Kromium (CR) Terbaru
Kromium (CR) Terbaru
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor
2017
SEJARAH
Kromium adalah suatu
unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang Cr dan
nomor atom 24. Ia adalah unsur
pertama dalam golongan 6. Ia
adalah logam berwarna abu-abu
seperti baja, berkilau, keras dan rapuh yang memerlukan pemolesan tinggi,
tahan pengusaman, dan memiliki titik lebur tinggi. Nama unsur ini diturunkan
dari bahasa Yunani chrma, yang berarti warna, karena banyak senyawa
kromium sangat berwarna.
Kromium ditemukan sebagai unsur setelah ia menarik perhatian dunia
Barat dengan kristal mineral merahnya, krokoit (PbCrO4), yang ditemukan
pada tahun 1761 dan awalnya digunakan sebagai pigmen. Hampir semua
kromium yang diekstraksi secara komersial berasal dari sumber tunggal, bijih
kromit, yang merupakan besi kromium oksida (FeCr2O4). Kromit sekarang
merupakan sumber utama kromium untuk pigmen.
Kromium ditemukan di mineral yang dikenal sebagai timbal merah
Siberia. Mineral tersebut pertama kali dijelaskan pada tahun 1766 oleh ahli
mineral Jerman Johann Gottlob Lehmann (1719-67). Para ilmuwan bingung
tentang elemen mineral baru ini. Itu memiliki bentuk dan warna yang tidak
terlihat pada mineral lainnya. Dalam beberapa kasus, ditemukan, seperti
yang dikatakan beberapa orang, menempel seperti rubi kecil sampai
kuarsa.
Namun, studi tentang timbal merah Siberia sulit dilakukan. Itu hanya
ditambang di satu lokasi di Jerman dan para penambang merasa sulit untuk
dilepas. Para ilmuwan hanya memiliki sedikit mineral untuk dipelajari. Mereka
menduga bahwa itu mengandung timbal serta arsenik, molibdenum, atau
logam lainnya.
Pada tahun 1797, Vauquelin memulai penelitiannya sendiri mengenai
keunggulan merah Siberia. Ia yakin mineral itu mengandung unsur baru. Tak
satu pun unsur yang diketahui bisa menjelaskan hasilnya. Dia melaporkan
logam baru, memiliki sifat yang sama sekali tidak seperti logam lainnya.
Setahun kemudian, Vauquelin mampu mengisolasi sampel kecil dari
logam itu sendiri. Ia memanaskan arang (Karbon yang hampir murni) dengan
senyawa kromium, kromium trioksida (Cr2O3). Ketika reaksinya selesai, dia
menemukan jarum logam kromium kecil.
Nama kromium disarankan oleh dua ahli kimia Prancis, Antoine
Francois de Fourcroy (1755-1809) dan Ren-Just Hay (1743-1822), karena
kromium membentuk begitu banyak senyawa berwarna yang berbeda.
Warnanya berkisar dari ungu dan hitam hingga hijau, oranye, dan kuning.
A. KEBERADAAN
B. SIFAT -SIFAT
Sifat Fisika
2
1. Kromium adalah logam keras, berwarna abu-abu, mengkilap, yang mudah
pecah.
2. Titik leleh 1.900 C (3,450 F)
3. Titik didih 2.642 C (4,788 F).
4. Kepadatan 7,1 g/cm3
5. Berat jenis 7,20 pada 280OC
6. Tahan terhadap korosi karena reaksi dengan udara menghasilkan Cr 2O3
yang bersifat nonpori
7. Warna oksidanya berbedabeda tergantung jenis dan jumlah atom yang
diikatnya.
8. Mempunyai tingkat oksidasi +3, +2, +6
Sifat Kimia
1. Kromium tidak larut dalam air dan asam nitrat, larut dalam asam sulfat
encer dan asam klorida.
4. Hindarkan dari panas, nyala api, percikan api dan sumber sumber
kebakaran yang lain, hindari terjadinya debu kronium, karena kromium
dapat menyala atau mudah menyala dan dapat terbakar secara spontan.
C. KEGUNAAN KROMIUM
3
3. Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
11. Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan
kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.
12. Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari
raksa tiosianat (HgCNS).
PELAPISAN KROM
4
dengan persyaratan bahwa benda tersebut harus dicat dengan cat yang
mengandung logam sehingga dapat mengalirkan listrik.
Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses pelapisan krom ini
adalah temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu
melakukan pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 C sampai
60 C dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.
Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb)
sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda
(kutub negatif). Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm.
Sumber listrik yang digunakan adalah arus searah antara 10 25 Volt, atau
bisa juga menggunakan aki mobil.
PENYAMAKAN KROM
5
tersebut kulit samak krom lebih cocok untuk dijadikan kulit atasan. Garam
besi menghasilkan kulit yang kurang baik warnanya dan mudah patah,
sedangkan garam aluminium menghasilkan kulit berwarna putih.
6
Bahan Penyamak Krom:
Warna bahan penyamak krom adalah hijau tua, yang merupakan warna dari
krom kompleks bervalensi 3+. Garam kompleks dibuat dari natrium dikromat
(Na2Cr2O7) atau kalium dikromat (K2Cr2O7) yang direduksi dengan glukosa
atau gula pasir dalam suasana asam.
E. PEMBUATAN
7
temperatur yang lebih tinggi dengan melarutkan kromat dan meninggalkan
oksida besi. kromat ini diubah oleh asam sulfat ke dikromat .
Dikromat ini direduksi oleh karbon membentuk kromium (III) oksida. Logam
krom di peroleh dengan cara mereduksi Cr2O3 dengan logam alumunium.
F. PERSENYAWAAN
1. Kromium (III)
8
Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan.
Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam solusi
untuk membentuk [Cr(H2O)6]3+ dan dalam solusi dasar untuk membentuk
[Cr(OH)6]3-. Hal ini mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk
membentuk hijau krom (III) oksida (Cr2O3) yang merupakan oksida stabil
dengan struktur kristal identik dengan yang korundum.
3. Kromium (IV)
4. Kromium (V)
5. Kromium (VI)
9
ditemukan dalam berbagai senyawa, yang chromates dan dichromates.
Merah gelap kromium (VI) oksida CrO 3, asam anhidrida dari asam khrom,
adalah industri dijual sebagai chromic asam. Hal ini dapat diproduksi
dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen
oksidasi yang sangat kuat.
G. IDENTIFIKASI
1. IDENTIFIKASI KULITATIF
2) Identifikasi kromium(III)
10
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
2. IDENTIFIKASI KUANTITATIF
b. Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
c. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka
atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron
pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan
mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian
sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh
atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
11
dengan melalui tahap pengeringan, pengabuan dan pengatoman.
Kromium dalam bentuk atom akan menyerap energi radiasi
elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda berongga dan
besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.
H. DAMPAK LINGKUNGAN
12
pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya menyerap
kromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika
konsentrasi melebihi nilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.
13
DAFTAR PUSTAKA
7. Armita, F., Hakam, M., dan Mutiara, C. 2016. Makalah Kromium. Tersedia
pada https://www.scribd.com/document/329375731/Makalah-Kromium.
(diunduh pada tanggal 12 Oktober 2017).