Anda di halaman 1dari 21

(Makalah Tauhid) IMAN KEPADA HAL HAL GHAIB

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul Iman Kepada Hal
Hal Ghaib. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Tauhid.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi. Namun,
penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini mendapat bimbingan dari
Dosen mata kuliah Tauhid, serta rekan satu kelompok yang telah berkerja sama.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Bekasi, April 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.3. TUJUAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Iman Kepada Allah
2.2. Iman Kepada Malaikat
2.3. Iman Kepada Hari Kiamat
2.4. Iman Kepada Padang Mahsyar
2.5. Iman Kepada Qada dan Qadar
2.6. Iman Kepada Makhluk Ghaib Allah Swt.
2.6.1 Jin
2.6.2 Iblis
2.6.3 Syaitan
2.7. Iman Kepada Eksistensi Alam
2.7.1. Alam Ruh
2.7.2. Alam Rahim
2.7.3. Alam Kubur
2.7.4. Alam Akhirat
2.7.4.1.. Surga
2.7.4.2.. Neraka
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Keimanan dan pengucapan dua kalimat syahadat mengharuskan adanya keimanan pada
hal ghaib yang diinformasikan Allah melalui Rosul-Nya. Maka dari sinilah muncul istilah
rukun iman, yang semuanya bersifat ghaib, atau mempunyai unsur ghaib. Iman kepada tujuh
langit, yang didalamnya terdapat malaikat, baitul mamur, di tingkat ketujuh ada syurga,
atapnya adalah Arsy, ruh- ruh kaum mukminin naik padanya, semuanya adalah bagian dari
keimanan kepada Al-Quran. Iman dengan adanya alam barzah setelah kematian adalah
cabang dari keimanan kepada hari akhir, begitu seterusnya, tidak ada satupun perkara yang
ghaib yang tidak merujuk kepada enam rukun.
Ghaib adalah kata masdar yang digunakan untuk setiap sesuatu yang tidak dapat diindra,
baik diketahui maupun tidak. Iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada segala sesuatu
yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi
ia diketahui oleh wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul.
Iman kepada yang ghaib adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin. Al-Quran
sendiri telah menyebutkan kata ghaib kurang lebih sebanyak 56 kali. Dan di permulaan
surat al-Baqarah, Allah meyebutkan salah satu dari karakter orang-orang yang beftaqwa
adalah, orang-orang yang beriman kepada yang ghaib. Allah Subhannahu wa Taala
berfirman:

Alif laam miim. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan pada-nya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (Al-
Baqarah: 1-3).

Iman yang benar terhadap adanya pahala menjadikan seseorang bergegas melakukan
ihsan dan kebajikan demi mendapatkan pahala yang kekal, suatu perkara yang menjadikan
bersihnya jiwa dan merebaknya kasih sayang di antara individu dan jamaah. Sebagaimana
Allah menceritakan tentang orang-orang yang telah mempraktekkan hal itu dalam
firmanNya: Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), me-reka mencintai orang yang
berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Muhajirin); dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka
memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 9-10).
Bentuk percaya kepada alam ghaib bukan berarti boleh meminta-minta kepada makhluq
halus, jin, syetan, iblis dan sebagainya. Ini pengertian percaya yang keliru. Percaya disini
meyakini keberadaan dan eksistensi alam dan makhluq ghaib, termasuk surga, neraka,
malaikat, alam kubur, alam barzakh, padang mahsyar dan seterusnya. Inti dari kepercayaan
kepada semua itu tidak lain bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk mati dan masuk ke
alam ghaib itu serta mempertanggung-jawabkan semua amal kita di dunia.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Iman Kepada Allah?


b. Bagaimana Iman Kepada Malaikat
c. Bagaimana Iman Kepada Hari Kiamat
d. Bagaimana Iman Kepada Padang Mahsyar
e. Bagaimana Iman Kepada Qada dan Qadar
f. Bagaimana Iman Kepada Makhluk Allah Swt.
g. Bagaimana Iman Kepada Eksistensi Alam
1.3. TUJUAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui Iman Kepada Allah.


b. Untuk mengetahui Iman Kepada Malaikat.
c. Untuk mengetahui Iman Kepada Hari Kiamat.
d. Untuk mengetahui Iman Kepada Padang Mahsyar.
e. Untuk mengetahui Iman Kepada Qada dan Qadar.
f. Untuk mengetahui Kepada Makhluk Allah Swt.
g. Untuk mengetahui Kepada Eksistensi Alam.

BAB II PEMBAHASAN
Ghaib adalah apa yang tersembunyi dari manusia tentang perkara-perkara yang akan
datang atau yang telah lalu dan apa yang tidak mereka lihat[1]. Ilmu ghaib ini khusus milik
Allah semata Allah berfirman:
Artinya: Katakanlah:"tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui
perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan
dibangkitkan. (An-Naml:65)
Maka tak seorangpun mengetahui yang ghaib kecuali Allah SWT semata, namun
terkadang Allah memperlihatkan apa yang dikehendakinya dari yang ghaib kepada rasul-
rasulnya untuk suatu hikmah dan kemaslahatan. Allah SWT berfirman : (dia adalah Tuhan)
yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang
yang ghaib itu. kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya, Maka Sesungguhnya Dia
Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-jin 26-27)
Artinya Allah tidak memperlihatkan sesuatupun dari masalah ghaib kecuali kepada orang
yang dipilihnya untuk mengemban risalahnya. Allah memperlihatkan kepadanya apa yang
dikehendakinya dari masalah ghaib. Karena bukti kenabiannya adalah mukjizat dan diantara
mukjizat itu adalah mengabarkan tentang masalah ghaib yang diperlihatkan Allah kepadanya.
Dan hal ini berlaku umum bagi rasul (utusan Allah), baik dari jenis malaikat maupun dari
jenis manusia. Dan selain mereka tidak diperlihatkan masalah ghaib berdasarkan dalil yang
membatasinya. Barang siapa yang mengaku mengetahui ilmu ghaib dengan cara apapun,
padahal dia bukan orang yang dipilih Allah sebagai rasul maka ia adalah pendusta dan kafir.
Alam yang dapat disaksikan oleh Al-Quran dinamakan alam syahadah (alam nyata),
sedangkan alam yang tidak tampak oleh indra kita (alam metafisik) dinamakan alam ghaib.
Tentang alam nyata, semua manusia mempercayai dan membenarkan keberadaannya. Bahkan
hewan yang bisu saja dengan perasaannya dapat mengetahui keberdaannya. Jadi,dalam
mempercyai masalah ini tidak ada orang yang lebih unggul daripada yang lain. Sebab ini
termasuk dalam kategori ilmu dhaaruri. Keunggulan hanya ada dalam kepercayaan kepada
yang gaib. Keunggulan ini ada pada orang beriman kepada apa yang tidak dapat ia lihat,
namun ia membenarkan keberadaannya karena bersandar kepada kebenaran berita mengenai
hal itu.
Bagaimana kita percaya kepada yang gaib, sedangkan Allah tidak memberikan kepada
kita indra untuk mengetahuinya? Jika kita hanya bersandar pada indara dan akal untuk
menentukan segalanya, maka kita akan tetap pada kejahilan mengenai apa yang ada dibalik
materi, oleh karena itu, diantara hikmah Allah dan rahmatnya yang diberikan kepada kita,
Allah tidak membiarkan akal dalam kelemahanya untuk mengetahui, tetapi Allah
memberitahukan hal-hal yang dibutuhkannya.
Pemberitahuan itu tidak berasal dari jiwa, tetapi datang dari luarnya bukan dari intuisi
jiwa, inspirasi spiritual, kilasan pikiran, juga bukan kesimpulan akal. Kia tidak muncul dari
kemampuan manusiawi, tetapi datang dari luar melalui salah satu dari tiga jalan[2]: Pertama,
diberikannya berita-berita ini oleh Allah kepda manusia melalui ilham, mimpi atau jalan
lainnya yang tidak bisa direkayasa oleh manusia dan tidak dapat dihasilkan dengan cara
ijtihad, lalu ia merasakan dan mengungkapkannya. Kedua, memperdengarkannya tanpa bisa
diketahui siapa yang sebenarnya telah mengatakannya, sehingga hal itu sampai ketelinganya
yang akhirnya ioa dapat mengetahui. Ketiga, (yang paling sering), Allah mengutus salah
seorang dari makhluknya yang pilihan dan taat serta gaib dari mata kita, yaitu makhluk yang
dinamakan malaikat, kepada salh seorang manusioa yang dipilih oleh Allah yakni Rasul
untuk menerima risalhnya dan memerintahkannya agar menyampaikan risalah itu kepada
manusia.
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.(Asy-Syura : 51)
Maslah gaib yang merupakan rukun iman dimana orang yang mengingkarinya dianggap
kufur dan keluar dari agama islam adalah masalah-masalah gaibn yang dikemukkan oleh Al-
Quran. Adapun maslah gaib yang disebutkann dalam sunnah hadis yang sahih, maka orang
yang mengingkarinya tidak bisa dikafirkan dan tidak sampai keluar dari agama, tetapi
dianggap fasiq.
Perbedaan antara kitab dan sunah disini perlu sedikit dijelaskan. Wahyu yang diterima
oleh Nabi yang kemudian beliau sampaikan kepada umatnya dan hadis yang beliau tuturkan ,
keduanya pada dasarnya memiliki kekuatan yang sama untuk dijadikan hujjah.
Hal-hal yang gaib diberitakan oleh syara dan wajib diimani dan yang mengingkarinya
dinyatakan kufur adalah malaikat dan jin, kitab-kitab dan para rasul, hari akhir dan segala
kejadian didalamnya yang berupa hisab dan setelah itu pahala dan sikasa, qadar, berita-berita
didalam Al-Quran mengenai penciptaan langit dan bumi, penciptaan manusia, dan segala hal
yang diberitakan oleh Al-Quran.
Alam gaib itu bermacam-macam, diantaranya: Pertama, kegaiban yang tidak kita
ketahui, namun diketahui oleh manusia yang lain selain kita. Misalnya, kisah Yusuf yang
dinamakan oleh Allah sesuatu yang gaib. Sebab Nabi Muhammad SAW dan kaumnya tidak
mengetahui kisah tersebut dengan indra mereka tidak melihat serta tidak pula mendengarnya.
Kedua, kegaiban yang tidak diketahui oleh manusia, meskipun ada kemungkinan secara akal
mereka dapat mengetahuinya sekiranya Allah mengemukakan waktu penciptaan mereka.
Seperti misalnya, peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dibumi sebelum mereka dan berita-
berita mengenai makhluk-makhluk yang pernah menghuninya, meski secara riil mereka tidak
mengetahuinya. Ketiga, kegaiban yang tidak mungkin dapat diketahui dengan indra, tidak
dapat ditentukan oleh akal, dan tidak dapat dimengerti hakikatnya dengan imajinasi.
Contohnya sifat-sifat Allah dan segala makhluknya yang digaibkan dari kita seperti para
malaikat, jin, setan, keadaan hari kiamat, serta kejadian-kejadian sesudah hari kiamat yang
berupa hisab, pahala, dan siksa.
2.1. Iman Kepada Allah
Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat
dengan anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu diucapkan
dalam kalimat :

Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah
Sebagai perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan,
yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Beriman kepada Allah adalah
kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan agar umat manusia
beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang artinya: Wahai orang-orang yang
beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al
Quran) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.
Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya,
dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An Nisa :
136)
Itulah keimanan yang sesungguhnya. Jika sudah demikian Insya Allah hidup kita akan
tentram. Apabila hati dan jiwa sudah tentram, maka seseorang akan berani dan tabah dalam
menghadapi liku-liku kehidupan ini. Segala nikmat dan kesenangan selalu disyukurinya.
Sebaliknya setiap musibah dan kesusahan selalu diterimanya dengan sabar.
Dasar Beriman Kepada Allah: (a) Kecenderungan dan pengakuan hati, (b) Wahyu Allah
atau Al-Quran, dan (c) Petunjuk Rasulullah atau Hadits. Setiap manusia secara fitrah, ada
kecenderungan hatinya untuk percaya kepada kekuatan ghaib yang bersifat Maha Kuasa.
Tetapi dengan rasa kecenderungan hati secara fitrah itu tidak cukup. Pengakuan hati
merupakan dasar iman. Namun dengan pengakuan hati tidak akan ada artinya, tanpa ucapan
lisan dan pengalaman anggota tubuh. Sebab antara pengakuan hati, pengucapan lisan, dan
pengalaman anggota tubuh merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk
mencapai keimanan yang benar tidak hanya berdasarkan fitrah pengakuan hati nurani saja,
tetapi harus dipadukan dengan Al-Quran dan Hadits.
2.2. Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta
ketentuan Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya
kekuatan. Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada,
diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya / nur.
Sifat-Sifat Dasar Malaikat Allah SWT :
a. Pasti selalu patuh pada segala perintah Allah dan selalu tidak melaksanakan apa yang
dilarang Allah SWT.
b. Tidak sombong, tidak memiliki nafsu dan selalu bertasbih.
c. Dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki.
d. Memohon ampunan bagi orang-orang yang beriman.
e. Ikut bahagia ketika seseorang mendapatkan Lailatul Qadar.
Fungsi iman kepada Malaikat Allah :
a. Selalu melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk
karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
b. Berupaya masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan
beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
c. Meningkatkan keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti / meniru sifat
dan perbuatan malaikat.
d. Selalu berfikir dan berhati-hati dalam melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan
baik yang baik maupun yang buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
2.3. Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari Akhir merupakan salah satu rukun dari rukun iman, dan salah satu
aqidah dari aqidah Islam yang pokok, karena masalah kebang-kitan di negeri akhirat
merupakan landasan berdirinya aqidah setelah masalah keesaan Allah Taala. Hari akhir atau
hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam semesta. Hari kiamat
didahului dengan tanda-tanda seperti keluarnya Dajjal, Yajuj Majud, turunnya Nabi Isa AS,
keluarnya hewan-hewan besar, muculnya matahari dari barat dan lain sebagainya.
Iman kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan
keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada jalan untuk
mengetahuinya kecuali dengan nash melalui wahyu. Karena pentingnya hari yang agung ini,
kita dapati (di dalam al-Qur-an) bahwa Allah Taala seringkali menghubungkan iman
kepada-Nya dengan iman kepada hari Akhir.
Sesudah hari kiamat manusia dibangkitkan dari kematian dan mulai menjalani kehidupan
baru di alam akhirat dengan fase sebagai berikut :
1. Yaumul Baats ( Hari Kebangkitan )
2. Yaumul Mahsyar ( Hari Berkumpul di Padang Mahsyar )
3. Yaumul Mizan ( Hari Pertimbangan Amal )
4. Yaumul Jaza ( Hari Pembalasan )
Sesungguhnya beriman kepada Allah dan hari Akhir, dan beriman kepada apa yang ada
di dalamnya berupa pahala dan siksaan adalah sesuatu yang benar-benar mengarahkan
prilaku manusia kepada jalan yang benar. Tidak ada satu undang-undang pun yang dibuat
manusia, mampu menjadikan prilaku manusia lurus dan istiqamah sebagaimana yang
dihasilkan oleh iman kepada hari Akhir. Oleh karenanya, ada perbedaan yang sangat nampak
antara prilaku orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, dia mengetahui bahwasanya
dunia adalah ladang bagi kehidupan akhirat, juga mengetahui bahwasanya amal shalih adalah
bekal hari akhir.
Fungsi iman kepada hari akhir antara lain :
1. Bertindak / beramal dengan penuh tanggung jawab.
2. Pandangan hidup optimis.
3. Kehidupan yang shaleh di masyarakat.
4. Menambah rasa iman dan taqwa pada Allah.
Beriman kepada hari akhir artinya meyakini bahwa hari akhir itu haq dan tidak ada
keraguan tentangnya. Adanya hari akhir dan mengimaninya merupakan motivasi bagi
seorang mukmin untuk semakin bersemangat dalam berlomba-lomba berbuat kebaikan dan
memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir serta apa yang ada di
dalamnya, baik perhitungan maupun pembalasan, maka dia akan selalu berusaha dengan
keras untuk mewujudkan segala keinginannya dalam kehidupan dunia, terengah-engah di
belakang perhiasannya, rakus dalam mengumpulkannya, dan sangat pelit jika orang lain ingin
mendapatkan kebaikan melaluinya. Dia telah menjadikan dunia sebagai tujuannya yang
paling besar, dan puncak dari ilmunya (pengetahuannya). Dia mengukur setiap perkara
dengan kemaslahatannya semata, tidak mempedulikan orang lain dan tidak pernah melirik
sesamanya kecuali dalam batasan-batasan yang dapat mewujudkan manfaat bagi dirinya pada
kehidupan yang pendek dan terbatas ini. Dia bergerak dengan menjadikan bumi dan umur
sebagai batasannya saja. Oleh karena itu, sistem perhitungan dan pertimbangannya pun
berubah-ubah dan akan berakhir dengan hasil yang salah.
2.4. Iman Kepada Padang Mahsyar
Iman kepada padang mahsyar adalah meyakini bahwa semua makhluk setelah
dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan akan digiring ke Mahsyar, yaitu suatu tempat
berkumpul, berupa padang putih yang luas, rata dan lurus, tidak ada kelokan dan gundukan.
Tak ada bukit yang dapat digunakan manusia untuk bersembunyi atau jurang untuk
berlindung dari pandangan mata. Mahsyar adalah satu tanjakan yang membentang, tanpa naik
turun. Mereka akan digiring kesana secara berbondong-bondong.
Tingkatan manusia dalam iring iringan menuju mahsyar ini berbeda-beda sesuai
dengan amal perbuatan mereka di dunia. Ada yang menaiki kendaraan, yaitu orang-orang
yang bertakwa. Ada yang jalan dengan kakinya yaitu orang-orang islam yang kurang beramal
(sedikit amal baiknya). Ada yang berjalan dengan wajahnya (kepalanya) atau jungkir yaitu
orang-orang kafir. Dari tempat berkumpul itu kemudian mereka diarahkan ke surga atau
neraka. Setelah itu mereka akan melewati jembatan (Shirat).
Dalam hal ini ummat Muhammad terbagi menjadi tujuh macam golongan, yaitu:
1. Shiddiquun, yaitu orang-orang yang suka pada kebenaran atau sangat membenarkan ajaran
Nabi, mereka berjalan melewati shirat dengan kecepatan tinggi bagaikan petir yang
menyambar.
2. Alimun, yaitu orang-orang yang alim. Mereka berjalan melewati shirat bagaikan angin
yang bertiup kencang.
3. Budala, Yaitu para wali Abdal (mulya), mereka berjalan melewati shirat bagaikan burung
yang terbang dalam waktu singkat.
4. Syuhada, yaitu orang-orang yang mati syahid. Mereka berjalan melewati shirat bagaikan
kuda balap dalam waktu setengah hari.
5. Hujjaj, yaitu orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji dengan baik. Mereka
berjalan melewati shirat dalam waktu sehari penuh.
6. Muthiuun, yaitu orang-orang yang taat beribadah kepada Allah. Mereka berjalan
melintasi shirat dalam waktu sebulan.
7. Ashun, yaitu orang-orang yang durhaka(berbuat maksiat), tetapi masih memiliki iman.
Mereka meletakkan kaki pada shirat, sementara dosa-dosanya ada di punggung mereka.
Ketika mereka berjalan melintasinya, api neraka jahanam akan menjilat mereka. Tetapi saat
itu api neraka jahanam akan melihat sinar iman di dalam hati mereka, maka berkatalah ia
:Selamatlah kau wahai orang yang beriman. Sesungguhnya sinarmu memadamkan
baraku. Keterangan ini sebagaimana dikemukakan oleh Imam Muhammad Al Hamdani.
Di padang mahsyar semua makhluk merasa malu ketika dihadapkan kepada Tuhan Yang
Maha Perkasa. Masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, bertebaran bagaikan laron.
Teman-teman dekat bertemu, saling melihat dan saling mengenal, tetapi mereka tidak saling
menyapa. Mereka dalam keadaan telanjang kaki, telanjang bulat dan berjalan kaki. Rasulullah
Saw bersabda: manusia dibangkitkan dalam keadaan telanjang kai, telanjang bulat dan
belum dikhitan. Mereka akan dikendalikan oleh keringat yang mencapai daun telinga.
2.5. Iman Kepada Qada dan Qadar
Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman
Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan
makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan,
ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap
semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat,
bahwa takdir itu ada dua macam :
Takdir muallaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh
seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu
ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi
insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: Bagi manusia ada malaikat-malaikat
yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah.Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S Ar-Rad ayat 11)
Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan
atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan
mata sipit, atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan
sebagainya.
2.6. Iman Kepada Makhluk Ghaib Allah Swt.
2.6.1. Jin
Jin adalah nama jenis, bentuk tunggalnya adalah Jiniy (dalam bahasa arab dahulu kala,
dan Genie dalam bahasa Inggris) artinya yang tersembunyi atau yang tertutup atau yang
tak terlihat. Hal itulah yang memungkinkan kita mengaitkannya dengan sifat yang umum
alam tersembunyi, sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk
berakal, berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama
kita di bumi ini. Dalam sebuah hadits dari Abu Thalabah yang bermaksud : Jin itu ada tiga
jenis yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking dan
Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.
Allah S.W.T. menciptakan jin sebelum menciptakan manusia, dengan selisih waktu yang
lama bila dikiaskan pada manusia mahupun jin sendiri. Allah S.W.T. berfirman (maksudnya)
: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering (yang berasal)
dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin, sebelum itu dari api
yang sangat panas. (QS. Al-Hijr: 26-27)
Secara etimologi Al-Jin berasal dari kata jamak artinya bersembunyi.Al-Jin kerena
tersembunyi dari pandangan manusia. Jin adalah suatu macam makhluk yang termasuk dalam
golongan ruh yang berakal yang juga diberi perintah taklif (menjalankan syariat agama).
Allah SWT menjelaskan tentang asal bahan yang dari padanya jin itu diciptakan oleh-Nya
bagaimana firmannya:
,,Sungguh kami (Allah) telah menciptakan manusia itu dari tanah kering (yang berasal)
dari lumpur hitam,yang diberi bentuk. Dan kami ciptakan jin sebelum itu dari api yang
sangat panas. (QS.Hijir 26-27)
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa jin diciptakan dari api yang tiada berasap yang
murni sama sekali.dan penciptaan jin lebih dulu dari pada penciptaan manusia.
Jin juga diperintahkan untuk mengerjakan syariah agama sebagiamana manusia, sedang
yang mereka ikuti adalah rasul dari manusiadalam hal ini Allah SWT berfirman:
,,Hai para jin dan manusia! Bukankah sudah datang pada mu rasul-rasul yang dari
golonganmu sendiri, menerangkan ayat-ayat (keterangan-keterangan)Ku dan member
peringatan padamu semua tentang pertemuannya dengan hari ini? Mereka
mengatakan:Kami menjadi saksi-saksi akan kesalahan kami sendiri merka itu telah tertipu
oleh kehidupan dunia dan mereka itu menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka
itu lah orang-orang kafir.(QS.Anam 130)
Jin itu banyak sekali penggolongannya. Diantara mereka ada yang istiqomah
(berpendirian teguh), baik perangainya serta bagus kelakuaanya. Tetapi ada pula diantara
mereka yang bodoh, lemah akal fikirannya, serta lalai. Diantara mereka ada pula yang kafir
dan inilah bagian yang terbanyak sekali dikalangan bangsa jin itu.
,,Diantara kita ada golongan yang baik dan diantara kita ada golongan yang
demikian(yakni tidak baik) kita semua menempuh jalan yang berlain-lainan. (QS.Jin 11)
,,Diantara kita ada yang patuh (memeluk agama islam) dan diantara kita ada pula
yang menganiaya(kafir). Barangsiapa yang patuh (masuk islam) itulah yang menempuh jalan
yang benar. Adapun yang menganiaya,maka mereka itulah yang menjadi kayu bakar neraka
jahanam. (QS.Jin 14-15)
2.6.2. Iblis
Kata Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa. Dinamai
iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT. Iblis mempunyai
kerajaan yang sangat besar. Ada menteri-menteri, pemerintahan dan pejabat-pejabat. Iblis
juga mempunyai wakil-wakil, lima di antaranya wajib diwaspadai :
* Yang pertama, menurut kalangan Jin, bernama Tsabar. Dia selalu mendatangi orang
yang sedang kesusahan atau ditimpa musibah, baik kematian isteri, anak ataupun kaum
kerabat. Kemudian dia melancarkan bisikannya dan menyatakan permusuhannya kepada
Allah. Diucapkannya, melalui mulut orang yang ditimpa musibah itu, keluh-kesah and caci-
maki terhadap ketentuan Allah atas dirinya.
* Yang kedua, namanya ialah Dasim. Syaitan inilah yang selalu berusaha dengan sekuat
tenaganya untuk mencerai-beraikan ikatan perkahwinan, membuat rasa benci antara satu
sama lain di kalangan suami-isteri, sehingga menjadi penceraian. Dia adalah anak
kesayangan Iblis di wilayah kerajaannya yang sangat besar.
* Yang ketiga, namanya ialah Al-Awar. Dia dan seluruh penghuni kerajaannya, adalah
pakar-pakar dalam urusan mempermudah terjadinya perzinaan. Anak-anaknya menghiaskan
indah bahagian bawah tubuh kaum wanita ketika mereka keluar rumah, khususnya kaum
wanita masa kini, betul-betul menggembirakan Iblis di kerajaan yang besar. Segala persoalan
yang menyangkut keruntuhan moral dan perzinahan berurusan dengan pejabat besar mereka.
* Yang keempat, namanya ialah Maswath, pakar dalam menciptakan kebohongan-
kebohongan besar mahupun kecil. Bahkan kejahatan yang dia dan anak-anaknya lakukan
sampai pada tingkat dia memperlihatkan diri dalam bentuk seseorang yang duduk dalam
suatu pertemuan yang disenggarakan oleh manusia, lalu menyebarkan kebohongan yang pada
gilirannya disebarkan pula oleh manusia.
* Yang kelima, namanya ialah Zalnabur. Syaitan yang satu ini berkeliaran di pasar-pasar
di seluruh penjuru dunia. Merekalah yang menyebabkan pertengkaran, caci-maki,
perselisihan dan bunuh-membunuh sesama manusia.
Untuk menghindarinya hendaklah mengucapkan :Aku berlindung kepada Allah dari
gangguan syaitan, (**Sebutkan namanya: Tsarbar/Dasim/Al-Awar/Maswath/Zalnabur) yang
terkutuk, serta pengikut-pengikut dan anak-anaknya.
Menurut buku Asy-Syibli meriwayatkan sebuah riwayat dari Zaid bin Mujahid yang
mengatakan bahawa, Iblis mempunyai lima anak, yang masing-masing diserahkan urusan-
urusan tertentu. Kemudian dia memberi nama masing-masing anaknya : Tsabar, Dasim, Al-
Awar, Maswath dan Zalnabur.
2.6.3. Syaitan
Kata Syaitan berasal dari kata syatana artinya menjauh. Dinamai Syaitan karena jauhnya
dari kebenaran. Dalam menjalankan misinya untuk mengganggu anak cucu Adam, Iblis
dibantu oleh Syaithan. Yang dimaksud Syaithan secara istilah adalah setiap yang mengikuti
perbutan Iblis baik dari golongan Jin ataupun manusia sendiri. Sebagaimana firman Allah
dalam surah Al-Anam, ayat 112 yang artinya: Demikianlah kami ciptakan bagi tiap-tiap
nabi musuh-musuhnya, yaitu Syaithan-syaithan yang terdiri dari bangsa manusia dan jin,
sebagian menyampaikan perkataan palsu kepada yang lainnya untuk mengadakan
penipuan.
Sebagaimana yang telah kita bahas di atas bahwasanya Iblis telah diberikan kehidupan
panjang sampai hari kiamat untuk menggoda keturunan Nabi Adam. Dalam segi kedudukan,
Iblis adalah pemimpinnya para Syaithan. Sebagaimana diriwayatkan dari Jarir R.A dari Nabi
SAW bersabda: Sesungguhnya Iblis itu meletakkan singasananya di atas air, kemudian ia
mengirimkan pasukannya. Yang paling dekat dengan Iblis (diantara anak buahnya), maka ia
adalah yng terhebat dalam membuat fitnah (kejahatan). Iblis dan Syaithan menggoda
manusia dengan cara melupakan mereka dari mengingat Allah (Dzikrullah). Oleh karena itu
Allah SWT beberapakali berfirman dalam Al-Quran, menyuruh manusia untuk menjadikan
Iblis dan syaithan itu sebagai musuh, agar manusia membenci mereka dan tidak tergoda dari
tipu muslihat mereka. Wallahu Alam.
Dalam kehidupan manusia, Iblis dan Syaithan adalah pengganggu yang menyesatkan
manusia, dan mengajak manusia untuk menjadi penghuni neraka. Sehingga dengan demikian,
iman manusia pun betul-betul diuji. Manusia juga harus memimikirkan akibat dari sebuah
kesalahan yang dikerjakan Iblis sehingga ia dikeluarkan dari surga dan mendapat lanat
Allah, agar manusia tidak melakukan hal yang sama dalam kehidupannya.
9 ANAK-ANAK SYAITAN YANG LAINNYA:
a. ZALITUUN : Duduk di pasar/kedai supaya manusia hilang sifat jimat cermat. Menggoda
supaya manusia berbelanja lebih dan membeli barang-barang yang tidak perlu.
b. WATHIIN : Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk terhadap
Allah.
c. AAWAN : Menghasut sultan/raja/pemerintah supaya tidak mendekati rakyat. Seronok
dengan kedudukan/kekayaan hingga terabai kebajikan rakyat dan tidak mahu mendengar
nasihat para ulama.
d. HAFFAF : Berkawan baik dengan kaki botol. Suka menghampiri orang berada di tempat-
tempat maksiat ( i.e. disko, kelab malam & tempat yang ada minuman keras )
e. MURRAH : Merosakkan dan melalaikan ahli dan orang yang sukakan muzik sehingga
lupa kepada Allah. Mereka ini tenggelam dalam keseronokan dan glamour etc.
f. MASUUD : Duduk dibibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan
segala apa sahaja penyakit yang mula dari kata-kata mulut.
g. DAASIM ( Berilah Salam sebelum masuk ke rumah ) : Duduk di pintu rumah kita. Jika
tidak memberi salam ketika masuk ke rumah, Daasim akan bertindak agar berlaku
keruntuhan rumahtangga. (suami-isteri bercerai-berai, suami bertindak ganas, memukul isteri,
isteri hilang pertimbangan menuntut cerai, anak-anak didera dan perbagai bentuk
kemusnahan rumahtangga).
h. WALAHAAN : Menimbulkan rasa was-was dalam diri manusia khususnya ketika
berwudhuk dan solat dan menjejaskan ibadat-ibadat kita yang lain.
i. LAKHUUS : Merupakan sahabat orang Majusi yang menyembah api dan matahari.
2.7. Iman Kepada Eksistensi Alam
Segala sesuatu tidaklah luput dari ketentuan ALLAH Tabaraka wa Taala yang telah
mengkabarkan kepada kita para ummat-Nya, bahwasanya tiap-tiap sesuatu bermula adalah
mesti ada awal dan adapula akhirnya, jika ada hidup maka tentu ada mati, jika ada awal
dijadikannya semesta alam maka tentu ada pula masa semesta alam ini diakhiri oleh ALLAH
Tabaraka wa Taala.
2.7.1. Alam Ruh
Perjalanan hidup manusia dimulai dari alam ruh (tahapan titik nol) ketika Allah
mengumpulkan semua ruh manusia yang akan diturunkan kebumi. Kejadian ini dikisahkan
dalam QS.Al-Araf ayat 173:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, Ketika Allah
menciptakan Adam, DIA mengusap punggungnya, maka dari punggung itu setiap ruh yang
menyerupai biji atom berjatuhan, yang DIA (Allah) adalah penciptanya sejak itu sampai hari
kiamat kelak. (HR. Imam Tirmidzi)
Dari ubay bin Kaab ia mengatakan, Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan
berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak
berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, Bukankah Aku Tuhanmu?, mereka
menjawab Benar. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi
tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian
Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, Kami tidak
pernah berjanji mengenai hal itu.
Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKu,
dan janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKu. Sesungguhnya Aku akan mengutus
kepada kalian para RasulKu yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu. Selain itu Aku
juga akan menurunkan kitab-kitabKu. Maka merekapun berkata, Kami bersaksi bahwa
Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya Engkau semata.
Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat
dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang
kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam
berkata, Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hambaMU itu.
Allah menjawab, Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri. Dan Adam melihat
para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka. (HR.
Ahmad).
Inilah peristiwa yang terjadi di Alam ruh, dimana setiap jiwa dari kita manusia telah
diambil kesaksian dan melakukan perjanjian dengan Allah SWT, dengan Nabi Adam dan
penduduk langit sebagai saksi. Secara fitrah kita memang lupa akan perjanjian itu, karena itu
Allah mengingatkan sesuai dengan hadits di atas ; Sesungguhnya Aku (Allah) akan
mengutus kepada kalian para RasulKu yang akan mengingatkan kalian perjanjianKu itu..
Wahai manusia jika kamu ragu kepada hari kebangkitan maka sesungguhnya Kami
telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian dari
segumpal darah kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna. Agar Kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim apa
yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi kemudiankamu menjadi dewasa. Dan di antaramu ada yang diwafatkan dan
ada yang dipanjangkan umurnya hingga pikun supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang telah dia ketahui dahulu. Dan kamu lihat bumi itu kering dan apabila Kami
turunkan air dari atasnya hiduplah bumi itu dan suburlah menumbuhkan
berbagai macam tumbuhan yang indah. QS. Al-Hajj : 005
2.7.2. Alam Rahim
Setelah membuat kesaksian tentang Allah selanjutnya satu persatu ruh tersebut
dihembuskan Allah kedalam rahim ibu sebagaimana disebutkan dalam QS. Sajdah ayat 9,
Kemudian dibentukNya (janin dalam rahim) dan ditiupkan ke dalamnya sebagian dari
ruhNya.
Sejak itu mulailah manusia memasuki tahap kedua dari perjalanan hidupnya. Kurang
lebih selama 9 bulan janin manusia menetap dirahim ibu untuk kemudian setelah tiba
waktunya lahir kedunia menjadi seorang bayi.
Alam arham adalah ketika manusia berada di rahim ibunya. Arham adalah bentuk jamak
dari kata rahim. Rahim berarti kasih sayang. Alam arham adalah suatu alam di mana
manusia dibentuk atas dasar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Saat di alam arham ini,
sejak itulah terjalin kasih sayang yang disebut silaturahim.
Sebelum rahim itu ditempelkan kepada manusia, sebelum ditempelkan kepada manusia
rasa kasih sayang Allah itu di sifat rahim tersebut, maka dia (rahim) berbicara kepada Allah,
Tuhan, inilah saatnya aku berlindung kepada-Mu dari putusnya tali kasih sayang.
Dijawab oleh Allah, Ketahuilah wahai rahim, Aku akan terhubungkan dengan orang
yang menghubungkan denganmu, dan Aku akan memutuskan hubungan dengan orang yang
memutuskanmu. (Hadits Qudsi). Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan dari padanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut
ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah
Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?. QS. Az-Zumar : 006
2.7.3. Alam Kubur
Jika kematian datang menghampiri seseorang maka putuslah hubungannya dengan
kehidupan dunia. Hanya amal baik dan buruklah yang abadi menemani sampai kealam kubur.
Amal baik seperti shalat, zakat, sedekah dan zikir semua itu akan membawa kebahagian dan
ketentraman dialam kubur.
Sebaliknya amal buruk seperti perbuatan dosa mendurhakai Allah, melakukan perbuatan
yang dilarang dan dimurkaiNya, serta meninggalkan amal perbuatan yang diperintahkan
semua itu akan membawa kesengsaraan dialam kubur. Alam ini adalah masa penantian yang
penuh kesengsaraan bagi kaum pendosa dan penuh kebahagiaan bagi orang beriman. Alam
kubur akan berakhir pada hari kiamat kelak.
Dan Allah telah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak
mengetahui segala sesuatu dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati
agar kalian bersyukur. QS. An-Nahl : 078
Dan pada tahapan inilah yang menentukan bahagia dan celakanya, dan merupakan
negeri ujian dan cobaan. Sebagaimana firman Allah Taala: Dialah yang telah
menciptakan kematian dan kehidupan agar menguji kalian siapa di antara kalian yang
paling bagus amalannya. QS. Al-Mulk : 2
Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan
mereka ada barzakh (pembatas) sampai hari mereka dibangkitkan. QS. Al-Muminun : 100.
2.7.4. Alam Akhirat
Sebelum adanya surga dan neraka, ada fase dimana fase tersebut merupakan fase
perhitungan amal. Pada hari berhisab setiap orang diadili, ditimbang amal baik dan buruknya
tidak ada satu perbuatanpun yang luput dari pemeriksaan. Orang yang baik timbangan
amalnya akan menerima raport dari sebelah kanan. Dia akan kembali kepada teman dan
saudaranya dengan penuh kegembiraan. Sedangkan orang yang buruk timbangan amalnya
akan menerima kitab raport dari belakang, dia mengeluh dan kembali kepada teman serta
saudaranya dengan berkeluh kesah.
Setelah menerima raport setiap orang diperintahkan menempuh perjalanan menuju
tempat abadi yang telah disiapkan untuk mereka. Orang yang telah menerima raport dari
sebelah kanan dengan mudah dapat melalui lembah neraka yang ganas, dia tidak merasakan
panasnya api neraka sedikitpun. Dia sampai di surga abadi dengan penuh kegembiraan
disambut oleh penduduk surga dengan pesta meriah, hidup kekal selamanya disana.
Namun orang-orang yang menerima raport dari belakang, terpuruk dilembah nerakadan
tidak pernah bisa keluar dari situ untuk. Kehidupan manusia di dunia adalah kehidupan yang
akan menentukan kehidupan dia selanjutnya di alam lain. Setiap kebaikan sesuai ajaran Islam
akan memudahkan hidupnya di alam kubur dan di hari pembalasan. Dan sebaliknya,
keburukan akan membawanya pada kesengsaraan di alam kubur dan di alam akhirat. Semoga
kita termasuk orang-orang yang senantiasa memperbanyak amal untuk meraih ridho-Nya dan
bertemu dengan-Nya di surga kelak.
2.7.4.1. Surga
Dalam al-Quran (Islam), konsep surga dimaksudkan terjemahan dari kata bahasa
arab, jannah - jamak dari Jinan - yang berarti kebun, taman. Ia adalah tempat yang kekal di
akhirat dan diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah Swt yang beriman dan beramal shaleh,
tempat yang memberikan kenikmatan yang belum pernah dirasakan ketika hidup di dunia dan
sebagai balasan jerih payah memenuhi perintah dan menjauhi larangannya.
Dari arti kebun itu, tampaknya sangat sesuai ketika Al-Quran melukiskan Al-
Jannah (surga) sebagai sebuah tempat yang indah, dipenuhi pohonn-pohon rindang, sungai
yang airnya mengalir jernih dan segala keindahan lainnya. Hal tersebut dimaksudkan dan
juga sejumlah penafsir menggarisbawahi bahwa keadaan di surga, begitu indah dan
nikmatnya sampai tidak terbayangkan oleh manusia.
Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang memikat dan menyenangkan hati serta
pandangan, di dalamnya terdapat segala sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, belum
pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terpikirkan oleh akal pikiran. Oleh karena itu,
Allah subhanahu wata'aala berfirman: Seorangpun tidak mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan
pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As Sajdah:
17).
Berdasarkan Al Quran dan hadits Nabi Saw, Ada sepuluh golongan yang akan menjadi
penghuni Surga. Kesepuluh golongan itu diantaranya: para Nabi, orang-orang yang jujur,
syuhada, dan orang-orang yang shalih, Orang-orang yang berbuat baik (al-Abrar), Orang-
orang yang terdahulu (masuk islam) yang didekatkan kepada Allah, Ashhabul Yamin yaitu
orang-orang yang menerima buku catatan amal dari sebelah kanan, Al-Muhsinun, yaitu
orang-orang yang senantiasa berbuat baik dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan syariat,
Ash-Shabirun, yaitu orang-orang yang bersabar, Orang yang takut saat menghadap
Tuhannya, Al-Muttaqun, yaitu orang-orang yang bertakwa, Orang-orang yang beriman dan
beramal shalih, dan At-Taaibun, yaitu orang-orang yang bertaubat.
2.7.4.2. Neraka
Neraka dalam terminologi al-Quran memiliki beberapa pengertian, di antaranya: 1) Alam
akhirat tempat penyiksaan untuk orang berdosa, 2) Sial, dan 3) Keadaan atau tempat
menyengsarakan, penyakit parah, dan kemiskinan.
Dalam terminologi al-Quran, kata neraka disebut naar, yang berartiapi yang menyala.
Secara istilah, neraka berarti tempat balasan berupa siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan
kesalahan.
Neraka adalah tempat penyiksaan dimana bentuk hukumannya yang paling sangat
menyiksa digambarkan sebagai api. Nama-nama neraka yang digunakan di dalam al-
Quran: al-Naar (api), jahannam, al-Jahim (yang membakar), al-Sair (jilatan api), al-
Saqar (api yang menghanguskan), al-Hawiyah (jurang), al-Huthamah (api yang
meremukkan).
Naar adalah api yang panas sekali atau api yang dijadikan jin darinya. Adapun ayat-ayat
yang menggunakan kata naar ditemukan sebanyak 194 kali. Jahannam, yang memiliki arti
sumur yang dalam. Kata jahannam dalam al-Quran disebutkan sebanyak 77 kali.
Dalam firman Allah l tersebut terdapat enam sifat orang yang bakal dilemparkan ke dalam
Jahannam, diantaranya: Orang yang sangat ingkar, Keras kepala, Sangat menghalangi
kebajikan, Melanggar batas, Lagi ragu-ragu, dan Yang menyembah sesembahan yang lain
beserta.

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Iman kepada yang ghaib mempunyai pengaruh yang besar sekali, sehingga terpantul
dalam tingkah laku seseorang dan juga dalam jalan hidupnya. Ia merupakan motivator yang
sangat kuat untuk melahirkan amal kebajikan dan memberantas kejahatan. Ikhlas beramal
untuk memperoleh pahala dan menghindarkan diri dari siksa di akhirat, bukan menginginkan
balasan dunia dan pujian manusia.
Kuat, tegas dan tegar dalam pembenaran. Apa yang dijanjikan Allah untuk orang yang
beriman menjadikan seseorang teguh dalam men-jalankan segala perintahNya, menjelaskan
yang haq, mengajak kepada yang haq, menjelaskan yang batil dan memeranginya.
Meremehkan bentuk-bentuk penampilan duniawi. Hal ini merupakan pengaruh dari
makmurnya hati karena keimanan bahwa dunia beserta kenikmatannya akan lenyap,
sedangkan akhirat adalah kehidupan kekal, damai abadi selamanya. Maka tidak masuk akal
lebih memilih hal yang fana daripada yang kekal. Lenyapnya kebencian dan kedengkian.
Sesungguhnya usaha mewujudkan keinginan nafsu tanpa melalui jalan yang benar
menyebabkan kebencian dan kedengkian antarmanusia. Sedangkan iman kepada yang ghaib,
berupa janji-janji Allah dan ancamanNya menjadikan seseorang mau mawas diri dan
mengoreksi diri sendiri dalam setiap gerak-geriknya demi mendapatkan pahalaNya dan
menjauhi sik-saNya.

3.2. DAFTAR PUSTAKA


http://ferinaldop.blogspot.com/
http://ibnuhussain.wordpress.com/umum/beriman-kepada-yang-ghaib/
http://irpanmaulana91.blogspot.com/2014/04/percaya-kepada-hari-akhir-makalah.html
http://media.zoya.co.id/inspirasi/perjalanan-panjang-kehidupan-manusia-di-tujuh-alam
http://pondokassunnah.com/pelajaran-2-07-iman-kepada-hal-hal-yang-ghaib/
http://qomiuth-thughyan.blogspot.com/2013/02/8-iman-kepada-hasyr-dikumpulkannya.html
http://tausyah.wordpress.com/2012/12/20/lima-fase-atau-tahapan-kehidupan-manusia-yang-
mesti-dialami-manusia-dari-awal-sampai-akhir-tahapan-titik-nol-atau-ketidak-adaan-tahapan-
di-alam-rahim-alam-dunia-alam-barzakh-dan-alam-akhirat/
http://thelittlepuu.blogspot.com/2013/01/pengertian-surga-dan-neraka.html
Shalih bin fauzan.2010.Kitab Tauhid 3. (Jakarta :Darul Haq)
Thantawi Syaikh Ali.2004.Aqidah Islam Doktrin dan Filosofi. (Solo: Era Intermedia)

Anda mungkin juga menyukai