Kelompok 4 Kelas A
Anggota :
YOGYAKARTA
2012
A. Materi
1. Sentering
B. Tujuan
3. Untuk mengetahui cara membaca sudut horizontal dan vertical pada fennel kassel besar
dan fennel kassel kecil
C. Alat
1. Statif 1 buah
2. Teodolit FK besar 1 buah
3. Teodolit FK kecil 1 buah
4. Unting-unting 1 buah
5. Patok 1 buah
6. Alat tulis
D. Teori
1. Pengertian Teodolit
Teodolit adalah instrument atau alat yang dirancang untuk pengukuran sudut
secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dapat berapa sudut- sudut dalam sebuah bidang
vertikal maupun horizontal, dimana sudut-sudut tersebut berperan penting dalam
penentuan jarak dan beda tinggi di antara titik titik yang diukur dilapangan.
Pengukuran dengan alat teodolit terbagi atas dua bagian yaitu jarak dan sudut, sedangkan
pengukuran jarak juga dibedakan atas dua bagian yaitu jarak mendatar dan jarak miring.
Keterangan gambar:
A. Bagian Atas
1. Teropong
Teropong digunakan untuk membidik atau mengamati benda yang jauh agar
terlihat jelas. dekat dan besar. Teropng teodolit menggunakan prinsip Klepper, yaitu
terdiri dari lensa positif sebagai lensa objektif dan lensa negatif sebagai lensa okuler,
yang bertindak sebagai loupe. Lensa objektif memberikan bayangan nyata, terbalik
dan diperkecil. Bayangan ini digunakan sebagai benda oleh lensa okuler untuk
selanjutnya bayangan menjadi diperbesar, dekat dan terbalik.
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Keterangan:
P = perbesaran bayangan
Agar benda terlihat jelas, maka bayangan yang terbentuk oleh lensa objektif harus
jatuh pada bidang bakar dari okuler. Karena jarak benda yang diamati berbeda-beda,
maka jarak bayangan pun demikian, sehingga agar bayangan tetap jatuh pada bidang
bakar lensa okuler, maka lensa okuler dibuat dalam tabung yang terpisah dengan
tabung objektif . Terdapat gigi-gigi yang dapat digerakkan dengan sekrup pengatur
atau ronsel agar dapat bergerak maju atau mundur. Dengan demikian teropong
semacam ini dapat menjadi panjang atau pendek.
Pada alat baru, permasalahan tersebut dipecahkan dengan memasang lensa positif
yang dapat digeser maju atau mundur di antara objektif dan okuler (lensa sentral)
dan berlaku pula sebagai lensa pembalik sehingga teropong panjangnya tetap dan
bayangan menjadi tegak.
Selain lensa sentral, teropong juga dilengkapi dengan benang silang pada
diafragma untuk pembidikan dan skrup koreksi diafragma kiri, kanan, atas dan
bawah untuk pengaturan garis bidik.
Garis bidik adalah garis khayal yang menghubungkan antara titik silang benang
silang pada diafragma dengan sumbu optis lensa objektif. Diafragma adalah pelat
kaca yang dipasang di depan lensa okuler. Benang silang dan benang stadia (benang
atas dan benang bawah) digrafir pada permukaan kaca (diafragma) ini.
2. Lingkaran vertical
Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran. Lingkaran ini
berputar bersama teropong dan dilindungi oleh alhidade vertikal.
Adalah sumbu perputaran teropong yang disangga oleh dua tiang penyangga kiri
dan kanan. Pada teodolit lama sumbu ini dapat dikoreksi atau diatur tegak lurus
dengan sumbu vertikal (sumbu I). Sedang pada alat yang baru, pabrik yang
memproduksi teodolit sudah membuat sumbu ini tegak lurus dengan sumbu vertikal.
Alhidade vertikal digunakan untuk melindungi piringan vertikal dan nivo alhidade
vertikal digunakan untuk mengatur mikroskop pembacaan lingkaran vertikal. Pada
alat-alat yang baru, nivo ini sudah tidak ada lagi.
6. Nivo teropong
Nivo teropong digunakan untuk membuat garis bidik mendatar. Pada kebanyakan
teodolit yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.
B. Bagian Tengah
Pada teodolit yang baru (optis), kaki penyangga sumbu mendatar berisi prisma-
prisma pemantul sinar pembacaan lingkaran horizontal.
2. Alhidade horizontal
Seperti halnya pada teropong, klem ini dipakai untuk mematikan gerakan sumbu I
(sumbu tegak), dan gerakan halus dilakukan dengan memutar skrup penggerak halus
alhidade horizontal.
Klem dan penggerak halus limbus hanya ada pada teodolit repetisi (sumbu
ganda), digunakan untuk mengatur kedudukan piringan horizontal.
C. Bagian Bawah
1. Tribach
2. Nivo kotak
Nivo kotak dipakai sebagai penolong dalam pengaturan sumbu I vertikal secara
pendekatan.
Terdiri dari tiga buah skrup, digunakan utnuk mengatur sumbu I agar vertikal.
Skrup ini juga disebut leveling screw.
4. Plat dasar
Plat dasar digunakan untuk menyatukan alat dengan statip. Bagian tengah plat
dasar diberikan lubang drat untuk baut instrumen.
6. Statip
Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala
statip dan kaki tiga yang dapat distel ketinggiannya. Statip terbuat dari kayu atau
metal atau alumunium sehingga lebih ringan. Ketinggian statip dapat diatur,
disesuaikan dengan ketinggian si pengamat. Kepala statip ada yang datar,
melengkung (sferis), ada pula yang menyerupai bonggol (Kern) dengan sambungan
alat sentering tongkat teleskopik sekaligus untuk mengatur tinggi alat.
2. Sentering
Yang dimaksud dengan sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal) teodolit
segaris dengan garis gaya berat yang melalui tempat berdiri alat (paku atau titik silang di
atas patok) Sentering dapat dilakukan dengan bantuan salah satu alat di bawah ini:
1) Dengan unting-unting yang digantung pada baut instrumen di bawah kepala statip.
Apabila alat yang berada dalam keadaan tidak sentering digunakan untuk
mengukur sudut horizontal, maka sudut hasil pengukurannya akan dihinggapi kesalahan.
3. Sistem Pembacaan Lingkaran
Sistem pembacaan lingkaran teodolit ada beberapa macam, antara lain skala garis,
digital dan elektronik. Skala garis dapat dibagi menjadi 4, yaitu :
3). Nonius
4). Mikrometer
Garis lurus dan nonius terdapat pada teodolit dengan ketelitian rendah di mana
bacaan lansung pada skala lingkarannya atau yang disebut pula dengan vernier. Skala
mikrometer terdapat pada teodolit dengan ketelitian tinggi (Teodolit optis)
1. Garis lurus
Pada teodolit dengan ketelitian rendah, umumnya pada alat pembacaan hanya ada
garis-garis pembagian derajat dan puluhan menit saja.
Garis pembacaan dinamakan garis Index. Garis ini diam tidak berputar bersama
skala lingkaran, berada di depan lensa mikroskop pembacaan. Angka yang
menunjukkan banyaknya menit dikira-kira (diestimasi)
3. Nonius (Vernier)
Nonius adalah skala bantu pembacaan, agar diperoleh perkiraan pembacaan yang
relatif lebih teliti dari sebelumnya. Skala nonius tidak ikut berputar bersama lingkaran.
Arah angka dan garis skala nonius searah dengan angka dan garis skala lingkaran. Garis
nol dari nonius akan berlaku sebagai garis index. Untuk itu perlu dicari lebih dulu
besarnya kesatuan nonius yaitu berapa besar harga satu kolom dari skala nonius. Hal ini
dapat dicari dengan membagi besar harga satu kolom dari skala lingkaran (R) dengan
banyaknya kolom dari nonius (n).
Misal besar harga satu kolom lingkaran (R) = 10 dan banyaknya kolom nonius (n) =
30, maka kesatuan noniusnya adalah :
R/n = 10/30 = 20
Banyaknya menit dan sekon dicari dengan melihat garis nonius mana yang tepat
berimpit dengan garis skala lingkaran.
4. Mikrometer
Berupa sebuah prisma yang dipasang di depan lensa mikroskop pembacaan. Prisma
ini dapat diputar-putar kedudukannya dengan skrup pemutar (skrup mikrometer) untuk
memanipulasi jalannya sinar dari piringan skala.
SUDUT VERTIKAL
Himpitkan angka yang pas, misal 88 ke tengah garis sejajar dengan skrup mikrometer.
Himpitkan angka yang pas, 160 ke tengah garis sejajar dengan skrup mikrometer.
4. Pelaksanaan Praktek
I. Sentering
1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan. Tentukan tempat yang akan
menjadi lokasi patok
2. Membuka ketiga klem kaki statif, mendirikan statif diatas patok dengan
merentangkan ketiga kaki statip sehingga ketiga kaki statip membentuk segitiga
sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.
3. Pasang unting-unting dengan jarak 3 cm dari patok. Kemudian, pastikan unting-
unting berada tepat diatas patok dengan cara :
- Menarik-turunkan kaki statif agar panjangnya sama
- Menggeser letak kaki statif
4. Setelah itu, mengencangkan instrument statif dan memastikan statif sudah sejajar
dan tidak goyah dengan menekan ujung kaki statif ke tanah.
II. Sumbu I Vertical
1. Menyeimbangkan gelembung nivo kotak dengan menyetel skrup A dan B
bersamaan kea rah yang berlawanan (kea rah dalam atau luar)
2. Memutar teodolit pada sumbu I sehingga nivo tabung sejajar dengan sekrup
penyetel A dan B. Menyeimbangkan gelembung nivo dengan memutar sekrup
penyetel A dan B, bersamaan dan arah berlawanan.
3. Memutar teodolit pada sumbu I 180 . Apabila gelembung bergeser, pergeseran
ditengahkan dengan sekrup A dan atau B.
4. Memutar teodolit pada sumbu I sebesar 90. Apabila gelembung tidak ditengah,
menengahkan dengan memutar sekrup C.
5. Memutar alat pada sumbu I sembarang. Apabila gelembung sudah seimbang,
berarti sumbu I telah vertical. Tetapi bila gelembung masih belum seimbang,
maka mengulangi langkah nomer 3 dan nomer 4 sehingga pada posisi sembarang,
gelmbung nivo tabung tetap seimbang.
III. Pembacaan sudut vertical dan horizontal
a) Fennel Kassel Besar lingkaran horizontal
1. Membidik menggunakan teodolit ke sembarang arah.
2. Mengunci pergerakan menggunakan klem horizontal
3. Mengatur jarum pebacaan pada lingkaran horizontal agar berhimpit di skala
utama dan nonius dengan memutar klem penggerak halus horizontal.
4. Membaca hasil bacaan dengan aturan :
Pada skala utama menentukan besar derajat dan menit dengan
memerhatikan jarum yang berhimpi pada skala, setiap skala mempunyai
nilai 10.
Pada skala nonius mencari pula jarum yang berhimpit dengan skala, dengan
besar sudut setiap skala 20.
Menjumlahkan hasil bacaan antara skala utama dan nonius.
b) Fennel kassel besar lingkaran vertical
1. Membidik teodolit ke segala arah
2. Mengunci pergerakan dengan klem vertical
3. Membaca besar sudut pada mikroskop bacaan lingkaran vertical dengan aturan
sebagai berikut :
Pada skala utama, besar sudut ditentukan dengan memerhatikan skala
sebelum angka nol pada skala nonius,jarum diabaikan.
jarum
53 54 skala utama
skala nonius
7 6
Pembacaan sudut:
Skala utama = 53 50
Skala nonius = 06 20
+
53 56 20
1 skala utama
skala nonius 0
283
Pembacaan sudut:
Skala utama = 283 15
Skala nonius = 02 30
+
283 17 30
skala nonius 0 1 2 3 4
222 223
skala utama
Pembacaan sudut:
Skala utama = 222 30
Skala nonius = 04 00
+
222 34 00
jarum
294
293
Pembacaan sudut:
Pembacaan sudut:
Skala utama = 294 23
Skala nonius = -
+
294 23 00
Dalam melakukan sentering ada beberapa hambatan yang kami alami yakni :
1. Kondisi angin yang berhembus cukup kencang dan membuat tali unting unting
bergerak dan sulit untuk dipusatkan ke titik tengah tengah patok / titik senter.
2. Kondisi permukaan tanah yang kurang datar, sehingga untuk membuat kepala statif
mendatar dibutuhkan ketelitian yang tinggi.
Dalam pembacaan sudut menggunakan theodolite FK besar , pada arah horizontal kami
memperoleh sudut sebesar xxxxxxxxx, dan pada arah vertical kami kami memperoleh sudut
sebesar xxxxxxxxxx. Pada arah horizontal pembacaannya berpedoman pada jarum yang
mengarah ke sekala bacaan. Dalam theodolit FK besar terdapat dua skala bacaaan yakni skala
utama dan skala nonius. Pada pembacaan sudut arah horizontal besar skala utamanya
xxxxxxxxx dan skala noniusnya xxxxxxxx, sehingga sudutnya dapat diproleh dengan
menjumlahkan bacaan skala utama dan skala nonius. Pada arah vertical pembacaannya tidak
mengacu pada jarum bacaan,melainkan mengacu pada angka 0 pada skala nonius dan angka
yang berimpit antara skala utama dan skala nonius. Untuk membaca skala utamanya
dilakukan dengan melihat angka pada skala utama sebelum melewati angka 0 pada skala
nonius,dan untuk membaca skala noniusnya kita cukup melihat angka yang berimpit antara
skala nonius dan skala utama.
1. Kondisi theodolite yang sudah terlalu tua usianya,sehingga skala pembacaannya sedikit
buram.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Slamet.2012. Ilmu Ukur Tanah Edisi Revisi.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/02/pengukuran-jarak-horizontal.html