Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Drosophila merupakan salah genus dari ordo Diptera, dimana hewan
ini sering digunakan sebagai model dalam pembelajaran genetika. Drosophila
dapat ditemukan hampir di berbagai tempat, karena Drosophila merupakan
salah satu anggota dari serangga yang memiliki keanekaragaman yang sangat
luas (Spellman, 2011). Menurut Warsini (1996), anggota dari marga
Drosophila ditemukan mulai dari dataran rendah hingga daerah pegunungan
dan dari tropis sampai daerah tundra.Daratansubur, gurun pasir, rawa, dan
savana merupakan habitat dari anggota Drosophila, tidak terkecuali daerah
hutan.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Widodo (1988) dan Corebima (1990) dalam Warsini (1996) yang dilakukan di
Kota Malang menemukan beberapa spesies Drosophila yang lain yaitu
diantaranya Drosopila (Scaptodrosophila) ellenae Bock dan Drosophila
(hirtodrosophila) sp.
Alasan pemilihan dan penggunaan Drosophila pada Penelitian yang
ingin dilakukan adalah karena Drosophila merupakan materi percobaan
genetika yang sangat mudah dikembangbiakan dikarenakan menurut Kimball
(2001) bahwa
1. Drosophila merupakan salah satu jenis serangga kecil, sehingga suatu
populasi yang besar dapat dipelihara dalam laboratorium,
2. Daur hidup sangat cepat, tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi
dewasa yang baru, lalat ini sangat subur yang betina dapat menghasilkan
ratusan telur yang dibuahi dalam hidupnya yang pendek itu.
3. Selain itu, Drosophiladapat menghasilkan 20 hingga 25 generasi tiap
tahun. Seekor Drosophila melanogaster dapat bertelur ribuan kali semasa
hidupnya.

1
4. Dhrosophila memiliki kromosom yang ukurannya relatif besar dan
jumlahnya hanya empat pasang.
5. Penanganan kultur Drosophila / lalat buah sangat mudah dilakukan karena
menggunakan media dengan komposisi bahan yang sederhana dan mudah
ditemui disekitar kita
Dari hal-hal yang dikemukakan oleh Kimball dan dengan
berkembangnya zaman, Peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
tentang identifikasi Drosophiladiberbagai tempat meliputi Kab. Malang, Kota
Malang dan Blitar. Oleh karena itu, kami mengambil judul penelitian
Identifikasi Spesies Lalat Buah Tangkapan Dari Kab. Malang,Kota Malang,
dan Blitar berdasarkan Ciri Morfologi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimanakah ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di daerah
Kab. Malang,Kota Malang, dan Blitar?
1.2.2 Apa saja spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah Kab.
Malang,Kota Malang, dan Blitar?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, maka dapat diketahui
tujuan dari penelitian ini yaitu:
1.3.1 Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di
daerah Kab. Malang, Kota Malang, Blitar
1.3.2 Untuk mengetahui spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah
Kab. Malang, Kota Malang, Blitar

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah :

2
1.4.1 Memberikan informasi kepada masyarakatumum mengenai ciri-ciri
morfologi Drosophila tangkapan yang ada di daerah Kab. Malang,Kota
Malang, dan Blitar
1.4.2 Memberikan informasi mengenai keberadaan jenis Drosophila yang ada
dan berkembang di daerah Kab. Malang,Kota Malang, dan Blitar kepada
Mahasiswa- mahasiswi sebagai bahan penelitian

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian yang kami gunakan dalam identifikasi ini adalah :

1.5.1 Drosophila hasil tangkapan dari daerah Kab. Malang,Kota Malang, dan
Blitar dianggap mewakili Drosophila di seluruh wilayah Kab.
Malang,Kota Malang, dan Blitar.

1.5.2 Umur Drosophila dan yang disilangkan dianggap sama.

1.5.3 Umur Drosophila tangkapan yang diamati dianggap sama.

1.5.4 Medium yang digunakan untuk mengembangbiakkan Drosophila


dianggap sama.

1.5.5 Kondisi lingkungan tempat mengembangbiakkan Drosophila,


diantaranya kelembapan, suhu, cahaya, dan lainnya dianggap sama.

1.6 Batasan Penelitian


Batasan penelitian yang ambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.

1.6.1 Bagian yang diamati dari Drosophila adalah bagian kepala, toraks,
abdomen, kaki, sayap, ada tidaknya sex-comb.

1.6.2 Ciri morfologi Drosophila yang diamati minimal adalah 50 ciri.

3
1.6.3 Sampel yang diamati adalah Drosophila jantan dan betina. Pengamatan
ciri morfologi yang dijadikan untuk identifikasi jenis hanya pada
Drosophila jantan.

1.7 Definisi Operasional


Berdasaran latar belakang diatas, definisi yang kami gunakan adalah
sebagai berikut.
1.7.1 Identifikasi adalah usaha penetapan keadaan tubuh atau ciri-ciri
morfologi dari lalat Drosophila sebagai dasar untuk mengenali dan
menetapkan nama jenis Drosophila.

1.7.2 Fenotip adalah usaha penetapan keadaan tubuh atau ciri-ciri morfologi
dari lalat Drosophila sebagai dasar untuk mengenali dan menetapkan
nama jenis Drosophila.

1.7.3 Sex-comb adalah sisir kelamin yang hanya dimiliki oleh individu jantan
1.7.4 Bristle adalah rambut pendek yang berfungsi sebagai organ sensoris.

1.7.5 Galur murni adalah populasi-populasi yang merupakan turunan murni


tanpa adanya variasi genetik yang berarti.

1.7.6 Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) yang
identik.

1.7.7 Heterozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang)
tidak identik (berlainan)..

1.7.8 Inbreeding adalah proses fertilisasi sendiri yang terjadi berulang-ulang


mengakibatkan efek pada perkawinan yang tidak acak.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Drosophila

Klasifikasi dari Drosophila ananassea menurut Strickberger (1962)


adalah sebagai berikut

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Drosophilidae
Genus : Drosophila

Drosophila merupakan salah satu jenis dari ordo Diptera yang


penyusun sebagian besar dari serangga.Spesies ini di Indonesia dikenal
sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar buah-buahan
yang sudah mulai membusuk. Jenis Drosophila atau Lalat buah yang sering
ditemukan di Indonesia dan Asia adalah lalat kikawai, malerkotliana, repleta,
hypocausta, dan imigran.

Drosophila merupakan jenis serangga biasa yang umumnya tidak


berbahaya dan merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Drosophila merupakan serangga yang mudah berkembang biak. Dari satu
perkawinan saja dapat dihasilkan ratusan keturunan, dan generasi yang baru
dapat dikembangkan setiap dua minggu. Karasteristik ini menunjukkan lalat
buah organisme yang cocok sekali untuk kajian-kajian genetik (Campbell,
2008). Serangga kecil ini memiliki kromosom kelamin seperti kromosom
kelamin pada manusia, yaitu XX untuk individu betina dan XY untuk individu
jantan.

5
Menurut Bock, IR(1992) marga Drosophila masih dibagi lagi menjadi
empat anak marga, yang anggotanya tersebar di seluruh benua. Keempat anak
marga tersebut dengan penjelasan ciri ciri dan beberapa contoh anggota
jenisnya adalah sebagai berikut :

2.1.1 Anak Marga Drosophila


a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral bristle pertama,
hampir selalu panjang oral bristle kedua sebesar bristle pertama, jika
vibrissa tunggal, carinanya besar dengan sulkus median yang
pendek.
b. Garis garis (pita pita) apical pada tergit abdomen anterior
terputus ditengah (tidak bersambung), pipi sering kali lebar, femur
depan dalam beberapa spesies mempunyai deret ventromedial
setulae yang berwarna hitam, kuat dan pendek (femoral comb).
2.1.2 Anak Marga Sophophora
a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral bristle pertama,
hampir selalu panjang oral bristle kedua sebesar bristle pertama, jika
vibrissa tunggal, carinanya besar dengan sulkus median yang pendek.
b. Garis garis (pita pita) pada tergit abdomen bersambung, pipi
biasanya sempit dan tidak mempunyai femoral comb.
2.1.3 Anak Marga Hirtodrosophila
a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak tidak bersulkus,
b. Prescutellar acrostical tidak membesar, bristel anterior dan tengah
steropleural, dan bristel orbital reclinat anterior, biasanya kecil dan
halus.
c. Femur depan tanpa deret ventromedial bristle yang seperti rambut
kusut.
2.1.4 Anak Marga Scaptodrosophila
a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak bersulkus.

6
b. Dengan 1, 2 atau semua (biasanya) dari karakter berikut : bristle
acrostical prescutellar yang membesar, bristle steropleural(anterior,
tengah dan posterior) semuanya besar dan ada bristel propleural.
2.2 Ciri-Ciri Morfologi Drosophila

Pada umumnya ciri ciri morfologiyang digunakan unuk


mengdentifkasiDrosophila melanogasterdiantaranya dapat diketahui pada
bagian-bagian penyusun tubuh Drosophiladiantaranya adalah sebagai
berikut:

2.2.1 Kepala

Menurut Bock, IR. (1976) dalam Warsini (1996), menyebutkan


beberapa ciri-ciri yang digunakan untuk proses identifikasi Drosophila,
antara lain:

a. Perbandingan antara bagian pipi terlebar dengan diameter mata


terbesar.

b. Perbandingan antara lebar kepala bagian dorsal dengan panjang


kepalabagian dorsal.

c. Bulu arista, ocellar, oral, orbital, dan bulu vertikal.vitta frontalis,


pseudopupil, Rambut vibrissa pada posterior mulut, fossa sungut,
sepasang buku postvertical, buku ocellar, gena, bulu anterior vertical,
mata tunggal berjumlah 3, first oral bristle, second oral bristle, pada
oral bristle pertama ukurannya lebih panjang dari oral bristle ke 2,
warna bristle lebih hitam daripada rambut,terdapat rambut vertical
bagian dalam, arista plumose dan arista bercabang, rambut-rambut
fronto orbital, lunula frontalis , sutura frontalis, keeping genovertikel,

d. Carina terletak diantara antenna. Bentuk dan tingkat perkembangan


carina bervariasi dari tidak ada sampai berbagai tingkat penonjolan
(kurang, sedang dan sangat menonjol).

7
e. terdapat sungut yang memiliki 2 segmen, proboscis yang bertipe
penghisap, rambut mata tunggal, ,mata majemuk yang berfaset, serta
bukka.

Gambar 2. 1 Ciri morfologi kepala. (Kiri) kepala tampak lateral. (Kanan)


kepala tampak dorsal.(AR, arista;IV, inner vertical bristle;OI,
proclinate orbital bristle;O2 anterior reclinate orbital
bristle;O3, posterior reclinate bristle;OC, ocellar bristle;OV,
outer vertical bristle;VI, oral bristle (vibrissa); V2, second oral
bristle; PV, post vertical bristle).

(Sumber: Bock,1976).

2.2.2 Thoraks
Ciri-ciri morfologi yang digunakan dalam klasifikasi adalah :
a. Jumlah deret bulu acrostical terletak didepan, antara deret
dorsocentral.
b. Sterno-index, yaitu perbandingan antara panjang bristle SP1
sampai dengan SP3.
c. Bulu prescutelar, scutellar (rambut anterior scutellar, rambut
posterior scutellar), propleural, spasang scutum humeral,
presutunal, notupleural(anterior notopleural, posterior
notopleural),bulusupralar, stenopleural midle bristle,
stenopleural posterior bristle, sepasang halter, anterior
dosrsosentral bristle, posterior dorsosentral bristle

8
Gambar 2.2 Aspek Morfologi Dada: (kiri), dada tampak dorsal. (kanan),
thoraks tampak lateral. (ADC, anterior dorsosentral; PDC,
posterior dorsocentral; PS, prescutellar; ASC, anterior scultellar;
PSC, posterior scultellar; H1, H2, humeral; MP, mesopleuron;
NP1, NP2, notopleural; PP, propleural; PS, presutural; SA1;
SA2, supra-alar bristle; SP1;SP2;SP3, anterior, tengah, dan
posterior sternopleural) bristle; 1,2,3, posisi kaki depan, tengah,
dan belakang) (Sumber : Bock, 1976).

2.2.3 Abdomen
Pada bagian abdomenDrosophila rata-rata terdiri dari 5
segmen, ada yang memilikibintik tidak merata pada segmen,
rambut-rambut halus yang menyelubungi seluruh permukaan
abdomen dan bagian tubuh tidak metalik,

Gambar 2.3 Jantan memiliki epandrium, memiliki ovipositor


(terdapat seperti tonjolan) (Sumber: Chyb, Sylwester and
Gompel, Nicolas. 2012)

9
2.2.4 Sayap
Pada bagian sayap berbentuk membulat dibagian ujung, terdapat
pada sayap, alula, kosta berduri, sel anal berkembang, dan tertutup
dibagian ujung.Ciri-ciri morfologi yang sering diperlihatkan adalah :
index costal (C index) a/b, indeks vena keempat (4V idex) c/d, e/f,
M index e/d, g/(g+h).

Gambar 2.4 Aspek Morfologi Sayap. (ACV, anterior crossvein; AV,


auxillary vein; CV, costal vein; DC, distal cell,; L1-L5, first to
fifth longitudinal vein; PCV, posterior crossvein; SBC, second
basal cell; a-h, ukuran perbandingan determinasi) (Sumber :
Bock, 1976).

2.2.5 Tungkai
Pada bagian tungkai terdapat, taji-taji tibia, koksa ,
trokanter, terdapat tarsus yang memiliki 5 segmen, Pulvili,
rambut-rambut tibia.

Gambar 2.5 : a. Kaki Drosophila Betina; b. Metatarsus dari kaki I Drosophila


jantan yang memperlihatkan sisir kelamin. (Sumber, Warsini 1996)

10
Selain menggunakan kaki Drosophila sebagai ciri morfologi
dalam mengidentifikasi, empodium juga dapat digunakan. Empodium
adalah satu struktur yang timbul dari antara kuku-kuku pada ruas tarsus
terakhir. Empodium adalah seperti rambut atau tidak ada pada
kebanyakan lalat. (Borror, 1991)

Gambar 2.6 Ujung tarsus, pandangan dorsal. A, alat perampok, dengan


empodium seperti rambut; B, lalat-kuda, dengn empodium yang
berbentuk pulvili. Emp, empodium; pul, pulvili; tcl, kuku tarsus; ts, ruas
tarsus yang terakhir (Sumber: Borror, 1992).

Selain dari ciri diatas, Pengamatan juga dapat dilakukan dengan


menggunakan mata telanjang. Ciri-ciri tersebut menurut Borror (1992),
yakni pada Drosophila jantan, ukuran tubuh lebih kecil dari betina, dan
ujung abdomen tumpul dan lebih hitam. Sedangkan pada betina, ukuran
tubuh lebih besar dari jantan, sayap lebih panjang dari sayap jantan,
tidak terdapat sisir kelamin (sex comb), dan ujung abdomen runcing.
Pada pengamatan Drosophila dihasilkan telur berwarna bening dan
memiliki struktur seperti kait yang berfungsi sebagai pengapung untuk
mencegah agar tidak tenggelam ke dalam makanan yang berbentuk agak
encer.

11
Telur lalat buah berbentuk bulat panjang, berwarna putih. Telur
tersebut akan mengalami perkembangan selama kurang lebih 24 jam
dan menetas menjadi larva. Drosophila melalui tiga tahapan larva,yaitu
instar1, Instar 2 dan Instar 3 dimana larva akan makan, tumbuh, dan
larva berganti kulit. Apabila larva sudah dewasa, kemudian akan keluar
dari buah dan memasuki stadium pupa. Setelah itu keluarlah serangga
muda (imago) yang kemudian menjadi dewasa (Campbell, 2008).

2.3 Persebaran Drosophila


Persebaran dan Perbedaan jenis-jenis Drosophila yang hidup di
suatu daerah, disebabkan oleh adanya kondisi khusus yang ada di daerah
tersebut, seperti jenis makanan tertentu yang tidak ditemukan di daerah
lain, juga sifat adaptif Drosophila yang sudah terbiasa dengan kondisi alam
di daerah tertentu.
Shorrocks (1991) juga mengemukakan bahwa faktor yang menjadi
pendorong adanya perbedaan penyebaran habitat tersebut adalah adanya
rintangan alam yang dapat menjadi isolasi bagi penyebaran jenis-jenis
Drosophila dari daerah satu ke daerah lain. Sebagai contoh adalah adanya
rintangan alam yang berupa lautan luas atau gunung-gunung yang tinggi,
yang akan memperkecil terjadinya migrasi jenis-jenis Drosophila ke daerah
lain. Kondisi inilah yang menyebabkan jenis-jenis Drosophila yang ada di
suatu pulau atau kawasan tertentu akan sangat mungkin berbeda dengan
jenis-jenis Drosophila yang ada di kawasan lain. Tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya perpindahan Drosophila ke daerah lain yang jaraknya
jauh atau kondisi daerahnya berbeda. Misalnya terbawa oleh transportasi
hasil bumi dari daerah pegunungan ke daerah perkotaan atau sebaliknya.
Drosophila merupakan serangga yang banyak ditemukan di
antara rumput-rumput, semak atau buah-buah yang masak sebagai tempat
berkembang biak seperti buah mangga, jambu dan pisang. Menurut

12
Iskandar (1987) bahwa komunitas Drosophila melanogaster sering
ditemukan di sekitar buah yang busuk.

2.4 Galur Murni


Proses pemurnian suatu spesies dapat dilakukan dengan metode galur
murni, dimana galur murni merupakan hal yang berkenaan dengan sifat
homozigot. Menurut Corebima(2013) pada tahun 1903 Johannsen
menemukan adanya keseagaman yang diperlihatkan oleh tanaman-tanaman
yang melakukan pembuahan sndri dan tumbuh dilingkungan yang sama.
Atas dasar kenyataan tersbut, Johannsen mengemukakan postulanya
tentang galur murni, dimana galur murni merupakan populasi-populasi
yang merupakan turunan murni tanpa adanya variasi genetic yang berarti.
Galur murni akan terpenuhi apabila seluruh pasangan alela berada
dalam keadaan homozigot dan galr murni total merupakan akibat paling
jauh dalam peristwa inbreeding,inbreeding sendiri merupakan proses
fertilisasi yang terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan efek pada
perkawinan yang tdak acak. Dengan hal ini kemungkinan akan terjadi
homozigot sempurna, tetapi pada kenyataannya homozigot sempurna sulit
tercapai dan alasan yang mendukung hal tersebut adalah disangkut-
pautkan dengan peristiwa mutasi, maupun adanya kecenderungan segregasi
untuk mempertahankan sejumlah kecil keadaan heterozigot dalam sistem.
Informasi ini sejalan dengan Pendapat Stansfield (1984) dalam Corebima
(2013) bahwa Pembuahan sendiri atau perkawinan antara individu-
individu berkerabat dekat dalam banyak generasi (inbreeding) biasanya
menghasilkan suatu populasi yang homozigot pada hampir semua lokus.
2.5 Kerangka Konseptual
Penelitian mengenai Identifikasi Drosophila Tangkapan dari Daerah
Kab. Malang, Kota Malang, dan Blitar ini merupakan penelitian yang
bersifat deskriptif observatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini mengamati
ciri-ciri morfologi dari Drosophila yang ditemukan pada ketiga daerah

13
penangkapan serta mengidentifikasi jenis atau spesies Drosophila tersebut
menggunakan kunci identifikasi.

Marga Drosophila mempunyai jumlah anggota yang sangat


besar, bermacam macam, dan habitatnya tersebar luas.

Adanya kondisi berbeda memungkinkan ditemukannya


spesies yang berbeda

Kab. Malang Kota Malang Blitar

Dimungkinkan terdapat berbagai macam spesies Drosophila pada ketiga tempat


tersebut yang berbeda dari penemuan Drosophila sebelumnya

Dikembangbiakan masing-masing Drosophila yang didapat dengan persilangan


hingga F3

Persamaan ciri morfologi dapat dijadikan sebagai kunci untuk mencari spesies

Mengidentifikasi jenis lalat yang diamati berdasarkan kunci Identifikasi dar


buku Bock
BAB III

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif
kualitatif. Karena pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan ciri-
ciri morfologi Drosophila hasil tangkapan, yaitu individu jantan pada
keturunan ketiga (F3).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi dan Waktu Pengambilan Sampel
a) Lalat daerah Kab. Malang :
1. Rumah Ibu Aslikah (Kec. Pujon)
2. Rumah Ibu Utik (Kec. Ngantang)
3. Rumah Gandhes (Kec. Pujon)
b) Lalat daerah Kota Malang
1. Daerah Sulfat (Kec. Blimbing)
2. Kebun Perbatasan ( Kec Tlogowaru)
3. Rumah Della ( Kec Tlogowaru)
c) Lalat daerah Blitar
1. Rumah Ariadna (Kec. Selorejo)
2. Daerah Sawah (Kec. Selorejo)
3. Pasar Sidomulyo (Kec. Selorejo)

Tanggal penggambilan sampel : 11 Februari 2017

3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Ruang 310 (Lab. Genetika),


Gedung O5 FMIPA UM
Tanggal : 13 Februari 2017- selesai

15
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Drosophila tangkapan dari daerah
Kab. Malang, Kota Malang, dan Blitar.Adapun sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DrosophilaKab. Malang, Kota Malang, dan Blitar yang
ditangkap di lingkungan daerah. Untuk tehknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah tekhnik acak (random sampling). Yaitu dengan
memasang jebakan berupa botol selai yang telah diisi dengan irisan buah
pisang dan pepaya. Lalat yang ada disekitar jebakan berpeluang masuk untuk
menjadi sampel.Sampel yang didapatkan pada masing-masing titik
pengambilan di dapatkan dari memasang jebakan pada sudut-sudut area.
Pada daerah Kabupaten Malang yang bertempat di daerah Kab.
Malang dilakukan pengambilan di tiga titik Rumah yang jaraknya kurang
lebih 2 Km per masing-masing titik, dimana pengambilan tersebut dilakukan
dengan memasang jebakan di sudut dapur dekat tempat sampah, dengan
menggunakan pencahayaan yang minim dan tempat tersebut tidak pernah
digunakan untuk aktivitas lalu lalang penghuni rumah.
Pada Daerah Kota Malang pengambilan sampel dilakukan di tiga titik
yang terletak dibeda kecamatan, dimana yang pertama diambil dari daerah
Sulfat Kecamatan Blimbing , pengamabilan sampel dilakukan dengan
memasang jebakan pisang busuk dan diletakkan disudut loteng rumah.
Pengambilan sampel kedua dan ketiga dilakukan di Kecamatan Tlogowaru
yang bertempat di rumah dan kebun perbatasan , jarak kedua tempat ini
sekitar 2km, pemasangan jebakan hampir sama yaitu dengan memasang
jebakan dengan menggunakan pisang busuk dan ditempatkan pada sudut area
yang jarang dlalui orang dalam beraktivitas.
Pada Daerah Blitar pengambilan sampel dilakukan di tiga titik yang
terletak dibeda kecamatan, dimana yang pertama diambil dari daerah Rumah
Riadna Kecamatan Selorejo, pengamabilan sampel dilakukan dengan
memasang jebakan pisang busuk dan diletakkan disudut loteng rumah.
Pengambilan sampel kedua diambil di sudut pasar buah sidomulyo, tepatnya

16
didekat tempat pembuangan sampah, dan yang ketiga dilakukan diarea
persawahan blitar, pemasangan jebakan hampir sama yaitu dengan memasang
jebakan dengan menggunakan pisang busuk dan ditempatkan pada sudut area
yang jarang dilalui orang dalam beraktivitas.

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : kompor gas,
blender, pisau, timbangan, panci, sendok, botol selai, spon, selang
ampul, selang kecil, mikroskop stereo.
3.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini beupa:
Drosophila tangkapan dari masing-masing kota (Kab. Malang, Kota
Malang, dan Blitar), pisang Raja Mala, tape singkong, gula merah, air,
yeast, kain kassa, kertas pupasi, kertas label, dan plastik bening.
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Menangkap Drosophila
1. Menentukan daerah pengambilan sampel, yaitu di daerah Kab. Malang,
Kota Malang, dan Blitar.
2. Menyiapkan umpan untuk Drosophila yang berupa potongan pisang,
pepaya atau jenis buah-buahan yang lain.
3. Meletakkan umpan ke dalam botol selai dan kemudian membiarkannya
di sampai dihinggapi lalat buah.
4. Apabila sudah banyak Drosophila yang masuk di dalam botol selai,
segera menutup botol dengan menggunakan spon atau kain kasa.
3.5.2 Membuat Medium
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Mengupas dan memotong pisang menjadi potongan-potongan kecil.
3. Mengiris gula merah kecil- kecil.

17
4. Menimbang pisang 700 gram, tape singkong 200 gram, dan gula
merah 100 gram (untuk satu resep).
5. Memblender pisang dan tape singkong yang telah ditambah sedikit
air sampai halus
6. Memasak hasil blenderan selama 45 menit untuk satu resep.
7. Memasukkan gula merah ketika proses pemasakan.
8. Memasukkan medium yang telah masak secukupnya ke dalam botol
selai.
9. Menutup botol selai dengan menggunakan spon.
10. Mendinginkan botol selai dengan menggunakan air rendaman
dalam ember.
11. Setelah dingin, membersihkan uap air di sekeliling dinding botol
dengan tissue.
12. Memberikan sedikit yeast ( 3 butir) dan sebuah kertas pupasi ke
dalam botol
3.5.3 Membuat Stok
1. Menyiapkan botol selai yang telah berisi medium.
2. Memasukkan Drosophila tangkapan dari masing-masing daerah
pada botol.
3. Memberi label pada masing-masing botol.
4. Menunggu hingga muncul pupa yang siap diampul.
3.5.4 Mengampul pupa
1. Memotong selang plastik sekitar 6cm
2. Memasukkan potongan pisang rajamala ke dalam selang
3. Mengambil pupa yang berwarna hitam menggunakan kuas dari
botol ke dalam selang.
4. Menutup selang menggunakan spon.
5. Menunggu hingga pupa menetas.
3.5.5 Mengamati Drosophila

1. Menyiapkan mikroskop stereo.

18
2. Memindahkan Drosophila dari ampulan kedalam plastik bening.

3. Mengamati minimal 50 ciri morfologi Drosophila dibawah


mikroskop stereo, yaitu bagian kepala, toraks, badan, sayap, dan
kaki.

4. Mengelompokan Drosophila yang memiliki ciri-ciri sama sedaerah.

5. Memisahkan lalat jantan dan betina.

3.5.6 Melakukan Pemurnian


1. Mengampul pupa hitam dari stok yang tersedia dari masing-masing
daerah.
2. Mengamati ciri-ciri morfologi Drosophila yang telah menetas
berdasarkan 50 ciri yang didapat.
3. Mengawinkan drosophila jantan dan betina dalam satu spesies (yang
memiliki ciri-ciri morfologi yang sama) ke dalam botol selai yang sudah
diisi dengan medium.
4. Mengampul pupa yang telah menghitam dari hasil perkawinan
Drosophila.
5. Setelah pupa menjadi lalat, mengamati ciri-ciri morfologinya.
6. Membuang lalat F1 yang tidak sama dengan paretal.
7. Menyilangkan sesame F yang memiliki ciri sama dengan induknya
(paretal) dan begitu seterusnya sampai mendapat F3.
8. Setelah mendapat F3 mengamati fenotipnya dan mengidentifikasi

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data diperoleh dari pengamatan ciri-ciri
morfologi Drosophila tangkapan yang berasal dari daerah Kab. Malang, Kota
Malang, dan Blitar. Pengamatan terhadap ciri-ciri morfologi
Drosophiladilakukan sampai persilangan F3 pada setiap hasil pupasi yang
didapatkan, dimana dalam hal ini perlakuan yang digunakan sama dengan
perlakuan pengampulan, kemudian mengamati lalat yang menetas

19
berdasarkan ciri-ciri yang didapatkan secara langsung menggunakan
mikroskop stereo. Hasil ampulan yang telah diamati dapat disilangkan sampai
keturunan F3 atau ketiga.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data mengenai identifikasi Drosophila di daerah Kab.
Malang, Kota Malang, dan Blitar dengan menggunakan kunci identifikasi
berdasarkan buku Bock dan Wheleer untuk mengetahui jenis Drosophila yang
diamati berdasarkan ciri-ciri morfologinya.

20
BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

4.1 Data

Hasil pengamatan pada Drosophila tangkapan Pujon, Kota Malang, ,


dan Blitar sebagai berikut:

Tabel 4.1.1 Ciri Morfologi Drosophila Tangkapan dari Daerah Pujon,


Kota Malang dan Blitar.

Asal Daerah

No. Bagian Tubuh Ciri Morfologi Kota


Pujon Blitar
Malang

1. Memiliki sepasang
antenna
2. Keberadaan vitta
frontalis
3. Terdapat carina yang - - -
terlihat jelas dan bulat
4. Carina agak luas dan
datar
5. Rambut vibrissa pada
K posterior mulut
6. E Keberadaan fossa sungut
P
7. A Keberadaan sepasang
L bristle postvertical
8. A Keberadaan ocellar
bristle
9. Keberadaan gena

10. Keberadaan bristle post


vertical
11. Keberadaan mata
tunggak berjumlah 3
12. Keberadaan first oral
bristle

21
13. Keberadaan second oral
bristle
Vibrisae single (oral
14.
bristle kedua lebih kecil
dari oral bristle pertama)
15. Warna bristle lebih hitam
daripada rambut
16. Keberadaan sungut yang
memiliki 2 segmen
17. Keberadaan sutura
frontalis
18. Keberadaan lunula
frontalis
19. Terdapat keping
genoventrikel
20. Orbital bristle memiliki - - -
rasio 2:1:2
21. Percabangan arista 4
pasang
22. Carina berkembang dan - - -
lebih luas (parsonsi)
23. Keberadaan rambut-
rambut fronto orbital
Memiliki ocellar dan
24.
bristles bagian vertikal
yang besar
25. Keberadaan segitiga
mata tunggak
Segmen antena ke 2 dan
ke 3 bewarna coklat,
26. - - -
segmen ke 3 bewarna
kehitaman pada
anteriornya
27. T Keberadaan stenopleural
midle bristle
28. H Keberadaan stenopleural
posterior bristle
29. O Mesotum bewarna hitam - - -
berkilau
30. R Keberadaan sepasang
scutum humeral
31. A Keberadaan bristle
anterior scutellar

22
32. K Keberadaan bristle
posterior scutellar
33. S Keberadaan anterior
dosrsosentral bristle
34. Memiliki prescutellar
bristle
35. Terdapat anterior
notopleural
36. Terdapat posterior
notopleural
Abdomen memiliki
37. - - -
segmen dan terdiri dari 5
ABDOMEN segmen
38. Bintik tidak merata pada - - -
segmen
39. Keberadaan Presticullar
bristle
40. S Terdapat costal vein

41. A Terdapat posterior


crossvein
42. Y Terdapat longitudinal
vein ke (L4)
43. A Terdapat kosta berduri

44. P Kosta tidak utuh dengan


pemutusan subkosta
45. Keberadaan Pulvili
T
46. Keberadaan empodium
U besar dan berselaput tipis
Keberadaan rambut
47. N
seperti duri pada sekitar
empodium
G Keberdaan koksa yang
48.
memiliki rambut-rambut
K
seperti duri
49. A Terdapat 3 rambut tibia
pada ujung tibia
I Terdapat rambut femora
50 - - -
yang menebal dan
menyerupai duri
Keterangan:
Tanda () : Ada

23
Tabel 4.1.2 Tabel perbandingan anatara Drosophila jantan dan Drosophila
betina Pujon, Kota Malang, dan Blitar.

Perbandingan jantan dan betina


No.
Jantan Betina

1. Ukuran Tubuh lebih kecil dari betina Ukran atubuh lebih Besar dari Jantan

Memiliki sisir kelamin (sex comb) Tidak Memiliki sisir kelamin (sex
2. yang terletak pada metatarsus dan comb), namun hanya rambut-rambut
tarsus ke 2 halus.

Bagian posterior jantan terdapat kait Bagian posterior betina terdapat


3.
sex. ovipositor

B
a
r A
g d
a a
D n
r y
o a
Gambar 4.1 A. Drosophila Jantan, B. Drosophila Betina
s k
o Sumber: Dokumen Pribadi o
p n
h d
i i
l s
a i
m b
e e
m r
p b
u e
24
n d
y a
a m
4.1.2 Foto Hasil Pengamatan

4.1.2.1 Drosophila tangkapan Pujon

B
G

F
C

A D
i
r
kE
s e
a m
b
m Gambar 4.2: Drosophila ananassae
a
Keterangan :aBetina; A (Mata majemuk), B ( Sayap), C (Thoraks), D (Abdomen),E
n
(Tungkai),F(ovipositor), G (Segmen)
a g
(Sumber : Dokumen pribadi)
n b
i E
a
F
c k
Bi a
n
r A
i m
m a
C
o D s
i
r n
G g
f
-
o
Gambar 4.3 : Drosophila anannasae m
l
Keterangan : Jantan; A (Tungkai), B (torax), C (Tungkai), D(Sayap),
a E(Mata
o Maajemuk), F(segitiga mata tunggal),G(Costal Vein),
s
(Sumber : Dokumen pribadi) i
g
n
i
g
d
a D
r 25
p
o
a s
E

F
A

B G

C
D

Gambar 4.4 Bagian Sayap dan Tungkai Drosophila anannasae


Keterangan : A (Taji tibia), B (costal vein yang tidak utuh), C (posterior crossvein),
D(longitudinal vein ke 4), E(Tibia), F(tarsus), F(pulivili)
(Sumber : Dokumen pribadi)

Gambar 4.5 Bagian Torax Drosophila anannasae


Keterangan: A (ASC), B (PDC), C (PSC), D(PS)
(Sumber : Dokumen pribadi)

26
4.1.2.2 Drosophila tangkapan Kota Malang

A
H

G
B
F

C
E

Gambar 4.6 Drosophila ananassae


Keterangan : Jantan; A (Tungkai), B ( Toraks), C(Sayap), D(Abdomen), E(Tarsus),
F(Tibia), G(Sex-comb), H(Antena), I(Mata Majemuk)
(Sumber : Dokumen pribadi)

D
E

F
C

B
A
H
J I

Gambar 4.7 Drosophila ananassae


Keterangan : Betina: A (Mata Majemuk), B (Antena), C(Segitiga mata tunggal), D
(Toraks), E(Sayap), F(Abdomen), G(Ovipositor), H (Pulivili),
I(Tarsus),J(Tibia),
(Sumber : Dokumen pribadi)

27
H

F
I
G
C

B
D
A

Gambar 4.8 Bagian Kepala,Sayap dan Toraks Drosophilla ananassae


Keterangan: A (longitudinal vein ke 4), B (Costal vein) , C (Costal vein tidak
utuh), D (Poserior crossvein),F(Toraks),G(PSC),H (segitiga mata unggal), I
(ASC)
(Sumber: Dokumen Pribadi)

4.1.2.3 Drosophila tangkapan Blitar


F G
E

D
C

Gambar 4.9 Drosophila ananassae


Keterangan : Betina ; A (Sayap), B (Abdomen), C (Tungkai), D (Toraks), E (mata
majemuk), F(Antena), G(Segitiga mata tunggal)
(Sumber: Dokumen pribadi)

28
A
C
F

Gambar 4.1.1 Drosophila ananassae


Keterangan : Jantan; A (mata majemuk), B (sayap), C (Tibia), D(Abdomen),
E(Costal vein), F(Toraks)
(Sumber: Dokumen pribadi)

Gambar 4.1.2 Bagian Toraks dan sayap Drosophila ananassae


Keterangan : A (Toraks), B (PS), C (PSC), D(posterior cross Vein),
E(Longitudinal Costal vein ke 4)
(Sumber: Dokumen pribadi)

29
4.1.3 Tabel Gambar Hasil pengamatan

No. Bagian Gambar Keterangan

1. Bagian a. Mata Majemuk


Kepala b. Outer vertical
bristle
c. Inner vertical
bristle
d. Ocellar bristle
e. Posterior reclinate
orbital bristle
f. Proklinate orbital
bristle
g. Arista
h. First oral bristle
i. Second oral bristle

a. Outer vertical
bristle
b. Inner vertical
bristle
c. Segitiga mata
tunggal
d. Posterior reclinate
orbital bristle
e. Proklinae oral
bristle

30
2. Bagian a. Posterior scutellar
Toraks bristle
b. Anterior scutellar
bristle
c. Anterior
dorsosentral bristle
d. Prestecullar bristle

3. Bagian a. Segmen 1
Abdomen b. Segmen 2
c. Segmen 3
d. Segmen 4
e. Segmen 5
f. Halter

4. Bagian a. Longitudinal
Sayap vein ke 4
b. Costal vein
c. Costal vein
tidak utuh
d. Posterior
crossvein

31
5. Bagian a. Coxa
Tungkai b. Trochanter
c. Femur
d. Tibia
e. Taji-taji di
ujung tibia
f. Tarsus, terdiri
dari 5 segmen
g. Pulivili

4.4. Analisa Data

Dalam Pengamatan, Praktikan mengidentifikasi Drosophila tangkapan


dari daerah Pujon, Kota Malang, dan Blitar dengan menggunakan kunci
identifikasi dari buku Bock (1976). Pengamatan ciri-ciri morfologi Drosophila
secara jelas menggunakan mikroskop stereo, kemudian praktikan
mendokumentasikan Drosophila yang teramati.

Dari ciri-ciri morfologi yang didapatkan, setelah dicocokkan dengan


kunci identifikasi dari buku Bock (1976) didapatkan satu jenis spesies. Daerah
Pujon, Kota Malang, dan Blitar adalah termasuk dalam spesies Drosophila
ananassae. Hasil dari kunci identifikasi tersebut adalah :

1. Identifikasi Drosophila dari daerah Pujon, Kota Malang, dan Blitar


1 Vibrisae pertama (oral briste kedua lebih kecil dari oral bristle
pertama)............................................................................................2
Oral bristle kedua panjangnya lebih dari setengah panjang
oral bristle pertama.................................................................3
3(1) Garis-garis apikal pada targit abdomen anterior biasanya terputus
pada garis tengah, pipi biasanya lebar, bagian depan femur pada
beberapa spesies dengan garis ventromedial pendek hitam kuat

32
setulae (femoral comb) (subgenus Drosophila dan
Dorsilopha)..............................................................................4
Garis-garis apikal pada targit abdominal bersambungan, pipi
biasanya sempit, femoral comb tidak pernah terlihat (subgenus
Saphopora)....................................................................................13
13(3) Tubuh, dan semua bristle, rambut dan arista transparan, jantan
tanpa sex comb.........................................................Flavoherta (21)
Bristle dan arista berwarna hitam.............................................14
14(13)Jantan dengan sex comb yang jelas tersususn secara
longitudinal, transversal atau miring dengan bristle hitam kuat
pada fore tarsus...........................................................................20
Jantan tanpa sex comb atau dengan tarsus modifikasi yang tidak
berarti.............................................................................................15
20(14) Sex comb tersusun longitudinal panjang pada metatarsus dan
segmen kedua tarsal.................................................................25
Sex comb tersusun dalam deret transversal atau
miring....................................................................................21
21(20) Sex comb dalam baris pada bagian metatarsus yang
rendah.............................................................................................22
Sex comb tersusun dalam deretan bristle yang tersusun
transversal pada dua segmen tarsal pertama...........................23
23(21)Abdomen jantan berwarna hitam ...........................pseudotakahashii
Andomen jantan pucat, semua tergit dengan garis/pita
posterior yang gelap dan ramping..............................................24
24(23) Sex comb terdiri atas dua deret bristle pada metatarsus dan satu
deret pada segmen tarsal kedua......................pseudoananassae (17)
Sex comb terdiri dari 5 deret bristle pada metatarsus dan 3-4
deret pada segmen tarsal kedua................................. ananassae

33
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada Drosophila, ciri
morfologi yang dipakai dalam mengidentifikasi Drosophila tangkapan meliputi
oral bristle kedua lebih pendek daripada oral bristle pertama, pipi sempit, arista
terdiri atas 4 pasang warna abdomen jantan dan betina hampir sama, sex comb
terdiri dari 5 deret bristle pada tarsus pertama dan 3 baris pada segmen tarsus
kedua. Dari hasil identifikasi Drosophila dari masing-masing daerah, didapatkan
ciri-ciri yang menunjukkan bahwa Drosophila yang ditemukan pada semua daerah
yaitu Kota Malang, Kab. Malang dan Blitar adalah Drosophila (Sophophora)
ananassae. Menurut Bock (1976) Sub genus Sophophora memeliki ciri sebagai
berikut:
1. 2nd oral bristle relatif besar.
2. Tidak ditemukan prescutellar bristle.
3. Cheek memiliki permukaan sempit.
4.Pada organ genitalia (eksternal ) dari jantan biasanya ridak ditemui
micropubescene.
5. Tidak ditemukan propleural.
Menurut Bock (1976) Drosophila (Sophophora) ananassae memiliki ciri
sex-comb pada D. ananassae jantan terdiri atas bristle yang tersusun transversal
pada bagian depan metatarsus dan berada pada segmen tarsal ke dua sekitar (5 dan
3-4 baris). Pada abdominal D. ananassae memiliki warna yang sama tidak ada
bagian abdomen yang gelap pada D. ananassae jantan.

Gambar 5.1 Sex Comb pada Male Fore-Leg (Metatarsus Dan


Tarsus) D. ananassae
(Sumber : McEvey dan Schiffer, 2015: 149)

34
Pernyataan tersebut sesuai dengan pengamtan yakni abdomen pada D. ananassae
yang berasal dari Kota Malang, Kab. Malang dan Blitar memiliki warna yang
sama pada abdomen antara D. ananassae jantan dan betina. Pada D. ananassae
jantan dan betina sulit dibedakan karena pada abdomen D. ananassae jantan sulit
ditemukan bagian yang gelap.
Abdomen pada D. ananassae jantan ini memiliki warna yang cerah hal
tersebut dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan spesies. Mastuda,
dkk (2009) berpendapat bahwa untuk membedakan D. ananassae dan D.
parabipectinata salah satunya dengan melihat pigmentasi pada abdomen masing-masing
spesies. Dimana pada D. ananassae memiliki pigmen yang terang. Pada D.
parabipectinata memiliki pigmen abdomen yang gelap. Abdomen pada D. ananassae
tidak memiliki pola (pettern).

Gambar 5.2 Sex Comb dan Abdominal pada D. ananassae, D. parabipectinata


Jantan
(Sumber : Mastuda, dkk; 2009: 160)

Bagian thorax dari D. ananassae memiliki ciri adanya stenopleural midle


bristle, keberadaan anterior dosrsosentral bristle stenopleural posterior bristle,
mesontum memiki warna hitam berkilau, terdapat sepasang scutum humeral,
keberadaan anterior notopleural dan poterior notopleural. Menurut Wheeler dan
Takada (1964) D. ananassae memiliki mesontum dan scutellum bewarna pucat

35
agak kekuningan. Panjang dari anterior stenopleural bristle setengah dari panjang
posterior bristle.

posterior

anterior

(A) (B)

Gambar 5.3 (A) Scutellar pada D.ananassae (B) Anterior Anterior


Stenopleural Bristle dan Posterior Stenopleural Bristle
pada D.ananassae

(Sumber : Hellack, 2010 ; 27)

Pada bagian kepala terdapat sepasang antena, adanya vitta frontalis,


terdapat carina yang luas dan datar, keberadaan occelar bristle, keberadaan mata
tunggak yang berjumlah 3. Menurut Wheeler dan Takada (1964) D.
ananassae memiliki ciri carina luas, datar. Arista terdiri atas 4 pasang.
Pada anterior reclinate orbital kira-kira terdapat 1-3 atau 2 bristle. Pada
sayap D.ananassae memiliki sayap yang terdiri atas costal vein, posterior
cross vein dan kosta tidak utuh dengan pemutusan sub kosta. D.ananassae
memiliki C-index 1,5; 4-indes 2.4; C3 fringe pada basal.

36
Carina

Gambar 5.4 Carina pada D.ananassae

(Sumber : Hellack, 2010: 27)

Menurut Singh (2010) D. ananassae dideskripsikan pertama kali oleh


Doleschall pada tahun 1858 dari pulau Ambon, Indonesia. D. ananassae
memiliki tipe persebaran kosmopolitan, sebagian besar pada sirkumtropikal.
Menurut William (2001) D. ananassae tersebar pada dataran rendah, datar tinggi
dan D. ananassae dapat menyesuaikan keadaan alam. Dari pernyataan Singh dan
William dapat disimpulkan D. annanassae mempunyai tingkat adaptif yang
tinggi, sehingga individu ini bisa hidup disemua tempat tanpa mengenal waktu
dan musim.

Gambar 5.5 Persebaran D. ananassae


(Sumber : McEvey dan Schiffer, 2015: 130) 37
Dalam penelitian identifikasi Drosophila tangkapan ini dilakukan sampai
mendapatkan F3 (sampai mendapat 3 generasi) dengan cara mengawinkan
saudaranya sendiri (satu spesies). Hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh
galur murni. Kami berpendapat bahwa pada pemurnian sampai mendapat generasi
yang ketiga sudah mendapatkan galur yang murni yang sudah cukup memenuhi
syarat dalam penelitian kami. Tetapi dalam penelitian kami masih belum
mendapatkan F3 atau generasi ketiga. Penelitian kami masih sampai pada F2 pada
lalat dari Kab. Malang, Kota Malang dan Blitar. Penelitian yang masih F2
diakibatkan oleh berbagai macam faktor lingkungan antara lain : medium berkutu
dan berjamur, pupa yang menetas hanya betina saja sehingga lama untuk
mengawinkan dan pupa tidak menetas. Frekuensi keheterozigotan pada F2 adalah
25% dan frekuensi kehomozigotan sebesar 75 % pada lalat dari masing-masing
daerah. Hal tesebut belum bisa dikatakan sebagai galur murni.

Gambar 5.6 Efek Self-polination pada Heterozigot


(Sumber: Franklin, 2008)
Perkawinan dengan spesies yang sama tersebut menunjukan kemungkinan
besar bahwa gamet yang berasal dari gen yang identik, sehingga diperoleh
keturunan yang homozigot seperti parental. Hal ini didukung dengan pernyataan
menurut Stanfield (1983) yaitu pembuahan sendiri atau perkawinan antar
individu-individu berkerabat dekat dalam banyak generasi (inbreeding) biasanya
menghasilkan suatu populasi yang homozigot pada hampir semua lokus.
Perkawinan antar individu yang homozigot menurut galur murni hanya

38
menghasilkan keturunan yang homozigot seperti induk (parentalnya). Begitu pula
dengan pernyataan Corebima (2003) yaitu galur murni adalah populasi-populasi
yang merupakan turunan murni tanpa adanya variasi genetik yang berarti. Galur
murni total akan terpenuhi jika seluruh pasang alela berada dalam keadaan
homozigot (karakter yang dikontrol oleh dua gen atau sepasang gen yang identik),
dan galur murni total ini merupakan akibat yang paling jauh dari peristiwa
inbreeding.
Hal ini juga didukung dengan pernyataan Russell (1992) bahwa
inbreeding melibatkan perkawinan individu yang berkerabat dekat. Pada awal
inbreeding, populasi menunjukkan banyak variasi fenotip sejak individu
membawa alel yang heterozigot. Dengan meneruskan inbreeding, maka lokus
menjadi homozigot, dan menghasilkan galur murni dengan karakteristik yang
konstan pada inbreeding yang lebih lanjut.

Selanjutnya menurut Gardner (1991) menjelaskan bahwa jika parental


heterozigot (Aa) kemudian mengalami fertilisasi sendiri maka akan menghasilkan
3 jenis keturunan, yaitu AA, Aa, dan aa dengan rasio 1:2:1. Pada tahap ini,
frekuensi dari keturunan yang heterozigot adalah 0,5. Jika fertilisasi sendiri terus
berlanjut secara terus menerus sampai generasi berikutnya, maka keadaan
homozigot akan benar-benar diturunkan, sedangkan keadaan heterozigot akan
berpisah lagi sehingga frekuensinya berkurang menjadi 0,25. Dengan terus
berlangsungnya fertilisasi sendiri sampai beberapa generasi, maka frekuensi
kemunculan heterozigot menurun hingga 50 % menjadi 0,008 pada generasi
ketujuh dan 0,001 pada generasi kesepuluh. Pada tahap ini populasi keturunan
homozigot adalah 99,9 %. Proses fertilisasi sendiri yang terjadi berulang-ulang
mengakibatkan efek pada perkawinan yang tidak acak yang disebut inbreeding.

39
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan Sementara


1. Berdasarkan pengamatan, Drosophila tangkapan dari daerah Kota Malang,
Kab. Malang dan Blitar memiliki ciri morfologi yang sama. Diantaranya
yaitu oral bristle kedua lebih pendek daripada oral bristle pertama, pipi
biasanya sempit, bristle dan arista hitam, carina lebar abdomen jantan
pucat, sex comb terdiri dari 5 deret bristle dan 3 deret pada segmen tarsal
kedua.
2. Spesies Drosophila tangkapan dari daerah Kota Malang, Kab. Malang dan
Blitar merupakan Drosophila ananassae.

6.2.Saran

Sebaiknya peneliti menjaga lingkungan Drosophila dengan baik agar


tidak terjadi kerusakan medium, selanjutnya sebaiknya peneliti lebih teliti
mana pupa hitam yang kering dan tidak agar tidak menghambat proses
pengamatan. Peneliti diharapkan menerukan penelitian yang lebih lanjut
mengenai pengidentifikasian ciri morfologi Drosophila agar informasi yang
diperoleh lebih lengkap. Sebaiknya penelitian dilakukan dalam rentang waktu
yang lama agar pemurnian dapat dilakukan dengan maksimal untuk
mendapatkan galur murni.

40
DAFTAR PUSTAKA

Bock, I R, and Wheeler, M R. 1972. The Drosophila melanogaster species group.


Univ Texas Publication

Bock, IR. 1976. Drosophilidea of Australia, I. Drosophila (Insecta : Diptera). :


CSIRO Melbourne Indayati, Nur. 1999. Pengaruh Umur Betina dan
Macam Strain Jantan Terhadap Kesuksesan Kawin D. Melanogaster.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA IKIP Malang.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson , N.F.1992.Pengenalan Pelajaran
Serangga,.Yogjakarta: Gajah Mada University Press.

Campbell, Neil A.2008.Biologi.Jakarta: Erlangga.

Chyb, Sylwester dan Gompel, Nicolas. 2012. Atlas of Drosophila Morphology.


Cambridge, England.
Corebima, AD. 2003.Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.7
Corebima, AD. 2013.Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.7.

Franklin-Tong V.E.E. .2008. Self Incompatibility In Flowering Plants Evolution


Diversity and Mechanisms. Berlin : Spinger-Verlag.

Gardner, Eldon John.dkk. 1991. Principle of Genetic Eight Edition. New York:
John Wiley & Sons.
Gardner, Eldon John.dkk. 1991. Principle of Genetic Eight Edition. New York:
John Wiley & Sons.
Hellack, J.2012. Drosophila : Infomation Service. USA : University of Central
Okahama

Iskandar,D.T.1987.Petunjuk Praktikum Genetika. Bandung: Pusat Antar


Universitas Bidang Ilmu Hayati

Kimball, John W. 1994. Biologi Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

41
Mastuda, dkk. 2009. Evolution In The Drosophila ananassae Species Subgroup.
Jurnal Landes Bioscience, (Online), 13 (2): 160,
(http://www.landesbioscience.com/journals/fly/article/8395), diakses 5
Mei 2017

McEvey dan Schiffer. 2015. New Species in the Drosophila ananassae Subgroup
fromNorthern Australia, New Guinea and the South Pacific(Diptera:
Drosophilidae), with Historical Overview. Sydney : Journal compilation,
(Online), (http://dx.doi.org/10.3853/j.2201-4349.67.2015.1651), diakses 5
Mei 2017

Prasidha, Wiwin Eka.1995. Studi Tentang Jenis-Jenis Dan Sebaran Harian


Drosophila Di Beberapa Pasar Kotamadya Banjarmasin. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Malang.
Russel, P. J. 1992. Genetics.Third Edition. New York: Harper Collins Publishers

Singh, Basisht. 2010. Drosophila ananassae : A Good Model Species for


Genetical, Behavior and Evolutionary Studied. Jurnal Indian Of
Experimental Biology, (Online), 48 (1): 333-345
(http://hdl.handle.net/123456789/7654), diakses 5 Mei 2017

Spellman, Frank R. 2011. Spellman's Standard Handbook for Wastewater


Operators. New York : CRC Press.

Stanfield, E.D. 1983. Theory and Problems of Genetics. New York : McGraw-Hill
Strickberger, M.W. 1962. Experiments in Genetic with Drosophila. New York:
John Wiley and Sons Inc.
Warsini. 1996. Identifikasi Jenis Jenis Drosophila Di Kawasan Teluk Semut
Pulau Sempu Kabupaten Malang Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Malang

Wheeler, Marshall dan Takada, Haruo. 1964. Insects Of Micronesia. Journal


Zoology, (Online), 14 (6): 166-242 (http://hbs.bishopmuseum.org/pubs-\
online/pdf/iom13-4.pdf ), diakses 5 Mei 2017

42
Williams, M. A. J. 2001. Morphoclimatic maps at 18 ka, 9 ka, and0 ka. In Atlas of
Billion- year Earth History of Australia andneighbours in
Gondwanaland, edited by J. JVeevers. Sydney,Australia: GEMCO Press.

43

Anda mungkin juga menyukai