Anda di halaman 1dari 6

KETIKA KAU MEMBUNUHNYA (ABORSI)

Situasi kehidupan saat yang rumit tidak hanya tentang politik, tindakan kriminal,
kekerasan tetapi yang sedang dunia alami tidak kalah penting adalah tentang perempuan
bersama janin yang dikandung dan berusaha dengan berani dan tanpa ada rasa takut
menghabiskan nyawa manusia baru yang seharusnya dijaga dan dirawat hingga manusia baru
tersebut lahir kedunia untuk hidup mandiri, hidup yang tidak lagi diddalam kandungan tetapi
di dunia sendiri dan menikmati dunia. Tindakan ini di kenal dengan aborsi yang telah banyak
membunuh dan menghancurkan manusia. Aborsi sudah menyangkut hidup manusia, dan
dimana kehidupan anak manusia dimulai.

Aborsi bukan masalah kecil, aborsi adalah masalah besar yang perlu dilihat karena
menyangkut tindakan membunuh manusia baru yang ingin hidup. Aborsi sudah menyangkut
masalah hukum, nilai-nilai agama, etika, moral, biologi dan kesehatan manusia itu sendiri.
Dalam dunia kedokteran, menggugurkan kandungan dikenal dengan istilah Abortus yaitu
suatu tindakan mengakhiri hidup janin yang dikandung sebelum dapat hidup diluar
kandungan dikarenakan alasan medis untuk menyelamatkan hidup ibu yang mengandung.
Aborsi dibedakan menjadi aborsi yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja (abortus
spontaneous) dan aborsi yang dengan sengaja (abortus provocatus). Dalam abortus
provocatus masih dibedakan menjadi 2 lagi dalam dunia medis yaitu abortus karena indikasi
medis atau pengobatan (therapeutis) dan yang berindikasi merusak, membunuh atau
kejahatan (criminalis). Pada situasi yang terjadi saat ini yang paling marak terjadi terjadi
adalah aborsi karena kejahatan, tindakan membunuh manusia dengan berbagai macam alasan.

Namun aborsi menjadi masalah yang sangat kontravesi dari berbagai sudut pandang
tidak hanya kesehatan, tetapi dari sudut pandang agama dan hukum yang berlaku. Dalam
dunia kesehatan aborsi dilakukan karena indikasi medis karena mengancam keselamatan ibu
yang mengandung atau karena gangguan kesehatan penyakit tertentu pada ibu yang
mengandungnya. Bagi wanita kehamilan adalah hal yang sangat membanggakan dan
menyenangkan, tetapi bagi sebagian dari wanita menganggp kehamilan adalah hal yang
sangat berat dijalani dengan berbagai alasan karena tidak menghendaki kehamilan terjadi.
Wanita yang memutuskan mengakhiri kehamilan dengan cara aborsi bisa dikarenakan
kontrasepsi yang gagal, ekonomi, jenis kelamin anak yang tidak diinginkan, sudah banyak
anak, hamil diluar nikah serta smembuat aib untuk diri sendiri dan keluarga.
Dari sisi moral dan kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat
kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil pemerkosaan, hasil hubungan seks
komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui bahwa janin yang
dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat. Anak yang dilahirkan dalam kondisi dan
lingkungan seperti itu, dikemudian hari kemungkinan besar akan tersingkir dari kehidupan
sosial kemasyarakatan yang normal, kurang mendapat perlindungan dan kasih sayang yang
seharusnya didapatkan oleh anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang wajar,
sehingga tidak tertutup kemungkinan anak tersebut akan menjadi sampah masyarakat.

Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia
melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun, sedangkan dari segi
hukum, masih ada perdebatan-perdebatan dan pertentangan dari yang pro dan kontra soal
persepsi atau pemahaman mengenai undang-undang yang ada sampai saat ini

Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak
perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup
seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Belum
lagi penilaian moral dari orang-orang sekitarnya bila sampai tindakannya ini diketahui.
Hanya orang-orang yang mampu berempati yang bisa merasakan betapa perempuan berada
dalam posisi yang sulit dan menderita ketika harus memutuskan untuk mengakhiri
kehamilannya.

Aborsi sering kali ditafsirkan sebagai pembunuhan bayi, walaupun secara jelas Badan
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan aborsi sebagai penghentian kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan atau kurang dari 22 minggu (WHO 2000). Dengan
perkembangan tehnologi kedokteran yang sedemikian pesatnya, sesungguhnya perempuan
tidak harus mengalami kesakitan apalagi kematian karena aborsi sudah dapat diselenggarakan
secara sangat aman dengan menggunakan tehnologi yang sangat sederhana. Bahkan
dikatakan bahwa aborsi oleh tenaga profesional di tempat yang memenuhi standar, tingkat
keamanannya 10 kali lebih besar dibandingkan dengan bila melanjutkan kehamilan hingga
persalinan.

Sayangnya, masih banyak perempuan di Indonesia tidak dapat menikmati kemajuan


tehnologi kedokteran tersebut. Mereka yang tidak punya pilihan lain, terpaksa beralih ke
tenaga yang tidak aman yang menyebabkan mereka beresiko terhadap kesakitan dan
kematian. Terciptanya kondisi ini terutama disebabkan karena hukum di Indonesia masih
belum berpihak kepada perempuan dengan melarang tindakan ini untuk dilakukan kecuali
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Akibatnya, banyak tenaga profesional yang tidak
bersedia memberikan pelayanan ini; walaupun ada, seringkali diberikan dengan biaya yang
sangat tinggi karena besarnya konsekuensi yang harus ditanggung bila diketahui oleh pihak
yang berwajib. Perkiraan jumlah aborsi di Indonesia setiap tahunnya cukup beragam. Hull,
Sarwono dan Widyantoro (1993) memperkirakan antara 750.000 hingga 1.000.000 atau 18
aborsi per 100 kehamilan. Saifuddin (1979 di dalam Pradono dkk 2001) memperkirakan
sekitar 2,3 juta. Sedangkan sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia memperkirakan angka kejadian aborsi di Indonesia per
tahunnya sebesar 2 juta (Utomo dkk 2001).

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak


penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan
organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan
seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda
satu dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya.

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu
dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat
dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak di
kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.

Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan
fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala
hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala
mereka.

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat
remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas
dengan anggota keluarganya sendiri!

Tak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi
memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Arus
komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.
Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa
mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi
acuan utama mereka. Mereka juga melalap pelajaran seks dari internet, meski saat ini
aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari
pornografi . Hasilnya, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu kini sudah mulai
melakukan hubungan seks di usia dini, 13-15 tahun!

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan
dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh
Brian Clowes, Phd yaitu:
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
Kanker hati (Liver Cancer)
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacatpada anak
berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko kesehatan mental


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan
dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai
Post-Abortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat
dalam Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-
Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut
ini:
Kehilangan harga diri (82%)
Berteriak-teriak histeris (51%)
Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
Ingin melakukan bunuh diri (28%)
Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

2.6 HUKUM ABORSI

1. Aborsi Dari sudut pandang Etika Keperawatan

o Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan yang tidak kompeten, tidak etis, dan illegal.
o Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.

2. Hukum menurut UUD

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang sampai sekarang masih berlaku di
Indonesia menetapkan bahwa aborsi langsung atau tidak langsung adalah kejahatan.
Menurut hukum - hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran janin termasuk
kejahatan, yang dikenal dengan istilah Abortus Provocatus Criminalis
Yang menerima hukuman adalah:
o Ibu yang melakukan aborsi
o Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi
o Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi
KUHP Bab XIX tentang kejahatan terhadap nyawa pasal 346, 347, 348, dan 349 menentukan
sebagai berikut:
Pasal (346) : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama
empat tahun.
Pasal (347) : Barang siapa yang menggugurkan atau mematikan kandungannya tanpa
persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut dikenakan pidana paling lama lima
belas tahun.
Pasal (348): Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan seorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut dikenakan pidana paling lama
tujuh tahun.
Pasal (349) : Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
tersebut pada pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan yang di
terangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat di
cabut hak nya untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

3. Hukum menurut bidang kesehatan

UU Kesehatan, pasal 15 ayat 1 &2 :Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :

Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.


Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian & kewenangan untuk itu & dilakukan sesuai
dengan tanggungjawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
Pada sarana kesehatan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai