Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Typhoid merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan Salmonella

Typhosa atau Salmonella Typhi, menyerang saluran pencernaan, dengan

mempunyai ciri yang khas. Perjalanan penyakit ini berlangsung selama kurang

lebih 3 minggu dengan gejala seperti demam, nyeri, pusing, mual muntah

( Praja, 2010). Penyakit typhoid ini sering menyerang anak usia sekolah akibat

perhatian tentang pengetahuan kesehatan sanitasi yang kurang, lingkungan

yang kurang bersih menjadi pemicu utama untuk berkembangnya Salmonella

Typhosa, kurangnya pendampingan dari guru, orangtua, dan pemerintah.

Penyakit typhoid ini cukup menggangu dan menjadi persoalan utama

sekaligus berpotensi mengakibatkan keadaan berbahaya yang dapat

mengancam jiwa. Masalah yang sering muncul pada klien dengan typhoid

adalah kekurangan volume cairan. Kekurangan volume cairan yang terjadi

disebabkan karena intake dan output tidak seimbang. Pada klien typhoid

sering terjadi diare yang menyebabkan kekurangan volume cairan sedangkan

pengertian kekurangan volume cairan sendiri adalah penurunan cairan

intramuskular intersial, atau intraseluler ini mengacu pada dehidrasi

kehilangan cairan saja perubahan kadar natrium (Candrawati, 2015).


Menurut World Health Organization(WHO) pada tahun

2013memperkirakan terdapat sekitar 16 33 juta kasus dengan typhoid di

seluruh dunia dengan kejadian 500 600 ribu per kasus kematian tiap tahun.

Negara yang paling banyak terkena penyakit typhoid adalah Negara Asia

Tengah seperti Pakistan, Bangladesh, India, dan Asia Tenggara seperti

1
2

Indonesia, Vietnam (Safitri, 2014). Di Indonesia di perkirakan antara 700

900.000 anak terkena penyakit typhoid sepanjang tahun. Berdasarkan Profil

Kesehatan Indonesia typhoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit

terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081

kasus, dengan jumlah orang yang meninggal sebesar 274 orang (Candrawati,

2015). Di Indonesia prevelensi 91% kasus typhoid pada umur 3 19 tahun.

Thypoid masih merupakan infeksi tropic sistematik yang bersifat endemis, dan

masih merupakan problema kesehatan (Saputri, 2014).Melalui studi

pendahuluan di RSUDBlambangan data yang di peroleh dari Rekam Medik

mulai bulan Januari 2016 sampai dengan September 2016penyakit typhoid ini

menempati urutan pertama dari 10 penyakit anak yang terjadi di ruang anak

RSUD Blambangan. Pada tahun 2014 angka kejadian typhoid sebanyak 272

anak, dengan prosentase 13% dari prosentase penyakit di ruang anak. Pada

tahun 2015 angka kejadian typhoid sebanyak 432 anak, dengan prosentase

15% dari prosentase penyakit di ruang anak. Pada tahun 2016 sampai dengan

bulan September angka kejadian typhoid sebanyak 342 anak, dengan

prosentase 18% dari keseluruhan penyakit anak diruang anak. Menurut

perawat ruang anak RSUD Blambangan kejadian typhoid dengan kekurangan

volume cairan sering terjadi, tetapi untuk rasionya tidak di dokumentasikan.

Hal ini sangat memprihatinkan jika di rata-rata setiap tahunnya mengalami

kenaikan presentasi dan jika direkapitulasi setiap harinya ada 1 dan 2 klien

yang masuk ruang inap RSUD Blambangan Banyuwangi dengan kasus

typhoid.
Mekanisme masuknnya Sallmonella Typhi adalah di awali dengan infeksi

yang terjadi di pada sistem pencernaan. Basil di serap oleh usus halus, melalui
3

pembuluh limfe yang masuk ke dalam peredaran darah sampai ke seluruh

tubuh terutama pada hati dan limfe. Basil yang tidak di hancurkan di usus

halus akan berkembang biak di dalam hati dan limfe, sehingga mengalami

pembesaran yang menimbulkan rasa nyeri. Sehingga basil kembali masuk ke

dalam tubuh melalui aliran darah dan menyebar sampai ke dalam kelenjar

limfoid usus halus, sehingga menimbulkan tukak yang dapat mengakibatkan

perdarahan serta perforasi usus. Infeksi kuman pada usus halus yang

mengakibatkan peradangan perforasi sehingga tubuh kehilangan banyak cairan

yang mengakibatkan dehidrasi hingga mengalami kekurangan volume cairan

( Safitri, 2014).
Upaya pencegahan typhoid dalam promotif dapat dilakukan dengan

dengan cara sosialisasi cara cuci tangan, sosialisasi budaya merebus air sampai

mendidih sebelum diminum dan sosialisasi ASI pada ibu menyusui. Adapun

pencegahan typhoid dengan preventif dapat dilakukan dengan cara

menyediakan sumber air yang baik, penyediaan jamban yang sehat, dan

pemberantasan lalat (Widodo, 2013). Penatalaksanaan masalah keperawatan

pada klien dengan typhoid dapat dianjurkan minum air putih secukupnya dan

anjurkan klien untuk istrahat, dan kolaboratif dengan tim medis dan dokter

dalam pemberian cairan. Sedangkan pada kasus berat harus dirawat di rumah

sakit agar pemenuhan cairan, elektrolit serta nutrisi disamping observasi

kemungkinan timbul penyulit yang dapat dilakukan dengan seksama

(Nursalam, 2013).
1.2 Batasan Masalah
4

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada Asuhan Keperawatan Pada

Anak dengan Typhoid yang Mengalami Kekurangnya Volume Cairan di

Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi pada tahun 2016.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di rumuskan masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Typhoid yang Mengalami

Kekurangnya Volume Cairan di Ruang Anak RSUD Blambangan Banyuwangi

pada tahun 2016 ?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan typhoid yang

mengalami kekurangan volume cairan di Ruang Anak RSUD

Blambangan Banyuwangi 2016


1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada anak dengan typhoid yang mengalami

kekurangan volume cairan di Ruang Anak RSUD Blambangan

Banyuwangi tahun 2016.


2) Merumuskan diagnosis keperawatan pada anak dengan typhoid yang

mengalami kekurangan volumecairan di Ruang Anak RSUD

Blambangan tahun 2016.


3) Menyusun rencana asuhan keperawatan pada anak dengan typhoid

yang mengalamikekurangan volume cairan di Ruang Anak RSUD

Blambangan tahun 2016.


4) Melakukan implementasi keperawatan pada anak typhoid yang

mengalami kekurangan volumecairan di Ruang Anak RSUD

Blambangan tahun 2016.


5

5) Melalukakan evaluasi pada anak dengan typhoid yang mengalami

kekurangan volumecairan di Ruang Anak RSUD Blambangan tahun

2016.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat sebagai tambahan ilmu bagi profesi

keperawatan dalam hal mengkaji klien anak typhoid dan menentukan

asuhan keperawatan yang tepat, sebagai masukan bagi perawat untuk

memahami pentingnya kurangnya cairan agar tidak terjadi dehidrasi

pada klien yang mengalami kekurangan volume cairan serta dapat

memberikan pendidikan kesehatan secara mandiri pada klien.


1.5.2 Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh di bidang

asuhan keperawatan anak yang mengalami typhoid dengan

kekurangan volume cairan.


b) Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagaisumber informasi guna menambah literatur

dalam penangganan pada anak typhoid dengan mengalami

kekurangan volume cairan.

c) Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan yang positif untuk mengembangkan

pelayanan keperawatan agar dapat dengan segera dalam

penangganan pada anak typhoid dengan mengalami kekurangan

volume cairan.
d) Bagi Klien dan Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

klien atau keluarga tentang penyakit typhoid. Dan klien atau

keluarga mampu mencegah terjadinya penyakit typhoid serta

komplikasi yang disebabkan oleh penyakit typhoi


6

Anda mungkin juga menyukai