KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Alamat : Bumiharja 1 / 1
MRS : 16 Oktober 2017
Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama
Kejang
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Suradadi rujukan dari puskesmas Tarub
dengan keluhan kejang 1x di rumah, Kejang seluruh tubuh. Mata melirik
keatas dan mulut mengeluarkan busa. Kejang kira-kira 15 menit. Selain
kejang pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan mual.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya pernah dirawat karena keluhan seperti ini sekitar 3
tahun yang lalu
Riwayat penyakit keluarga
Keluhan yang sama dalam keluarga di akui yaitu ayah pasien
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya untuk keluhan
yang sekarang, namun tidak pernah kontrol
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan,
makanan dan cuaca.
II. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemas, kesadaran compos mentis,
Tensi 140/80 mmHg
1
frekuensi nadi 130 kali/menit
pernapasan 22 kali/menit
suhu 36,8oC
SpO2 100%
2
Trombosit 213 x 103/mm3 150.000 450.000/mm3
IV. Diagnosis
Epilepsi
Gastritis
V. Penatalaksanaan
Terapi IGD
Inf RL 20 tpm
O2 3 lpm nasal kanul
Inj Prosogan 2 x 30 mg
Inj Diazepam 30 mg bolus ( ekstra )
Asam valproat syr 3 x 1 cth
VI. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
3
Follow up (17 Oktober 2017)
S O A P
Kejang (-) KU/Kes: S.sedang/CM Epilepsi IVFD RL 20 tpm
Gastritis
Nyeri ulu Tensi : 120 / 80 O2 nasal kanul 3 lpm
hati (+) RR: 21 x/menit Prosogan 30 mg / 2 jam
Pusing (+) HR: 86 x/menit IV
Spo2: 100% Diazepam 1 amp IV
Suhu 36,0C bolus pelan jika kejang
Mata: ca -/-, SI-/- PO :
Thorax: Cor BJ1=2 reg Sucralfat syr 3x10 cc
Pulmo VBS +/+, Rh-/-, Asam valproat syr 3x1
Wh -/- cth
Abd: supel, NTE + Fenobarbital tab 2 x 30
mg
4
Follow up (18 oktober 2017)
S O A P
Kejang (-) KU/Kes: S.sedang/CM Epilepsi IVFD RL 20 tpm
Gastritis
Nyeri ulu Tensi : 120 / 80 O2 nasal kanul 3 lpm
hati (+) RR: 20 x/menit Prosogan 30 mg / 2
Pusing (+) HR: 84 x/menit jam IV
Spo2: 100% Diazepam 1 amp IV
Suhu 36,2 C bolus pelan jika
Mata: ca -/-, SI-/- kejang
Thorax: Cor BJ1=2 reg PO :
Pulmo VBS +/+, Rh-/-, Sucralfat syr 3x10 cc
Wh -/- Asam valproat syr
Abd: supel, NTE - 3x1 cth
Fenobarbital tab 2 x
30 mg
Braxidin tab 3 x 1
5
Follow up (19 oktober 2017)
S O A P
Kejang (-) KU/Kes: S.sedang/CM Epilepsi IVFD RL 20 tpm
Gastritis
Nyeri ulu Tensi : 110 / 70 O2 nasal kanul 3 lpm
hati (-) RR: 20 x/menit Prosogan 30 mg / 2
Pusing (-) HR: 78 x/menit jam IV
Spo2: 100% Diazepam 1 amp IV
Suhu 36,4 C bolus pelan jika
Mata: ca -/-, SI-/- kejang
Thorax: Cor BJ1=2 reg PO :
Pulmo VBS +/+, Rh-/-, Sucralfat syr 3x10 cc
Wh -/- Asam valproat syr
Abd: supel, NTE - 3x1 cth
Fenobarbital tab 2 x
30 mg
BLPL
Obat pulang :
Asam valproat syr
3x1 cth
Fenobarbital 1x1
Sucralfat syr 3x10cc
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
2.2 . EPIDEMIOLOGI
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi,
sekitar lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi
lebih tinggi di negara berkembang. Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar
50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai 100/100,000.7
Di negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan
pengobatan apapun.8 Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
(262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun (81/100.000 kasus). 9 Menurut
Irawan Mangunatmadja dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
angka kejadian epilepsi pada anak cukup tinggi, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai
16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. 10
7
2.3. ETIOLOGI
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :11
2.4. KLASIFIKASI
8
a. Dengan gangguan kesadaran saja
b. Dengan automatisme
C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik,
tonik atau klonik)
1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,
dan berkembang menjadi kejang umum
B. Simptomatik
o Lobus temporalis
o Lobus frontalis
o Lobus parietalis
o Lobus oksipitalis
9
II. Epilepsi Umum
A. Idiopatik
Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal
convulsions
Benign myoclonic epilepsy in infancy
Childhood absence epilepsy
Juvenile absence epilepsy
Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
Epilepsy with grand mal seizures upon awakening
Other generalized idiopathic epilepsies
C. Simtomatik
Etiologi non spesifik
Early myoclonic encephalopathy
Specific disease states presenting with seizures
2.5. PATOFISIOLOGI
10
polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan
seluruh sel akan melepas muatan listrik.
11
Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. 2000
2.6 GEJALA
12
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang
jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik: terjaadi
kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air
besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin
akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam ini.14
2.7 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis
menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran,
meningitis, ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan
obat-obatan tertentu.
13
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:
- Pola / bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekueensi serangan
- Faktor pencetus
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi,
seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan
neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya
serangan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada
anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan,
organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal
gangguan pertumbuhan otak unilateral.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Elektro ensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan
pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis
epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis. Hasil EEG
dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan
umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau
metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.
1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer
otak.
2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya misal gelombang delta.
3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
14
gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara
paroksimal.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk
melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan
maka MRl lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI
bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu
terapi pembedahan.
2.8 TERAPI
Status epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan
pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun
kematian . Definisi dari status epileptikus yaitu serangan lebih dari 30 menit, akan
tetapi untuk penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10 menit
15
Algoritme manajemen status epileptikus
Tuju
an terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien. Prinsip
terapi farmakologi epilepsi yakni:
16
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat
diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka penghentian dimulai dari
satu OAE yang bukan utama
17
Obat ezogabine merupakan obat baru dan memiliki mekanisme kerja sebagai
pembuka saluran kalium, mengaktivasi gerbang saluran kalium di otak. Akan tetapi
mekanisme unik ini memiliki beberapa efek toksik yang biasanya tidak terdapat pada
obat kejang lainnya seperti retensi urin.Hal inilah yang menyebabkan US Food and
Drug Administration's (FDA's) masih mempertimbangkan obat ini.17
Pemilihan OAE pada pasien anak berdasarkan bentuk bangkitan dan sindrom
18
Obat epilepsi untuk anak
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.epilepsy.ca/eng/content/sheet.html
2. http://www.searo.who.int/LinkFiles/Technical_documents_Ment-134.pdf
3. Tjahjadi,P.,Dikot,Y,Gunawan,D. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In :
Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2005.
p119-127.
4. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder, Pediatric
Neurology: Essentials for General Practice. 1st ed. 2007
5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15816939
6. Octaviana F. Epilepsi. In: Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical
development and medical application. Vol.21 Nov-Des 2008. p.121-2.
7. http://www.who.int/mental_health/neurology/epilepsy_atlas_introdion.pdf
8. http://www.epilepsyfoundation.org/about/statistics.cfm
9. http://epilepsiindonesia.com/pengobatan/epilepsi-dan-anak/pahami-gejala-
epilepsi-pada-anak-2
10. http://www.epilepsysociety.org.uk/AboutEpilepsy/Whatisepilepsy/Causesofep
ilepsy
11. Shorvon SD. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes and
Therapy in Children and Adults.2nd ed. America: Blackwell Publishing Ltd.
2005
12. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit.
Ed: 6. Jakarta: EGC
13. Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.
14. Wilkinson I. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell Publishing. 2005
15. PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008
16. http://www.medscape.com/viewarticle/726809
17. Kliegman. Treatment of Epilepsy.Nelson Textbook of Pediatrics.
Philadelphia: Saundres Elsevier. 2008. 593(6)
21
22