Anda di halaman 1dari 3

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan suatu kondisi di mana terjadi

peradangan pada mukosa telinga bagian tengah (auris media), tuba eustachius, dan antrum
mastoideum yang terjadi selama lebih dari dua bulan, baik hilang timbul ataupun terus-menerus,
dan diikuti dengan terjadinya perforasi pada membrane timpani, serta keluarnya cairan dari
dalam telinga (otorrhea) (Soepardi & Iskandar, 2001). OMSK termasuk penyakit yang paling
sering terjadi pada anak anak dan sering menyebabkan ketulian, bahkan kematian (Roland et al.,
2002 cit. Lee et al., 2009). Di dunia, OMSK diketahui menjadi salah satu penyakit yang paling
banyak terjadi di negara-negara berkembang (Ajalloueyan, 2006 cit. Ganie, 2008), salah satunya
Indonesia. Pada survei epidemiologi yang dilakukan pada tahun 1994-1996, di tujuh provinsi di
Indonesia, diketahui 25% pasien yang berobat ke poliklinik THT merupakan penderita OMSK,
sedangkan prevalensinya di Indonesia secara umum sekitar 3,8% (Suwento, 2001 cit. Ganie,
2008). Berdasarkan survey epidemiologi di seluruh dunia, didapati 65-330 juta orang menderita
OMSK dengan otorrhea dan 60% (39-200 juta) diantaranya mengalami gangguan pendengaran
yang signifikan (WHO, 2004). Pada tahun 2012 diperkirakan prevalensi OMSK di Indonesia
berkisar 5,4% (semua umur), dan 2,4% prevalensi OMSK di negara-negara tetangga, seperti
Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia (Mahadevan et al., 2012).
Berdasarkan data tersebut, keberadaan OMSK tidak bisa dipandang sebelah mata saja.
Diperlukan adanya terapi yang sesuai dan efisien untuk dapat mengatasinya agar tidak
menimbulkan komplikasi. Namun, terapi untuk OMSK terkadang membutuhkan waktu yang
cukup lama dan harus berulang-ulang, karena sekret yang keluar biasanya tidak cepat kering atau
selalu kambuh lagi. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,seperti adanya perforasi
membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah dapat berhubungan langsung dengan
dunia luar. Selain itu juga sumber infeksi lain pada organ yang berada di sekitar telinga tengah,
seperti faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal (Soepardi & Iskandar, 2001). Penyebab
lainnya adalah terbentuknya substansi yang dibentuk atau diproduksi oleh bakteri penyebab,
contohnya seperti biofilm.
Biofilm merupakan sekelompok atau populasi bakteri yang melekat pada suatu
permukaan jaringan atau peralatan medis, yang diselubungi suatu matriks polisakarida (Saylam
et al., 2010). Kemampuan itulah yang menyebabkan beberapa bakteri dapat resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik. Terbentuknya biofilm menjadi salah satu kendala dalam melakukan
pengobatan OMSK. Bahkan penggunaan prostesa, seperti cochlear implant, tracheostomy tube,
dan myringotomy tube dapat meningkatkan risiko terbentuknya biofilm. Selain itu, terdapat suatu
penelitian yang membuktikan adanya biofilm yang dihasilkan dari 60% sampel sekret telinga
tengah penderita OMSK (Lee et al., 2009).
Baru-baru ini, keberadaan biofilm dianggap sebagai suatu komponen yang berhubungan
dengan kronisitas suatu infeksi, kejadian infeksi yang berulang, dan resistensi terhadap antibiotic
kemoterapi. Terdapat tiga hipotesis yang dapat menjelaskan fenomena tersebut, yaitu terjadinya
penetrasi antibiotik ke dalam biofilm yang tidak sempurna, adanya perubahan lingkungan di
dalam biofilm secara kimiawi, dan bakteri di dalam biofilm mampu membentuk suatu proteksi,
yaitu melakukan suatu diferensiasi sel yang mirip dengan pembentukan spora (Saylam et al.,
2010). Dari hipotesis tersebut, diduga biofilm memiliki peran penting dalam terjadinya infeksi
kronis atau infeksi berulang pada penyakit otorhinolaringologi, salah satunya adalah OMSK.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh beberapa hasil penelitian, seperti adanya mucosal biofilm
pada mukosa telinga tengah pasien penderita OMSK yang dipasangi ventilation tube dan pada
tympanostomy tube yang diambil dari pasien anak dengan otorrhea (Saylam et al., 2010), serta
pada mukosa telinga tengah penderita OMSK dengan perforasi membrane timpani dan otorrhea
(Lee et al., 2009).
Pada OMSK, kemungkinan bakteri aerobik yang dapat menginfeksi adalah Pseudomonas
aeruginosa, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus
mirabilis, dan Klebsiella sp. Sedangkan untuk bakteri anaerobik meliputi, Bacteroides,
Peptostreptococcus, Proprionibacterium. Mikroorganisme yang menyebabkan OMSK
merupakan bakteri yang sering ditemukan pada bagian kulit auris eksterna, namun dapat
mengalami proliferasi bila terjadi trauma di sekitarnya, inflamasi, laserasi atau kelembapan
lingkungan yang tinggi. Bakteri tersebut kemungkinan melakukan migrasi menuju auris media
karena terjadi perforasi yang kronis pada membran timpani. Diantara bakteri-bakteri tersebut, P
aeruginosa merupakan bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada auris
media dan struktur mastoid melalui toksin dan enzim yang diproduksi oleh bakteri tersebut
(Anonim, 2004). Selain itu, P aeruginosa merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan
otitis media supuratif kronis pada orang dewasa (Saini et al., 2005) dan bakteri tersebut mampu
membentuk biofilm pada ossicular chain prostheses plastik yang dipasang di auris media
(Jaryszak et al., 2009). Pada beberapa uji kepekaan antibiotik, P aeruginosa dikatakan kurang
sensitive terhadap beberapa jenis antibiotik dibandingkan dengan S aureus (Nakagawa et al.,
1994). Dengan dilakukannya identifikasi pada kemampuan bakteri untuk membentuk biofilm,
khususnya Pseudomnonas sp, dapat membantu dalam penanganan dan pengobatan infeksi
kronis, terutama pada infeksi OMSK.

Anda mungkin juga menyukai