Tetanus 2 PDF
Tetanus 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, berukuran 2-5 x 0,4-0,5
milimikron yang hidup tanpa oksigen (anaerob), dan membentuk spora. Spora
dewasa mempunyai bagian yang berbentuk bulat yang letaknya di ujung, dan
memberi gambaran penabuh genderang (drum stick) (Bleck, 2000). Spora ini
mampu bertahan hidup dalam lingkungan panas, antiseptik, dan di jaringan
tubuh. Spora ini juga bisa bertahan hidup beberapa bulan bahkan bertahun.
(Ritarwan, 2004). Bakteria yang berbentuk batang ini sering terdapat dalam
kotoran hewan dan manusia, dan bisa terkena luka melalui debu atau tanah
yang terkontaminasi (Arnon, 2007). Clostridium tetani merupakan bakteria
Gram positif dan dapat menghasilkan eksotoksin yang bersifat neurotoksik.
Toksin ini (tetanospasmin) dapat menyebabkan kekejangan pada otot
(Suraatmaja, 2000).
2.1.4. Patogenesis
Pertolongan persalinan dan pemotongan tali pusat yang tidak steril akan
memudahkan spora Clostridium tetani masuk dari luka tali pusat dan
melepaskan tetanospamin. Tetanospamin akan berikatan dengan reseptor di
membran prasinaps pada motor neuron. Kemudian bergerak melalui sistem
transpor aksonal retrograd melalui sel-sel neuron hingga ke medula spinalis
dan batang otak, seterusnya menyebabkan gangguan sistim saraf pusat (SSP)
dan sistim saraf perifer (Arnon, 2007). Gangguan tersebut berupa gangguan
terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter
inhibisi, yaitu asam aminobutirat gama (GABA) dan glisin, sehingga terjadi
epilepsi, yaitu lepasan muatan listrik yang berlebihan dan berterusan, sehingga
penerimaan serta pengiriman impuls dari otak ke bagian-bagian tubuh
terganggu (Abrutyn, 2008). Ketegangan otot dapat bermula dari tempat masuk
kuman atau pada otot rahang dan leher. Pada saat toksin masuk ke sumsum
tulang belakang, kekakuan otot yang lebih berat dapat terjadi. Dijumpai
kekakuan ekstremitas, otot-otot dada, perut dan mulai timbul kejang. Sebaik
sahaja toksin mencapai korteks serebri, penderita akan mengalami kejang
spontan. Pada sistim saraf otonom yang diserang tetanospasmin akan
menyebabkan gangguan proses pernafasan, metabolisme, hemodinamika,
hormonal, pencernaan, perkemihan, dan pergerakan otot. Kekakuan laring,
hipertensi, gangguan irama jantung, berkeringat secara berlebihan
2.1.6. Pencegahan
Tindakan pencegahan serta eliminasi tetanus neonatorum adalah bersandarkan
pada tindakan menurunkan atau menghilangkan faktor-faktor risiko.
Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan. Pemotongan dan perawatan tali pusat wajib
menggunakan alat yang steril (WHO, 2006). Pengendalian kebersihan pada
tempat pertolongan persalinan perlu dilakukan dengan semaksimal mungkin
agar tidak terjadi kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan
dan perawatan tali pusat dilakukan. Praktik 3 Bersih perlu diterapkan, yaitu
bersih tangan, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu,
di samping perawatan tali pusat yang benar sangat penting dalam kurikulum
pendidikan bidan. Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang
2.2.2. Manfaat
Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil adalah:
a. Dapat melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum (Chin,
2000).
b. Dapat melindungi ibu hamil terhadap kemungkinan terjadinya tetanus
apabila terluka (Depkes RI, 2000).
Kedua-dua manfaat tersebut adalah penting dalam mencapai salah satu tujuan
dari program imunisasi secara nasional yaitu, eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004).
2.3. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang
dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan
kelangsungvan hidup. Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seeorang