Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIS

Tatalaksana dan Rujukan Awal


Penyakit Jantung Bawaan Kritis
Ihsanul Amal,1 Teddy Ontoseno2
1
Residen, Departemen/SMF Ilmu Bedah Toraks Kardiovaskular, 2Professor, Divisi Kardiologi Departemen/SMF Ilmu Kesehatan
Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSU dr.Soetomo, Surabaya, Indonesia

ABSTRAK
Penyakit jantung bawaan kritis adalah kelainan jantung yang memerlukan intervensi dini untuk bertahan hidup. Diagnosis dini disertai
tatalaksana dan rujukan awal yang tepat berpotensi memperbaiki prognosis.

Kata kunci: Penyakit jantung bawaan, prostaglandin, sirkulasi tergantung duktus

ABSTRACT
Critical congenital heart diseases are a group of heart defect which requires an early intervention for survival. An early diagnosis followed by
appropriate initial management and referral is potentially lifesaving. Ihsanul Amal, Teddy Ontoseno.Management and Referral for Critical
Congenital Heart Disease

Keywords: Congenital heart disease, ductus dependent circulation, prostaglandin

PENDAHULUAN PJB kritis meliputi 25% kasus PJB. Kasus-kasus perubahan permanen lapisan endotel dan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah kelainan sianotik dan sirkulasi tergantung subintima.5 Penutupan duktus arteriosus
kelainan jantung sejak bayi baru lahir. Angka duktus, termasuk PJB kritis.3 pada PJB dengan sirkulasi sistemik tergantung
kejadian PJB adalah 8 tiap 1000 kelahiran duktus akan menyebabkan kolaps sirkulasi
hidup atau kurang lebih 32000 bayi setiap Terdapat dua tipe sirkulasi tergantung duktus, dan gagal jantung berat. Sedangkan pada
tahun di Indonesia.1 Pada awal masa yaitu sirkulasi sistemik tergantung duktus (lesi PJB dengan sirkulasi pulmonal tergantung
kelahiran, PJB sering tidak menunjukkan obstruktif jantung kiri) dan sirkulasi pulmonal duktus akan menyebabkan kolaps sirkulasi
gejala. Namun, pada kasus PJB kritis, kondisi tergantung duktus (lesi obstruktif jantung dan sianosis berat.6,7
gawat darurat dapat dialami bayi segera kanan). Kelainan tersebut memerlukan patensi
setelah lahir. Kemajuan di bidang diagnostik, duktus arteriosus untuk menjaga perfusi paru 2) PJB Klinis Signifikan
perawatan intensif, kateterisasi intervensi, atau seluruh tubuh tetap terpenuhi. Secara PJB kategori ini merupakan malformasi
dan pembedahan telah memperbaiki alami, duktus arteriosus akan menutup secara struktural jantung yang menimbulkan
kelangsungan hidup bayi dengan kelainan fungsional dalam 10 15 jam setelah kelahiran gangguan fungsi yang bermakna, tetapi
jantung yang sebelumnya lethal.2 Akan tetapi, melalui konstriksi otot polos lapisan medial. kemungkinan perburukan tidak terlalu besar.
sebagian besar bayi dengan PJB kritis lahir di Penutupan anatomis duktus arteriosus akan Kelainan yang termasuk dalam kategori PJB
fasilitas yang tidak mempunyai sarana untuk terjadi setelah usia 2 3 minggu dengan klinis signifikan adalah ventricular septal defect
tindakan segera. Oleh karena itu, tatalaksana
dan rujukan sedini mungkin ke fasilitas yang Tabel. Gambaran klinis PJB kritis yang tergantung duktus arteriosus.6,7
memadai menjadi komponen penting untuk Sirkulasi Sistemik tergantung Duktus Arteriosus Sirkulasi Pulmonal tergantung Duktus Arteriosus
kelangsungan hidup pasien PJB, khususnya Kolaps Sirkulasi + Gagal Jantung Kolaps Sirkulasi + Sianosis
PJB kritis. Hypoplastic left heart syndrome (HLHS) TOF with pulmonary atresia (PA)
Critical aortic stenosis (AS) Pulmonary atresia (PA)
KLASIFIKASI KLINIS Shone complex variants Pulmonary atresia with intact ventricular septum (PA/IVS)
Berdasarkan kondisi klinis, PJB dapat Coarctatio aorta (CoA) Critical pulmonary stenosis (PS)
Interrupted aortic arch (IAA) Tricuspid atresia, with PS/PA (with/without VSD)
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu:
Univentricular heart with PA/PS
1) PJB Kritis
Severe Ebsteins anomaly
PJB kritis didefinisikan sebagai malformasi
Complete transposition of the great arteries with intact
struktural jantung sejak lahir dan memerlukan ventricular septum (TGA/IVS)
intervensi segera dalam 1 tahun kehidupan.3,4
Alamat Korespondensi email: dr.ihsanulamal@gmail.com

CDK-256/ vol. 44 no. 9 th. 2017 667


PRAKTIS

(VSD), complete atrioventricular septal defect membantu membedakan penyebab dispnea diperiksa lebih lanjut dengan ekokardiografi
(AVSD), atrial septal defect (ASD), dan tetralogy pulmonal atau kardiovaskular; gambaran yang untuk menegakkan atau menyingkirkan
of fallot (TOF) dengan anatomi arteri pulmonal mengarah pada PJB antara lain kardiomegali, kemungkinan PJB kritis.4,7
yang baik.6 perubahan corakan vaskular paru, dan
kongesti vena pulmonal.6 DIAGNOSIS
3) PJB Klinis Non-Signifikan Diagnosis awal PJB kritis dapat ditegakkan
PJB yang termasuk dalam kategori ini adalah 3) Kolaps sirkulasi. berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
malformasi jantung secara anatomis tetapi Gejala kolaps sirkulasi dapat terjadi pada PJB dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
tidak signifikan secara fungsional dan klinis. kritis dengan sirkulasi tergantung duktus. penunjang dasar yang penting adalah
Kelainan tersebut antara lain VSD atau ASD Syok terjadi saat duktus arteriosus mulai foto x-ray toraks dan elektrokardiografi,
kecil, dan stenosis pulmonal ringan, yang menutup. Neonatus dengan sirkulasi sistemik Pemeriksaan penunjang tidak boleh menunda
hanya terdeteksi dengan ekokardiografi dan tergantung duktus akan mengalami dispnea proses tatalaksana dan rujukan ke fasilitas
sering tidak memerlukan terapi khusus.6 progresif, akral dingin dan lembap, asidosis, yang lebih memadai pada kondisi darurat.
syok, dan oliguria karena gangguan perfusi
GEJALA KLINIS ginjal. Neonatus dengan sirkulasi pulmonal 1) Foto x-ray toraks
Gejala klinis PJB kritis bervariasi tergantung tergantung duktus akan mengalami sianosis Foto x-ray toraks dapat digunakan untuk
kelainan anatomisnya. Gejala klinis tersebut berat tanpa peningkatan usaha napas (quiet evaluasi penyebab kongenital lain atas
antara lain sianosis persisten, dispnea, atau tachypnea), asidosis, dan distres napas.2,6,7 distres napas pada neonatus, seperti
edema paru akibat gagal jantung, dan kolaps hernia diafragmatika atau congenital cystic
sirkulasi. Murmur tidak selalu terdengar.6,7 4) Murmur. adenomatous malformation (CCAM).8 Adanya
Murmur pada anak sering sulit dibedakan gambaran kardiomegali, bentuk jantung
1) Sianosis apakah fisiologis atau patologis. Terdapat 6 khas, corakan paru meningkat (plethora) atau
Sianosis terlihat jelas jika saturasi oksigen turun tanda murmur yang mengarah patologis yaitu: menurun (oligemia) dapat mengarahkan
di bawah 80% atau konsentrasi hemoglobin murmur pansistolik, intensitas 3/6 atau lebih, diagnosis ke PJB tertentu. Kardiomegali adalah
ter-deoksigenasi sebesar 5 g/dL atau lebih. punctum maximum di parasternal kiri atas, salah satu gambaran terjadinya gagal jantung.
Sianosis sentral dapat terlihat di bibir, lidah, kualitas kasar, klik midsistolik awal, dan suara Plethora tampak pada PJB dengan aliran
dan membran mukosa.8 Sianosis sentral jantung kedua abnormal.8 pulmonal meningkat, misal trunkus arteriosus
yang tidak membaik dengan pemberian atau TAPVR. Oligemia tampak pada PJB
oksigen 100% mengindikasikan adanya PJB Murmur yang segera terdengar setelah dengan aliran pulmonal menurun, misal pada
sianotik. Sianosis sentral terjadi pada PJB kritis lahir pada umumnya menandakan adanya TOF atau atresia pulmonal. Bentuk jantung
dengan aliran darah pulmonal berkurang dan obstruksi pada jalan keluar ventrikel. Murmur seperti sepatu boot sesuai dengan TOF/PA
bila terjadi percampuran darah arteri-vena. terdengar jelas segera setelah lahir pada TOF dan variannya. Bentuk jantung egg on string
Tes hiperoksia dengan pemberian oksigen atau stenosis pulmonal kritikal dengan septum terlihat pada TGA. Bayangan atrium kanan
100% dapat dilakukan jika terdapat fasilitas ventrikel intak (critical PS/IVS). Murmur dapat yang sangat besar sesuai dengan Ebstein
analisis gas darah. Peningkatan kadar tekanan tidak terdengar padasimple TGA dan atresia anomaly.6,7,8
parsial oksigen dalam darah (pO2) lebih dari pulmonal dengan defek septum ventrikel (PA/
220 mmHg menunjukkan adanya penyakit VSD).7 2) Elektrokardiografi (EKG)
pernapasan; kadar pO2 antara 100 220 Elektrokardiografi dapat membantu
mmHg menunjukkan diperlukannya evaluasi DETEKSI DINI menegakkan diagnosis PJB. Deviasi aksis ke
adanya PJB sianotik; kadar pO2 kurang dari 100 Pemeriksaan pulse oxymetry pada neonatus kiri dapat dijumpai pada atresia trikuspid dan
mmHg menunjukkan adanya PJB sianotik.6 merupakan metode non-invasif, relatif murah, defek septum atrioventrikular (AVSD). Adanya
Sianosis diferensial (sianosis tubuh bagian dan mudah dilakukan untuk deteksi dini PJB gelombang P pulmonal yang besar sesuai
bawah tetapi tidak pada tubuh bagian atas) kritis. Setiap bayi yang lahir diperiksa dengan dengan gambaran anomali Ebstein. Deviasi
juga dapat merupakan gejala PJB kritis seperti pulse oxymetry pada tangan kanan dan salah aksis ke kanan disertai gambaran hipertrofi
pada coarctatio aorta atau interrupted aortic satu kaki. Jika kondisi klinis stabil, pemeriksaan ventrikel kanan merupakan manifestasi TOF
arch.8 dilakukan setelah bayi berusia 24 jam atau dan variannya.6,8
lebih, untuk menghindari hasil positif palsu.4
2) Dispnea TATALAKSANA DAN RUJUKAN AWAL
Kelainan dengan pirau besar dapat Hasil pemeriksaan disebut negatif bila saturasi Stabilisasi bayi PJB kritis dan persiapan yang
menunjukkan gejala dispnea, takipnea, (SpO2) tangan kanan dan salah satu kaki baik dibutuhkan dalam proses rujukan
kesulitan menyusu, rewel, dan distres. Dispnea 95% atau terdapat selisih 3%. Bila hasil ke rumah sakit dengan fasilitas intervensi
dapat terjadi karena gagal jantung kongestif. negatif, tidak diperlukan pemeriksaan lebih kateterisasi dan pembedahan.
Gagal jantung kongestif terjadi pada PJB lanjut. Hasil pemeriksaan positif bila dijumpai
kritis dengan obstruksi pada sisi kiri jantung SpO2 <90% atau terdapat selisih >3% antara Data yang harus dikumpulkan oleh dokter
dan bila terjadi peningkatan aliran darah ekstremitas atas dan bawah. Neonatus dengan yang merujuk dan diterima oleh dokter di
pulmonal.7 Pemeriksaan Ro toraks dapat hasil pemeriksaan pulse oxymetry positif harus tempat rujukan adalah:2

668 CDK-256/ vol. 44 no. 9 th. 2017


PRAKTIS

Riwayat penyakit dikoreksi dengan 4,2% natrium bikarbonat PGE harus diberikan pada bayi sianosis yang
Kondisi saat ini (2 mEq/kg/dosis) diberikan intravena terus memberat dengan dugaan penyebab
Penilaian tanda vital: patensi jalan napas, sangat lambat, setara dengan 2-4 mL/kg/ PJB dengan sirkulasi pulmonal tergantung
laju pernapasan, nadi, tekanan darah, dosis. duktus serta pada bayi dengan asidosis
perfusi. Kadar hemoglobin dipertahankan, dengan metabolik dan syok dengan dugaan penyebab
Penilaian neurologis: tingkat kesadaran, target di atas 15 g/dL pada neonatus PJB dengan sirkulasi sistemik tergantung
Glasgow Coma Scale (GCS), kejang. Tatalaksana gagal jantung dengan duktus.7,10 Dosis awal PGE 5 nanogram/kg/
Pemeriksaan laboratorium (darah): analisis pemberian inotropik dan diuretik jika menit, dapat dinaikkan 5 nanogram/kg/menit
gas darah, glukosa, elektrolit terdapat tanda gagal jantung sesuai keperluan hingga 50 nanogram/kg/
Pemeriksaan radiologis penunjang jika Koreksi kelainan irama dengan atropin menit.7 Efek samping utama apnea harus
ada 0,02-0,03 mg/kg pada bradiaritmia dan diawasi ketat. Efek samping lain adalah
Terapi yang telah diberikan lidokain bolus 0,5-1 mg/kg dosis awal, jitteriness, kejang, demam, flushing, dan diare
selanjutnya 0,02-.0.3 mg/kg/min pada yang dapat mereda dengan pengurangan
1) Tatalaksana Umum takiaritmia. dosis.7,10
Tatalaksana umum bertujuan mengoptimalkan Usahakan ekokardiografi segera untuk
kondisi hemodinamik dan respiratoris. Hal-hal menegakkan diagnosis. Preparat yang umum diberikan adalah
yang dilakukan antara lain:1,2,9 Infus prostaglandin E segera untuk alprostadil (PGE1). Jika tidak tersedia preparat
Mempertahankan suhu lingkungan yang membuka dan mempertahankan patensi injeksi, preparat oral prostaglandin dapat
hangat, misalnya dengan membedong duktus arteriosus. diberikan 10 65 microgram/kg/dosis tiap
atau menempatkan neonatus dalam Pasien dapat dirujuk setelah tindakan 2 jam dengan pemantauan efek samping
inkubator, untuk mengurangi kebutuhan tatalaksana awal, tim transport siap sangat ketat.10
oksigen. mendampingi dan RS rujukan siap
Patensi jalan napas dijaga dengan menerima. Kondisi pasien pada saat akan SIMPULAN
mengatur posisi kepala dan bila perlu dirujuk harus dikomunikasikan kepada Penyakit jantung bawaan (PJB) kritis
intubasi endotrakeal dini dan ventilasi dokter di RS rujukan. merupakan salah satu kelompok penyakit
mekanik. Komunikasi, informasi, dan edukasi yang memiliki mortalitas tinggi pada neonatus
Perbaikan oksigenasi hati-hati untuk tentang kondisi pasien dan tatalaksana dan anak jika tidak segera terdiagnosis dan
menghindari penutupan duktus selanjutnya kepada orang tua sangat mendapat terapi paliatif ataupun definitif.
arteriosus, dengan mempertahankan penting. Untuk terapi berupa intervensi kateterisasi
saturasi oksigen antara 75-85%. dan atau pembedahan, sering harus dirujuk ke
Penilaian status perfusi meliputi kesadaran, 2) Prostaglandin E (PGE) fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Tindakan
pulsasi nadi sentral dan perifer, capillary Prostaglandin E (PGE) diberikan secara infus tatalaksana awal, ketersediaan obat-obatan
refill time, dan produksi urin. Status perfusi intravena untuk membuka kembali duktus seperti prostaglandin, dan persiapan rujukan
yang buruk menandakan syok atau kolaps arteriosus yang sudah menutup secara yang baik sangat penting dalam menjamin
sirkulasi. fungsional danmempertahankannya tetap keselamatan pasien PJB kritis hingga mencapai
Memberikan cairan parenteral dan terbuka. Terbukanya duktus arteriosus rumah sakit rujukan.
mengatasi gangguan asam basa segera akan meningkatkan curah jantung dan
setelah mendapatkan akses vena yang memperbaiki keadaan asidosis metabolik
baik. Asidosis metabolik berat harus akibat hipoksemia berat atau kolaps sirkulasi.10

DAFTAR PUSTAKA
1. Djer M, Madiyono B. Tatalaksana penyakit jantung bawaan. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000 .p. 155 62
2. Kuch B, Orr R. Chapter 2: Triage and transport of infants and children with cardiac disease. Critical care of children with heart disease: Basic medical and surgical
concepts. London: Springer Verlag; 2010 .p. 13 21.
3. Zeng Z, Zhang H, Liu F, Zhang N. Current diagnosis and treatments for critical congenital heart defects (Review). Exp Ther Med. 2016;11(5):15504.
4. Chamsi-Pasha MA, Chamsi-Pasha H. Critical congenital heart disease screening. Avicenna J Med. 2016;6:65-8.
5. Park MK. Chapter 8: Fetal and prenatal circulation. Parks pediatric cardiology for practitioners. 6th Edition. Philadelphia: Elsevier; 2014 .p. 287 - 8.
6. Yun SW. Congenital heart disease in the newborn requiring early intervention. Korean J Pediatr. 2011;54(5):18391.
7. Clarke E, Kumar M. Evaluation of suspected congenital heart disease in the neonatal period. Current Paediatrics 2005;15:52331.
8. Strobel A, Lu L. The critically ill infant with congenital heart disease. Emerg Med Clin N Am. 2015;33:50118.
9. Luca AC, Holoc AS, Subotnicu M, Iordache C. Clinic and therapeutic aspects in ductus dependent congenital heart defects Part 1. Romanian Journal of Pediatrics
[Internet]. 2015. Available from: http://rjp.com.ro/articles/2015.3/Pedia_Nr-3_2015_Art-2-en.pdf
10. Sharma M, Sasikumar M, Karloopia SD, Shahi BN. Prostaglandin in congenital heart disease. MJAFI. 2001;57:134 8.

CDK-256/ vol. 44 no. 9 th. 2017 669

Anda mungkin juga menyukai