Anda di halaman 1dari 5

PENISTAAN AGAMA BERUJUGN POLITIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini Partai Politik di Indonesia semakin marak di kalangan masyarakat. Hal
ini membuktikan bahwa sistim politik di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Dalam
sejarah Indonesia, perkembangan sistim politik mengalamai pasang surut.
Seperti yang terjadi pada beberapa dekade terakhir ini. Publik di gegerkan lagi dengan mencuat
nya berita video yang dianggap penghinaan islam oleh Bapak Basuki Cahya Purnama (Ahok)
selaku gubernur DKI pada saat beliau berpidato dihadapan masyarakat di kepulauan seribu,
tepatnya pada Tanggal 27 September 2016 pada saat beliau kunjungan kerja ke daerah
kepulauan seribu.

Masalah ini mencuat sehingga menjadi berita hangat setelah di unggahnya penggalan video
pidato bapak gubernur tersebut di media sosial oleh Buni Yani.

1.2 Rumusan Masalah:


1. Bagaimana Kronologi Kejadian Kasus
2. Bagaimana Dampak Kejadian Kasus
3. Bagaimana Kelanjutan Kasus

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kronologis Kejadian Kasus
Jagat media sosial jadi riuh karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok), yang membahas penggunaan surat Al Maidah ayat 51, dalam suasana menjelang
Pemilihan Gubernur DKI 2017.
Sekadar catatan, ayat itu memang kerap menjadi materi kampanye untuk mengarahkan warga
muslim DKI agar tidak memilih Ahok. Semisal ketika dipakai Hizbut Tahrir Indonesia dan
Gema Pembebasan dalam kasus video #TolakPemimpinKafir, beberapa waktu silam.
Adapun pernyataan Ahok yang jadi sorotan termuat dalam pidatonya di hadapan warga
Kepulauan Seribu, pekan lalu (27/9).
Saat itu, Ahok menjelaskan program kerja sama Pemerintah Provinsi DKI dan Sekolah Tinggi
Perikanan (STP) Jakarta dalam bidang perikanan--termasuk memberikan bantuan 4.000 benih
ikan kerapu.
Dalam pidatonya, Ahok menjelaskan bahwa warga tak perlu takut soal kelanjutan program
bantuan itu, bila dirinya tak terpilih dalam Pilgub DKI 2017. Lebih kurang, Ahok menjamin
program itu akan tetap berjalan, apa pun hasil Pilgub kelak.
"Jadi enggak usah pikiran. 'Akh! Nanti kalau enggak kepilih, pasti Ahok programnya bubar'.
Enggak! Saya masih terpilih (menjabat) sampai Oktober 2017," kata Ahok.
Setelahnya, terseliplah pernyataan dia soal penggunaan surat Al Maidah ayat 51 jelang Pilgub
DKI 2017.
"Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu enggak pilih saya.
Dibohongin pakai surat Al Maidah ayat 51, macam-macam itu. Itu hak bapak ibu."
Pernyataan itulah yang jadi bola liar di jagat daring.

B. Dampak Kejadian Kasus

Dampak pertama dari kasus tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai demostrasi yang
sangat berdampak terhadap pilkada DKI Jakarta yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat,
salah satunya adalah gerakan 4 november yang bertujuan untuk meminta presiden Jokowi
agar menangkap Ahok karena telah menista agama dan melanggar pasal 156 KUHP.
Pengamat politik dari Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo memiliki pandangan
tersendiri. Ia meyakini aksi 4 November nanti dimotori oleh gerakan-gerakan politik.
Gerakan untuk menjatuhkan lawan agar kandidat yang mereka usung bisa memenangkan
persaingan yang seakan terlihat baik-baik saja.

"Isu SARA (Suku, Agama, Ras, Antargolongan) muncul di tengah proses pilkada
berlangsung. Sulit untuk mengatakan gerakan 4 November mendatang tidak ada
hubungannya dengan pilkada. Ini ada korelasi dengan pilkada, meskipun belum ditemukan
secara langsung," kata Karyono saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com.

Indikasi terlibatnya politik dalam aksi 4 November mulai terlihat ketika Ketua Front
Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab mengunjungi Dewan Perwakilan Rakyat.
Kedatangan Rizieq diterima oleh Wakil ketua DPR Fadli Zon. Dalam pertemuan itu ia
mendesak DPR mengawal penuntasan perkara dugaan penistaan agama oleh Ahok yang
berjalan di Bareskrim Polri.

DPR sendiri tak memiliki wewenang untuk mengawal laporan yang sudah masuk ke
Bareskrim. Bareskrim akan menangani kasus yang dilaporkan sesuai dengan aturan mereka.
Itulah yang membuat orang berpikir kunjungan Habib Rizieq ke DPR hanya kepentingan
politik belaka.

Dampak yang kedua adalah ketua YLBHI, Asfinawati, berpendapat vonis tersebut 'akan
sangat menakutkan' bagi kelompok minoritas untuk bersuara dan mungkin membuat mereka
berpikir ulang untuk masuk dalam proses politik, pilkada, atau pemilihan presiden. Terlepas
dari dampaknya tersebut, Asfinawati juga berpendapat keputusan hakim yang menyatakan
Ahok terbukti melakukan penodaan agama bisa menjadi preseden yang buruk sekaligus
menunjukkan langkah mundur yang luar biasa.

D. Kelanjutan Terkini Kasus

Setelah demo pada tanggal 04 Bulan Nopember kemarin kepolisian menindak lanjuti dan
menetapkan Bpk. Basuki Cahya sebagai tersangka, dan Gelar perkara terkait kasus dugaan
penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan
dilakukan pada Selasa (15/11/2016) di ruang rapat utama (rupatama) Mabes Polri.

Gelar perkara akan dilakukan secara terbuka terbatas, mengingat kapasitas ruangan.
Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto mengatakan, gelar perkara
akan menentukan kelanjutan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok.
"Kalau tindak pidana akan ditindaklanjuti oleh penyidik," kata Ari di kantor Bareskrim di
kompleks Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Jumat (11/11/2016).
Dalam gelar perkara, pihaknya akan mengundang para pelapor dan terlapor. (Baca: Gelar
Perkara Kasus Ahok, Bareskrim Undang Pihak Pelapor dan Terlapor)
Ari menuturkan, gelar perkara akan dilaksanakan selama satu hari. Selesai gelar perkara, kata
dia, penyidik akan melakukan analisis.
"Selesai gelar perkara, lalu kami analisis secepatnya. Nanti kalau sehari selesai, Rabu besoknya
bisa diketahui dan disampaikan," ucap Ari.
(Baca: Kabareskrim: Gelar Perkara Ahok Terbuka Terbatas Selasa Pekan Depan)
Ari menyebutkan, gelar perkara akan menghadirkan 34 saksi ahli dari kedua belah pihak. Saat
ini, lanjut Ari, pihaknya sedang menyusun hasil wawancara dari berbagai pihak.
Gelar perkara terbuka untuk kasus Ahok diungkap Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian seusai
bertemu Presiden Joko Widodo. Jokowi pun mengakui memerintahkan Polri untuk melakukan
gelar perkara terbuka.
Kepolisian lalu menelaah keabsahan gelar perkara terbuka. Hingga akhirnya, Komjen Ari Dono
mengungkap bahwa gelar perkara akan dilakukan terbuka terbatas. Hingga pada saat ini di
tahun 2017 kasus itu masih berlanjut dan pada akhirnya berujung pada keputusan hakim untuk
memponis ahok terbukti sah dan menyakinkan melakukan penodaan agama sehingga ahok di
jatuhi hukuman penjara dengan masa tahanan selama dua tahun.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kisruh yang terjadi antara gubernur DKI. Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan
DPRD DKI. Jakarta. Seharusnya disikapi dengan kepala dingin sehingga tidak menimbulkan
respon-respon yang kurang baik dari masyarakat. Pergulatan politik yang mereka suguhkan
kepada masyarakat sebaiknya tidak meninggalkan etika dalam berpolitik. Etika politik
merupakan bentuk perwujudan dari nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan tangung
jawab atas realitas kehidupan. Realitas politik diupayakan untuk menggunakan konsep dan
pengkolaborasian antara ilmu dan kenyataan secara mendalam yang berlandaskan pandangan
syariat Islam dan berdasarkan wawasan Al-Quran. Islam menetapkan etika dalam berpolitik
pada aspek institusi dan individunya menjadi empat nilai dasar, yakni : musyawarah,
persamaan, keadilan, dan kebebasan.

B. Saran
1. sebaiknya kepentingan politik dan agama itu dipisahkan agar tidak menimbulkan
perpecahan dengan mengatasnamakan agama.
2. sebaiknya orang yang berkecimpung dalam dunia politik tidak seharusnya saling
memprovokasi dan saling intervensi agar tidak terjadi kontra.
3. Selalu bijaksana dalam segala situasi dan kondisi.
Kita sebagai warga negara Indonesia yang sudah lama merdeka jangan mudah di
goyahkan akan sesuatu yang belum pasti kebenarannya. Kita harus mencari sendiri
kebenarannya. Yang benar harus selalu kita dukung tanpa memandang ras, agama,
sukunya dan yang salah harus kita perbaiki demi kepentingan bersama.

4. Selalu menjaga perkataan.


Sebagai pemimpin atau pun warga negara harus tetap menjaga perkataan. Sebelum
kita mengucapkan sesuatu harus kita pikirkan terlebih dahulu. Kita harus tetap ingat
kalau negara kita ini adalah negara yang majemuk.

Anda mungkin juga menyukai