Bab I, V, Daftar Pustaka
Bab I, V, Daftar Pustaka
(Studi Komparatif)
SKRIPSI
Oleh:
JAINUL ARIFIN
09510009
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
MOTTO
(Nietzsche)
carilah!
(surat Nietzsche kepada ibunya yang di kutip St. Sunardi dari Hollingdale)
Barang siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. Tiap-
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan karunianya, sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Rasul Muhammad SAW. beserta keluarga, para sahabat, dan semoga
Dalam proses penulisan skripsi ini, tentunya banyak bantuan dari pihak
lain. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan setulus-
tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asyarie, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga.
dan Pemikiran Islam. Bapak Dr. H. Zuhri, S.Ag., M.Ag. selaku ketua
vi
4. Segenap dosen dan tenaga pengajar jurusan Filsafat Agama, dan
Kalijaga Yogyakarta.
mendukung.
perbaikan. Akhirnya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
setulus-tulusnya.
Penulis
Jainul Arifin
vii
ABSTRAK SKRIPSI
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
ix
BAB IV ANALISA KONSEP KEHENDAK MANUSIA NIETZSCHE DAN
MU`TAZILAH .................................................................................................. 149
LAMPIRAN........................................................................................................ 171
x
PENDAHULUAN
kemauan, keinginan dan harapan yang sangat keras.1 Dalam konsep kehendak
makna yang tidak hanya memiliki kemauan atau keinginan yang sangat besar,
akan tetapi tersimpan juga makna Action dan Bebas. Action yang berarti
melakukan atau tindakan, sehingga tidak hanya berharap akan datangnya sesutau,
tetapi terus berusaha dan tidak mudah puas. Sedangkan Bebas adalah, memiliki
makna tidak terikat atau tergantung oleh sesuatu. Akan tetapi, Konsep Kehendak
seluruh kehidupan sosial masyarakat, dan pada perempuan juga lah tidak dapat di
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pusat Bahasa, 2008), hlm. 518.
1
2
adalah wakil seluruh kehidupan sosial masyarakat, maka dalam tulisan ini, seperti
yang ditulis oleh Nietzsche bahwa perempuan adalah tahbisan dari Gereja.3
Perempuan adalah seorang yang pandai memainkan seni topeng,4 dan mereka
senang memoles topeng tersebut supaya kelihatan indah atau cantik, serta mereka
sembunyikan dari lawan jenis mereka dan mereka hanya ingin lawan jenisnya
senang melihatnya.
Apa kebenaran bagi perempuan? Dari awal, tidak ada yang lebih asing,
menjijikan dan musuh bagi perempuan dari pada kebenaran seni
agungnya adalah kebohongan, perhatian tertingginya adalah semata-
mata penampilan dan kecantikan.5
2
Peter Levine, Nietzsche;Potret Besar Sang Filsuf (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.
266.
3
Friedrich Nietzsche, Beyond Good and Evil; Prelude Menuju Filsafat Masa Depan, terj.
Basuki Heri Winarto (Yogyakarta: Ikon Teraliter, cetakan pertama: oktober 2002), No. 50, hlm.
61.
4
Peter Levine, Nietzsche;Potret Besar Sang Filsuf (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.
267.
5
Peter Levine, Nietzsche;Potret Besar Sang Filsuf (Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm.
267.
3
senang diatur oleh sesuatu dari luar dan mereka menyembunyikan atau bahkan
sendiri sebagai penggerak aristokrasi tersebut,8 atau dengan kata lain, setiap
Bertrand Russell tidak senang dengan filsafatnya Nietzsche, namun dia ingin
mengatakan bahwa menurut Nietzsche, untuk bisa maju, sistem aristokrasi adalah
6
Friedrich Nietzsche, Sabda Zarathustra ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), No. 16,
hlm. 120.
7
Friedrich Nietzsche, Sabda Zarathustra ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), No. 15,
hlm. 118.
8
Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; kaitannya dengan sosio-politik zaman kuno
hingga sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 1001.
4
menurutnya hidup ini adalah kenyataan, bukan ilusi. Oleh sebab itu, dengan
akan bahagia apabila mengetahui makna hidup dan optimis terhadapnya. Di dalam
bukunya St. Sunardi, dia menulis bahwa menurut Nietzsche, hakikat dari hidup,
bahkan secara tidak langsung hakikat dari semua yang ada di alam adalah
kehendak untuk berkuasa.9 Selain itu, St. Sunardi juga menulis bahwa, Nietzsche
mendifinisikan hidup sebagai sejumlah kekuatan yang disatukan oleh suatu proses
kekuatan sebelumnya yang berusaha saling berkuasa, menonjolkan diri, dan saling
melawan.10 Dengan kata lain, Manusia hidup di dalam dunia dan berdampingan
kekuatan lain tersebut yang akan menguasai kita. Jika kita tidak menjadi subjek,
maka kita akan dijadikan objek. Potensi kehendak tersebut, setidaknya dapat
kehendak yang ada, maka diri tersebut akan pasif, atau yang biasa dikenal dengan
Nietzsche sendiri yang berjudul Sabda Zarathustra, tidak heran kalau dia sangat
menekankan tentang eksistensi manusia dalam kehidupan, karena dia ingin setiap
9
St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 60.
10
St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 71.
5
individu mengetahui atau sadar eksistensi mereka hidup di dunia ini, yaitu siap
dianggap sebagai petaka. Oleh sebab itu, Nietzsche berseru kepada setiap orang
bahwa Tuhan sudah mati, karena menurut Nietzsche, dengan kematian Tuhan
yang selama ini dibuat sebagai patokan nilai yang absolute, sehingga diharapkan
tanpa bersandar pada nilai Agama, akan tetapi bersandar pada potensi diri sendiri.
absolute, seperti Moral dan Filsafat, yang kritikannya tersebut mengarah kepada
untuk apa?12 Sehingga dengan adanya keadaan yang Nietzsche sebut Nihilisme,
maka dia ingin memberikan solusi yaitu kembali ke Kehendak setiap individu
yang mempunyai arah dan tujuan. Karena Kehendak tidaklah sama dengan
11
St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 22.
12
St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 22.
6
sikap dorongan yang ada untuk mewujudkan arah dan tujuan, atau ringkasnya
bahwa ada lima dasar ajaran aliran Mu`tazilah, yaitu: Al-tauhid, Al-`adl, Al-wa`d
menjaga ke-Eksistensian Allah sebagai Tuhan, supaya tidak ada kesalah pahaman
memperkuat dalil Al-Qur`an. Jadi, menurut aliran ini, akal tidak mungkin
berlawanan dengan syariat Islam.16 Seperti yang ditulis oleh Harun Nasution
Mu`tazilah, dia menulis bahwa agama diturunkan Allah kepada akal, karena akal-
13
Linda Smith dan William Raeper, Ide-Ide Filsafat dan Agama; Dulu dan Sekarang
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), hlm. 130.
14
Akhmad Santosa, Nietzsche Sudah Mati (Yogyakarta: Kanisius, 2013), hlm. 128.
15
M. Amin Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, (ed), Sejarah Pemikiran Islam; Teologi~Ilmu
Kalam (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm. 76.
16
M. Amin Nurdin, Afifi Fauzi Abbas, (ed), Sejarah Pemikiran Islam; Teologi~Ilmu
Kalam (Jakarta: AMZAH, 2012), hlm. 59.
7
lah yang mampu menerimanya, sehingga akal-lah yang dimuliakan oleh Allah,
akal-lah yang dapat perintah atau di tunjuk Allah untuk menerima tugas yaitu
dipasrahkannya tugas tersebut kepada akal, maka semua keputusan atau tindakan
terserah pada akal, akal mau amanah dengan tugas tersebut atau tidak, dan inilah
yang disebut dengan Kehendak Manusia. Menurut aliran ini, yaitu Mu`tazilah,
aliran Mu`tazilah, maka secara tidak langsung akan membicarakan tentang ke-
adil-an Tuhan dan akan terkait dengan ajaran-ajaran aliran Mu`tazilah yang
lainnya, salah satunya adalah ajaran tentang janji dan ancaman. Menurut tulisan
dari Sahilun A. Natsir, yang dimaksud dengan Keadilan disitu ialah meletakkan
tanggung jawab terhadap segala perbuatan manusia. Jadi, Tuhan bebas atau tidak
dapat sanksi atas segala perbuatan manusia. Tuhan hanya memberikan perintah
dan larangan, selebihnya terserah manusia mau menolak atau menerima perintah
dan larangan tersebut, karena Tuhan telah memberikan kekuasaan atau kehendak
dalam ajaran tentang janji dan ancaman tersebut, kaum Mu`tazilah sangat yakin
terhadap janji Tuhan yaitu berupa pahala dan siksa, dan Tuhan tidak mungkin
17
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu`tazilah (Jakarta: UI-
Press, 1987), hlm. 45-46.
18
Sahilun A. Natsir, Pemikiran Kalam (Toelogi Islam); Sejarah, Ajaran, dan
Perkembangannya (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 169-170.
19
Ahmad Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam) (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), hlm. 49.
8
kuasanya, dan membekalinya dengan akal serta wahyu kepada manusia, setelah
itu Tuhan berjanji akan menilai hasil perbuatan manusia dengan imbalan Pahala
Tuhan juga menciptakan hukum alam, sehingga antara manusia dan hukum alam
tidak dapat dipisahkan, karena manusia hidup di dalam hukum alam. Dan
terkadang, kekuatan hukum alam lebih besar dari pada kehendak manusia,
sehingga mau tidak mau, kehendak manusia harus mengikuti hukum alam
tersebut. Misalnya seperti yang dicontohkan oleh Harun Nasution, ada suatu hal-
hal yang diluar kehendak manusia, yaitu seperti awal kehidupan manusia dan ahir
atau kematian manusia. Karena itu semua merupakan sesuatu yang terjadi bukan
atas dasar kesadaran dan kemauan manusia. Manusia pertama kali hidup, dia tidak
sadar kalau dirinya hidup, atau dia tidak sadar keberadaan dia di atas dunia,
karena itu bukan kemauan atau kehendaknya, akan tetapi ada proses atau sebab
akibat yang menyebabkan dirinya hidup di dunia. Begitu juga dengan kematian,
kebanyakan orang mengaharapkan umur panjang, bahkan kalau bisa kekal di atas
dunia untuk menikmati kehidupan, akan tetapi mau tidak mau kematian akan
datang juga. Oleh sebab itu, manusia selalu dilingkungi dengan hukum-hukum
alam yang diciptakan oleh Tuhan.20 Jadi, secara tidak langsung, menurut kaum
Mu`tazilah seperti yang ditulis oleh Harun Nasution, manusia adalah mahluk
hubungannya dengan Tuhan sedikit pun, semua tergantung kepada setiap subjek
kebebasan berkehendak tersebut terikat dengan hukum alam atau sunnah Allah
yang telah diciptakan Tuhan. Manusia tidak dapat melanggar atau merubah
Maka dalam penelitian ini, peneliti ingin lebih memfokuskan pada konsep
terhadap agama. Setelah itu akan dibandingkan dengan pemikiran dari aliran
Mu`tazilah yang notabene dilandaskan atas dasar agama. Jadi, pemikiran dari
Nietzsche.
Mu`tazilah adalah, karena keduanya mempunyai pengaruh atau jasa yang besar
pada masanya masing-masing. Nietzsche yang hidup pada tahun 1844 1900,
10
Islam, yaitu salah satunya mencegah pemahaman atau sikap pasrah diri dalam
itu dengan berfikir bebasnya telah menjadikan peradaban Islam menjadi maju atau
21
St. Sunardi, Nietzsche (Yogyakarta: LKiS, 2011), hlm. 18.
22
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam; Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, cetakan ke 24, maret 2013), hlm. 57.
11
B. Rumusan Masalah
aliran Mu`tazilah?
D. Kajian Pustaka
Dalam kajian atau telaah pustaka, penulis melihat bahwa, belum ada buku
atau skripsi yang membahas tentang studi komperatif konsep kehendak Nietzsche
dan Mu`tazilah seperti judul yang ada di atas. Walaupun ada yang membahas
akan tetapi pada konsep ateisnya, seperti judul skripsinya Nuril Hidayati yaitu,
bagaimana pandangan seorang ateis seperti Nietzsche dan J.P. Sarter dalam
melihat sebuah agama.23 Ada juga yang membahas tentang konsep manusia
unggulnya Nietzsche dengan filsafat pendidikan islam.24 Selain itu, ada juga
Nietzsche Terhadap Metafisika Dalam Pemikiran Filsafat Barat.25 Adapun isi dari
skripsi tersebut adalah, secara garis besar menurut tulisan dan pendapat Anik
23
Nuril Hidayati, Kebertuhanan Manusia Dalam Filsafat Eksistensialisme Ateis F.
Nieizsche Dan J.P. Sarter, Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003.
24
Puji Utomo, Manusia Unggul Menurut Friedrich Nietzsche (Tinjauan Filsafat
Pendidikan Islam), Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2010.
25
Anik Karimuloh, Kritik Nietzsche Terhadap Metafisika Dalam Pemikiran Filsafat
Barat, Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003.
13
Nietzsche misalnya buku yang berjudul Nietzsche Sudah Mati, yang ditulis oleh
pemikiran Indonesia. Selain itu, ada juga contoh buku lain yang membahas
masih banyak lagi buku-buku lain yang memaparkan pemikiran Nietzsche, akan
tetapi belum ada yang membahas tentang pemikiran kehendak Nietzsche yang
tentang timbulnya ilmu kalam, yang didalamnya ada beberapa penjelasan tentang
aliran-aliran yang muncul serta pemikirannya secara garis besar, seperti buku
yang berjudul Sejarah Pemikiran Islam, Teologi~Ilmu Kalam, yang di editori oleh
M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, dan buku Teologi Islam, Aliran-Aliran
Sejarah Analisis Perbandingan, yang ditulis oleh Harun Nasution. Kedua buku
tersebut, kurang lebih memiliki isi yang sama, yaitu menjelaskan suatu aliran-
aliran teologi islam dan kemudian memberikan gambaran secara umum mengenai
pemikiran-pemikirannya.
14
E. Metode Penelitian
notabene tokoh ataupun pendiri-pendiri aliran tersebut sudah hidup dan terlewati
beberapa tahun yang lalu. Oleh sebab itu, didalam melakukan penelitian ini tidak
bisa lepas dari dokumen atau buku-buku yang membahas tentang fokus kajian
tersebut. Sehingga, penelitian ini bisa juga disebut dengan penelitian pustaka
Secara umum, metode penelitian dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
menggunakan Data Primer, yaitu referensi buku yang berjudul Beyond Good and
Evil; Prelude Menuju Filsafat Masa Depan (Yogyakarta: Ikon Teraliter, cetakan
cetakan pertama: februari 1998), untuk fokus kepada konsep kehendak manusia
26
Winarno Surakhmad, pengantar penelitian ilmiah; dasar, metode dan teknik (Bandung:
TARSITO, 1994) hlm. 132.
27
Munir Che Anam, Muhammad SAW dan Karl Marx (Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR, 2008) hlm. 64-65. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
mencontoh metode dalam buku Muhammad SAW dan Karl Marx, karena mempunyai persamaan
dalam penelitian, yaitu studi komparatif.
15
(Jakarta: UI-Press, 1986), bukunya M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, (ed),
RAMA, 1985), dan bukunya Nashr Hamid Abu Zaid, Menalar Firman Tuhan;
a. Deskriptif
b. Analitik
c. Komparatif
16
F. Sistematika Pembahasan
tentang konsep kehendak Nietzsche dan aliran Mu`tazilah serta fokus yang akan
diteliti, dan langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan, yaitu seperti latar
sistematika pembahasan.
Bab III, membahas asal usul atau sejarah terbentuknya aliran Mu`tazilah
Bab IV, sebagai inti pembahasan yang berisi analisa tentang penjabaran
Mu`tazilah.
A. Kesimpulan
Atas dasar uraian dalam bab dan sub bab tersebut dapat diberikan
dasarnya setiap sesuatu adalah nihilisme atau kosong dari nilai, dan
tuannya, selalu disetir atau dikendalikan oleh sesuatu yang ada di luar
161
162
dan dunia selalu dalam keadaan menjadi. Oleh sebab itu, menurut
hidupnya.
aliran Mu`tazilah seperti yang telah diuraikan dalam bab dan sub bab
janji dan ancamannya, juga hukum alam atau sunnah Allah yang telah
diciptakannya.
mengetahui cara berterima kasih kepada Tuhan. Oleh sebab itu Tuhan
kepada Tuhan, dan di saat itulah keadilan Tuhan berjalan. Tuhan akan
sebab itu dengan adanya pahala dan siksa atau janji dan ancaman yang
Selain itu hukum alam atau sunnah Allah juga telah membatasi
dengan hukum alam atau snnuah Allah yang berbeda-beda, dan semua
bentuk dan daya atau sunnah Allah dari setiap ciptaannya, kemudian
Tuhan lepas tangan atau tidak ikut campur lagi terhadap gerak atau
hukum alam atau sunnah Allah, maka kehendak manusia tersebut akan
dalam bab dan sub bab tersebut dapat disimpulkan Persamaan dan Perbedaannya
sebagai berikut:
Persamaan
Perbedaan
Manusia tidak dapat merubah atau pun melanggar sunnah Allah. Jika
B. Saran-saran
Nietzsche dan aliran Mu`tazilah di atas, dapat dijadikan sebagai bahan renungan
entah itu panca indra, naluri, atau pun fasilitas yang lainnya, itu semua tentu tidak
sia-sia. Begitu juga yang dimaksud dengan Nietzsche dalam kritikannya terhadap
nalurinya sendiri, atau menyiksa diri dalam hidup. Maksud dari kritikan Nietzsche
167
hidup sesuai dengan naluri. Begitu juga menurut kaum Mu`tazilah dalam
Karena manusia telah dibekali akal, yang dapat mengetahui mana yang baik dan
mana yang buruk. Selain itu manusia juga telah dibekali oleh wahyu, yaitu
ditentukan oleh kita sendiri, yaitu mau diarahkan kemana kehidupan kita. Oleh
sebab itu, hidup harus memiliki tujuan, dan ketika sudah mempunyai tujuan, maka
harus diperjuangkan tujuan tersebut. Menurut Nietzsche kita harus menjadi jiwa-
jiwa kreatif, sehingga tidak hanya menjadi sebagai pengikut, dan kita harus
ketinggian yang kita inginkan. Karena hidup kita, ada di tangan kita. Seperti
menurut aliran Mu`tazilah, Tuhan tidak ikut campur atas perbuatan manusia, atau
tidak mungkin orang jadi sukses tanpa ada usaha dari orang itu sendiri. Manusia
A. Natsir, Sahilun. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: CV. Rajawali. Oktober 1991.
Che Anam, Munir. Muhammad SAW dan Karl Marx. Yogyakarta: PUSTAKA
PELAJAR. 2008.
Deleuze, Gilles. Filsafat Nietzsche, terj. Basuki Heri Winarno. Yogyakarta: Ikon
Teralitera. 2002.
Hamid Abu Zaid, Nashr. Menalar Firman Tuhan; Wacana Majas dalam al-
Qur`an menurut Mu`tazilah. terj. Abdurrahman Kasdi dan Hamka Hasan.
Bandung: Mizan. cetakan I. April 2003.
168
169
Maulana, Achmad dkk. Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Dengan EYD Dan
Pembentukan Istilah Serta Akronim Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Absolut. 2009.
Nietzsche, Friedrich. Ecce Homo; Lihatlah Dia, Terj. Omi Intan Naomi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. cetakan pertama: februari 1998.
-------- Beyond Good and Evil; Prelude Menuju Filsafat Masa Depan. terj. Basuki
Heri Winarto. Yogyakarta: Ikon Teraliter. cetakan pertama: oktober 2002.
Nurdin, Amin M. Fauzi Abbas, Afifi. (ed), Sejarah Pemikiran Islam; teologi~ilmu
kalam. Jakarta; AMZAH. 2012.
Smith, Linda. Raeper, William. Ide-Ide Filsafat dan Agama, Dulu dan Sekarang.
Yogyakarta: Kanisius. 2004.
Sul-Teng
Agama : Islam
tahun 2008
171