Anda di halaman 1dari 15

KROMIUM

Makalah Kimia Anorganik Tahun Ajaran 2017/2018

oleh Kelompok 4 kelas XIII-3 :

Anissa Putri Utami 14.60.07720

Lutphia Rizki Pratama 14.60.07829

Nazila Asmaadhiya Urrahmah 14.60.07866

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Sekolah Menengah Kejuruan SMAK Bogor
2017
SEJARAH
Kromium adalah suatu
unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang Cr dan
nomor atom 24. Ia adalah unsur
pertama dalam golongan 6. Ia
adalah logam berwarna abu-abu
seperti baja, berkilau, keras dan rapuh yang memerlukan pemolesan tinggi,
tahan pengusaman, dan memiliki titik lebur tinggi. Nama unsur ini diturunkan
dari bahasa Yunani chrma, yang berarti warna, karena banyak senyawa
kromium sangat berwarna.
Kromium ditemukan sebagai unsur setelah ia menarik perhatian dunia
Barat dengan kristal mineral merahnya, krokoit (PbCrO4), yang ditemukan
pada tahun 1761 dan awalnya digunakan sebagai pigmen. Hampir semua
kromium yang diekstraksi secara komersial berasal dari sumber tunggal, bijih
kromit, yang merupakan besi kromium oksida (FeCr2O4). Kromit sekarang
merupakan sumber utama kromium untuk pigmen.
Kromium ditemukan di mineral yang dikenal sebagai timbal merah
Siberia. Mineral tersebut pertama kali dijelaskan pada tahun 1766 oleh ahli
mineral Jerman Johann Gottlob Lehmann (1719-67). Para ilmuwan bingung
tentang elemen mineral baru ini. Itu memiliki bentuk dan warna yang tidak
terlihat pada mineral lainnya. Dalam beberapa kasus, ditemukan, seperti
yang dikatakan beberapa orang, menempel seperti rubi kecil sampai
kuarsa.
Namun, studi tentang timbal merah Siberia sulit dilakukan. Itu hanya
ditambang di satu lokasi di Jerman dan para penambang merasa sulit untuk
dilepas. Para ilmuwan hanya memiliki sedikit mineral untuk dipelajari. Mereka
menduga bahwa itu mengandung timbal serta arsenik, molibdenum, atau
logam lainnya.
Pada tahun 1797, Vauquelin memulai penelitiannya sendiri mengenai
keunggulan merah Siberia. Ia yakin mineral itu mengandung unsur baru. Tak
satu pun unsur yang diketahui bisa menjelaskan hasilnya. Dia melaporkan
logam baru, memiliki sifat yang sama sekali tidak seperti logam lainnya.
Setahun kemudian, Vauquelin mampu mengisolasi sampel kecil dari
logam itu sendiri. Ia memanaskan arang (Karbon yang hampir murni) dengan
senyawa kromium, kromium trioksida (Cr2O3). Ketika reaksinya selesai, dia
menemukan jarum logam kromium kecil.
Nama kromium disarankan oleh dua ahli kimia Prancis, Antoine
Francois de Fourcroy (1755-1809) dan Ren-Just Hay (1743-1822), karena
kromium membentuk begitu banyak senyawa berwarna yang berbeda.
Warnanya berkisar dari ungu dan hitam hingga hijau, oranye, dan kuning.

A. KEBERADAAN

Kromium adalah elemen yang relatif melimpah di kerak bumi, namun


kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas di alam. Kebanyakan bijih
terdiri dari mineral kromit dengan formula ideal FeCr 2O4. Bijih ini banyak
tersebar di alam, yang biasanya terkontaminasi dengan oksigen, magnesium,
aluminium, dan silika; kadar krom mereka bervariasi 42-56 persen. Selain
ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam PbCrO4,
yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di Rusia, Brazil,
Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium juga dapat ditemukan di
matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.

Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium,


karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial.

B. SIFAT -SIFAT

Sifat Fisika

2
1. Kromium adalah logam keras, berwarna abu-abu, mengkilap, yang mudah
pecah.
2. Titik leleh 1.900 C (3,450 F)
3. Titik didih 2.642 C (4,788 F).
4. Kepadatan 7,1 g/cm3
5. Berat jenis 7,20 pada 280OC
6. Tahan terhadap korosi karena reaksi dengan udara menghasilkan Cr 2O3
yang bersifat nonpori
7. Warna oksidanya berbedabeda tergantung jenis dan jumlah atom yang
diikatnya.
8. Mempunyai tingkat oksidasi +3, +2, +6

Sifat Kimia

1. Kromium tidak larut dalam air dan asam nitrat, larut dalam asam sulfat
encer dan asam klorida.

Cr2O3 + 3 H2SO4 Cr2(SO4)3 + 3 H2O

Cr(s) + 2HCl(aq) Cr2+(aq) + 2Cl-(aq) + H2(g)

2. Kromium tidak dapat bercampur dengan basa, oksidator, peroksida dan


logam logam.

3. Ketika dipanaskan, kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam ini


tidak stabil pada oksigen dan segera menghasilkan lapisan oksida tipis
pada permukaan logam, melindunginya dari korosi lebih lanjut (berkarat).

4. Hindarkan dari panas, nyala api, percikan api dan sumber sumber
kebakaran yang lain, hindari terjadinya debu kronium, karena kromium
dapat menyala atau mudah menyala dan dapat terbakar secara spontan.

C. KEGUNAAN KROMIUM

1. Digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan stainless steel, dan


untuk membentuk paduan

2. Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah


dan keras, serta untuk mencegah korosi.

3
3. Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.

4. Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi


dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan
kulit

5. Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning

6. Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants

7. Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk batu


bata dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang ekspansi
termal, dan stabil struktur kristal

8. Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam metabolisme


glukosa

9. Digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan untuk


mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah merah.

10. Digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya


senyawa PbCrO4

11. Digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna yan
kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.

12. Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh dari Hasil
pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi pellet dari
raksa tiosianat (HgCNS).

PELAPISAN KROM

Pelapisan krom adalah suatu perlakuan akhir menggunakan


elektroplating oleh kromium. Pelapisan dengan krom dapat dilakukan pada
berbagai jenis logam seperti besi, baja, atau tembaga. Pelapisan krom juga
dapat dilakukan pada plastik atau jenis benda lain yang bukan logam,

4
dengan persyaratan bahwa benda tersebut harus dicat dengan cat yang
mengandung logam sehingga dapat mengalirkan listrik.

Pelapisan krom menggunakan bahan dasar asam kromat, dan asam


sulfat sebagai bahan pemicu arus, dengan perbandingan campuran yang
tertentu. Perbandingan yang umum bisa 100:1 sampai 400:1. Jika
perbandingannya menyimpang dari ketentuan biasanya akan menghasilkan
lapisan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Faktor lain yang sangat berpengaruh pada proses pelapisan krom ini
adalah temperatur cairan dan besar arus listrik yang mengalir sewaktu
melakukan pelapisan. Temperatur pelapisan bervariasi antara 35 C sampai
60 C dengan besar perbandingan besar arus 18 A/dm2 sampai 27 A/dm2.

Elektroda yang digunakan pada pelapisan krom ini adalah timbal (Pb)
sebagai anoda (kutub positif) dan benda yang akan dilapis sebagai katoda
(kutub negatif). Jarak antara elektroda tersebut antara 9 cm sampai 29 cm.
Sumber listrik yang digunakan adalah arus searah antara 10 25 Volt, atau
bisa juga menggunakan aki mobil.

PENYAMAKAN KROM

Proses penyamakan kulit bertujuan untuk mengubah kulit mentah


yang mudah rusak oleh aktifitas mikroorganisme, khemis, atau phisis,
menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh
tersebut . Metode penyamakan kulit menggunakan bahan penyamak nabati
dan bahan penyamak mineral.

Bahan penyamak mineral yang yang berasal dari logam kromium


disebut krom. Penyamak mineral paling umum menggunakan krom mutunya
ditentukan oleh kadar krom (yang biasa dinyatakan sebagai krom oksidasi).
Metode penyamakan krom sangat berbeda dengan metode penyamakan
nabati. Demikian pula hasilnya.

Penyamakan krom menghasilkan kulit yang lebih lembut/lemes, dan


lebih tahan terhadap panas yang tinggi, kekuatan tariknya lebih tinggi dan
hasilnya akan lebih baik bila dilakukan pengecatan. Karena sifat-sifat

5
tersebut kulit samak krom lebih cocok untuk dijadikan kulit atasan. Garam
besi menghasilkan kulit yang kurang baik warnanya dan mudah patah,
sedangkan garam aluminium menghasilkan kulit berwarna putih.

Penyamakan krom (chrome) merupakan penyamakan yang di mulai


dengan pH rendah atau keadaan asam yaitu antara pH 2 sampai pH 3. Oleh
sebab itu kulit perlu pengasaman agar mendapatkan kondisi yang di
inginkan. Lama proses penyamakan krom biasanya memerlukan waktu
antara 4 sampai 8 jam. Hal ini bukan merupakan patokan atau standart,tetapi
juga tergantung dari tebal tipisnya kulit.

Selesai proses penyamakan,kemasakan kulit diuji gengan air


mendidih selama 2 menit. Jika terjadi pengkerutan tidak lebih dari
10%,berarti kondisi kulit sudah masak. Faktor yang penting dalam
mempengaruhi sifat fisis kulit tersamak di antaranya adalah struktur kulit
mentahnya. Kekuatan tarik merupakan salah satu faktor yang perlu di
perhatikan dalam melakukan penilaian terhadap kulit jadinya.

Kekuatan tarik yang rendah menunjukkan kualitas serat kulit yang


rendah. Dalam industri perkulitan,kulit krom menempati pasaran yang sangat
baik terutama untuk kulit atasan sepatu,sarung tangan,pakaian dan lain-lain.

Kelebihan-kelebihan kulit samak krom yaitu:

1. Kulit tersamak yang dihasilkan warnanya lebih terang

2. Kekuatan tariknya lebih tinggi dibandingkan dengan samak lainnya.

3. Kestabilan yang baik terhadap bahan-bahan kimia kecuali alkali.

4. Mempunyai sifat fisik kemuluran dan kelunturan yang baik.

5. Pada proses pengecatan dasar,menghasilkan warna yang cemerlang.

6. Daya serap yang baik terhadap air dan udara.

7. Proses penyamakannya dengan waktu yang relatif pendek.

8. Mempunyai sifat kelunakan yang baik.

9. Tahan terhadap air atau pencucian.

6
Bahan Penyamak Krom:

Bahan penyamak krom dibuat dengan jalan mereaksikan beberapa bahan


tertentu seperti kalium dikhromat, gula pasir, dan asam sulfat. Bahan
penyamak krom ini dapat berbentuk tepung (powder),padat atau cairan. Yang
paling banyak dipasaran adalah bahan penyamak yang berbentuk tepung.

Warna bahan penyamak krom adalah hijau tua, yang merupakan warna dari
krom kompleks bervalensi 3+. Garam kompleks dibuat dari natrium dikromat
(Na2Cr2O7) atau kalium dikromat (K2Cr2O7) yang direduksi dengan glukosa
atau gula pasir dalam suasana asam.

D. APLIKASI KROM DI INDUSTRI

Kegunaannya antara lain:

1. Pembuatan baja tahan karat.

2. Proses pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang


keras dan indah dan juga dapat mencegah korosi

3. Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata

E. PEMBUATAN

Logam krom dapat dibuat menurut proses Goldschmidt, untuk


produksi kromium murni dari bijih kromit (FeCr2O4), besi itu harus dipisahkan
dari kromium dalam proses dua tahap, pemanggangan dan pencucian. Bijih
kromit dipanaskan dengan campuran kalsium karbonat dan natrium karbonat
dengan adanya udara. Kromium teroksidasi dengan bentuk heksavalen,
sedangkan besi membentuk stabil Fe2O3. Pencucian berikutnya pada

7
temperatur yang lebih tinggi dengan melarutkan kromat dan meninggalkan
oksida besi. kromat ini diubah oleh asam sulfat ke dikromat .

4FeCr2O4 + 8Na2CO3 + 7O2 8Na2CrO4 + 2Fe2O3 + 8CO2

2Na2CrO4 + H2SO4 Na2Cr2O7 + Na2SO4 + H2O

Dikromat ini direduksi oleh karbon membentuk kromium (III) oksida. Logam
krom di peroleh dengan cara mereduksi Cr2O3 dengan logam alumunium.

Na2Cr2O7 + 2C Cr2O3 + Na2CO3 + CO

Cr2O3 + 2Al Al2O3 + 2Cr

F. PERSENYAWAAN

1. Kromium (III)

Keadaan oksidasi 3 adalah yang paling stabil, dan sejumlah besar


krom (III) senyawa yang diketahui. Kromium (III) dapat diperoleh dengan
melarutkan unsur kromium dalam asam seperti asam klorida atau asam
sulfat. Ion Cr3+ memiliki jari-jari yang sama dengan ion Al3+ , sehingga mereka
dapat menggantikan satu sama lain dalam beberapa senyawa, seperti dalam
tawas krom dan tawas aluminium. Ketika jumlah jejak Cr3+ menggantikan Al3+
di korundum (aluminium oksida, Al2O3) , akan membentuk senyawa
berwarna merah ruby.

Kromium cenderung membentuk ion kompleks; kromium ion dalam air


biasanya dikoordinasikan dengan molekul air untuk membentuk hydrates.
Yang tersedia secara komersial kromium (III) klorida hidrat adalah kompleks
hijau tua [CrCl2(H2O)4]Cl, tapi dua bentuk lain yang dikenal: hijau pucat
[CrCl(H2O)5]Cl2, dan ungu [Cr(H2O)6]Cl3. Jika air hijau bebas krom (III) klorida
dilarutkan dalam air maka solusi hijau berubah menjadi ungu setelah
beberapa waktu, karena penggantian air untuk klorida di dalam lingkup
koordinasi. Reaksi semacam ini juga diamati dalam tawas, dan larut air
lainnya

2. Kromium (III) garam

8
Reaksi sebaliknya dapat dirangsang dengan memanaskan larutan.
Kromium (III) hidroksida (Cr(OH)3) adalah amfoter, larut dalam asam solusi
untuk membentuk [Cr(H2O)6]3+ dan dalam solusi dasar untuk membentuk
[Cr(OH)6]3-. Hal ini mengalami dehidrasi dengan pemanasan untuk
membentuk hijau krom (III) oksida (Cr2O3) yang merupakan oksida stabil
dengan struktur kristal identik dengan yang korundum.

3. Kromium (IV)

Senyawa Kromium(IV) (dalam bilangan oksidasi 4) sedikit lebih stabil


daripada krom (V) senyawa. Tetrahedral, CrF4, CrCl4, dan CrBr4, dapat
diproduksi oleh bereaksi trihalida (CrX3) dengan kelebihan jumlah yang
sesuai halogen pada temperatur tinggi. Sebagian besar senyawa
disproporsionasi rentan terhadap reaksi dan tidak stabil dalam air.

4. Kromium (V)

Satu-satunya senyawa biner yang sangat volatile krom (V) fluorida


(CrF5). Padat merah ini memiliki titik lebur 30C dan titik didih 117C, dan
dapat disintesis oleh fluorin bereaksi dengan kromium pada 400C dan
tekanan 200 bar. Peroxochromate Kalium (K3[Cr(O2)4]) dibuat dengan
mereaksikan kalium kromat dengan hidrogen peroksida pada temperatur
rendah. Senyawa coklat merah ini stabil pada suhu kamar tetapi terurai
secara spontan pada 150-170 C.

5. Kromium (VI)

Kromium (VI) senyawa oksidan yang kuat, dan, kecuali heksafluorida,


mengandung oksigen sebagai ligan, sepertikromat anion (CrO42-) dan
chromyl klorida (CrO2Cl2). Kromat industri dihasilkan oleh memanggang
oksidatif dari kromit bijih dengan kalsium atau natrium karbonat.

Kromium (VI) dalam larutan senyawa dapat dideteksi dengan


menambahkan asam peroksida hydrogen. Biru gelap yang tidak stabil
kromium (VI) peroksida (CrO5) terbentuk, yang dapat distabilkan sebagai
adduksi eter CrO5 atau Asam kromat memiliki struktur hipotetis H 2CrO4. Baik
chromic asam maupun dichromic dapat diisolasi, tapi mereka anion

9
ditemukan dalam berbagai senyawa, yang chromates dan dichromates.
Merah gelap kromium (VI) oksida CrO 3, asam anhidrida dari asam khrom,
adalah industri dijual sebagai chromic asam. Hal ini dapat diproduksi
dengan mencampurkan asam sulfat dengan dikromat, dan merupakan agen
oksidasi yang sangat kuat.

G. IDENTIFIKASI

1. IDENTIFIKASI KULITATIF

1) Identifikasi Cr(VI) dalam ion kromat (CrO42-) berwarna kuning.

a. Penambahan asam. Kromat yang berwarna kuning akan menjadi


dikromat, berwarna jingga.

2CrO42- + 2H+ Cr2O72- + H2O

b. Penambahan barium klorida/larutan nitrat. Terbentuk endapan kuning


barium kromat.

Ba2+ + CrO42- BaCrO4

c. Penambahan larutan timbal(II) nitrat. Terbentuk PbCrO4 yang


berwarna kuning.

Pb2+ + CrO42- PbCrO4

2) Identifikasi kromium(III)

a. Penambahan larutan amonia. Terbentuk endapan seperti gelatin yang


berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru, yaitu kromium (III)
hidroksida.

Cr3+ + 3NH3 + H2O Cr(OH)3 + 3NH4+

b. Penambahan larutan natrium hidroksida. Terbentuk endapan


kromium(III) hidroksida.

10
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3

c. Penambahan larutan natrium karbonat. Terbentuk endapan


kromium(III) hidroksida.

2Cr3+ + 3CO32- + 3H2O 2Cr(OH)3 + 3CO2

d. Penambahan larutan natrium fosfat. Terbentuk endapan hijau


kromium(III) fosfat.

Cr3+ + HPO42- CrPO4 + H+

e. Penambahan larutan amonium sulfida. Terbentuk endapan


kromium(III) hidroksida.

2. IDENTIFIKASI KUANTITATIF

Analisis Cr(VI) Menggunakan Diphenilcarbazid secara Spektrofotometri.

a. Metode analisis untuk penentuan konsentrasi logam diantaranya ialah


menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (AAS).

b. Prinsip kerja SSA pada dasarnya adalah absorbsi cahaya oleh atom.
Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.

c. Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka
atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron
pada kulit terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi atau
tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka energi tersebut akan
mempercepat gerakan elektron sehingga elektron tersebut akan
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian
sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh
atom terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi
yang dibutuhkan oleh atom tersebut.

d. Cara untuk menguji krom ialah ion kromium disuntikkan ke dalam


tungku karbon, lalu diatomisasikan dengan energi elektrotermal,

11
dengan melalui tahap pengeringan, pengabuan dan pengatoman.
Kromium dalam bentuk atom akan menyerap energi radiasi
elektromagnetik yang berasal dari lampu katoda berongga dan
besarnya serapan berbanding lurus dengan konsentrasi.

H. DAMPAK LINGKUNGAN

Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada


organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan
kromium (VI) bentuk melalui proses-proses alam dan aktivitas manusia.
kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (III) yang
meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan utama manusia yang
meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia, kulit dan manufaktur tekstil,
elektro lukisan dan kromium (VI) aplikasi dalam industri. Aplikasi ini terutama
akan meningkatkan konsentrasi kromium dalam air. Melalui kromium
pembakaran batubara juga akan berakhir di udara dan melalui pembuangan
limbah kromium akan berakhir di tanah.

Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan


berakhir di perairan atau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat pada
partikel tanah dan sebagai hasilnya tidak akan bergerak menuju tanah.
Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi tak
bergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air pada
akhirnya akan larut. Kromium (III) merupakan unsur penting untuk organisme
yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan kondisi hati,
ketika dosis harian terlalu rendah.

Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme. Dapat


mengubah bahan genetik dan menyebabkan kanker. Tanaman mengandung
sistem yang mengatur kromium-uptake harus cukup rendah tidak
menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah kromium dalam tanah meningkat,
hal ini masih dapat mengarah pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam
tanaman. Peningkatan keasaman tanah juga dapat mempengaruhi

12
pengambilan kromium oleh tanaman. Tanaman biasanya hanya menyerap
kromium (III). Ini mungkin merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika
konsentrasi melebihi nilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.

Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi


konsentrasi tinggi kromium, karena pembuangan produk-produk logam di
permukaan air, dapat merusak insang ikan yang berenang di dekat titik
pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkan masalah
pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit, cacat
lahir, infertilitas dan pembentukan tumor.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. https://id.wikipedia.org/wiki/Kromium. diakses pada 11 Oktober


2017.

2. Amir Sarifuddin. 2015. Pengertian Kromium & Penjelasannya.


Amirsarifuddin.blogspot.co.id. diakses pada 11 Oktober 2017.

3. Ira Pracina. 2013. Identifikasi Kualitatif & Kuantitatif Cr.


http://pracinaira.blogspot.co.id/2013/03/identifikasi-kualitatif-kuantitatif-cr.html
diakses pada 12 Oktober 2017 pkl 5:35 AM.

4. Halimah. 2010. Kromium (Cr).


http://lovekimiabanget.blogspot.com/2010/04/kromium-cr.html diakses pada
12 Oktober 2017. diakses pada 12 Oktober 2017.

5. Anonim. 2008. Krom. http://www.chem-is-try.org/ diakses pada 12 Oktober


2017. diakses pada 12 Oktober 2017.

6. Anonim. 2009. Latar Belakang Sejarah.


http://www.icdachromium.com/chromium- diakses pada 12 Oktober 2017.

7. Armita, F., Hakam, M., dan Mutiara, C. 2016. Makalah Kromium. Tersedia
pada https://www.scribd.com/document/329375731/Makalah-Kromium.
(diunduh pada tanggal 12 Oktober 2017).

8. Mulyana, Segena. 2008. Kromium (online). http://kiminuklir.wordpress.com


diakses pada 12 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai