PAJAK LANJUT
MIRZA RAMADHAN
(11010114120243)
HUKUM PAJAK LANJUT KELAS (A)
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pembayaran pajak dari wajib pajak kepada negara merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar
pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.. Hal tersebut sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal
ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin
mengembangkan dan memperbaharui sistem perpajakan sehingga mensorong
kepada pembangunan. Sementara Reformasi pajak (tax reform) ini sendiri dilakukan
karena pemerintah menganggap bahwa peraturan perpajakan yang berlaku saat itu
(1983 dan sebelumnya) adalah peninggalan kolonial Belanda.Pada zaman kolonial
pungutan pajak semata-mata dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan
pemerintahan penjajahan, sedangkan dalam alam kemerdekaan pungutan pajak
dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945.Di samping itu, sumber minyak bumi dan gas
alam tidak dapat diperbarui, sehingga pemerintah menemukan sumber
penggantinya demi kelangsungan hidup negara Indonesia yaitu bertumpu pada
pajak-pajak.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritis
1. Pengertian Pajak
Berikut ini Pengertian Pajak definisi pajak yank dikemukana oleh para ahli :
pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
pajak merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah
penghasilan tertentu kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk memaksa
dan uang pajak tersebut harus dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan.
Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
berdsarkan undang-undang sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik bagi
fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai pembayar pajak.
Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat dsimpulkan bahwa pajak memiliki
beberapa aspek dasar:
c. Tidak ada kontraprestasi yang dapat langsung dirasakan oleh pembayar pajak;
d. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah;
Semantara pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
d. Fungsi redistribusi pendapatan :Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
3.Jenis-Jenis Pajak
Jenis-Jenis Pajak Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan
menjadi
Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal
ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan.
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
1) Pajak Penghasilan (PPh) PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu
Tahun Pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan
nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat
berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan, maupun
pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN
adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Yang
dimaksud Dengan Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, peraian, dan ruang udara diatasnya.
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong
mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah adalah : a) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan
pokok; atau b) barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau c) pada
umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
d) barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau e) apabila
dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu
ketertiban masyarakat.
4) Bea Meterai
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian,
akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan
atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh
realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi
maupun Kabupaten/Kota.
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat
namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada Pemerintah
Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan.
1) Pajak Propinsi
2) Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Hotel;
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Reklame;
Pajak Penerangan Jalan;
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
Pajak Parkir.
4.Reformasi Pajak
Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun
sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus
dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Saat
itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk natura
berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-lain.
Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau
kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang
dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan
sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang
lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.
Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda hingga sebelum tahun 1983 telah
diberlakukan cukup banyak Undang-Undang yang mengatur mengenai pembayaran
pajak, yaitu sebagai berikut:
Ordonansi Pajak Rumah Tangga;
1. UU Pajak penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No.2 tahun 1968
3. UU No.19 tahun 1959 tentang penagihan pajak Negara dengan surat Paksa
5. UU no.8 Tahun 1967 tentang tata cara pemungutan PPd, PKK dan PPs atau
Tata cara MPS-MPO.
3. Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
6. Undang-Undang tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Perubahan UU PBB
4) Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan
Bangunan; dan
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejak tahun 1983, dunia perpajakan di Indonesia memasuki babak baru yaitu
dengan melakukan reformasi sistem dan ketentuan perpajakan. Perubahan yang
dilakukan adalah dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari sebelumnya
yang masih menggunakan official assessment system yang diubah menjadi self
assessment system. Dalam sistem pemungutan pajak yang baru ini, masyarakat dan
Wajib Pajak yang berperan utama dalam melakukan proses menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri.
SARAN