Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri gram negatif berbentuk
batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang.
Enterobacteriaceae bersifat anaerob fakultatif, memiliki struktur antigenik yang
komplek, dan menghasilkan berbagai toksin yang mematikan. Sebagian bakteri
enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah) apabila bakteri
tetap berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan dimana terjadi
perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian tubuh yang lain,
banyak diantara bakteri ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap jaringan
tubuh manusia. Organisme-organisme di dalam famili ini pada kenyataannya
mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial misalnya sebagai
penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bakteri
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae

Anggota Enterobacteriaceae yang bentuk batang, dan biasanya memiliki


panjang 1-5 pM. Seperti Proteobacteria lain mereka bersifat Gram negatif,
anaerob fakultatif , dapat memfermentasi gula untuk menghasilkan asam
laktat dan berbagai produk akhir lainnya. Kebanyakan juga dapat mengubah
nitrat menjadi nitrit, walaupun ada pengecualian
(misalnya Phoptorhadus ). Apabila Enterobacteriaceae diuji dengan tes katalase
maka hasilnya positif, hal tersebut menunjukkan bahwa Enterobacteriaceae
mengandung enzim katalase. Namum apabila diuji dengan tes oksidase, maka

1
hasilnya negatif. Kebanyakan memiliki banyak flagel digunakan untuk bergerak,
tetapi ada juga beberapa kelompok yang non-motil. Enterobacteriaceae
merupakan bakteri non-spora dan membentuk reaksi katalase bervariasi antara
Enterobacteriaceae. Sebagian besar strainnya memiliki fimbria adhesif. Dalam
pertumbuhannya, Enterobacteriaceae kurang atau sedikit memerlukan NaCl.
Banyak anggota famili ini adalah bagian normal dari flora usus ditemukan
dalam usus manusia dan hewan lainnya, sementara yang lain ditemukan dalam air
atau tanah, atauparasit pada berbagai hewan dan tumbuhan yang
berbeda. Eschericia coli, lebih dikenal sebagai E.coli, adalah salah satu model
organisme yang paling penting , serta genetika dan biokimia telah banyak
dipelajari.
Kebanyakan anggota Enterobacteriaceae memiliki fimbriae peritrik Tipe I
berkaitan dalam adhesi sel bakteri untuk host mereka. Sering dijumpai pada
permukaan eksternal atau internal dari tubuh sebagai infeksi opurtunistik terutama
sesudah prosedur invasif seperti pembedahan dan kateterisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
a) Apa yang dimaksud Enterobacteriaceae?
b) Apa saja jenis-jenis Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan Non
Laktosa Fermenter?
c) Bagaimana cara identifikasi Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan
Non Laktosa Fermenter
1.3 Tujuan Penulisan
a) Mengetahui Enterobacteriaceae
b) Mengetahui jenis-jenis Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan Non
Laktosa Fermenter
c) Mengetahui cara identifikasi Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan
Non Laktosa Fermenter

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enterobacteriaceae
Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri gram negatif berbentuk
batang yang habitat alaminya adalah saluran usus manusia dan hewan. Keluarga mencakup
banyak genus (coli, Shigella, Salmonella, Enterobacter, Klebsiella, Pseudomonas,
Proteus, dan lain-lain). Beberapa organisme enterik, misalnya, Escherichia coli,
adalah bagian dari flora normal dan kebetulan menyebabkan penyakit, sementara yang
lain, yang salmonella dan shigellae, secara teratur patogen bagi manusia.
Berdasarkan sifat fermentsinya, Enterobacteriacea digolongkan menjadi 2
kelompok yaitu:
1. Enterobactericaceae Laktosa Fermenter
2. Enterobacteriaceae Non Laktosa Fermenter
Laktosa digunakan sebagai sumber karbohidrat dalam proses
pertumbuhannya. Media selekif yang digunakan untuk membedakan bakteri ini
adalah media Mac Concey Agar. Pada media Media Mac Conkey Agar
membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa, (berkoloni merah muda)
dengan yang nonfermentasi (tidak berwarna). NaCl yang terkandung dpt
menghambat koloni bakteri proteus. Koloni salmonella halus dan tak berwarna.
Mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negatif yang
memfermentasi laktosa, karena media ini mengandung laktosa, crystal violet dan
neutral red bile salt. Kemampuan E. coli memfermentasi laktosa menyebabkan
penurunan pH, sehingga mempermudah absorpsi neutral red untuk mengubah
koloni menjadi merah bata. Koloni lain (S. aureus; P. aeruginosa dan Salmonella),
bila tumbuh tidak akan berwarna karena tidak mampu memfermentasi laktosa.
Mikroba lain yang dapat tumbuh pada media ini antara lain Enterobacter, Proteus,
Salmonella, Shigella, Aerobacter; Enterococcus.

3
2.2 Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan Enterobacteriaceae Non
Laktosa Fermenter
Bila bakteri memfermentasi laktosa pada media Mac Conkey maka koloni
yang tumbuh berwarna pink karena terjadi perubahan pH menjadi asam (Netral
red; Asam = merah muda, Basa = Kuning) sehingga koloni yang tumbuh
berwarna pink bersifat laktosa fermenter sedangkan koloni yang tumbuh jernih
memiliki sifat non laktosa fermenter.
Laktosa fermenter Laktosa fermenter Laktosa fermenter
Cth. E.coli Cth. Enterobacter Cth. Klebsiella sp
aerogenes

Non Laktosa fermenter (kanan)


Cth. Salmonella typhi, Shigella sp

4
2.3 Jenis Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter
Jenis-jenis Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter diantaraya adalah:
E.coli
Klebsiella pneumoniae
Enterobacter aerogenes
2.3.1 E. Coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek yang memiliki panjang sekitar 2 m, diameter 0,7 m, lebar 0,4-0,7m
dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung,
dan halus dengan tepi yang nyata.
Klasifikasi ilmiah
Domain: Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : E. coli

Patogenesis
E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik
menghasilkan enterotoksin pada sel epitel. Manifestasi klinik infeksi oleh E. Coli
bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat dibedakan dengan gejala infeksi
yang disebabkan oleh bakteri lain. Penyakit yang disebabkan oleh E. coli yaitu
infeksi saluran kemih, diare, sepsis, meningitis.

5
Pengobatan
Infeksi oleh E. coli dapat diobati menggunakan sulfonamida, ampisilin,
sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin dan aminoglikosida. Aminoglikosida
kurang baik diserap oleh gastrointestinal, dan mempunyai efek beracun pada
ginjal. Jenis antibiotik yang paling sering digunakan adalah ampisilin.Ampisilin
adalah asam organik yang terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai samping.
Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam,sedangkan rantai
sampingnya merupakan gugus amino bebas yang mengikat satu atom H.

2.3.2 Klebsiella pneumonia


Hans Christian Gram seorang Ilmuwan berkebangsaan Denmark yang
hidup pada tahun 1853 1938, untuk pertama kali beliau berhasil
memperkenalkan cara pewarnaan bakteri secara gram, dan berhasil mengamati
Klebsiella pneumonia dan Streptococcus pneumonia pada tahun 1884. Kemudian
bakteri tersebut berhasil di identifikasi oleh seorang ahli
Bakteriologi berkebangsaan jerman bernama Edwin Klebs, yang hidup pada tahun
(1831 1913) yang kemudian memperkenalkan Bakteri ini,dan diberi nama
Klebsiella sesuai namanya.

Morfologi
Berbentuk batang pendek, gram negatif, bersifat aerob fakultatif, bakteri
ini berukuran 0,5 1,5 x 1 2 , tidak mampu berbentuk spora, tidak dapat
bergerak dengan bebas dan mempunyai kapsul yang tersusun dari Polisakarida
sehingga dengan mudah dapat mengikat lipoprotein untuk membetuk
Lipopolisakarida yang berfungsi sebagai Patogenitas bakteri ini. Kadang-kadang
bakteri ini mempunyai susunan berpasangan seperti pneumococcus.

Sifat Pertumbuhan
Coliform ini dapat tumbuh subur dan cepat pada media sederhana, aerobic
dan anaerobic fakultatif, dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan
asam (6 7,8) dan gas pada pengeraman 37oC selama 24-48 jam. Spesies yang

6
termasuk golongan Coliform antara lain Escherichia coli, Enterobacter
aerogenes, dan Klebsiella pneumonia.

Klasifikasi
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Class : Gama Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Familly : Enterobakteriaceae
Genus : Klebsiella
Spesies : Klebsiella pneumonia

Patogenesis
Anggota genus Klebsiella biasanya mengekspresikan 2 jenis antigen pada
permukaan sel mereka. Yang pertama adalah lipopolisakarida (O antigen), yang
lain adalah polisakarida kapsul (K antigen). Kedua antigen ini berkontribusi pada
patogenisitas. Tentang 77 K antigen dan 9 O antigen ada. Variabilitas struktur
antigen ini membentuk dasar untuk klasifikasi dalam berbagai serotipe. Virulensi
dari semua serotipe tampaknya serupa. Lobar pneumonia berbeda dari pneumonia
lain dalam hal itu dikaitkan dengan perubahan destruktif di paru-paru. Ini adalah
penyakit yang sangat berat dengan onset yang cepat dan hasil yang sering fatal
meskipun pengobatan antimikroba dini dan tepat. Pasien biasanya hadir dengan
onset akut demam tinggi dan menggigil, gejala seperti flu, dan batuk produktif
dengan sputum banyak, tebal, ulet, dan darah-biruan kadang-kadang disebut
dahak jeli kismis.Sebuah kecenderungan meningkat ada ke arah pembentukan
abses, kavitasi, empiema, dan adhesi pleura. Kebanyakan penyakit paru
disebabkan oleh K. pneumoniae dalam bentuk bronkopneumonia atau bronkitis.
Infeksi ini biasanya didapat di rumah sakit dan memiliki presentasi yang lebih
halus. Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan
pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas

7
bagian bawah. Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas
bagian bawah yaitu :
a. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus
tertentu seperti kasus neurologis dan usia lanju
b. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas
yang digunakan pasien
c. Hematogenik
d. Penyebaran langsung

Klinis
Pada umumnya, gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri
golongan Klebsiellae adalah sama. Akan tetapi, setiap penyakit berdasarkan jenis
spesies Klebsiella-nya masing-masing punya ciri khas.
Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan penyakit paru-paru memberikan
penampakan berupa pembengkakan paru-paru sehingga lobus kiri dan kanan paru-
paru menjadi tidak sama; demam (panas-dingin); batuk-batuk (bronkhitis);
penebalan dinding mukosa; dan dahak berdarah. Sedangkan, Klebsiella
rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma dan
ozaena memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung,
benjolan-benjolan di rongga pernapasan (terutama hidung), sakit kepala, serta
ingus hijau dan berbau.

Pengobatan
Pengobatan tergantung pada sistem organ yang terlibat. Secara umum,
terapi awal pasien dengan bakteremia mungkin adalah empiris.. Pemilihan agen
antimikroba spesifik tergantung pada pola-pola kerentanan setempat.. Setelah
bakteremia dikonfirmasi pengobatan dapat dimodifikasi.
Pengobatan dengan aktivitas intrinsik yang tinggi terhadap K. pneumoniae harus
dipilih untuk pasien sakit parah. Contoh obat tersebut termasuk sefalosporin
generasi ketiga (misalnya, cefotaxime, ceftriaxone), carbapene dengan nama
genaeriknya( imipenem / cilastatin), aminoglikosida (misalnya, gentamisin,

8
amikasin), dan kuinolon.Obat-obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau
terapi kombinasi. Beberapa ahli menyarankan menggunakan kombinasi dari
aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga sebagai pengobatan. Lainnya
tidak setuju dan merekomendasikan monoterapi. Aztreonam dapat digunakan
pada pasien yang alergi terhadap antibiotik beta-laktam. Kuinolon juga pilihan
pengobatan yang efektif untuk rentan isolat pada pasien, baik alergi carbapenem
atau alergi beta-laktam.

2.3.3 Enterobacter aerogenes


Enterobacter aerogenes adalah gram negatif, oksidase negatif, katalase
positif, sitrat positif, indol negtif, berbentuk batang negatif . E.
aerogenes adalah nosokomial dan bakteri patogen yang menyebabkan infeksi
oportunistiktermasuk sebagian besar jenis infeksi. Mayoritas adalah yang paling
sensitif terhadap antibiotik yang dirancang untuk kelas bakteri, tapi ini rumit oleh
mekanisme diinduksi perlawanan mereka, terutama laktamase yang berarti bahwa
mereka dengan cepat menjadi resisten terhadap antibiotik standar selama
pengobatan, membutuhkan perubahan antibiotik untuk menghindari
memburuknya sepsis .

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Bakteri

Filum: Bakteri

Kelas: Gamma Bakteri

Order: Enterobacteriales

Keluarga: Enterobacteriaceae

Genus: Enterobacter

Beberapa infeksi yang disebabkan oleh E. aerogenes hasil


spesifik antibiotik perawatan, kateter vena insersi, dan / atau prosedur bedah.

9
E. aerogenes umumnya ditemukan di manusia saluran pencernaan dan umumnya
tidak menyebabkan penyakit pada orang sehat. Telah ditemukan hidup di berbagai
limbah, kimia higienis, dan tanah. Bakteri ini juga memiliki beberapa signifikansi
komersial - gas hidrogen yang dihasilkan selama proses fermentasi telah
bereksperimen dengan menggunakan molase sebagai substrat.

2.4 Jenis Enterobacteriaceae Non Laktosa Fermenter


Jenis-jenis Enterobacteriaceae Non Laktosa Fermenter diantaraya adalah:
Salmonella dan shigella
Pseudomonas sp
2.4.I Salmonella shigella
Dimensi Bakteri berbentuk batang, tidak berspora dan tidak bersimpai
tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae), pada pewarnaan gram bersifat gram
negatif, ukuran 2- 4 mikrometer x 0.5-0.8 mikrometer dan bergerak.
Adapun bakteri salmonella dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kelas : Psilopsida
Ordo : Psilotales
Family : Psilotaceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella typhi
Adapun sifat dari bakteri diatas adalah sabagai berikut :
1. Bentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, bergerak dengan flagel pertrich,
mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
menganddung empedu.
2. Sebagian besar Salmonella typhi bersifat patogen pada binatang dan
merupakan sumber infeksi pada manusia, binatang-binatang itu antara lain
tikus, unggas, anjing, dan kucing.
3. Dialam bebas Salmonella typhi dapat tahan hidup lama dalam air , tanah atau
pada bahan makanan. di dalam feses diluar tubuh manusia tahan hidup 1-2
bulan.

10
Salmonella sp. bersifat aerob dan anaerob falkultatif, pertumbuhan
Salmonella sp. pada suhu 37oC dan pada pH 6-8. Salmonella sp. memiliki flagel
jadi pada uji motilitas hasilnya positif , pada media BAP (Blood Agar Plate)
menyebabkan hemolisis. Pada media MC (Mac Conkay) tidak memfermentasi
laktosa atau disebut Non Laktosa Fermenter (NLF) tapi Salmonella sp.
memfermentasi glukosa , manitol dan maltosa disertai pembentukan asam dan gas
kecuali S. typhi yang tidak menghasikkan gas. Kemudian pada media indol
negatif, MR positif, Vp negatif dan sitrat kemungkinan positif. Tidak
menghidrolisiskan urea dan menghasilkan H2S.

Patogenesis Salmonella typhi


Salmonella di usus halus melakukan penetrasi kedalam epitel, kuman terus
melalui lapisan epitel masuk kedalam jaringan subepitel sampai di lamina propia.
Mekanisme biokima yang terjadi pada saat penetrasi belum diketahui dengan jelas
tetapi tampak seperti proses yang menyerupai proses fagositosis. Pada saat kuman
mendekati lapisan epitel, brush border berdegenerasi dan kemudian kuman masuk
kedalam sel. Mereka dikelilingi seperti vakuola fagositik. Namun kadang yang
terjadi adalah intracelullar junction,setelah penetrasi kedalam sel epitel organisme
difagosir oleh makrofag kemudian berkembang biak dan dibawa oleh makrofag ke
tubuh lain, kemampuan salomnella untuk hidup secara intracelullar mungkin
dikarenakan salmonella memiliki antigen permukaan (antigen Vi).

S.Typhi masuk kedalam usus sirkulasi darah organ retikulondotelial untuk bereplikasi
bakteriemi primer kuman masuk ke sistem limfatik kel/ limfa aliran darah hati, limfa,
sumsum tulangKuman bereplikasi dalam sel masuk sirkulasi darah (kedua kalinya)
demam makin kuat minggu ke I (bakteriemi pertama) demam, lemah, anoreksi, pegal2, sakit
kepala.

11
Struktur antigen :
1. Antigen O
Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh kuman.
Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap
pemanasan 100oC selama 2-5 jam, alcohol dan asam yang encer.
2. Antigen H
Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagella, pibriae atau fili
Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen ini tidak aktif pada
pemanasan di atas suhu 60oC, dan pemberian alcohol atau asam.
3. Antigen Vi
Antigen Vi terletak dilapisan terluar Salmonella typhi (kapsul) yang
melindungi kuman dari pagositas dengan struktur kimia glikolitid. Akan rusak
bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60oC, dengan pemberian asam dan
fenol. Antigen inidigunakan untuk mengetahui adanya karier.
4. Outer Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP Salmonella Typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak
diluar membrane plasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel
terhadap ingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu
proteinnonporin.

Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya infeksi Salmonella sp.


Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia ada 4 sindrom yaitu :
1. Gastroenteritis atau keracunan makanan merupakan infeksi usus dan tidak
ditemukan toksin sebelumnya. Terjadi karena menelan makanan yang
tercemar Salmonella sp. misalnya daging dan telur. Masa inkubasinya 8-48
jam, gejalanya mual, sakit kepala, muntah, diare hebat, dan terdapat darah
dalam tinja. Terjadi demam ringan yang akan sembuh dalam 2-3 hari.
Bakterimia jarang terjadi pada penderita (2-4%) kecuali pada penderita yang
kekebalan tubuhnya kurang.
2. Demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratifoid
disebabkan S paratyphi A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut masuk

12
kedalam lambung untuk mencapai usus halus, lalu ke kelenjar getah bening.
Kemudian memasuki ductus thoracicus. Kemudian kuman masuk dalam
saluran darah (bacterimia) timbul gejala dan sampai ke hati, limpa, sumsum
tulang, ginjal dan lain-lain. Selanjutnya di organ tubuh tersebut Samonella sp.
berkembang biak.
3. Bakterimia (septikimia) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi
Salmonella non-typhi. Adanya Salmonella dalam darah beresiko tinggi
terjadinya infeksi. Gejala yang menonjol adalah panas dan bakterimia
intermiten (Karsinah et al, 1994) . Dan timbul kelainan-kelainan local pada
bagian tubuh misalnya osteomielitis, pneumonia, abses paru-paru, meningitis
dan lain-lain. Penyakit ini tidak menyerang usus dan biakan tinjanya negatif.
4. Carier yang asomatik adalah semua individu yang terinfeksi Salmonella sp.
akan mengekskresi kuman dalam tinja untuk jangka waktu yang bervariasi
disebut carrier convalesent, jika dalam 2-3 bulan penderita tidak lagi
mengekskresi Salmonella. Dan jika dalam 1 tahun penderita masih
mengekskresi Salmonella disebut carrier kronik.

Masa inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu paling singkat 3 hari
dan paling lama 2 bulan. Gejalanya demam tinggi pada minggu ke-2 dan ke-3.
Gejala lain yang sering ditemukan nyeri otot, sakit kepela, batuk dan lain-lain.
Selain itu dapat dijumpai adanya bradikardia relatif, pembesaran hati dan limpa,
bintik Rose sekitar umbilikus. Kemudian terjadi komplikasi antar lain hepatitis
dan pendarahan pada usus. Terjadi setelah 1-3 minggu setelah pengobatan
dihentikan. Septicemia karena Salmonella terkait dengan infeksi lanjutan pada
semua sistem organ. Postenteritis reactive arthritis (radang sendi sebagai reaksi
terhadap infeksi pada saluran pencernaan) dan Reiter's syndrome (rematik
sistemik, yang selain menyerang persendian, juga menyerang organ lain),
dilaporkan terjadi umumnya 3 minggu setelah infeksi. Artritis reaktif dapat terjadi
dengan frekuensi 2% dari kasus yang terbukti melalui pembiakan bakteri. Artritis
septis (radang sendi karena infeksi bakteri) juga terjadi setelah atau bersamaan
dengan septicemia, dan perawatannya mungkin sulit.

13
Adapun cara penularan dari penyakit typhus adalah sebagai berikut:
1. Melalalui makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
2. Melalui air untuk keperluan rumah tangga yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
3. Melalui daging, telur, susu yang berasal dari hewan sakit yang dimasak
kurang matang.
4. Makanan dan minuman berhubungan dengan binatang yang mengandung
bakteri Salmonella typhi, seperti lalat, tikus, kucing dan ayam.
Setelah sembuh dari penyakitnya, penderita akan kebal terhadap typhus,
untuk waktu cukup lama. Interksi ulang (reinfeksi) dapat terjadi, tetapi biasanya
gejalanya sangat ringan. Makanan penderita dapat juga menjadi karier karena
bakteri menetap dan berkembang biak dalam kandung empedunya. Bahan yang
berbahaya untuk penularan adalah feses penderita atau karier.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Mikrobiologi (kultur)
Metode diagnosis mikrobiologik atau kultur merupakan gold standart
untuk diagnosis demam tifoid. Spesifikasinya lebih dari 90% pada penderita
yang belum diobati, kultur darahnya positif pada minggu pertama. Jika sudah
diobati hasil positif menjadi 40% namun pada kultur sum-sum tulang hasil
positif tinggi 90%. Pada minggu selanjutnya kultur tinja dan urin meningkat
yaitu 85% dan 25%, berturut-turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4. Selama
3 bulan kultur tinja dapat positif kira-kira 3% karena penderita tersebut
termasuk carrier kronik. Carrier kronik sering terjadi pada orang dewasa dari
pada anak-anak dan lebih sering pada wanita daripada laki-laki.
2. Pemeriksaan Klinik (darah)
a. Hitung lekosit total pada demam tifoid menunjukkan lekopenia,
kemungkinan 3.000 sampai 8.000 per mm kubik.
b.Hitung jenis lekosit : Kemungkinan limfositosis dan monositosis.

14
3. Pemeriksaan Serologi
Widal test
Merupakan uji yang mendeteksi antibodi penderita yang timbul pada
minggu pertama. Uji ini mengukur adanya antibodi yang ditimbulkan oleh
antigen O dan H pada Salmonella sp. Hasil bermakna jika hasil titer O dan H
yaitu 1:160 atau lebih. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia menggunakan
uji widal untuk mendiagnosis demam tifoid.

IDL Tubex test


Tubex test pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Prinsip
pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum yang
dicampur 1 menit dengan larutan A. Kemudian 2 tetes larutan B dicampur
selama 12 menit. Tabung ditempelkan pada magnet khusus. Kemudian
pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan antibodi.
Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna pada magnet
khusus.

Typhidot test
Uji serologi ini untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM yang spesifik untuk
S. typhi. Uji ini lebih baik dari pada uji Widal dan merupakan uji Enzyme
Immuno Assay (EIA) ketegasan (75%), kepekaan (95%). Studi evaluasi juga
menunjukkan Typhidot-M lebih baik dari pada metoda kultur. Walaupun
kultur merupakan pemeriksaan gold standar. Perbandingan kepekaan
Typhidot-M dan metode kultur adalah >93%. Typhidot-M sangat
bermanfaat untuk diagnosis cepat di daerah endemis demam tifoid.

IgM dipstick test


Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi adanya
antibodi yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum penderita.
Pemeriksaan IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan perbandingan
1:50 dan darah 1 : 25. Selanjutnya diinkubasi 3 jam pada suhu kamar.

15
Kemudian dibilas dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika ada warna
berarti positif dan Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi hasil 1+, 2+,
3+ atau 4+ jika positif lemah.

Pencegahan dan Pengobatan Salmonella typhi


Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Kadang makanan diberikan melalui infus sampai penderita dapat mencerna
makanan. Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas
(karena berbagai jenis bakteri akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin
perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki atau mengangkat bagian usus
yang mengalami perforasi.
Anti biotika yang sering digunakan:
1. Kloramfenikol ; Dosis : 4 x 500mg/hari . Diberikan sampai dengan 7 hari
bebas panas.
2. Tiamfenikol ; Dosis : 4500 mg.
3. Kotrimoksazol ; Dosis : 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol
400 mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.
4. Ampisilin dan Amoksisilin ; Dosis : 50-150 mg/kgBB dan digunakan
selama 2 minggu.
5. Sefalosporin generasi ketiga ; Dosis : 3-4 gram dalam dektrosa 100 cc
diberikan selama jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga
5 hari.
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri
Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas
laboratorium dan para pelancong).

Adapun untuk mencegahnya adalah melakukan hal-hal berikut:


1. Menyediakan tempat pembuangan yang sehat dan higienis.
2. Mencuci tangan sebelum mengkonsumsi jajanan.

16
3. Menghindari jajan di tempat yang kurang terjamin kebersihan dan
kesehatannya.
4. Menjaga agar sumber air yang digunakan tidak terkontaminasi oleh
bakteri thypus.
5. Jangan menggunakan air yang sudah tercemar. Masak air hingga 100C.
6. Melakukan pengawasan terhadap rumah makan dan penjual
makanan/jajanan.
7. Melakukan vaksinasi untuk memberi kekebalan tubuh yang kuat.
8. Mencari informasi mengenai bahaya penyakit thypus. Jika memahami
tentang penyakit ini, maka pelajar akan lebih mudah untuk menjaga diri
dan lingkungannya agar selalu bersih dan sehat.
9. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman. Pengawasan diperlukan
agar tidak lengah terhadap kuman yang dibawa. Sebab, jika lengan,
sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.
10. Daya tahan tubuh ditingkatkan lagi.
11. Jangan banyak jajan di luar rumah.
12. Mengkonsumsi makanan yang masih panas sehingga kebersihannya
terjamin.

2.4.2 Pseudomonas sp
Genus Pseudomonas terdiri dari sejumlah bakteri gram negaftif batang
yang tidak meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan air. Dalam habitat
alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan zat
organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya
adalah fakultatif khemolitotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber
karbon. Katalase positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi
kedua-duanya. Kebanyakan spesies Pseudomonas tidak menyebabkan infeksi
pada manusia, tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen,
dapat menyebabkan infeksi pada individu dengan ketahanan tubuh yang
menurun.

17
Infeksinya biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi
nosokomial. Genus Pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12
yang penting dalam klinik.
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa

Morfologi
Batang negatif Gram: 0,5-1,0 x 3,0-4,0 um. Umumnya mempunyai flagel
polar tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada perbenihan tanpa
sukrosa terdapat lapisan lendir polisakharida ekstraseluler.
Struktur dinding sel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain yang di
isolasi dari bahan klinik sering mempunyai pili untuk perlekatan pada
permukaan sel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap
fagositosis. Pseudomonas aeruginosa merupakan organisme yang sangat
mudah beradaptasi dan dapat memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk
pertumbuhan dan amonia sebagai sumber nitrogen.
Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman
Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk mentolerir keadaan
alkalis, juga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman vibrio. Meskipun
Pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan
nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara anaerob.
Suhu pertumbuhan optimum ialah 35C, tetapi dapat juga tumbuh 42C.
Hasil isolasi bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah.

18
Penyakit yang Ditimbulakan
Pseudomonas aeruginosa dapat mengadakan infeksi pada jaringan atau
bagian dari tubuh. Lesi lokal terjadi pada luka atau luka bakar, kornea, saluran
kemih dan paru-paru. Selain daripada itu juga menyebabkan endokarditis
bakterialis dan gastroenteritis. Infeksi jaringan kornea dapat menyebabkan
kebutaan. Dari infeksi lokal kuman ini dapat menyebar melalui darah, sehingga
menyebabkan septikemia dan lesi fokal pada jaringan lain. Pada septikemia
angka kematian dapat mencapai 80%.
Pada penyakit Pneumonia Pseudomonas biasanya terjadi sianosis yang
makin lama makin bertambah, biasanya dengan empiema. Dengan sinar X
dapat dilihat adanya infiltrasi didalam lobus bagian bawah yang bersifat
nodular dan nekrosis dengan pembentukan abses. Mortalitas adalah tinggi pada
Pneumonia Pseudomonas.
Pada penderita leukimia mortalitas lebih tinggi bila penderita leukopeni
yang berat. Pada penderita dengan vibrosiskistik, organisme ini sering
berkapsul untuk mencegah fagositosis.

19
2.5 Identifikasi Enterobacteriaceae Laktosa Fermenter dan Non Laktosa
Fermenter

Identifikasi E. coli
Bahan pemeriksaan (feaces atau rectal swab)

Hari ke I Isolasi pada media:


Mac Conkey, inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke II pengamatan pada media:


Mac Conkey: - Koloni : bulat, diameter 2mm
-Warna : pink
-Elevasi : cembung
-Sifat : laktosa fermenter
-Pinggiran: rata
Koloni tersangka E. coli ditanam pada IMVIC(pathogen) / gula-gula panjang
(apatogen) , inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke III pengamatan Uji Biokimia dan gula-gula


Semi glukosa laktosa manitol maltosa sukrosa indol TSIA urea MR VP SC
solid
+ + + + + + + k/k - + - -

20
Identifikasi Klebsiella sp
Bahan pemeriksaan (urin, apus tenggorokan)

Hari ke I pewarnaan gram: hasilnya gram (-) batang

Isolasi pada media:


Agar Darah, Mac Conkey inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke II pengamatan pada media Mac Conkey (MC):


- Koloni : bulat, diameter 2 mm
-Warna : pink
-Elevasi : cembung
-Sifat : laktosa fermenter
-Pinggiran: rata
-Koloni berlendir dengan mucoid

Koloni tersangka Klebsiela sp ditanam pada media uji biokimia dan gula-gula,
inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke III pengamatan uji biokimia dan gula-gula


Semi glukosa laktosa manitol maltosa sukrosa indol TSIA urea MR VP SC
solid
+ +gas + gas + gas +gas + gas - k/k + +/- + +

21
Identifikasi Salmonella dan Shigella
Bahan pemeriksaan (tinja, urin, darah, sumsum tulang)

Hari ke I pewarnaan gram: hasilnya gram (-) batang

Isolasi pada media:


Mac Conkey(MC), dan Salmonella Shigella Agar (SSA),
inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke II pengamatan pada media:


-Mac Conkey: koloni jernih, cembung, licin, diameter 1 mm, non laktosa fermenter
-Salmonella Shigella Agar: koloni jernih, halus, licin, diameter 1-2 mm, kecuali
yang mengandung H2S (S. typhi dan S. paratyphi B dan C) koloni berwarna
hitam karena ada indikator.

Koloni tersangka Salmonella dan Shigella ditanam pada media uji biokimia dan gula-
gula, inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke III pengamatan uji biokimia dan gula-gula


S. typhi S. paratyphi A S. paratyphi Shigella
B/C
TSIA m/k H2S m/k H2S - m/k H2S ++ m/k H2S -
Manitol + + gas + gas -/+
Pepton - - - +/-
Semi solid + + + -

Lakukan konfirmasi serological:


o Eliminasi auto-agglutinable strains: Teteskan 1 tetes larutan saline
ke slide kaca yang telah dibersihkan dengan hati-hati. Tambahkan
di tetesan tersebut menggunakan loop, bagian dari koloni yang

22
akan diuji. Aduk dengan lembut selama 30-60 detik. Amati hasil
dengan latar belakang gelap, sebaiknya dengan bantuan kaca
pembesar. Jika bakteri telah mengelompok menjadi satuan, koloni
dianggap mengalami auto-agglutinable, dan tidak perlu dilakukan
tes berikut karena deteksi antigen tidak berhasil.
o Pemeriksaan O-antigen: Teteskan 1 tetes anti-O serum ke slide
kaca yang telah dibersihkan dengan hati-hati, ambil satu koloni
murni yang non-autoagglutinating, dengan menggunakan loop.
Aduk dengan lembut selama 30-60 detik. Jika aglutinasi terjadi,
reaksi dianggap positif.
o Pemeriksaan antigen Vi: Teteskan 1 tetes serum anti-Vi ke slide
kaca yang telah dibersihkan dengan hati-hati, ambil satu koloni
murni yang non-autoagglutinating, dengan menggunakan loop.
Aduk dengen lembut selama 30-60 detik. Jika aglutinasi terjadi,
reaksi dianggap positif.
o Pemeriksaan antigen H: Inokulasi koloni murni yang non-auto-
agglutinable pada semi-solid nutrient agar. Inkubasi pada suhu 37
C 1 C selama 24 jam 3 jam. Gunakan kultur ini untuk
pemeriksaan untuk antigen H, dengen meneteskan 1 tetes serum
antigen H ke slide kaca yang telah dibersihkan dengan hati-hati,
ambil satu koloni murni yang non-autoagglutinating, dengan
menggunakan loop. Aduk dengan lembut selama 30-60 detik. Jika
aglutinasi terjadi, reaksi dianggap positif.

23
Identifikasi Pseudomonas sp
Bahan pemeriksaan (pus, apus luka, darah, liquor, jaringan yang rusak, sputum)

Hari ke I Isolasi pada media:


Mac Conkey, Agara darah, Pseudomonas Agar,
inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke II pengamatan pada media:


Mac Conkey: koloni tidak swarming karena dihambat oleh garam empedu
Agar Darah (AD): koloni bulat, abu-abu, cembung, swarming an-hemolisis
Pseudomonas Agar: koloni nulat, putih, cembung, pigmen hijau

Koloni tersangka Psedomonas dari media Mac Conkey ditanam pada media uji
biokimia dan gula-gula, inkubasi pada suhu 370C 1x24 jam

Hari ke III pengamatan uji biokimia dan gula-gula


Semi glukosa laktosa manitol maltosa sukrosa indol TSIA urea MR VP SC
solid
+ +/- - - - - - m/k - - - +
H2S -

24
Uji Biokimia IMVIC (Indol MR VP - Cimon Citrat)

Uji biokimia IMVIC digunakan untuk membedakan bakteri Laktosa fermenter,


seperti E.coli, Klebsiella sp, dan E.aerogenes
Hasil positif IMVIC :
- E.coli + / + / - / -
- Klebsiella sp dan E.aerogenes - / - / + / +

1) Indol
Merupakan uji untuk menentukan
kemampuan bakteri dalam
memecah asam amino Triptofan
Reagensia : Kovacs
Hasil (+) : cincin merah
Cth. Klebsiella sp,
Reaksi : E.aerogenes
Triptofanase
Cth. E.coli
Triptofan
Indol

Indol + Rg. Kovacs


cincin merah (p-dimethyil
aminobenzaldehyde)

25
2) Methyl Red
Merupakan uji untuk menentukan
MO yang mampu mengoksidasi
glukosa dengan menghasilkan
Cth. E.coli
asam konsentrasi tinggi
Reagensia : Indikator Metil Red
(Asam=merah, Basa=kuning)
Cth. Klebsiella
Hasil (+) : larutan merah sp,
Reaksi : E.aerogenes

Asam laktat
Glukosa + H2O Asam asetat
Co2 + H2 (Asam) Asam format

3) Voges Proskauer
Merupakan uji untuk
menentukan MO yang
Cth.
mampu mengoksidasi
Klebsiella sp,
glukosa yang menghasilkan E.aerogenes
produk bukan asam
Reagensia : KOH 40% dan
Alpha naftol 1% Cth. E.coli

Hasil (+) : larutan merah

26
4) Simon Citrat (SC)
Merupakan uji untuk Cth. E.coli

melihat bakteri yang


mampu mempergunakan
citrate sebagai sumber
karbonnya Cth. Klebsiella sp,
E.aerogenes
Indikator : Brom Timol
Blue (BTB)
Hasil (+) : warna media
berubah biru

5) Media Semi Solid


Merupakan media yang digunakan untuk mengetahui kemampuan motility
(pergerakan bakteri)
Konsentrasi agar yang digunakan x resep pembuatan agar padat 0,3 0,4%

Hasil (+)
Hasil (-)
Karena bakteri
berkumpul di Karena bakteri
atas media tumbuh disekitas
menyerupai bekas tusukan
awan
(tdk bergerak ke
atas)

27
6) Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Merupakan media untuk menentukan apakah bakteri Gram (-) batang dapat
memfermentasi gula yang menjadi dasar pada klasifikasi Gram (-) batang.
Karbohidrat yang terdapat pada TSIA adalah Glukosa, Laktosa dan Sukrosa
Selain itu, medium ini digunakan untuk menguji produksi gas selama fermentasi
KH dan produksi H2S
Indikator yang digunakan Phenol Red

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Enterobacteriaceae adalah kelompok besar, heterogen batang gram negatif
yang alami habitat adalah saluran usus manusia dan hewan. Enterobacteriaceae dibagi
menjadi dua golongan yaitu Enterobacteriaceae laktosa fermenter dan
Enterobacteriaceae non laktosa fermenter. Bakteri yang termsuk kedalam
golongan laktosa fermenter diantaranya yaitu E.coli, Klebsiella pnemoniae,
dan Enterobacter aerogenes, sedangkan yang termasuk kedalam non laktosa
fermenter adalah Salmonella shigella, Pseudomonas sp.
Bila bakteri memfermentasi laktosa pada media Mac Conkey maka koloni
yang tumbuh berwarna pink karena terjadi perubahan pH menjadi asam (Netral
red; Asam = merah muda, Basa = Kuning) sehingga koloni yang tumbuh
berwarna pink bersifat laktosa fermenter sedangkan koloni yang tumbuh jernih
memiliki sifat non laktosa fermenter.

29
DAFTAR PUSTAKA

Andri, Saktiawan. 2014. Makalah Enterobacterriceae.


http://www. %20Makalah%20Enterobacteriaceae.html. Diakses pada
tanggal 18 September 2017 pukul 20:00 WIB.
Allen, Mary.E. 2005. Mac Conkey Agar Plates Protocols.
http://www.microbelibrary.org/index.php/component/resource/laboratory-
test/2855-macconkey-agar-plates-protocols. Diakses pada tanggal 18
September 2017 pukul 20:10 WIB.
Snow, Kristine., Marise, Hussey, 2007. Identification of Lactose Positive and
Lactose Negative Bacteria on MacConkey Agar.
http://www.wisc-online.com/objects/ViewObject.aspx?ID=MBY701.
Diakses pada tanggal 18 September 2017 pukul 20:40 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai