Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH IMPLEMENTASI ETIKA PANCASILA

SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN DALAM PERTANIAN YANG


BERKELANJUTAN

Disusun oleh :
Rifqi Zahroni 134150198

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-
Nya,saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi Etika Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional dalam Pertanian yang Berkelanjutan.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya harapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke depan. Saya berharap semoga
laporan yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi saya dan para pembaca. Aamiin.

Yogyakarta, 1 Januari 2017

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sangatlah berpengaruh. Sebab di dalam
pencasila terdapat asas-asas yang mengatur dalam bidang berbangsa dan bernegara.
Pengaruhnya diantaranya adalah sebagai dasar negara dan terdapat idiologi-idiologi yang
mengatur masyarakat indonesia. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa
Pancasila sebagai sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau
jelasnya sebagaisistem nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan
sekaligus kerangka arah atau tujuan bagi yang menyandangnya.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bangsa juga memiliki peranan yang
sangat di butuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam proses
pembangunan bangsa dan negara. Paradigma menurut Thomas S. Khun dalam bukunya
yang berjudul The Structure of Scientific of Revolution (1970 : 49). Paradigma adalah
suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang umum (merupakan suatu
sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta
penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter
ilmu pengetahuan ilmu sendiri.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma mempunyai pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Dalam pancasila sebagai
paradigma kehidupan juga memiliki beberapa tahapan yaitu paradigma sebagai iptek dan
paradigma sebagai poleksosbud hankam.
Dalam pancasila sebagai paradigma pengembangan iptek sangatlah membantu
dalam perkembangan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dalam peningkatan
harkat dan martabat manusia untuk mengembangkan ilmu dan juga teknologi. Di dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi ini merupakan hasil kreativitas dan pengembangan
manusia itu sendiri.
Yang kedua pancasila sebagai paradigma pembangunan poleksosbud hankam. Di
dalam bidang ini pancasila pada hakikatnya merupakan reslisasi praksis yang bertujuan
untuk mencapai tujuan bangsa. Dalam pembangunan di bidang ini mendasarkan pada
hakikat manusia sebagai subyek pelaksaan sekaligus tujuan pembangunan bangsa.
Kedua jenis paradigma ini adalah perwujutan pancasila untuk mengatur
pembangunan-pembangunan berbangsa dan bernegara. Pembangunan sosial harus
mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena
itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan. Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting
dalam melaksanakan segala hal dalam kehidupan manusia.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pancasila sebagai acuan paradigma ?
b. Bagaimana penarapan pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam bidang
pertanian ?

3. Tujuan Masalah
a. Untuk mendiskripsikan pancasila sebagai acuan pagadigma.
b. Untuk mendiskripsikan pancasila sebagai paradigma pembangunan.
c. Untuk mendiskripsikan penerapan pancasila sebagai paradigma pembangunan.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan


Untuk mencapai tujuan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
Indonesia melaksanakan pembangunan nasional. Tujuan negara tertuang dalam
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, Melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.
Pada dasarnya nilai-nilai Pancasila berdasar pada dasar ontologis manusia
sebagai pendukung pokok Pancasila. Hal ini didasarkan oleh Pancasila sebagai dasar
negara dan negara adalah organisasi manusia. Sehingga negara dalam melaksanakan
pembangunan nasional harus mewujudkan tujuan seluruh warga negaranya dan
dikembalikan pada aspek manusia monopluralis.
Monopluralis ini meliputi kodrat manusia, rokhani (jiwa) dan jasmani (raga),
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka, pembangunan haruslah mendasar pada
paradigma hakikat manusia monoplurasis.
Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang
untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasar pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia. Maka pembangunan nasional harus
meliputi aspek jiwa (rokhani) yang meliputi akal, rasa dan kehendak, aspek raga
(jasmani), aspek individu, aspek makhluk sosial, aspek pribadi, dan juga aspek
ketuhanannya. Kemudian pada gilirannya akan dijabarkan dalam berbagai bidang
pembangunan antara lain, politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta bidang kehidupan agama.
B. Perubahan Paradigma Pembangunan dalam Bidang Pertanian
Paradigma merupakan kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir
seseorang sehingga mempengaruhi citra subyektif seseorang mengenai realita dan
dapat menentukan bagaimana seseorang menanggapai realita tersebut. Sedangkan
pembangunan adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan pendapatan nasional
yang pada dasarnya butuh perubahan dan pertumbuhan. Paradigma pembangunan
adalah cara pandang terhadap suatu persoalan pembangunan yang di pergunakan
dalam penyelenggaraan pembangunan dalam arti pembangunan baik secara proses
maupun sebagai metode untuk mencapai peninggkatan kualitas kehidupan manusia,
kesejahteraan bagi masyarakat petani.
Paradigma pembangunan di indonesia telah mengalami perubahan di awali dari
pembangunan berkelanjutan dimana pembangunan pertanian ini dapat memberikan
kontribusi penting terhadap penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan
petani, mendorong pemerataan pendapatan dan pemerataan kesempatan berusaha dan
pelestarian sumber daya alam. Mengingat paradigma pembangunan
berkelanjutan berupaya memenuhi kebutuhan masa kini, tanpa mengurangi
kebutuhan generasi masa depan.
Pembangunan pertanian pada masa lampau yang lebih menekankan pada
pertumbuhan ekonomi, telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Akibatnya, setelah hampir empat
dasawarsa pembangunan berlangsung , kondisi pertanian nasional masih di hadapkan
pada berbagai masalah, diantaranya :
a. Menurunnya kesuburan dan produktifitas lahan
b. Berkurangnya daya dukung lingkungan
c. Meningkatnya konversi lahan pertanian produktif
d. Meluasnya lahan kritis
e. Meningkatnya pencemaran dan kerusakan lingkungan
f. Menurunnya nilai tukar, penghasilan dan kesejahteraan petani
g. Meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran di pedesaan
h. Terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.
Melihat masalah-masalah yang terjadi ini semakin menunjukkan bahwa
paradigma pembangunan selalu dan harus berubah dari waktu ke waktu, sesuai
dengan tuntutan zaman dan permasalahannya. Paradigma pembangunan di indonesia
dalam bidang pertanian harus mengubah paradigma lama. Paradigma profitabilitas
harus segera di gantikan oleh paradigma berkelanjutan juga dengan paradigma
keseimbangan, selain itu paradigma efisiensi lingkungan harus lebih di kedepankan
dari pada paradigma efisiensi teknis.
Secara konsepsi perwujudan dari sistem pertanian yang berwawasan lingkungan
dengan ciri utamanya antara lain :
a. Perencanaan pembangunan bersifat bottom up (melibatkan stakeholders
petani, pelaku agribisnis).
b. Program dan pelaksanaan pembangunan tidak berdasarkan batas administrasi
pemerintah (Provinsi/kabupaten/kecamatan), melainkan batas agroekologi.
c. Pewilayahan atau zonasi wilayah sasaran dalam satu kesatuan hamparan
(economy of scale).
d. Pembangunan pertanian menggunakan pendekatan sistem usaha tani.
e. Perhatian terhadap pelestarian sumber daya alam tanah, air dan sumberdaya
hayati serta keterkaitan antara daerah aliran sungai (DAS) hulu-tengah-hilir.
f. Penerapan prinsip KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergis) antara
instansi yang berwenang.
g. Penerapan hukum secara konsekuen.
Pembangunan pertanian berkelanjutan adalah masalah yang kompleks. Menurut
Soemarwoto (1992), masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang
menyebabkan lingkungan itu tidak atau kurang sesuai lagi untuk mendukung
kehidupan manusia.
Akibatnya adalah terganggunya kesejahteraan manusia. Masalah lingkungan
berkaitan erat dengan ekonomi global, sehingga memerlukan solidaritas dan kerja
sama antar bangsa. Krisis lingkungan global bersumber pada
kesalahan fundamental filosofis dari etika antroposentris, yang memandang manusia
sebagai pusat dari alam semesta, dan hanya manusia yang mempunyai nilai,
sementara alam dan segala isinya sekadar alat bagi pemuasan kepentingan hidup
manusia (Keraf, 2002).
Cara pandang seperti ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa peduli
sama sekali terhadap alam dan segala isinya. Diperlukan paradigma baru interaksi
manusia dengan seluruh kehidupan di bumi yang memandang alam sebagai bernilai
pada dirinya sendiri dan pantas diperlakukan secara bermoral. Manusia dituntut untuk
menjaga dan melindungi alam beserta isinya.
Perubahan paradigma ini berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi,
namun tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi akan terganggu secara signifikan,
justru kerusakan sumberdaya alam bisa dikurangi. Implementasi konsep efisiensi yang
merupakan perpaduan yang efektif antara ekonomi, ekologi, dan sosial dalam
penggunaan sumberdaya sangat diperlukan.
Dengan adanya konsep strategi Agricultural-demand-led industrialization
(ADLI), Proses pembangunan industri didasari atas teknologi padat karya dengan
sektor pertanian sebagai sektor pemimpin yang akan menciptakan pertumbuhan
seiring dengan perluasaan kesempatan kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan
pendapatan petani.

C. Dampak Terjadinya Perubahan Paradigma Pembangunan pertanian


berkelanjutan
Paradigma berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
masa kini tanpa mengurangi kemapuan generasi mendatang untuk memiliki
kebutuhan mereka sendiri. Pertanian berkenjutan(sustainable agricuture) merupakan
implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustinable development) pada
sektor pertanian. Konsep pembanguan berkelanjutan mulai dirumuskan pada akhir
taahun 1980an sebagai respon terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang
terfokus pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah menimbulkan
degradasi kapasitas produksi maupun kualitas lingkungan hidup. Konsep pertama
dirumuskan dalam Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia
Mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-
Bangsa:Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan yang mewujudkan
kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk
mewujudkan kebutuhan mereka
Pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia sangat memiliki potensi
untuk terealisasikan. Menurut Mugnisjahpeluang peluang yang dimiliki Indonesia
untuk membangun pertanian dengan paradigma baru adalah sebagai berikut, (a)
munculnya kawasan Asia Pasifik sebagai kekuatan ekonomi baru yang potensial bagi
pemasaran produk pertanian Indonesia, (b) adanya penurunan peranan beberapa
negara produsen pertanian pesaing Indonesia yang berartimeningkatkan kapasitas
kompetitif Indonesia, (c) adanya kemungkinan penurunan proteksi baik yang
dilakukan oleh negara-negara majumaupun oleh negara-negara berkembang sehingga
akan memperluas pasar ekspor komoditi pertanian Indonesia, (d) masih adanya
kesempatan untuk meningkatkan produksi melalui pemanfaatan IPTEK, perluasan
areal tanam, dan peningkatan indeks pertanaman, (e) tersedianya plasma nutfah untuk
sumber perbaikan varietas, baik untuk lahan subur maupun lahan marginal, (f) iklim
Indonesia yang tropis memberikan kesempatan untuk mengusahakan berbagai
tanaman sepanjang tahun, (g) ekosistem yang beragam antardaerah dengan
keunggulan komoditi setempatnya dapat menghasilkan berbagai produk untuk
perdagangan antardaerah, (h) penekanan kehilangan hasil dan peningkatan mutunya
melalui perbaikan teknologi pascapanen dan pendekatan pemuliaan tanaman, (i)
adanya kemauan politik pemerintah untuk memperbaiki kinerja pertanian, (j)
penggunaan produk pertanian yang semakin beragam, yakni untuk pangan manusia
dan bahan baku industri dan pakan ternak. Sumber daya pertanian seperti lahan dan
air menjadi suatu yang sangat penting dalam pertanian karena konversi lahan secara
besar-besaran menyebabkan lahan produktif di Indonesia menjadi berkurang
sedangkan air menjadi sangat sulit saat ini ketika industri-industri membutuhkan air
dengan jumlah yang begitu besar sehingga perlu upaya dari pemerintah untuk
membuat regulasi yang adil terhadap kedua sumberdaya tersebut.
Dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam sektor pertanian negara-negara
yang sedang berkembang, baik pada lingkungan internal maupun eksternal, terdapat
tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam penyusunan paradigma baru
pembangunan pertanian. Pertama, di tengah-tengah perubahan-perubahan eksternal
dan internal tersebut, bagaimana kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang
menjamin agar petani dapat memperoleh hak mereka atas air dan bibit, yang mereka
butuhkan untuk mengelola usahatani secara lestari. Air merupakan sarana produksi
yang utama bagi petani untuk membangun usaha taninya. Pada saat ini bukan lagi
hanya terkait dengan kebutuhan pertanian, tetapi telah menjadi kebutuhan atau milik
sektor perekonomian yang ada di negara kita. Bertambahnya peminat yang ingin
memanfaatkan air mendorong terjadinya persaingan. Umumnya sektor pertanian
menjadi sektor yang relatif lemah dalam kancah persaingan tersebut, birokrasi
umumnya melihat industri lebih maju dari agraris sehingga mendapat prioritas untuk
mendapatkan hak atas air. Terkait dengan akses terhadap bibit, seperti halnya air, bibit
merupakan salah satu sarana produksi utama dalam produksi pertanian. Petani
semestinya memperoleh akses bibit yang murah, hal ini dapat dicapai bila pemerintah
memberikan kembali hak kepada petani untuk memproduksi bibit bagi kepentingan
komunitas pertanian mereka. Departemen Pertanian hendaknya melakukan penelitian
bersama petani di lapangan atau di lahan petani dan dapat difokuskan dalam program
penangkaran benih desa yang dapat mendukung otonomi petani dalam menyediakan
bibit. Kedua, masalah pertanian tersebut berkaitan dengan masalah kedua, yakni
bagaimana membangun suatu pertanian yang dapat menjamin adanya suatu sistim
ketahanan pangan bagi
Negara-negara yang sedang berkembang. Bagaimana kita dapat melindungi dan
memanfaatkan kekayaan alam yang berupa plasma nuftah yang dimiliki oleh negara-
negara sedang berkembang, tidak hanya untuk kepentingan pembangunan sektor
pertanian, tetapi juga sektor-sektor yang lain dalam perekonomian nasional negara-
negara tersebut, demi kesejahteraan rakyat.
Bedasarkan definisi pembangunan berkelanjutan tersebut, Organisasi Pangan
Dunia mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai berikut : manajemen dan
konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan
kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia
generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan
menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak
lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara
sosial (FAO, 1989)
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan
kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis(termasuk
tercegahnya konflik sosial),preservasi keragaman budaya dan modal sosial-
kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,pengentasan
kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan,partisipasi sosial
politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-indikatorpenting yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan pertanian pada masa lampau yang lebih menekankan pada
pertumbuhan ekonomi, telah menimbulkan dampak negatif terhadap ketersediaan
sumber daya alam dan kualitas lingkungan.
Dengan memperhatikan persoalan yang dihadapi di sektor pertanian ke depan
yang semakin kompleks, baik dari aspek globalisasi ekonomi, lingkungan maupun
dampak pemanasan global, maka tampaknya tidak ada pilihan lain untuk mengubah
paradigma lama.
Proses pembangunan industri didasari atas teknologi padat karya dengan
sektor pertanian sebagai sektor pemimpin yang akan menciptakan pertumbuhan
seiring dengan perluasaan kesempatan kerja, peningkatan kinerja ekonomi dan
pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA

Mugnisjah, W. Q. 2007. Paradigma Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan :


Visi dan Misi.

Mugnisjah. 2007. Paradigma Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan: Skenario,


Strategi, dan Implikasinya.

Subejo. 2005. Globalisasi dan Isu-Isu Strategis Dalam Pembangunan Pertanian di


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai