Referat M Firdaus
Referat M Firdaus
Referat M Firdaus
URETEROLITHIASIS
Disusun Oleh :
MUHAMMAD FIRDAUS
0808151167
Pembimbing:
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu
ureter, batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya
mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-
amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat dan senyawa lainnya. Semua
tipe batu saluran kemih memiliki potensi untuk membentuk batu staghorn, namun
pada 75% kasus, komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau
2
disebut juga batu struvit atau batu triple phosphate, batu fosfat, batu infeksi, atau
batu urease.3
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal
Ureter
4
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju
buli-buli, secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya
relatif lebih sempit daripada di tempat lain, sehingga batu atau benda-benda lain
yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut di tempat itu. Tempat-tempat
penyempitan itu antara lain adalah: (1) pada perbatasan antara pelvis renalis dan
ureter atau pelvi-ureter junction, (2) tempat ureter menyilang arteri iliaka di
rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-
buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural); keadaan
ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau
refluks vesiko-ureter pada saat buli-buli berkontraksi.
Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang
saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di tengah
merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa
5
buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa
pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli. Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan,
yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua
permukaan inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior
merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.
Uretra
2.2 Epidemiologi
6
untuk pria dan 7% untuk wanita. Batu struvite lebih sering ditemukan pada wanita
daripada pria.
Idiopatik
Gangguan aliran kemih
o Fimosis, striktur meatus, hipertrofi prostat, refluks vesiko uretral,
uretrokel, konstriksi hubungan uteropelvik.
Gangguan metabolisme
o Hiperparatiroidisme
o Hiperurisemia
o Hiperkalsiuria
Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme yang mampu membuat urease
(Proteus mirabilis)
Dehidrasi
o Kurang minum, suhu lingkungan tinggi
Benda asing
o Fragmen kateter, telur sistosoma
Jaringan mati (nekrosis papil)
Multifaktor
o Anak di negara berkembang
o Penderita multitrauma
7
Ketiga faktor ini mempengaruhi pembentukan batu, pembentukan batu
disebabkan oleh lebih dari satu faktor pada urin yang mengalami
supersaturasi:
Hiperoksaluria:
- Primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C dosis tinggi dalam waktu yang
lama, methoxyflurane (obat bius).
- Hiperoksaluria enternik
Hiperurikusuria:
- Makanan yang banyak mengandung purine
- Pemberian sitostatika pada pengobatan neoplasma
- Dehidrasi kronis
- Obat-obatan; thiazide (diuretik), salisilat.
-
1. Batu Kalsium
Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh
batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat atau campuran dari kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya
8
terbentuk pada suasana urine asam. Batu kalsium bentuknya bergerigi sehingga
jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hiperkalsiuri
Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam
penyebab terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :
Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena
adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus
Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena
adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal
Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena
adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada
hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
b. Hiperoksaluri
Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan
hiperoksaluria banyak dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah
menjalani pembedahan usus dan pada pasien yang banyak mengkomsumsi
makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi instant, soft drink, kokoa, arbei,
jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.
c. Hiperurikosuria
Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam
urat yang berlebihan dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat. Sumber asam urat di dalam urine berasal dari
9
makanan mengandung banyak purin seperti daging, ikan, unggas maupun berasal
dari metabolisme endogen.
d. Hipositraturia
Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau
pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama
e. Hipomagnesiuria
Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus
(inflammatory bowel disease) yang diikuti gangguan malabsorbsi.
2. Batu struvit
Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah
kuman golongan pemecah urea yang dapat menghasilkan enzim urease dan
merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat apatit.
Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman
yang termasuk pemecah urea diantaranya adalah Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
10
mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker, dan banyak menggunakan obet
urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat. Kegemukan,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit ini.
Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.
Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme
endogen di dalam tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat,
dirubah menjadi hipoxanthin,. Dengan bantuan enzim xanthin oksidase,
hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya dirubah menjadi asam urat.
Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam urat
diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat.
Garam urat lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang
lebih mudah larut di dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas
relatif tidak larut di dalam urine, sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali
membentuk kristal asam urat dan selanjutnya membentuk batu asam urat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah :
Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 )
Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi
Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi.
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke
ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat
berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ),
persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli. Batu
ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar
bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian
berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
11
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter dan hidronefrosis. Jika disertai dengan infeksi
sekunder dapat menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik,
abses paranefrik, ataupun pielonefritis. Tidak jarang terjadi hematuria yang
didahului oleh serangan kolik.
Komposisi batu ureter sama dengan komposisi batu saluran kencing pada
umumnya yaitu sebagian besar terdiri dari garam kalsium, seperti kalsium oksalat
monohidrat dan kalsium oksalat dihidrat. Sedang sebagian kecil terdiri dari batu
asam urat, batu struvit dan batu sistin.
2.8 Diagnosis
12
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik,
selain itu perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan
dengan pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi
ginjal.
Laboratorium :
1. Urin
- pH urin
- Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH
yang rendah (pH<7).
- Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)
- Sedimen
- Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.
- Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat
- Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada
saluran kemih
2. Darah
- Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi
anemia
- Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan
leukositosis
- Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal
- Kalsium, dan asam urat.
Radiologik :
1. Foto Polos Abdomen
Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih. Batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan
paling sering dijumpai, sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.9
13
terlihat oleh foto polos perut. Jika pielografi intra vena (selanjutnya disebut
dengan PIV) belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat
adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah pemeriksaan pielografi
retrograde. 9
3. Ultrasonografi
Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu
pada keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu
di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow),
hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan ginjal. 9
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal
dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut 1,4,6,8:
Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu
Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai
perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal
Analisis batu
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih
bersifat simtomatis, yaitu bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran
14
urine dengan memberikan diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar.
3. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau dengan
energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal
adalah :
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu
15
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah
pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak
jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya sudah sangat tipis atau
mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang
menahun
BAB III
KESIMPULAN
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter. Batu ureter pada
umumnya adalah batu yang terbentuk di dalam sistim kalik ginjal, yang turun ke
ureter. Terdapat tiga penyempitan sepanjang ureter yang biasanya menjadi tempat
berhentinya batu yang turun dari kalik yaitu ureteropelvic junction (UPJ),
persilangan ureter dengan vasa iliaka, dan muara ureter di dinding buli.
16
dengan pencitraan untuk menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi
ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
17
5. Reksoprodjo, S. 2000. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Ilmu Bedah
FKUI RSCM: Jakarta. Hal 156 -160.
6. Tanagho EA, McAninch JW. 2004. Smiths General Urology. Edisi ke-16.
New York: Lange Medical Book. Hal 256-283.
7. Anonim. 2006. Batu saluran kemih. Available from :
[www.iaui.or.id/ast/file/batu_saluran_kemih.doc]
8. Sabiston C. D. Jr, MD. 1997. Batu Ginjal dan Ureter. Buku Ajar Bedah 2.
Penerbit EGC: Jakarta. Hal 472 483.
9. Sjahriar dkk. 2000. Nefrolitiasis, Radiologi Diagnostik. Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
18