Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal(Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 2003, pemberian ASI eksklusif
pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46
% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 % pada bayi berumur 4 5 bulan (KBI,2005).
Permasalahan yang utama adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung, faktor sosial
budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula, pelayanan kesehatan
dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PPASI, kurangnya rasa percaya diri
ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja(Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).
Pada ibu yang bekerja, salah satu penyebabnya adalah singkatnya masa cuti
hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus
kembali bekerja, hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif, yang menyebabkan
penggunaan susu botol/susu formula lebih dini (Dwi Sunar Prasetyo,2009). Kondisi di
atas diperberat lagi dengan adanya kecenderungan meningkatnya peran ganda wanita dari
tahun ke tahun (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI). Salah satu profesi yang menyerap wanita
bekerja denga prosentase banyak adalah profesi keperawatan. Sebagai perawat kita dituntut
untuk bisa menjadi role model bagi masyarakat khususnya dalam penerapan manajemen ASI
Eksklusif. Namun masih banyak perawat yang tidak dapat menjalankan peran ini secara efektif
karena tingkat pengetahuan, persepsi, sikap dan perilaku perawat sendiri yang kurang
mendukung tercapainya Program PP-ASI(SELASI,2009). Hal ini diperkuat lagi dengan hasil
survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan Oktober 2009 bahwa dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang perawat yang menyusui di RSUD Tugurejo
Semarang bahwa hanya ada 1 orang perawat yang memberikan ASI secara Eksklusif sehingga
perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi,
terutama manajemen laktasi periode postnatal.

1.2Rumusan Masalah

1.3Tujuan
Memperoleh gambaran tentang perilaku perawat dalam manajemen laktasi
periode postnatal.

1.4 Manfaat
1. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang manajemen laktasi
2. menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang langkah
manajemen laktasi
3. memberi gambaran cara manajemen laktasi sebagai bekal terjun dalam
masyarakat

Keterampilan Teknik Menyusui

No. Langkah/Kegiatan
A. Medical constent
1. Sapalah ibu dan keluarganya dengan ramah, perkenalkan diri anda serta
tanyakan keadaannya
2. Berikan dorongan kepada ibu dengan meyakinkan bahwa setiap ibu mampu
menyusui bayinya. Bantu ibu mengatasi keraguannya karena pernah bermasalah
ketika menyusui pada pengalaman sebelumnya.
3. Berikan konseling dan motivasi pada ibu tentang manfaat ASI (manfaat bagi
bayi, ibu, keluarga, negara)
4. Berikan konseling dan motivasi pada suami atau anggota keluarga lain tentang
keuntungan ASI dan menjelaskan peran mereka dalam memberi dukungan
terhadap ibu menyusui
5. Berikan kesempatan ibu untuk bertanya setiap ia membutuhkannya
6. Meminta persetujuan ibu untuk diajarkan tentang teknik menyusui
B. Persiapan Ibu
7. Meminta ibu mencuci tangan dengan sabun dan air
8. Tempatkan ibu pada posisi yang nyaman: duduk bersandar, tidur miring, atau
berdiri. Bila duduk, jangan sampai kaki menggantung.
9. Minta ibu untuk mengeluarkan sedikit ASI dengan cara meletakkan ibu jari dan
jari telunjuk sejajar di tepi areola, kemudian tekan ke arah dinding dada lalu
dipencet sehingga ASI mengalir keluar. Minta ibu untuk mengoleskan ASI
tersebut pada puting susu dan areola sekitarnya. Menjelaskan ke ibu bahwa hal
ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
C. Posisi Bayi
10. Minta ibu untuk menempatkan kepala bayi pada lengkung siku ibu, kepala bayi
tidak boleh tertengadah, sokong badan bayi dengan lengan dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu. Minta ibu untuk memegang bayi dengan
satu lengan saja.
11. Minta ibu untuk menempatkan satu lengan bayi di bawah ketiak ibu dan satu di
depan.
12. Minta ibu untuk meletakkan bayi menghadap perut/payudara ibu, perut bayi
menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara sehingga telinga dan
lengan bayi berada pada satu garis lurus.
13. Minta ibu untuk menatap bayinya dengan kasih saying.
D. Perlekatan Bayi
14. Minta ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari yang lain
menopang di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
15. Minta ibu untuk memberi rangsangan kepada bayi agar membuka mulut
(rooting reflex) dengan cara : - menyentuh pipi dengan puting susu, atau -
menyentuh sisi mulut bayi.
16. Setelah bayi membuka mulut, minta ibu untuk dengan cepat mendekatkan
kepala bayi ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut
bayi: - Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi -
Setelah bayi mulai mengisap, payudara tak perlu dipegang atau ditopang lagi.
17. Perhatikan tanda-tanda perlekatan bayi yang baik: - dagu bayi menempel di
payudara (C = chin) - sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi,
terutama areola bagian bawah (A= areola) - bibir bayi terlipat keluar (bibir atas
terlipat ke atas dan bibir bawah terlipat ke bawah) sehingga tidak mencucu (L=
lips) - mulut terbuka lebar (M = Mouth).
18. Menjelaskan kepada ibu mengapa perlekatan bayi harus benar.
E. Melepas Isapan
19. Minta ibu untuk ganti menyusui pada payudara yang lain apabila pada satu
payudara sudah terasa kosong. Minta ibu melepas isapan dengan cara: - jari
kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut, atau - dagu bayi
ditekan ke bawah.
20. Minta ibu agar menyusui berikutnya dimulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang diisap terakhir).
21. Setelah selesai menyusui, minta ibu untuk mengeluarkan ASI sedikit kemudian
oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
F. Menyendawakan Bayi
22. Minta ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara: - bayi digendong tegak
dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan, atau - Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan Jelaskan pada ibu tujuan menyendawakan bayi.
Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik

Dagu menyentuh payudara


Mulut terbuka lebar
Bibir bawah terputar keluar
Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah
Tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan
payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak
puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat
badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering.

Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik :

Dagu tidak menempel pada payudara


Mulut bayi tidak terbuka lebar- Bibir mencucu/ monyong
Bibir bawah terlipat kedalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah
Lebih banyak areola bagian bawah yang terlihat
Terasa sakit pada puting

Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui

Bayi datang dari arah bawah payudara


Hidung bayi berhadapan dengan puting susu
Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan)
Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi
Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada tulangnya,
diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut
Putting susu hanya 1/3 atau dari bagian dot panjang yang terbentuk dari jaringan
payudara
Persiapan Menyusui Pada Ibu Hamil

1. Pengertian

Yang dimaksud dengan persiapan menyusui pada Ibu Hamil adalah persiapan menyusui
sejak kala hamil. Dalam hal ini berarti proses menyusui sebaiknya sudah dipersiapkan jauh hari
sebelum melahirkan. Hal ini penting supaya ibu benar benar siap, baik secara fisik maupun
mental. Kesiapan ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.

2. Beberapa Hal Yang Harus Dipersiapkan Pada Masa Hamil

a. Niat

1. Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif bagi bayi.

2. Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.

3. Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik baginya.

4. Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.

5. Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif yang dapat mempengaruhi
kesiapan semua organ organ menyusui sehingga ASI dapat mengalir lancar.

6. Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak. Universitas Sumatera Utara

7. Anjurkan ibu untuk membuang jauh jauh pikiran negatif, seperti bagaimana kalau ASI tidak
keluar, atau bagaimana kalau payudara bermasalah, dan sebagainya.

8. Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :

a. Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung dan bahaya susu formula.

b. Berniat bersungguh sungguh untuk memberikan ASI pada bayi sekurang kurangnya 6
bulan.

c. Belajar ketrampilan menyusui.

d. Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.

e. Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai payudara.


f. Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).

b. Menghilangkan Stress

1. Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif tentang kehamilan.

2. Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat ibu merasa terbatasi.

3. Apabila ada maasalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada petugas kesehatan.

4. Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang menyenangkan selama hamil, seperti
jalan jalan, berekreasi, berkumpul dengan teman, mengerjakan hobi dan lain sebagainya.

5. Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga ketenangan batin karena perasaan
tenang dan bahagia berpengaruh pada produksi ASI.

c. Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui

Kebutuhan gizi ibu meningkat pada saat hamil dan menyusui. Karena, selain untuk ibu, gizi
tersebut juga diperlukan untuk janin. Oleh karena itu, asupan makanan yang dikonsumsi ibu harus
mencakup pola makan gizi yang cukup dan seimbang.

Gizi tersebut harus bercakup :

1. Karbohidrat sebagai sumber tenaga.

2. Protein sebagai sumber pembangun.

3. Vitamin dan mineral yang dapat dari sayuran dan buah buahan sebagai sumber pengatur dan
pelindung.

4. Perhatikan juga pola makan dan usahakan selalu untuk mengonsumsi makanan sehat.

5. Jauhi cemilan yang tidak terjamin kebersihannya. Perlu diingat bahwa pola makan yang sehat
pada saat hamil juga akan mempengaruhi kualitas ASI ibu.

d. Asupan Gizi Ibu Selama Hamil Untuk Memicu Produksi ASI, Antara Lain :

1. Triwulan I (Kehamilan 1-3 Bulan) Makan makanan dalm porsi kecil tetapi sering. Makan buah
buahan segar atau sari buah buahan. Menjaga agar kenaikan berat badan 0,7 1,4 kg selam 3
bulan.
2. Triwulan II (Kehamilan 4 7 Bulan) Nafsu makan akan pulih sehingga semua boleh dimakan.
Makan makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya. Kenaikan berat badan bervariasi antara
0,3 04 kg/minggu. Universitas Sumatera Utara

3. Triwulan III (Kehamilan 8 Bulan) Ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu berlebihan.
Anjurkan ibu untuk mengurangi mkanan yang banyak mengandung lemak, gula, garam dan
karbohidrat. Diupayakan agar kenaikan berat badan tidak terlalu berlebihan karena ada
kecenderungan terjadinya keracunan kehamilan (pre eklampsi).

e. Melakukan Pijat Payudara

1. Pijat payudara sangat baik sebagai persiapan sebelum menyusui.

2. Pelaksanaanya biasanya setelah masa kehamilan akhir.

3. Ibu dianjurkan untuk membuat rangsangan secara lembut dan pelan kedua puting payudara
dengan tangan.

4. Buatlah gerakan memutar dan lakukan beberapa kali dalam sehari.

5. Konsultasikan aktivitas ini pada petugas kesehatan, karena pada kasus tertentu tinadakan ini
tidak boleh dilakukan, terutama untuk ibu yang pernah melahirkan bayi prematur (Maryunani,
2012).

f. Menciptakan Gaya Hidup Sehat

Menciptakan gaya hidup sehat bertujuan agar kehamilan dan persalinan berlangsung lancar dan
janin dapat berkembang optimal. Ibu dianjurkan untuk menghindari makanan atau minuman yang
mengandung kafein, alkohol dan menjauhi asap rokok. Agar stamina tubuh terjaga, anjurkan ibu
untuk melakukan olahraga secara teratur.

Olahraga yang dilakukan adalah olahraga ringan, seperti jalan jalan pagi atau berenang.
Dengan demikian diharapkan kondisi ibu yang sehat ikut meningkatkan produksi ASI.

Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Petugas Kesehatan)

Pada Masa Kehamilan


a. Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat menyusui baik bagi ibu maupun
bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada
kelainan/tidak. Disamping itu, perlu dipantau keneikan berat badan ibu hamil.
c. Perawatan payudara dimulai pada kehamilan memasuki usia 6 bulan agar ibu mampu
memproduksi dan berikan ASI cukup.
d. Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester II sebanyak 1 1/3 kali
dari porsi makanan sebelum hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga
terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan
membesarkan hatinya.
Tahapan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil (Petunjuk Bagi Ibu)
a. Meyakinkan diri sendiri akan keberhasilan menyusi dan bahwa ASI adalah amanah ilahi.
b. Makan dengan teratur, peuh gizi dan seimbang. Universitas Sumatera Utara
c. Mengikuti bimbingan persiapan menyusui yang terdapat disetiap klinik laktasi dirumah sakit.
d. Melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur.
e. Mengikuti senam hamil.

Manajemen Laktasi (Penggunaan ASI)

1. Pendidikan kesehatan/penyuluhan kesehatan kepadaa pasien dan keluarga tentang manfaat


menyusui dan manfaat rawat gabung.
2. Adanya dukungan keluarga.
3. Adanya dukungan dan kemampuan petugas kesehatan.
4. Pemeriksaan payudara.
5. Persiapan payudara dan puting susu.
6. Pergunakan air untuk membersihkan puting susu, jangan sabun.
7. Pemakaian BH yang memadai (jangan memakai lapisan plastik).
8. Gizi yang bermutu : Ekstra 3000 kalori per hari terutama protein.
9. Pemberian preparat besi dan asam folik (sesuai protokol institusi masing masing).
10. Tidak melakukan diet untuk mengurangi berat badan (kecuali intruksi dokter karena alasan
penyakit lainnya yang membahayakan ibu dan bayinya).
11. Penambahan berat badan yang memadai adalah 11 13 kg. 12. Cara hidup sehat (hindarkan
merokok, alkohol, dan lain lain) (Maryunani, 2012).

Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi Pada Masa Kehamilan

1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara pelaksanaan manajemen laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu, perlu pula
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk mencegah kekurangan
zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke-2 (minggu
ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk
kebutuhan gizi ibu hamil.
5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga terutama
suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya
bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia (Depkes, 2005).

KEUNGGULAN ASI DAN MANFAAT MENYUSUI

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan.

1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi terutama diare.
Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak
rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-
enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein
yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai
panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari
substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan
Omega 6 (asam linoleat).

2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak
diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte
Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri
lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk
menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang
mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi
akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan
produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal
sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system
syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih
tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada
usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi
pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi
sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga
untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan


Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).

Sumber: Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001


RSUA Dukung 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Berita :
Menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik
Indonesia nomor 03 Tahun 2010 tentang Penerapan Sepuluh Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui,
pada tanggal 6 Maret 2013 Direktur Utama Rumah Sakit Universitas Airlangga Prof.
Muh. Dikman
Angsar, Sp.OG (K) menerbitkan Surat Keputusan (SK) yang isinya adalah pelaksanaan
Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui yang dilakukan oleh seluruh pegawai di departemen dan
unit kerja Rumah
Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Berdasarkan pasal 128 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang hak bayi
mendapatkan air susu ibu
(ASI), maka pemerintah perlu memberi dukungan akan hal ini. Peraturan ini dibuat
mengingat masih
banyak bayi yang tidak mendapatkan ASI karena berbagai hal sehingga kekebalan
tubuhnya menurun dan
gizinya tidak terpenuhi.
RSUA sebagai fasilitas publik milik Pemerintah turut mendukung penerapan Sepuluh
Langkah

Keberhasilan Menyusui dengan memberikan berbagai fasilitas, edukasi, serta dukungan


moril kepada
masyarakat.
Penerapan Sepuluh Langkah keberhasilan Menyusui sebagaimana dikutip dari
Peraturan Menteri
Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia nomor 03 Tahun 2010 pasal
5 yaitu:
1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian
ASI (PP-ASI) tertulis
yang secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas;
2. melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan
kebijakan tersebut;
3. menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak
masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara mengatasi
kesulitan menyusui;
4. membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan di ruang
bersalin. Apabila ibu mendapat operasi caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu sadar;
5. membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara mempertahankan
menyusui meski ibu
dipisah dari bayi atas indikasi medis;
6. tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir;
7. melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari;
8. membantu ibu menyusui semau bayi, tanpa pembatasan terhadap lama dan frekuensi
menyusui;
9. tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI;
10. mengupayakan terbentuknya KP-ASI dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika
pulang dari rumah
sakit bersalin/sarana pelayanan kesehatan
Sasaran sepuluh langkah menuju keberhasilan ibu menyusui ini tidak hanya
mentitikberatkan kepada para
ibu hamil, melahirkan, ataupun yang tengah menyusui saja, melainkan juga suami dan
keluarga,
masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan tenaga kesehatan.
Meski perempuan memang ditakdirkan untuk hamil, melahirkan, serta menyusui bayinya
namun laki-laki
juga berperan dalam memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui bayinya sehingga
pemberian ASI
Eksklusif hingga anak berusia 6 bulan berhasil. Di samping itu lingkungan tempat
tinggal, lingkungan
kerja, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang mendukung menyusui juga
memengaruhi tingkat
keberhasilan.
Page 1
Tanggal : 2013-04-01
Penulis : Sekar RSUA
Kategori : Berita
Anda bisa berkonsultasi terkait masalah pra-kehamilan hingga pascamelahirkan di Poli
Obstetri dan
Ginekologi lt. 2 RSUA bertemu dengan dr. Ilham Aldika Akbar Sp.OG.
Ruma Sakit Universitas Airlangga :
http://rumahsakit.unair.ac.id
Email : rsua@unair.ac.id
Kampus C Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Surabaya, Jawa Timur, Indonesia - Kodepos : 60115
Phone Help Desk : 031. 81153153, 031.5916291, Fax : 031.5916291

KLINIK LAKTASI
Pengertian
Klinik laktasi adalah klinik yang diselenggarakan untuk memberi pelayanan kepada ibu-ibu yang
ada hubungannya dengan laktasi waktu hamil maupun masa pasca persalinan. Dengan demikian
klinik laktasi merupakan kegiatan terintegrasi antara unit kerja yang berhubungan dengan
kesehatan anak serta kebidanan dan kandungan.
Klinik ini menangani semua masalah yang berhubungan dengan laktasi, dengan demikian
sasarannya adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang datang ke klinik. Motivasi menyusui sangat
penting ditekankan sejak kehamilan, sehingga diharapkan laktasi dapat berlangsung dengan baik
dan lancar.
Fungsi Klinik Laktasi
Fungsi Klinik laktasi adalah pelayanan medis, tetapi di RS pendidikan klinik laktasi juga
mempunyai fungsi tambahan yaitu fungsi pendidikan.
Fungsi pelayanan medis klinik laktasi dibedakan atas masa kehamilan dan masa pasca persalinan.
Pada masa kehamilan pelayanan medis terutama adalah
Bimbingan persiapan menyusui yang pada prinsipnya terdiri dari :
1. Persiapan psikis ibu,
2. Pemeriksaan puting susu,
3. Penjelasan tentang manfaat ASI dan kerugian susu formula
4. Cara kerja menyusui
5. Kiat sukses menyusui :
Penjelasan IMD,
Penjelasan rawat gabung,
Pengenalan teknik menyusui : Posisi dan perlekatan,
Dukungan ibu menyusui
6. Penyuluhan atau konsultasi gizi ibu hamil

Pada masa pasca persalinan pelayanan medis terutama adalah


Bimbingan ibu menyusui yang pada prinsipnya terdiri dari :
1. Pemantapan teknik menyusui
2. Perawatan payudara pasca persalinan
3. Penanganan masalah dalam menyusui
4. Penyuluhan atau konsultasi gizi bayi dan ibu menyusui
5. Perawatan bayi
Syarat Klinik laktasi
Klinik laktasi akan berjalan baik jika memenuhi persyaratan yang memadai.
Persyaratan itu adalah
1. Persetujuan tertulis dari Direktur RS,
2. Mempunyai tenaga terlatih
3. Mempunyai sarana yang cukup

Persetujuan tertulis dari Direktur RS sangat diperlukan karena semua kegiatan RS termasuk klinik
laktasi harus didukung oleh fasilitas yang cukup, dan dengan adanya persetujuan tertulis dari
Direktur kegiatan klinik diharapkan tidak banyak mengalami hambatan.
Kegiatan klinik akan lancar kalau didukung oleh tenaga terlatih. Karena Kegiatan klinik dimulai
sejak kehamilan sampai pasca persalinan, maka tenaga terlatih hendaknya meliputi :
1. Tenaga terlatih yang mampu melaksanakan pemeriksaan payudara/puting susu dan
perawatan payudara terutama perawatan payudara pasca persalinan
2. Tenaga terlatih yang mampu mengadakan penyuluhan tentang
Manfaat ASI dan kerugian susu buatan,
Cara kerja menyusui, Manfaat IMD, Rawat gabung,
Teknik Menyusui
3. Tenaga terlatih yang mampu memberikan penyuluhan / konsultasi gizi untuk bayi, ibu
hamil-menyusui
4. Tenaga terlatih yang mampu memberikan penjelasan tentang masalah menyusui yang
dihadapi oleh bayi dan ibu menyusui

Sarana yang cukup memadai untuk kelancaran kegiatan klinik laktasi sebagai berikut :
1. Ruang dan peralatan untuk pemeriksaan payudara dan perawatan payudara serta
pemeriksaan bayi
2. Ruang penyuluhan dan alat yang diperlukan seperti :
a. Boneka
b. Leaflets
c. OHP
d. Proyektor
e. Pesawat televisi dan video
f. Poster
g. Lembar balik
h. Food model
i. KMS ibu hamil & KMS balita
j. Catatan Medik Klinik Laktasi
Sarana dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing

Kegiatan Klinik laktasi


Kegiatan Klinik laktasi meliputi kegiatan kegiatan pelayanan medis dan kegiatan pendidikan
1. Kegiatan Pelayanan Medis
a. Kegiatan pelayanan medis pada masa kehamilan disebut Bimbingan Persiapan
Menyusui (BPM) meliputi :
i. Mempersiapkan psikis Ibu
Psikis ibu harus dipersiapkan sejak saat kehamilan, karena ibu yang siap
untuk menyusui sangat membantu kelancaran laktasi, sebaliknya ibu yang
memang tidak siap/mau menyusui akan mengganggu kelancaran laktasi

ii. Pemeriksaan payudara khususnya puting susu


Kalau dijumpai kelainan putting datar atau terbenam, berikan pengertian
kepada ibu bahwa bayi tidak menyusu pada putting, tetapi pada payudara
(areola masuk ke mulut bayi). Karena ada kekhawatiran ibu, maka ibu perlu
mendapatkan bentuan segera setelah bayi lahir agar bisa berhasil menyusui.
Ketrampilan memeras ASI perlu diberikan

iii. Penyuluhan tentang manfaat ASI dan kerugian Susu Formula


Penyuluhan ini memiliki peran yang sangat penting dalam membangun
motivasi yang kuat pada ibu hamil sebagai dasar bagi kesuksesan menyusui.
Kegiatan ini dapat digabung dengan kegiatan penyuluhan lainnya misalnya
dengan kelas senam hamil

iv. Penyuluhan tentang Cara kerja menyusui, IMD, Rawat Gabung, dan
manfaatnya.
Penyuluhan ini penting untuk mempersiapkan ibu mengerti segala peristiwa
yang akan terjadi pasca persalinan sehingga ibu memiliki rasa percaya diri
melaksanakan IMD, rawat gabung. Penyuluhan ini dapat digabung dengan
kegiatan lainnya seperti kelas senam hamil.

v. Penyuluhan atau konsultasi gizi ibu hamil


Penyuluhan Gizi dapat dilakukan terintegrasi dengan penyuluhan lainnya,
bila membutuhkan konsultasi gizi dapat dilakukan oleh ahli gizi di Klinik
Laktasi

b. Kegiatan Pelayanan Medis pada masa pasca persalinan disebut Bimbingan Ibu
Menyusui (BIM)
i. Membimbing ibu mengenai teknik teknik menyusui yang benar
Walaupun ibu telah mendapatkan bimbingan tentang teknik menyusui yang
benar saat di Ruang Rawat gabung, kadang-kadang masih ada ibu yang
belum mengusai dengan baik teknik menyusui yang benar sehingga petugas
harus memeriksa kembali teknik menyusui dengan cara meminta ibu
memperagakan cara menyusui bayinya dan petugas menunjukkan cara yang
benar bila masih ada kesalahan

ii. Perawatan payudara pasca persalinan


Petugas memeriksa kembali apakah ibu telah menguasai perawatan dengan
benar.

iii. Memantau masalah menyusui pada ibu


Misalnya : payudara bengkak, putting lecet, sumbatan saluran susu,
mastitis, abses, dsb atau kelainan pada bayi seperti stomatitis, sumbing,
kelainan sistemik lainnya.

iv. Memberikan penyuluhan atau konsultasi gizi bayi dan ibu menyusui,
perawatan bayi, tumbuh kembang bayi, KB, dll
Seperti halnya ibu hamil, konsultasi gizi bayi dan ibu menyusui dilakukan
secara kelompok, bilamana ada ibu yang mempunyai masalah khusus untuk
bayi dan dirinya dapat dikirim ke Klinik Laktasi untuk Konsultasi Gizi
Kegiatan ini dapat dibuatkan kelas khusus misalnya Kelas Bayi Sehat

2. Kegiatan Pendidikan
Kegiatan pendidikan ditujukan untuk membentuk tenaga terlatih baru sehingga klinik dapat
berjalan terus dengan adanya kesiapan banyak petugas.
3. Perawatan Payudara
Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa pembesaran
payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas gambaran pembuluh darah
di permukaan kulit yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery daerah aerola
tampak lebih nyata dan menonjol.
Perawatan payudara yang diperlukan :
1. Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat
menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2 nomor lebih
besar.
2. Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang
produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.Bentuk latihan :
duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri (dekat siku), tangan kiri
memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua siku sejajar pundak. Tekan pegangan Universitas
Sumatera Utara tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar
payudara.
3. Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.
4. Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan kering
dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.
5. Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia
kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.
6. Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan
pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.

Anda mungkin juga menyukai