Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini ialah,
1. Apa pengertian dari taksonomi dan Tujuan pembelajaran ?
2. Apa saja tujuan pendidikan menurut Benyamin S. Bloom ?

3. TUJUAN
Adapun tujuan dari rumusan masalah pada makalah ini ialah,
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari taksonomi
2. Untuk mengetahui apa saja tujuan pendidikan menurut benyamin S. Bloom.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Taksonomi dan Tujuan Pembelajaran

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi
dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Benyamin S. Bloom dkk mengembangkan tujuan pendidikan dalam tiga ranah:
kognitif, afektif, psikomotor, yang dipublikasikan pada tahun 1956 dengan judul
Taxonomy of Educational Objectives: The Clasivication of Educational Goals. Cukup
lama dikenal dengan Taksonomi Tujuan Pendidikan dari Bloom, yang biasa dikenal
dengan Taksonomi Bloom.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
melaksanakan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut. Dilihat dari sejarahnya tujuan pembelajaran pertama kali
diperkenalkan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950 yang diterapkannya dalam ilmu
perilaku (behavioral science) dengan maksud untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Kemudian diikuti oleh Robert Mager yang menulis buku yang berjudul Preparing
Instructional Objective pada tahun 1962. Selanjutnya diterapkan secara meluas pada
tahun 1970 di seluruh lembaga pendidikan termasuk di Indonesia (Uno, 2008).
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui penuangan tujuan pembelajaran adalah
sebagai berikut:

1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat


2. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran yang
dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.
3. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau sebaiknya
disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.
5. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar
yang paling cocok dan menarik.
6. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun
bahan dalam keperluan belajar.
7. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan
hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.
Agar proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka seorang
guru dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran secara
jelas dan tegas. Kendati demikian, dalam kenyataan di lapangan saat ini, tampaknya
kita masih dapat menemukan permasalahan yang dihadapi guru (calon guru) dalam
merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dilakukannya, yang berujung pada
inefektivitas dan inefesiensi pembelajaran (Sudrajat, 2009).

Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) terdapat beberapa pengertian


yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp dan David E. Kapel
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan

Henry Ellington menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan


yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Oemar Hamalik (2005)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah
laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.
Sementara itu, menurut Standar Proses pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007,
tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajara yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Ini berarti kemampuan
yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran mencakup kemampuan yang akan
dicapai siswa selama proses belajar dan hasil akhir belajar pada suatu kompetensi
dasar.

2. Tujuan pendidikan menurut Benyamin S. Bloom

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah


mereka menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
yang diharapkan, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah
laku yang dapat dikerjakan dan diukur. Tujuan berkaitan dengan sifat secara operasional
dan tujuan pembelajaran khusus (Subiyanto, 1986: 46).
Benyamin Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi kedalam tiga domain,
yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir. Dalam
kawasan kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
a) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam
kawasan kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal
atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah
ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol
lain. Kemampuan mengetahui sedikit lebih rendah dibawah kemampuan memahami,
karena itu orang yang mengetahui belum tentu memahami atau mengerti apa yang
diketahuinya.
b) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir
dimana peserta didik dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang
sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Pada tingkatan ini, selain hapal
peserta didik juga harus memahami makna yang terkandung misalnya dapat
menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta
dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri.
c) Aplikasi (application)
Aplikasi atau penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip,
prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu. Seseorang menguasai kemampuan
ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan,
menyelesaikan, dan mengidentifikasikan mana yang sama.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-
bagian sehinggga jelas susunannya. Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis
kemampuan analisis, yaitu:
1) Menganalisis unsur
2) Menganalisis hubungan
3) Menganalisis prinsip-prinsip organisasi.
e) Sintesis (synthesis)
Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-
bagian sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil
kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat melakukan
penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Evaluasi ialah kemampuan
untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif.

2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek


perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Ranah
afektif berkenaan dengan sikap (attitude), apresiasi (appreciation), dan motivasi
(motivation) peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kartwohl & Bloom
(Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah afektif menjadi
lima aspek, yaitu:
a) Penerimaan (receiving/attending)
Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi penerimaan secara pasif
terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Misalnya mendengarkan
dengan seksama penjelasan guru.
b) Tanggapan (responding)
Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan kesenangan menanggapi
atau merealisasikan sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Misalnya menyerahkan laporan praktikum/tugas tepat waktu.
c) Penghargaan (valuing)
Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu.
Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti menerima, menolak atau tidak
menghiraukan. Misalnya menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat
laboratorium yang dipakai waktu praktikum dan bersikap jujur dalam kegiatan
pembelajaran.
d) Pengorganisasian (organization)
Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Sikap-sikap yang
membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan
membentuk suatu sistem nilai internal. Sikap yang ditunjukkan misalnya mampu
menimbang akibat positif dan negatifnya tentang kemajuan sains terhadap
kehidupan umat manusia.
e) Karakteristik berdasarkan nilai-nilai (characterization by a value or value
complex)
Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia
mengubah pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak mendukung
pendapatnya.

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan
mengoperasikan mesin. Ranah kognitif ini berkaitan dengan keterampilan (skill) dan
hasil belajarnya berupa kemampuan bertindak individu.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain
yang dibuat Bloom.
a. Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b. Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c. Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di
dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan
meyakinkan dan cakap.
e. Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan
yang kompleks.
f. Peyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam
berbagai situasi.
g. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan
tertentu.

Seiring dengan berkembangnya psikologi kognitif, maka berkembang pula cara-


cara mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif. Salah satu
perkembangan yang menarik dalah revisi Taksonomi Bloom tentang dimensi kognitif.
Anderson & Krathwohl (2001) merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi
dua dimensi, yaitu:

(1) Dimensi proses kognitif: aspek sntesis digabungkan dengan aspek analisis atau
evaluasi dan ditambahkannya aspek kreasi (kreativitas) diatas aspek
evaluasi. Indikator-indikatornya adalah: - membangun/ mengkonstruksi (generating),
merencanakan (planning), menghasilkan (producing)

(2) Dimensi pengetahuan. Aspek-aspek dari dimensi pengetahuan pada revisi


Taksonomi Bloom meliputi:

(a) pengetahuan faktual (factual knowledge) yang meliputi aspek-aspek


(pengetahuan tentang istilah dan pengetahuan specifik detail dan elements)

(b) pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) yang meliputi: pengetahuan


tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
dan pengetahuan tentang teori, model dan struktur,

(c) pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yang meliputi: pengetahuan


tentang keterampilan materi khusus (subject-specific) dan
algoritmanya, pengetahuan tentang teknik dan metode materi khusus (subject-
specific), pengetahuan tentang kriteria untuk memastikan kapan menggunakan
prosedur yang tepat.

(d) pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) yang


meliputi: pengetahuan strategik (strategic knowledge), pengetahuan tentang
tugas-tugas kognitif termasuk kontekstual dan kondisional, pengetahuan diri
(self-knowledge)
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti untuk
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi
berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi.
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam melaksanakan pembelajaran.
Benyamin Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan dibagi kedalam tiga
domain, yaitu:
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir.

Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek


perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan


aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan
mesin.
DAFTAR PUSTAKA

...................

......................

.....................

Anda mungkin juga menyukai