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 11 Oktober 2016 dengan

keluhan utama binitk-bintik merah yang terasa gatal di kedua lengan, dada, dan

punggung yang semakin meluas sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya timbul bintik

yang terasa gatal di lengan kiri atas sejak 3 minggu yang lalu, bertambah luas ke

dada atas, punggung, dan lengan kanan atas sejak 2 minggu yang lalu. Gatal

dirasakan meningkat saat cuaca panas dan berkeringat banyak. Pasien memiliki

kebiasaan tidak langsung mengganti pakaian saat berkeringat, mandi dua kali

sehari. Riwayat penggunaan pelembab badan secara berlebihan dan penggunaan

kortikosteroid lama tidak ada. Pasien sebelumnya sudah berobat ke puskesmas

dan diberikan salep betametason 3x/hari selama 3 hari namun tidak ada perbaikan.

Dari pemeriksaan fisik, ditemukan lesi dengan lokasi pada kedua lengan

atas, dada, dan punggung, distribusi regional, bentuk bulat, susunan tidak khas,

batas tidak tegas, ukuran milier, dan efloresensi papul-papul eritema dan pustul.

Menurut teori, pitirosporum folikulitis memberikan keluhan gatal pada tempat

predileksi. Klinis morfologi terlihat papul dan pustul perifolikular berukuran

diameter 2-4 mm, dengan peradangan minimal. Tempat predileksi adalah dada,

punggung, dan lengan atas.6,8 Hal ini sesuai dengan yang ditemukan pada pasien.

Dilakukan pemeriksaan KOH 10% untuk membantu menegakkan diagnosis.

Pada pemeriksaan ini diperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit. Sediaan

diteteskan dengan KOH 10% lalu diamati di bawah mikroskop. Pada pasien ini

hasil positif, ditemukan hifa pendek dengan spora. Berdasarkan anamnesis,

17
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditegakkan diagnosis pasien

adalah pitirosporum folikulitis.

Tatalaksana pada pasien ini adalah edukasi kepada pasien tentang penyakit

yang dideritanya, bagaimana menjaga kebersihan diri dengan baik, dan

pengobatannya. Untuk pengobatan yang diberikan terdiri dari terapi sistemik dan

terapi topikal. Untuk terapi sistemik yang diberikan pada pasien ini adalah

ketokonazol tablet 1 x 200mg/hari selama 4 minggu dan terapi topikal yang

diberikan adalah sampo ketokozanol 2% dipakai 2-3 kali seminggu. Walaupun

terapi topikal kurang efektif, tapi bisa membantu kesembuhan pasien.6

Prognosis dari pasien ini secara keseluruhan adalah baik, tetapi jika faktor

predisposisi tidak dapat dihilangkan maka bisa bersifat kambuhan.6

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Pravitasari ND, Suyoso S, Ervianti E (2015). Profil malassezia folliculitis.


Periodical of Dermatology and Venereology, 27 (2): 121-9.
2. Durdu M, Guran M, Ilkit M (2013). Epidemiological characteristics of
Malassezia folliculitis and use of the May-Grnwald-Giemsa stain to
diagnose the infection. Diagnostic Microbiology and Infectious Disease, 76:
450-7.
3. Pinney SS (2017). Mallasezia (pityrosporum) folliculitis.
http://emedicine.medscape.com/article/1091037-overview&ved - Diakses 11
Oktober 2017.
4. Rubenstein MR, Malerich AS (2014). Malassezia (pityrosporum) folliculitis.
The Journal of Clinical Aesthetic Dermatology, 7 (31): 37-41.
5. Sharquie EK, Al-Hamdi K, Al-Haroon SS, Al-Mohammadi A (2012).
Malassezia Folliculitis versus truncal acne vulgaris (clinical and
histopathological study). Jornal of Cosmetics, Dermatological Sciences and
Application, 2: 277-82.
6. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (2015). Ed. 7. Jakarta: FK-
UI.
7. Song, Hyo Sang (2014). Comparison between Malassezia Folliculitis and
Non-Malassezia Folliculitis. Ann Dermatol, 1.
8. Kundu, Roopal V (2012). Yeast Infections. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine Eighth Edition. New York: McGraw Hill
Medical. p. 2310-2311.

19

Anda mungkin juga menyukai