Anda di halaman 1dari 10

KASUS PEMBUNUHAN ANGELINE

Dosen Pengampu : Sholihul Hakim, S.H., M.H.

Kelas Hukum 02
KELOMPOK SOL JUSTICE
DISUSUN OLEH:
1.) Nur Malinda Okv 1710601014 / 02 / B
2.) Mayangsari BR Tarigan 1710601039 / 02 / B
3.) Muhammad Bintang Nabila 1710601040 / 02 / B
4.) Luqman Ari Fitriyanto 1710601041 / 02 / B
5.) Riza Kusuma Pramastya Dewi 1710601048 / 02 / B
6.) Raafi Ghania Razzaq 1710601049 / 02 / B
7.) Zulfikar Ranu Sasmita 1710601079 / 02 / B
8.) Muhammad Hisyam 1710601084 / 02 / B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NEGERI TIDAR MAGELANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Dalam makalah ini kami membahas
tentang masalah Kasus Pembunuhan Angeline yang dimuat dalam materi Masyarakat ,
Hukum , dan Negara. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada
mahasiswa fakultas Ilmu Sosial dan Politik sebagai bekal melakukan pemahaman tentang
masalah dalam lingkungan sekitar yang berhubungan dengan Masyarakat , Hukum , dan
Negara.Serta tentunya makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kepada dosen
pengampu untuk mampu memberikan perbaikan pembuatan makalah kami

Magelang , 25 September 2017

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PIDANA..................................................................5
2.2 PENGERTIAN PEMBUNUHAN ....................................................5
2.3 KASUS PEMBUNUHAN ANGELINE............................................5
2.4 PENYELESAIAN KASUS ANGELINE.7
2.5 PASAL YANG DIKENAKA N.7
BAB III. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN.................................................................................9
3.2 SARAN.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif dari manusia sejak manusia dalam kandungan sampai akhir
kematiannya. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan antar individu dalam
pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan
pelanggaran HAM. Seorang individu terhadap individu lain, kelompok terhadap individu,
ataupun sebaliknya.

Setelah rezim orde baru tumbang dan dilanjutkan dengan lahirnya reformasi pada tahun
1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya.
Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM masih saja terjadi di sekitar kita.
Untuk itulah kami menyusun makalah tentang pelanggaran HAM yang berjudul Kasus
Pembunuhan Angeline.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana kasus pembunuhan angeline bisa terjadi?


b. Bagaimana penyelesaian kasus pembunhan angeline?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pidana


Suatu pengertian yang diberikan para ahli tentang pengertian hukum pidana akan
berkaitan dengan cara pandang, batasan dan ruang lingkup dari pengertian tersebut. Tidak
mengherankan jika dijumpai banyak banyak sekali pengertian hukum pidana yang
dikemukakan oleh para ahli hukum pidana yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Moeljatno mengartikan hukum pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang
menentukan perbuatan apa yang dilarang dan termasuk kedalam tindak pidana, serta
menentukan hukuman apa yang dapat dijatuhkan terhadap yang melakukannya.1
Andi Zainal Abidin mengartikan hukum pidana meliputi; pertama, perintah dan
larangan, yang atas pelanggarannya atau pengabaiannya telah ditetapkan sanksi terlebih
dahulu oleh badan-badan negara yang berwenang,peraturan-peraturan yang harus ditaati dan
diindahkan oleh setiap orang. Kedua, ketentuan-ketentuan yang menetapkan dengan cara apa
atau alat apadapat diadakan reaksi terhadap pelanggaran-pelanggaran itu. Ketiga, kaidah-
kaidah yang menentukan ruang lingkup berlakunya peraturan itu pada waktu dan di wilayah
negara tertentu.2

2.2 Pengertian Pembunuhan


Pembunuhan secara terminologi berarti perkara membunuh, atau perbuatan
membunuh. Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan
nyawa orang lain.
Tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material bila delik tersebut selesai
dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang dilarang atau yang tidak
dikehendaki oleh Undang-undang.
Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) berbunyi Barangsiapa
dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain,
dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.3
Bentuk kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini dapat berupa
sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan adalah suatu perbuatan yang dapat
terjadi dengan direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan. Tetapi yang penting dari
suatu peristiwa itu adalah adanya niat yang diwujudkan melalui perbuatan yang dilakukan
sampai selesai.

2.3 Kasus Hukum Pembunuhan Angeline


Kasus yang menimpa Engeline pertama kali mengemuka dengan beredarnya kabar
tentang hilangnya anak tersebut. Kabar tersebut tersebar luas antara lain akibat dibuatnya
sebuah laman di jejaring sosial facebook berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child".
Laman tersebut dibuat oleh salah satu kakak angkat Engeline yang sedang kuliah di Amerika

1
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2001, Cet.ke I. hal.1.
2
A.Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Jakarta , Sinar Grafika, 2007, Cet.ke-2. hal.7.
3
Diakses dari situs http://www.kompasiana.com/siagianbene/tindak-pidana-pembunuhan-berencana-dan-
penjelasan-pasal-340-kuhp_57cae2b40bb0bdb971401f4f tanggal 25 September 2017 pukul 18.32 WIB

5
Serikat, yaitu Christine, pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 17.00 WITA.Sementara
Yvonne membuat selebaran mengenai hilangnya Engeline.
Keesokan harinya berbagai media massa turut memberitakan kehilangan tersebut.
Berdasarkan informasi dari Yvonne, dikabarkan bahwa adiknya hilang saat mereka bermain
di depan rumah sekitar pukul 15.00 WITA. Setelah tidak juga ditemukan sampai pukul 18.00,
maka kemudian Yvonne melaporkannya ke polisi. Tim pencari anak hilang dari kepolisian
lantas mencarinya dari Denpasar sampai ke Banyuwangi, tampat lahir orang tua kandungnya.
Berbagai upaya dilakukan oleh polisi, seperti mengamati CCTV di sekitar lokasi,
menganalisis telepon seluler orang tua kandung dan orang tua angkatnya, serta menggunakan
anjing pelacak. Namun anjing tersebut tidak menemukan jejak Engeline dan hanya berputar-
putar di sekitar rumah saja. Keluarga Engeline yang berasal dari luar Bali pun berdatangan ke
kediaman Engeline untuk membantu mencari anak tersebut.
Kasus kehilangan anak ini juga menarik perhatian Komisi Nasional Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI), sehingga ketuanya, Arist Merdeka Sirait, beserta dua anggota
timnya datang ke Bali untuk melakukan dialog dengan Polresta Denpasar dan Polda Bali.
Mereka juga kemudian berkunjung dan menemui Margriet di rumahnya. Saat itu, Margriet
memperkenankan mereka untuk melihat kamar dan ruangan dalam rumah. Dari hasil
kunjungan itu, Arist berkesimpulan bahwa selama ini Engeline tinggal di rumah yang
kondisinya sangat buruk dan tidak layak huni dengan halaman dipenuhi kandang ayam
berjumlah sekitar seratus ayam sehingga akan membuat anak tidak bisa berkembang dengan
baik. KPAI juga menyatakan maksudnya akan mengambil alih sementara hak asuh Margriet
atas Engeline, sehingga membuat Margriet menangis histeris. Dia mengaku tidak terima,
bahkan mengancam akan membunuh siapa pun yang akan mengambil anaknya itu karena dia
menyayangi Engeline dan Engeline pun menyayanginya.
Selain oleh KPAI, rumah Margriet juga didatangi oleh dua menteri Kabinet Kerja,
yaitu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi,
dan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise. Namun
Margriet menolak menemui keduanya dan kedua menteri itu tidak diperbolehkan memasuki
rumahnya.
Hilangnya Engeline juga dibantu penanganannya oleh Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, yang merupakan
perpanjangan tangan Pemerintah Kota Denpasar yang menangani perempuan dan anak.
Mereka sudah memiliki kekhawatiran bahwa hilangnya Angeline bukan karena diculik atau
melarikan diri, tapi justru dibunuh. Hal ini dinyatakan oleh pendamping hukum P2TP2A, Siti
Sapurah tanpa mencurigai siapa pun termasuk ibu angkatnya. Hal tersebut didasari minimnya
indikasi yang mereka temukan bahwa Engeline hilang di sekitar rumah atau diambil
seseorang. Sehingga mereka menduga bahwa Engeline dihilangkan, dikubur atau dibunuh.
Apalagi saat polisi melakukan pemeriksaan Margriet tidak koperatif dan ada ruang di rumah
Margriet yang tidak boleh dimasuki orang lain kecuali orang terdekatnya dia. Ditambah lagi
karena mantan pembantu Margriet, yaitu Agus Tay Hamba May, pernah mengatakan bahwa
satu hari sebelum dilaporkan hilang, hidung Engeline berdarah karena dipukul ibunya.
Pencarian Engeline terhenti setelah ia ditemukan dalam keadaan tewas terkubur di
halaman belakang rumahnya pada hari Rabu, 10 Juni 2015. Jasadnya dalam kondisi
membusuk di bawah pohon pisang, ditutup sampah, terkubur bersama bonekanya. Otopsi
segera dilakukan di Instalasi Forensik di RSUP Sanglah pimpinan dr Ida Bagus Putu Alit,
DMF, SpF. Dari hasil otopsi, Engeline diketahui meninggal sejak tiga minggu sebelumnya.
Di tubuh jenazah ditemukan luka-luka kekerasan berupa memar pada wajah, leher, serta
anggota gerak atas dan bawah. Di punggung kanan jenazah ditemukan luka sundutan rokok.
Selain itu, ditemukan juga luka lilitan dari tali plastik sebanyak empat lilitan. Sebab
kematiannya dipastikan karena kekerasan benda tumpul pada wajah dan kepala yang

6
mengakibatkan pendarahan pada otak. Jasad Engeline kemudian dimakamkan di Dusun
Wadung Pal, Desa Tulungrejo, Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi yang
merupakan kampung halaman dari ibu kandungnya.

2.4Penyelesaian Kasus Hukum Angeline

Penyidikan
Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015, Kepolisian Resor
Kota Denpasar segera mengadakan pemeriksaan terhadap tujuh orang, yaitu Margriet (ibu
angkat), Yvonne dan Christina (kakak angkat), Agus Tay (pembantu), dua penghuni indekos
(suami istri Rahmat Handono dan Susiani), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut
Raka), yang disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah itu setelah ramainya
pemberitaan terkait Angeline.Dari hasil pemeriksaan awal tersebut, polisi menetapkan Agus
Tay Hamba May sebagai tersangka pembunuh Engeline yang mengakui telah membunuh dan
memperkosa Engeline pada tanggal 16 Mei 2015 sekitar pukul 13.00 WITA, tepat pada hari
hilangnya anak tersebut, dan kemudian menguburkan jasadnya di belakang rumah
majikannya itu pada pukul 20.00 WITA.Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali
menetapkan ibu angkat Angeline, Margriet Megawe, sebagai tersangka dalam kasus dugaan
pelantaran anak dan menempatkannya di tahanan Mapolda Bali.
Pada tanggal 28 Juni 2015, Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
pembunuhan berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus, bukti-bukti kedokteran
forensik RS Sanglah, dan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta
Denpasar, Inafis (Indonesia Automatic Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan
bantuan Inafis Mabes Polri. Dari bukti-bukti tersebut Margriet diduga menjadi otak
pembunuhan, dan Agus hanya membantu menguburkan jasad Engeline. Namun tim
pengacara tersangka Margriet mempermasalahkan penetapan tersangka Margriet terkait kasus
pembunuhan Engeline dan mendaftarkan gugatan praperadilan di Pengadilan Negeri
Denpasar pada tanggal 2 Juli 2015.
Pada tanggal 6 Juli 2015, Polresta Denpasar menggelar rekonstruksi pembunuhan
Engeline di Tempat Kejadian Perkara di Jalan Sedap Malam 26 Denpasar dihadiri dua
tersangka.Tanggal 29 Juli 2015, praperadilan yang diajukan Margriet ditolak oleh Pengadilan
Negeri Denpasar. Hakim tunggal Achmad Peten Sili menilai bahwa pihak pemohon,
Margriet, melalui kuasa hukumnya, Hotma Sitompoel & Associates, tidak bisa membuktikan
dalil-dalil permohonannya bahwa termohon (Polda Bali) dalam menetapkan tersangka
(Margriet) tidak didasari adanya alat bukti yang sah adalah argumentasi yang tidak beralasan.
Pada tanggal 7 September 2015, berkas perkara tentang pembunuhan Engeline
dinyatakan sudah lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri Denpasar bersama
dengan dua tersangkanya untuk segera dilimpahkan ke pengadilan. Dalam berkas tersebut,
tertera sejumlah pasal yang disangkakan kepada Margriet yaitu pasal pembunuhan berencana,
pembunuhan, penganiayaan mengakibatkan korban meninggal, dan penelantaran anak.

2.5 Pasal Yang Dikenakan

Pasal 340 : Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan nyawa orang, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana
dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya 20 tahun

-Melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang isinya tentang Pokok-Pokok Agraria
mengatur larangan kepemilikan tanah dan hak guna bangunan oleh warga negara asing.

7
-Melanggar Pasal 21 Ayat (1) yang isinya ketentuan hanya warga negara Indonesia (WNI)
yang dapat mempunyai hak milik.

-Melanggar Pasal 21 Ayat (3) yang isinya okok Agraria berisi aturan bagi orang asing yang
setelah UU ini disahkan mendapatkan hak milik karena warisan tanpa wasiat atau
pencampuran harta karena perkawinan dan bagi WNI yang mempunyai hak milik tapi
kehilangan kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak dalam jangka waktu satu tahun sejak
diperolehnya hak tersebut.

-Melanggar Pasal 36 Ayat (1) yang isinya Pokok Agraria mengatur pihak yang mempunyai
hak guna bangunan yaitu WNI dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.

-Melanggar Pasal 35 Ayat (1) yang isinya Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik.

-Melanggar Pasal 28D Ayat (1) yang isinya Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hokum.

-Melanggar UUD yang isinya tentang perlindungan terhadap anak

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah menganalisa dan memperhatikan setiap pembahasan kasus tersebut. Kami


menyimpulkan bahwa pembunuhan terhadap anak tidak sesuai dengan norma karena
pembunuhan adalah hal yang tidak disarankan untuk dilakukan karena selain melanggar
norma hukum dan agama, banyak norma lain lagi dilanggar. Pembunuhan adalah tindakan
mengambil hak orang dengan cara paksa.

3.2 Saran
Bekerja sama dengan pihak sekolah, tetangga, orang yang dikenal, dll. Sehingga hal
itu tidak terjadi.Margareta harus mendapat pelajaran yang seharusnya diterima. Jika
Margareta tidak niat menjaga dan melindungi Angeline, lebih mending tidak perlu
mengadopsinya.Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus di masa yang akan datang,
jadi kita harus menjaga dan melindunginya dengan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

R.Sugandhi SH, 1980,Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,Usaha Nasional, Surabaya

https://daerah.sindonews.com/read/1089180/174/rentetan-kasus-pembunuhan-angeline-hingga-vonis-
pengadilan-1456737431 (diakses 25 September 2017 pukul 19.19)

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160229142054-12-114271/terdakwa-kasus-angeline-
margriet-dihukum-seumur-hidup/ (diakses 25 September 2017 pukul 20.27)

10

Anda mungkin juga menyukai