ASKEP Urolitiasis Elnita

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sakit pinggang dan susah berkemih dapat menyerang siapa saja

dan dimana saja. Keluhan semacam itu dapat mengganggu penderita

dalam beraktivitas. Tidak jarang pada penderita harus menunda

kegiatannya karena khawatir mengalami sakit pinggang secara

mendadak. Urolitiasis dapat dihancurkan dengan obat maupun dengan

tanaman obat yang ada di sekitar kita. Indonesia sangat kaya akan

tanaman obat yang berfungsi untuk menghancurkan batu ginjal. Tanaman

tersebut mudah tumbuh dan terbesar di seluruh wilayah Indonesia

(Soeryoko, 2011).

Pembentukan batu bisa di sebabkan karena pola hidup yang tidak

sehat. Selanjutnya kekurangan minum juga dapat menyebabkan

pembentukan batu (Sudoyo, dkk, 2009).

Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius

ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium

fosfat dan asam urat meningkat, dan batu tersebut dapat terjadi

khususnya pada pasien dehidrasi, batu tersebut dapat ditemukan di setiap

bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari

deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu

sebesar kandung kemih yang berwarna oranye (Prabowo, dkk, 2014).

Urolitiasis merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi

berbagai zat terlarut pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium

oksalat (60%), fosfat sebagai campuran urin kalsium, amonium, dan

1
magnesium fosfat (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%) (Brunner, dkk,

2000).

Lokasi urolitiasis dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan

keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. urolitiasis sebagian

besar mengandung batu kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat,atau

kalsium fosfat, secara bersamaan dapat dijumpai sampai 65.85% dari

jumlah keseluruhan batu ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).

Urolitiasis merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran

kemih. Di Negara maju seperti Amerika serikat, Australia, batu saluran

kemih banyak dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedang di Negara

berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai

relatif meningkat di banding proporsi batu kandung kemih. Peningkatan

kejadian batu saluran kemih bagian atas terjadi di abad ke -20, khususnya

di daerah bersuhu tinggi dan dari Negara yang sudah berkembang. Pada

study epidemiologi, diketahui bahwa penduduk pria Eropa memiliki

prevalensi kejadian urolitiasis 3% di banding wanita. Pria lebih beresiko

daripada wanita untuk terkena batu saluran kemih. Hal ini di pengaruhi

oleh banyak faktor, utamanya adalah lifestyle yang tidak sehat, sehingga

memicu pembentukan batu, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun

tersier (Prabowo, dkk, 2014).

Di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun

2006-2010 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap urolitiasis 111

penderita dengan proporsi 11,5% dari 963 kasus penyakit di bagian

urologi, dengan rincian 24 penderita (2,5%) tahun 2006, 21 penderita

(2,2%) tahun 2007, 22 penderita (2,3%) tahun 2008, 11 penderita (1,1%)

2
tahun 2009, dan 33 penderita (3,4%) pada tahun 2010. Data rekam medik

Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan, di ketahui bahwa

selama 5 tahun dari tahun 2006-2010 penyakit urolitiasis merupakan

penyakit ke tiga terbanyak kasusnya di bagian urologi, yaitu setelah Gagal

Ginjal Kronik (GGK) dengan proporsi 39,1 % dan infeksi Saluran Kemih

(ISK) dengan proporsi 22,5% (www.//http.journal chapter, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, dan banyaknya kejadian di Negara-

negara berkembang juga yang terjadi di Indonesia berdasarkan penyebab

tertentu, maka penulis tertarik untuk memperoleh pengalaman secara

nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. J. Dengan

Gangguan Sistem Perkemihan Urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah

Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih spesifik mengenai

asuhan keperawatan pada Tn. J dengan gangguan sistem

perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah Sakit

Umum Kabanjahe.

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan asuhan keperawatan ini

adalah :

1. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

3
2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. J dengan

gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V

Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

3. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. J dengan

gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V

Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

5. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3. Metode Penulisan

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan

metode deskriptif yang merupakan suatu metode ilmiah yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan cara pengumpulan

data :

1. Wawancara : Melakukan tanya jawab langsung pada klien,

keluarga, perawat, dokter yang langsung

bertugas di Rumah Sakit dimana klien

dirawat.

2. Observasi : Mengadakan pengawasan terhadap klien

dengan pengawasan perkembangan

kesehatan klien melalui proses keperawatan.

4
3. Studi kepustakaan : Pengambilan data dengan membaca buku-

buku yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan ini.

4. Studi dokumentasi : Penulis mempelajari dokumentasi berupa

catatan keperawatan dan hasil tindakan.

5. Pemeriksaan fisik : Pengumpulan data melalui inspeksi.

1.4. Sistematika penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

1.2.2. Tujuan Khusus

1.3 Metode Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Anatomi fisiologi

2.1.3 Etiologi

2.1.4 Patofisiologi

2.1.5 Manifestasi klinis

2.1.6 Komplikasi

5
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

2.1.8 Penatalaksanaan

2.1.9 Pencegahan

2.2. Konsep dasar keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Diagnosa keperawatan

2.2.3 Intervensi keperawatan

2.2.4 Evaluasi
BAB III. TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Pasien
3.1.2. Keluhan Utama
3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
3.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
3.1.5. Riwayat Sosial dan Ekonomi
3.1.6. Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga/ Psikososial
3.1.8. Pemeriksaan Fisik
3.2. Analisa Data
3.3. Diagnosa Keperawatan
3.4. Prioritas Masalah
3.5. Asuhan Keperawatan
3.6. Implementasi
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
4.2. Diagnosa Keperawatan

6
4.3. Intervensi Keperawatan
4.4. Implementasi
4.5. Evaluasi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

FOTO DOKUMENTASI

DAFTAR KONSUL

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Urolitiasis adalah obstruksi benda padat pada saluran kencing yang

terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu. bisa

terbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat( 60%), fosfat

(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%). Namun saat ini sumber presipitasi

dari batu lebih sering dari asam urat dan infeksi yang menjadi komplikasi

dari penyakit, sehingga makna dari urolitiasis sendiri bukan hanya batu

yang bersifat mineral (Prabowo, dkk, 2014).

Urolitiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan

fosfat, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu (Doenges,

2000).

Urolitiasis adalah benda keras atau padat, merupakan endapan

beberapa mineral yang bersarang di dalam ginjal atau saluran kemih.

Mineral-mineral tersebut tidak larut dan tidak terbawa oleh air kencing.

(Soeryoko, 2011)

8
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

(www.apotekerbercerita.wordpress.com)

b. Fisiologi

1. Ginjal

Ginjal yaitu suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum

abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra

lumbalis ke-3, melekat langsung pada dinding belakang abdomen,

tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal

2,5 cm. Bentuk ginjal seperti biji kacang jumlahnya ada dua buah

kiri dan kanan. Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan, berat

ginjal pada laki-laki dewasa150-170 gram, wanita dewasa 115-155

gram

9
Fungsi ginjal :

a) Memegang peran penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun.

b) Mempertahankan keseimbangan cairan

c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

cairan tubuh

d) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat

lain dalam tubuh

e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil dari protein ureum,

kreatinin dan amoniak

2. Ureter

Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung

dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30

cm, dengan penampang kurang lebih 0,5 cm, mempunyai 3

jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal berhubungan dengan

ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis dan ureter

menembus kandung kemih.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b) Lapisan tengah (otot polos)

c) Lapisan sebelah dalam (mukosa)

3. Vesika urinaria

Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis. Bagian ini

tempat menyimpan urine, berdinding otot kuat, bentuknya

bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandung. Vesika

10
urinaria pada waktu kosong terletak di apeks vasika urinaria di

belakang tepi atas simfisis pubis.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a) Fundus, yaitu bagian menghadap ke arah belakang dan

bawah. Bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rektor

vesikale yang terisi oleh jaringan ikat ductus deferens, vesika

seminalis, dan prostat

b) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus

c) Verteks, yaitu bagian yang mancung kearah muka dan

berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis.

d) Dinding kandung kemih terdiri dari dinding lapisan sebelah

luar (peritoneum), tunika muskularis (lapisan otot, tunika

submukosa) dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

4. Uretra

Uretra merupakan bagian sempit yang berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan urine keluar.

a) Uretra pada laki-laki

Uretra pada laki-laki berjalan berkelok-kelok melalui tengah

prostat kemudian menembus tulang pubis ke bagian penis,

panjangnya kurang lebih 20 cm, uretra pada laki-laki terdiri

dari :

1) Uretra prostatika

2) Uretra membranosa

3) Uretra kavernosa

11
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan

paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pri mulai dari

orifisium uretra eksterna.

b) Uretra pada Wanita :

Uretra pada Wanita terletak di belakang simfisis pubis,

berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya lebih kurang

4 cm, salurannya dangkal mulai dari orifisium uretra interna

sampai ke orifisium eksterna.

Lapisan uretra wanita terdiri dari:

1) Tunika muskularis

2) Lapisan spongeosa

3) Lapisan mukosa sebelah dalam

(Syaifuddin, 2012)

2.1.3 Etiologi

Ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu

saluran kemih, dapat di bagi atas 2 golongan, yaitu :

a. Faktor endogen; seperti faktor genetic pada hipersistinuria,

hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer

b. Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan,

infeksi, dan kejenuhan mineral dalam air minum

Patogenesis dan patofisiologi : sebagian besar batu saluran

kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun

asimtomatik.ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu :

12
1. Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya subtansia

organik sebagai inti.

Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarid dan

mikroprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi

substansi pembentukan batu.

2. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti:

sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya

batu

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan Ph akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam

urine.pada urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, asam

dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan

mengendap garam-garam fosfat

4. Teori berkurang nya faktor penghambat

Berkurangnya faktor penghambat seperti; peptid fosfat, pirofosfat,

polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan

mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang diduga dalam

pembentukan kalkuli :

a. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih.infeksi

oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium

13
akan mengubah Ph urine menjadi alkali dan akan mengendapkan

garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan

batu

b. Obstruksi dan stasis urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah terjadinya

infeksi

c. Jenis kelamin

Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak di

temukan pada pria dibandingkan wanita

d. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak di temukan di Afrika dan Asia,

sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.

e. Keturunan

Ternyata anggota keluarga dengan batu saluran kencing lebih

banyak mempunyai kecenderungan untuk menderita batu saluran

kemih.

f. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan

mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila

kurang minum akan mempermudah pembentukan batu.

g. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, seperti buruh dan

petani akan mengurangi kemungkinan batu saluran kemih bila di

bandingkan dengan pekerja yang lebih banyak duduk.

14
h. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein

hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang,

sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial

ekonominya rendah lebih sering terjadi

i. Suhu

Tempat yang bersuhu panas, seperti di daerah tropis

menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi

produksi urine dan mempermudah pembentukan batu saluran

kemih.

(Wijaya, 2013)

15
2.1.4 Patofisiologi

- Jenis - Profesi - Konstitusi - Musim - Keturunan

kelamin - Mentalitas - Nutrisi - Ras

- Kelainan - Ganguan aliran - Infeksi - Kelainan Faktor

morfologi air keruh saluran kemih metabolik genetik

Ekskresi bahan Ekskresi inhibitor

pembentuk batu kristal menurun

meningkat

Perubahan psiko-

kimiawi supersaturasi

- Kelainan kristaluria

- Agregalasi krista

- Pertumbuhan krita

BATU SALURAN KEMIH

( Sudoyo, dkk. 2009)

16
2.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala penyakit urolitiasis sangat ditentukan oleh

letaknya, besarnya dan marfologinya, walaupun demikian penyakit ini

mempunyai tanda gejala umum seperti :

a. Batu pelvis ginjal

Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai

dengan gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan

akibat obstruksi aliran kemih infeksi.tanda dan gejala yang ditemui

antara lain:

1. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral) : dapat

dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus

dan hebat karena adanya pionefrosis

2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada,

sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya

hidronefrosis

3. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus

kosta pada sisi ginjal yang terkena

4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

5. Gangguan fungsi ginjal

6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

b. Batu ureter

1. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul di sertai perasaan mual

dengan atau tanpa muntah.

2. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal

17
3. Perut kembung ( ileus paralitik)

4. Hematuria

5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

c. Batu kandung kemih

1. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher

kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-

tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.

2. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik

penisnya pada waktu buang air kecil sehingga tidak jarang dilihat

penis yang agak panjang.

3. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga

akan terdapat nyeri yang menetap suprapubik

4. Hematuria

5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

c. Batu prostat

Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara

retrograd terdorong kedalam saluran prostat dan mengendap yang

akhirnya berupa batu yang kecil.pada umumnya batu ini tidak

memberikan gejala sama sekalian karena tidak menyebabkan

gangguan pasase air kemih.

18
b. Batu uretra

Batu uretra umunya merupakan batu yang berasal dari ureter atau

kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke

uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.

Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti,

menjadi menetes dan nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya

divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urine.

(Wijaya,dkk, 2013)

2.1.6 Komplikasi

a. Obstruksi

b. Infeksi

c. Gangguan fungsi ginjal

d. Infeksi dan sepsis dari Pielonefritis

e. Obstruksi traktus urinarius oleh batu atau edema pada gagal ginjal

akut berikutnya (Wijaya, dkk, 2013)

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Radiologi : untuk mengetahui batu bersifat radiopak/radiolusen.

Pemeriksaan radiologi yang biasanya dilakukan ada foto polos

abdomen, bisa dengan penambahan zat kontras untuk memperjelas

gambaran dari batu.

b. Ultrasonografi( USG) : untuk menentukan posisi batu lebih jelas dan

bisa digunakan selama operasi dilakukan

19
c. Laboratorium: Urinalisis dilakukan untuk menentukan adanya darah

(hematuria) dalam urine, jenis batu, pencetus batu. Selain itu,

pemeriksaan fungsi ginjal (RFT/ Renal Function Test) juga dilakukan

untuk mengetahui status faal ginjal (Doenges, 2000).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klinis pada pasien urolitiasis bergantung pada

letak dan ukuran batu.

Hal ini untuk mempertimbangkan apakah memerlukan tindakan

pembedahan atau cukup dengan mini invasive.Tujuan penatalaksanaan

batu saluran kemih adalah, menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi,

menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan

mengurangi terjadinya rekurensi

Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya

batu

b. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih, seperti ; rasa

nyeri, obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan

adanya gangguan fungsi ginjal

c. Menghilangkan obstruksi, infeksi, dan rasa nyeri

d. Analisis batu

e. Mencari latar belakang terjadinya batu

f. Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih

bagian bawah :

20
a. Cytostomy : Salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan

pipa sistostomy yang di tempatkan langsung di dalam kandung kemih

melalui insisi supra pubis

b. Uretrolitotomy : Tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang

berada di uretra

c. Uretrotomy Visual / Urethroplasti

(Wijaya, dkk, 2013)

2.1.9 Pencegahan

a. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium oksalat)

b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu

c. Pengaturan diet

1. Meningkatkan masukan cairan

2. Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan

aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam

air kemih

3. Hindari masukan minum gas lebih 1 liter perminggu

4. Kurangi masukan protein (sebesar 1 kg berat badan/ hari)

5. Membatasi masukan natrium

6. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan

(Sudoyo, dkk, 2009)

21
2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala :

Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada

lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelummnya

2. Sirkulasi

Gejala :

a. Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis : obstruksi

sebelumnya (kalkuli)

b. Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.

c. Rasa terbakar, dorongan berkemih

d. Diare

Tanda :

a. Oliguria, hematuria, piuria

b. Perubahan pola berkemih

3. Makanan/ cairan

Gejala :

a. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

b. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, atau fosfat

c. Ketidak cukupan pemasukan cairan ; tidak minum air dengan

cukup.

Tanda :

a. Distensi abdominal, penurunan/ tidak adanya bising usus

22
b. Muntah

4. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala :

Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi

batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral; dapat

menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia.

Nyeri konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.

Nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, tidak hilang dengan posisi

atau tindakan lain.

Tanda :

a. Melindungi perilaku distraksi

b. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

5. Keamanan

Gejala :

a. Penggunaan alkohol

b. Demam, menggigil

6. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala :

a. Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,

infeksi saluran kemih kronis.

b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme.

c. Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alupurinol, fosfat, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin

23
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan

kontraksi ureteral

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah dan

diuresis pascaobstruksi

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi,

salah interprestasi informasi.

2.2.3 Intervensi

1. Diagnosa I

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan

kontraksi ureteral

Tujuan :

Tidak terjadi peningkatan frekuensi/dorogan kontraksi ureteral

Kriteria Hasil :

a. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

b. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

a. Catat lokasi, lamanya intensitas, perhatikan tanda non-verbal

contoh Tekanan darah dan nadi gelisah merintih, menggelepar

Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan

kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri tiba-tiba dan hebat

dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat

24
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf

terhadap perubahan kejadian atau karakteristki nyeri

Rasional : Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping

pasien dan dapat menurunkan ansietas

c. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen

Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan

perforasi dan ekstravasai urine kedalam area

parirenal.

Kolaborasi :

a. Berikan obat sesuai indikasi contoh Antispasmodik, oksibutin

Rasional : Menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik

dan nyeri

b. Berikan kompres hangat pada punggung

Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan

refleks spasme

2. Diagnosa II

Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral

Tujuan :

Mencegah terjadinya iritasi ginjal atau ureteral

Kriteria hasil :

a. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

b. Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi :

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

25
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan

adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan

b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional : Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan

debris dan dapat membantu lewatnya batu

Kolaborasi :

a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN,Kreatinin

Rasional : Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit

mengindikasikan disfungsi ginjal.

b. Ambil urine untuk kultur dan sensivitas

Rasional : Menentukan adanya Infeksi saluran kemih , yang

penyebab/gejala komplikasi

3. Diagnosa III

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah,

diuresis pasca obstruksi

Tujuan :

Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil :

Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda

vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal,

membran mukosa lembab, turgor kulit baik

Intervensi :

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran

26
Rasional : Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi

membantu dalam evaluasi adanya derajat stasis atau

kerusakan ginjal

b. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 Liter/hari dalam

toleransi jantung

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk

homeostatis juga tindakan atau mencuci yang dapat

membilas batu keluar.

Kolaborasi :

a. Awasi Hb, elektrolit

Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan/kebutuhan intervensi

b. Berikan cairan Intra vena

Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi ( bila pemasukan

oral tidak cukup) meningkatkan fungsi ginjal

c. Berikan obat sesuai indikasi : antiemetik, (compazin)

Rasional : Menurunkan mual/muntah

4. Diagnosa IV

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan

pengobatan

Tujuan :

Menambah pengetahuan tentang kondisi, dan pengobatan

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit

b. Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab

c. Melakukan perubahan perilaku dalam program pengobatan

27
Intervensi :

a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi

b. Mendengar dengan aktif tentang program terapi/ perubahan pola

hidup

Rasional : Membantu pasien bekerja melalui perasaan dan

meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi

c. Diet rendah oksalat, contoh pembatasan coklat, minuman yang

mengandung kafein, bit, bayam

Rasional : Menurunkan pembentuka batu kalsium oksalat

d. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada

Rasional : Meningkatkan kemampuan perawatan diridan

kemandirian

2.2.4. Evaluasi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan I

a. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

b. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat

2. Diagnosa keperawatan II

a. Berkemih dengan normal dan pola biasanya

b. Tidak mengalami tanda obstruksi

3. Diagnosa keperawatan III

a. Dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang

normal

b. Membran mukosa lembab

28
c. Turgor kulit baik

4. Diagnosa keperawatan IV

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit

b. Melakukan perubahan perilaku yang perlu

c. Berpartisipasi dalam program pengobatan

(Doengoes, 2000)

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Pasien

1. Biodata

Nama : Tn. J

Umur : 45 Tahun

Tanggal lahir : 08 Mei 1970

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Suku/bangsa : Karo/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Jln. Udara Berastagi Kec. Berastagi

Kab. Karo Sumatera Utara

No Medikal Record : 11-66-47

Tanggal masuk : 20 April 2015

Diagnosa Medis : Urolitiasis

Golongan darah : O

2. Keluhan utama

Klien mengeluh sedikit buang air kecil, nyeri saat buang air kecil,

sakit pada daerah kemaluan, lemas, tidak selera makan, dan

susah tidur.

30
3. Penanggung jawab pasien/keluarga terdekat

Nama : Ny. E

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Petani

Hubungan dengan pasien : Istri

Alamat : Jln.Udara Berastagi Kec. Berastagi

Kab. Karo Sumatera Utara

4. Riwayat kesehatan sekarang

a. Provocative/pallietive

1) Penyebab: kurang minum

2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan : klien di bawa ke

RSU Kabanjahe

b. Quantitatif/Qualitatif

1) Bagaimana dirasakan : sedikit buang air kecil, nyeri saat

buang air kecil, sakit pada daerah kemaluan, tidak selera

makan, sulit tidur.

2) Bagaimana terlihat : klien tampak meringis kesakitan,

pucat

c. Regional

1) Dimana Lokasinya : di bagian simfisis

2) Apakah menyebar : Tidak menyebar

d. Apakah mengganggu aktivitas : Ya, klien tidak bisa

beraktivitas seperti biasanya

e. Kapan mulai timbul : 2 (dua) hari sebelum masuk rumah

sakit
31
f. Bagaimana terjadinya : 2 (dua) Hari yang lalu sebelum klien

di bawa ke rumah sakit, klien mengeluh tidak selera makan,

lemas, nyeri saat buang air kecil, sakit pada daerah

kemaluan, dan sudah tidak tertahankan lagi sehingga klien

dibawa oleh keluarga berobat ke rumah sakit umum

Kabanjahe pada tanggal 20 April 2015 dan tiba di IGD pada

pukul 19.00 Wib.

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sakit yang pernah dialami : Sakit kepala

Tindakan yang dilakukan : Beli obat ke warung

Pernah dirawat : Tidak pernah

Lamanya dirawat : Tidak pernah

Apakah ada alergi : Tidak ada alergi

Lamanya dirawat : Tidak pernah

Imunisasi : Lengkap (hepatitis, DPT, BCG,

Polio, dan campak)

6. Riwayat sosial dan ekonomi

Biaya perawatan rumah sakit : BPJS

Apakah aktif kegiatan sosial : Ya, klien aktif dalam mengikuti

kegiatan sosial (ibadah,

gotong royong)

Penghasilan keluarga : Rp. 2.000.000/Bulan

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Orang tua : Sudah meninggal

Saudara kandung : Tidak ada memiliki

penyakit keturunan

32
Penyakit keturunan yang ada : Tidak ada penyakit

keturunan

Anggota keluarga yang meninggal : Ada, Orang tua

Penyebab meninggal : Faktor usia

8. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Laki-laki meninggal

= Perempuan meninggal

= Pasien

_____ = Garis keturunan

--------- = Tinggal serumah

9. Riwayat kesehatan keluarga /psikososial

Bahasa yang digunakan : Bahasa Karo/Indonesia

Konsep diri : Klien ingin cepat sembuh

Persepsi pasien tentang penyakitnya : Klien yakin bahwa

penyakitnya dapat di

sembuhkan

33
Keadaan emosi : Stabil

Perhatian terhadap orang lain : Baik, klien dapat bersosia-

lisasi terhadap orang lain

Lawan bicara : Baik, adanya respon

ketika diajak bicara

Hubungan dengan keluarga : Baik, banyak keluarga

yang mendampingi klien

selama dirawat di rumah

sakit

Hubungan dengan orang lain : Baik, klien banyak

dikunjungi keluarga

Kegemaran : Menonton tv

Daya adaptasi : Klien susah menyesuai-

kan diri dengan lingku-

ngan rumah sakit

Mekanisme pertahanan diri : Klien mengatakan ingin

cepat pulang dalam

keadaan sembuh

3.1.2. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital : TD : 130/80 mmHg HR : 80 x/i

RR : 20 x/i Temp : 360 C

Keadaan umum : Klien lemas, dan tampak meringis

kesakitan,mata merah,sering menguap

Kesadaran : Compos mentis

Penampilan : Rapi

34
TB : 165 cm

BB : 65 kg

Kepala

Bentuk : Oval

Distribusi rambut : Bersih

Kulit kepala : Tidak berketombe dan kulit kepala bersih.

Penglihatan Mata

Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat dengan

jelas

Sclera : Baik, tidak ikterus

Pupil : Isokor kiri dan kanan

Conjungtiva : Baik, klien tidak ada tanda-tanda

anemia

Apakah memakai alat bantu : Tidak, klien tidak menggunakan

alat bantu penglihatan

Penciuman Hidung

Polip : Ada, dalam batas normal

Peradangan : Tidak ada tanda peradangan

Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Fungsi penciuman : Baik, dapat membedakan bau-

bauan

Pendengaran Telinga

Fungsi pendengaran : Baik, dapat mendengar dengan

jelas

Serumen : Ada dalam batas normal

35
Cairan : Ada dalam batas normal

Tanda-tanda peradangan : Tidak ada tanda-tanda

peradangan

Alat bantu : Tidak, klien tidak memakai alat

bantu pendengaran

Pengecapan Mulut

Bau : Khas

Membran mukosa : Lembab

Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Peradangan : Tidak ada tanda-tanda pera-

dangan

Gigi

Carries : Tidak ada

Lidah : Bersih tidak ada beslag

Fungsi pengecapan : Baik, dapat membedakan rasa

(asam, asin, manis, pahit)

Tonsil : Tidak ada terdapat pembeng-

kakan pada tonsil

Leher

Kelenjar tyroid : Tidak terdapat pembengkakan

pada kelenjar tyroid

Tekanan vena jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan

vena jugularis

Jantung

Bentuk dada : Simetris

36
Nyeri dada : Tidak ada nyeri dada

Denyut jantung : 80 x/i

Bunyi jantung : Lup-dup dan tidak ada bunyi

jantung tambahan

Abdomen

Hepar : Normal, tidak teraba

Massa/cairan : Tidak ada

Ginjal : Normal, tidak teraba

Nyeri (lokasi) : Tidak ada nyeri pada abdomen

Oedema : Tidak ada oedema

Kulit

Turgor kulit : Baik, elastis

Pigmentasi : Baik, tidak ada peningkatan/

perubahan pigmentasi

Dekubitus : Tidak ada dekubitus

Ekstremitas

Atas :

Tidak dapat bergerak dengan bebas karena tangan sebelah kanan

terpasang cairan infus RL 20 gtt/i

Bawah :

Pada bagian ekstremitas bawah dapat digerakkan dengan bebas

Genitourianaria

Retensi : Adanya retensi

Inkotinensia : Ada inkotinensia

Terpasang kateter : Tidak terpasang kateter

37
Anuria : Adanya Anuria

Poliuria : Tidak ada poliuria

Hematuria : Tidak ada hematuria

Sistem Persyarafan

Gangguan saraf kranial : Tidak ada gangguan pada saraf

kranial

Kekuatan motorik : Lemah, pengaruh penyakit yang

di derita

3.1.3. Pola Kebiasaan Nutrisi

Sebelum MRS

Pola makan : 3 x sehari

Makanan yang disukai : Sayur-sayuran

Makanan pantangan : Tidak ada

Minum : 2-3 gelas/hari

Banyaknya : 500 cc/hari

Minuman kesukaan : Air putih

Sesudah MRS :

Pola makan : 3 x sehari

Diet : ML (Makanan Lunak)

Nafsu makan : Berkurang, diet yang disediakan

hanya 1/3 porsi yang habis dari

porsi yang disediakan

Minum : 1000 cc/hari

38
Pola Eliminasi

Sebelum MRS

BAB : Teratur

Bau : Khas

Frekuesi : 1 x/hari

Kelainan : Tidak ada kelainan

Konsistensi : Lembek

Warna : Kekuningan

Sesudah MRS

BAB : Teratur

Bau : Khas

Frekuensi : 1 x sehari

Kelainan : Tidak ada kelainan

Konsistensi : Lembek

Warna : Kekuningan

Pola Istirahat

Sebelum MRS

Kebiasaan tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 4 jam

Konsentrasi : Terganggu, karena proses

penyakit

Sering sukar tidur : Ya, karena pengeluaran urine

yang terganggu

Yang dilakukan untuk mengatasi : mengatur posisi yang nyaman

39
Sesudah MRS

Kebiasaan tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 3 jam

Konsentrasi : Terganggu, karena proses

penyakit dan suasana rumah

sakit

Yang dilakukan untuk mengatasi : Mengalihkan perhatian klien

dengan berbincang-bincang

dengan klien

Pola Aktivitas

Bekerja di : Ladang

Jarak tempat kerja dengan rumah : 2 km

Kendaraan yang digunakan ke tempat kerja : angkot

Jumlah kerja/hari : 8 jam/hari

Kebersihan

Sebelum MRS

Mandi : 1 x sehari

Gosok gigi : 2 x sehari

Kuku : Bersih

Cuci rambut : 3 x seminggu

Pakaian : Rapi

Sesudah MRS

Mandi : Hanya di lap

Gosok gigi : 1 x sehari

40
Kuku : Bersih

Cuci rambut : Belum pernah

Pakaian : Rapi dan bersih

Hambatan dalam melalakukan personal hygiene :

Klien di bantu oleh perawat dalam melakukan personal hygiene

2.1.4. Pemeriksaan Laboratorium/ Diagnostik

a. Darah lengkap (tanggal 21 April 2015)

No Pemeriksaan Nilai Normal


1 WBC 7,9 x 10^9/L 4,0 - 10,0
2 Lymph# 2,0 x 10^9/L 0,8 - 4,0
3 Midh# 0,9 x 10^9/L 0,1 - 1,5
4 Gran# 5,0 x 10^9/L 2,0 -7,0
5 Lymph% 25,3% 20,0 - 40,0
6 Mid% 11,4% 3,0 -15,0
7 Gran% 63,3% 50,0 - 70,0
8 HGB 13,9 g/dL 11,0 - 16,0
9 RBC 4,99 x 10^12/L 3,50 - 5,50
10 HCT 41,6% 37,0 - 54,0
11 MCV 83,5 fL 80,0 -100,0
12 MCH 27,8 pg 27,0 - 34,0
13 MCHC 33,4 g/dL 32,0 - 36,0
14 RDW-CV 13,5% 11,0 - 16,0
15 RDW-SD 41,5 fL 35,0 - 56,0
16 PLT 31,5 x10^9/L 150 450
17 MFV 8,1 fL 6,5 - 12,0
18 PDW 15,7 9,0 -17,0
19 PCT 0,255% 0,108 - 0,282

41
b. LFT ( Tanggal 21 April 2015)

No Pemeriksaan Nilai Normal

1 Asam Urat 8,0 Lk.0,6-1,1 mg/dl; Pr.0.5

0.9 mg/dl

2 Kolesterol Total 141 < 200 mg/dl

3 Trigliserida 339 Tanpa PJK < 200 mg/dl

Dengan PJK <150 mg/dl

4 Kolestero l- HDL 43 >45mg/dl

5 Kolesterol LDL 100,5 Tanpa PJK<130 mg/dl

Dengan PJK < 100 mg/dl

Therapy :

1. IVFD RL gtt 20x/i

2. Cairan aminopluid 1Fls/hari

3. Isosorbit 3x 1

4. Asam mefenamat 3x 1

5. Adalat 3x1

Kabanjahe, 20 April 2015

Yang Mengkaji,

ELNITA SARAGIH
NIM: 2012.008

42
43
3.2. Analisa Data

Kemungkinan Masalah
No Data
Penyebab Keperawatan

1 DS : Klien mengatakan nyeri adanya batu Gangguan rasa

saat buang air kecil, pada saluran nyaman nyeri

skala nyeri 5 kemih

DO : Klien tampak meringis

kesakitan dan pucat

2 DS: Klien mengatakan tidak Anoreksia Gangguan

selera makan pemenuhan nutrisi

DO: Porsi yang disediakan kurang dari

hanya 1/3 yang habis kebutuhan tubuh

3 DS : Klien mengatakan Kurang minum Gangguan pola

sedikit buang air kecil eliminasi urine

dan berwarna pekat

DO : Klien tampak sering ke

kamar mandi dan

warna urin klien pekat

4 DS : Klien mengatakan Proses Gangguan

susah tidur penyakit dan istirahat tidur

DO : Klien tampak menguap, hospitalisasi

dan mata klien tampak

merah

44
5 DS : Klien mengatakan sulit Kelemahan Intoleransi

melakukan aktivitas fisik aktivitas

DO : Klien terlihat lemas dan

aktivitas klien dibantu

oleh keluarga

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya batu pada

saluran kemih ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat buang air

kecil dan klien tampak meringis kesakitan

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan

tidak selera makan dan porsi yang disediakan hanya 1/3 porsi yang

habis

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kurang minum

ditandai dengan klien mengatakan sedikit buang air kecil dan

berwarna pekat

4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan proses penyakit dan

hospitalisasi ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dan klien

tampak menguap, mata klien tampak merah

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan sulit melakukan aktivitas dan klien terlihat

lemas

45
3.4. Prioritas Masalah

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya batu pada

saluran kemih ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat buang air

kecil dan klien tampak meringis kesakitan

2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan

tidak selera makan dan porsi yang disediakan hanya 1/3 porsi yang

habis

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kurang minum

ditandai dengan klien mengatakan sedikit buang kecil dan berwarna

pekat

4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan proses penyakitnya

dan hospitalisasi ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dan

klien tampak menguap, mata klien merah

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan sulit melakukan aktivitas dan klien terlihat

lemas

46
3.5. Intervensi
Nama : Tn. J No.RM : 11-66-47
Umur : 45 Tahun Ruang : V Kamar II
Jenis kelamin : Laki- laki

Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Gangguan rasa - Mengurangi - Rasa nyeri hilang - Kaji tingkat skala nyeri - Dengan mengkaji skala

nyaman nyeri nyeri - Nyaman terpenuhi - Beri posisi yang nyeri dapat mengetahui

berhubungan dengan nyaman terhadap klien perkembangan klien

adanya batu pada - alihkan perhatian klien - Meningkatkan relaksasi dan

saluran kemih ditandai dengan berbincang- menurunkan rasa nyeri

dengan klien nyeri saat bincang dengan klien - dapat mengetahui keadaan

buang air kecil dan - pantau tanda-tanda vital umum klien

meringis kesakitan klien - mengurangi kecemasan

- Kolaborasi dengan klien

dokter dalam - mengurangi rasa nyeri

pemberian obat
analgesik

47
2 Gangguan pemenuhan Kebutuhan Klien mengatakan - Kaji pola makan klien - Meningkatkan selera makan
nutrisi kurang dari nutrisi klien sudah selera makan - Beri makanan bervariasi - Untuk mengidentifikasi
kebutuhan tubuh terpenuhi Porsi yang di sediakan dan dalam keadaan tingkat selera makan klien
berhubungan dengan habis seluruhnya hangat - Untuk meningkatkan
anoreksia ditandai - Beri makanan dalam masukan nutrisi
dengan klien porsi sedikit tapi sering - Menambah nafsu makan
mengatakan tidak - Beri makanan kesukaan klien
selera makan dan klien - Membantu dalam membuat
porsi yang di sediakan - kolaborasi dengan ahli rencana untuk memenuhi
hanya 1/3 porsi yang gizi dalam pemberian kebutuhan klien
habis diet - memperbanyak protein
- Kolaborasi dengan dalam urine
dokter dalam pemberian
cairan tambahan

3 Gangguan pola - Warna urine - Pola eliminasi urine - Anjurkan klien supaya - Mencegah terjadinya

eliminasi urine klien tidak kembali normal banyak minum obstruksi pada batu saluran

berhubungan dengan pekat - Jelaskan kepada kemih

kurang minum di - Cairan - Warna urine putih keluarga klien supaya - Membantu dalam

48
tandai dengan klien kembali keruh sesering mungkin klien memperkeruh urine

sedikit buang air kecil normal di beri minum - Klien dan keluarga

dan berwarna pekat - Beri pendidikan memperoleh pengetahuan

kesehatan tentang

pentingnya banyak

minum

4 Gangguan istirahat - Kebutuhan - Klien bisa istirahat - Batasi jam kunjungan - Membantu konsentrasi dan

tidur berhubungan istirahat dapat sesuai kebutuhan keluarga klien ketenangan

dengan hospitalisasi terpenuhi - Klien tampak segar - Lakukan persiapan - Mengatur pola tidur

dan proses - Klien tidak untuk tidur malam - Membantu kenyamanan

penyakitnya ditandai menguap dan seperti pada jam 9 klien dalam istirahat tidur

dengan klien mata klen tidak malam sesuai dengan - Meningkatkan rileksasi

mengatakan susah merah pola tidur klien

tidur dan klien tampak - Pertahankan lingkungan

menguap, mata merah yang aman dan

nyaman

- alihkan perhatian klien


49
5. Intoleransi Aktivitas Dapat - Berpartisipasi pada - Kaji penyebab - Nyeri dan program penuh

berhubungan dengan beraktivitas aktivitas yang kelemahan stres juga memerlukan

kelemahan fisik ditandai kembali diinginkan - Latih dalam energi dan menyebabkan

dengan klien - Dapat melakukan melakukan aktivitas kelemahan

mengatakan sulit kegiatan sehari hari ringan dan berikan - Pemenuhan kebutuhan

melakukan aktivitas dan bantuan dalam perawatan diri tanpa

klien terlihat lemas aktivitas perawatan bantuan orang lain

diri - Penurunan / ketidak

- Catat respon terhadap mampuan untuk

aktivitas meningkatkan aktivitas

50
3.6. Implementasi dan Evaluasi

No
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Dx
Kamis 09.10 Wib - Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan

21 April 2015 I skala nyeri, nyeri saat Buang

( Hari pertama) skala nyeri:5 air kecil

09.45 Wib - Memberikan O : Klien meringis

posisi semi fowler kesakitan

kepada klien A : Masalah belum

10.00 Wib - mengalihkan teratasi

perhatian klien P : Intervensi

dengan dilanjutkan

mengajak klien - kaji tingkat skala

berbincang- nyeri
- Beri posisi semi
bincang fowler kepada klien
12.00 Wib - Memantau - alihkan perhatian
tanda-tanda vital klien dengan
klien berbincang-bincang
TD : 130/80 dengan klien
mmHg,RR : - Pantau tanda-tanda
20x/i, HR : 80x/i, vital klien
Temp: 36C - Kolaborasi dengan
12.30 Wib - Berkolaborasi dokter dalam
dengan dokter pemberian obat
dalam analgesik
pemberian obat

51
analgesik

Asam mefenamat

3x1

Kamis 21 April II 09.10 Wib - Mengkaji pola S : Klien mengatakan

2015 makan klien tidak selera

10.00 Wib - Memberikan makan

makanan yang O : Porsi yang

bervariasi dan disediakan hanya

dalam keadaan 1/3 porsi yang

hangat habis

10.30 Wib - Memberikan A : Masalah belum

makanan dalam teratasi

porsi sedikit tapi P : Intervensi

sering dilanjutkan

11.00 Wib - Memberikan - Kaji pola makan

makanan klien

kesukaan klien - Beri makanan yang

12.00 Wib - Berkolaborasi bervariasi dan dalam

dengan ahli gizi keadaan hangat

dalam pemberian - Beri makanan dalam

diet ML(makanan porsi sedikit tapi

lunak) sering
12.30 Wib - Berkolaborasi - Beri makanan

dengan dokter kesukaan klien

pemberian cairan - Kolaborasi dengan

52
tambahan: ahli gizi dalam

aminofluid 1 pemberian diet

Fls/hari - Kolaborasi dengan

dokter dalam

pemberian cairan

tambahan

Kamis 21 April III 09.00 Wib - Menganjurkan S : Klien mengatakan

2015 klien supaya sedikit buang air

banyak minum kecil dan

10.30 Wib - Menjelaskan berwarna pekat

kepada keluarga O : Urine klien

klien supaya tampak berwarna

klien sesering pekat

mungkin diberi A : Masalah belum

minum teratasi

11.00 Wib - Memberikan P : Intervensi

pendidikan dilanjutkan

kesehatan - Anjurkan klien

tentang supaya banyak

pentingnya minum

banyak minum - jelaskan kepada

keluarga klien

supaya klien

sesering mungkin di

kasih minum

- Beri pendidikan

53
kesehatan tentang

pentingnya banyak

minum

Kamis 21 April IV 09.30 wib - Membatasi jam S : Klien mengatakan

2015 kunjungan susah untuk tidur

keluarga klien O : Klien tampak

10.05 Wib - Melakukan menguap dan

persiapan untuk mata klien merah

tidur malam A : Masalah belum

seperti jam 9 teratasi

malam sesuai P : Intervensi

pola tidur klien dilanjutkan

11.30 Wib - Mepertahankan - Batasi jam kunju-

lingkungan yang ngan keluarga klien

aman dan - Lakukan persiapan

nyaman untuk tidur malam


12.00 - Mengalihkan seperti jam 9 malam
wib
perhatian klien sesuai pola tidur

dengan klien

berbincang- - Pertahankan

bincang dengan lingkungan yang

klien aman dan nyaman

- Alihkan perhatian

klien dengan

berbincang-bincang

54
dengan klien

Kamis 21 April
2015 V 08.00 Wib - Mengkaji S: Klien mengata-

penyebab kan susah

kelemahan melakukan

aktivitas
10.00 Wib - Melatih dalam
O : Klien terlihat lemas
melakukan
A : Masalah belum
aktivitas ringan
teratasi
dan berikan
P : Intervensi
bantuan dalam
dilanjutkan
aktivitas
- Kaji penyebab
perawatan diri
kelemahan
10.00 Wib - Mencatat respon - Berikan bantuan
terhadap dalam aktivitas
aktivitas perawatan diri

- Catat respon

55
terhadap aktivitas

Jumat/ I 08.20 Wib - Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan

22 April 2015 skala nyeri, nyeri mulai

( Hari kedua) skala nyeri: 4 berkurang

09.00 Wib - Memberikan O : Klien tidak

posisi semi meringis saat

fowler kepada buang air kecil

klien A : Masalah sebagian

10.15 Wib - Mengalihkan teratasi

perhatian klien P : Intervensi

dengan dilanjutkan

mengajak klien - Kaji tingkat skala

berbincang- nyeri

bincang - Berikan posisi semi

11.00 - memantau fowler


wib

56
tanda-tanda vital - Alihkan perhatian

klien TD :120/70 klien

mmHg, RR : - Pantau tanda-tanda

20x/i, HR : 82x/i, vital

Temp : 36,2C - Kolaborasi dengan


12.30
Wib - Berkolaborasi dokter dalam

dengan dokter pemberian obat

dalam analgesik

pemberian obat

analgesik

Asam mefena-

mat 3x1

Jumat 22 April II 09.00 Wib - Mengkaji pola S : Klien mengatakan

2015 makan klien sudah mulai

10.00 Wib - Memberikan selera makan

makanan O : Porsi yang

bervariasi dan disediakan habis

dalam keadaan porsi

hangat A : Masalah sebagian

10.30 Wib - Memberikan teratasi

makanan dalam P : Intervensi

porsi sedikit tapi dilanjutkan

sering - Kaji pola makan

57
11.30 - Memberikan klien
wib
makanan - Beri makanan yang

kesukaan klien bervariasi dan


12.00 - Berkolaborasi dalam keadaan
wib
dengan ahli gizi hangat

dalam - Beri makanan

pemberian diet dalam porsi sedikit

ML(makanan tapi sering

lunak) - Beri makanan

12.30 - Berkolaborasi kesukaan klien


wib
dengan dokter - Kolaborasi dengan

pemberian ahli gizi dalam

cairan pemberian diet

tambahan: - Kolaborasi dengan

Aminofluid 1 dokter dalam

Fls/hari pemberian cairan

tambahan

Jumat 22 April III 09.20 Wi - Menganjurkan S : Klien mengatakan

2015 klien supaya warna urine klien

banyak minum mulai putih keruh

10.15 Wib - Menjelaskan O : Warna urine klien

kepada keluarga tampak berwarna

klien supaya putih dan keruh

klien sesering A : Masalah sebagian

58
mungkin diberi teratasi

minum P : Intervensi di

11.25 Wib - Memberikan lanjutkan

pendidikan - Anjurkan klien

kesehatan supaya banyak

tentang minum

pentingnya - Jelaskan kepada

banyak minum keluarga klien

supaya klien

sesering mungkin di

kasih minum

- Beri pendidikan

kesehatan tentang

pentingnya banyak

minum

59
Jumat 22 April IV 09.45 Wib - Membatasi jam S : Klien mengatakan

2015 kunjungan sudah mulai bisa

keluarga klien tidur

10.20 Wib - Melakukan O : Mata klien sudah

persiapan untuk tidak merah lagi

tidur malam A : Masalah sebagian

seperti jam 9 teratasi

malam sesuai P : Intervensi

pola tidur klien dilanjutkan

11.00 wib - Mempertahankan - Batasi jam

lingkungan yang kunjungan

aman dan keluarga klien

nyaman - Lakukan persiapan

11.45 wib - mengalihkan untuk tidur malam

perhatian klien seperti jam 9 malam

dengan mengajak sesuai pola tidur

klien berbincang- klien

bincang - Pertahankan

lingkungan yang

aman dan nyaman

Jumat 22 April V 08.00 Wib - Mengkaji S : klien mengatakan

2015 penyebab Sudah mulai

kelemahan dapat melakukan

10.00 Wib - Melatih dalam aktivitas ringan

melakukan O : Klien tampak masih

60
aktivitas ringan lemas

dan berikan A : Masalah sebagian

bantuan dalam teratasi

aktivitas P : Intervensi

perawatan diri dilanjutkan

10.30 Wib - Mencatat - Kaji penyebab

respon kelemahan

terhadap - Catat respon

aktivitas, terhadap aktivitas

Sabtu I 09.30 Wib - Mengkaji tingkat S : Klien mengatakan

23 April 2015 skala nyeri skala nyeri mulai hilang

( Hari ketiga) nyeri : 4 saat buang air

10.00 Wib - Memantau kecil

tanda-tanda vital O : Klien tidak

klien TD: 110/70 meringis saat

mmHg, RR: buang air kecil

20x/i, HR: 72x/i, A : Masalah sebagian

Temp: 36,5C teratasi

11.00 Wib - Berkolaborasi P : Intervensi

dengan dokter dilanjutkan oleh

dalam perawat ruangan

pemberian obat

analgesik

Asam

mefenamat 3x1

61
Sabtu 23 April II 10.00 Wib - Memberikan S : Klien mengatakan

2015 makanan sudah selera

bervariasi dan makan

dalam keadaan O : Porsi yang

hangat disediakan sudah

10.50 Wib - Memberikan habis seluruhnya

makanan dalam A : Masalah sudah

porsi sedikit tapi teratasi

sering P : Intervensi

dihentikan

Sabtu 23 April III 09.45 Wib - Menjelaskan S : Klien mengatakan

2015 kepada keluarga warna urine klien

klien supaya mulai berwarna

klien sesering putih keruh

mungkin diberi O : Warna urine klien

minum tampak putih dan

10.50 Wib - Memberikan keruh

pendidikan A : Masalah sebagian

kesehatan teratasi

tentang P : Intervensi

pentingnya dilanjutkan oleh

banyak minum perawat ruangan

terhadap klien

dan keluarga

Sabtu 23 April IV 09.40 Wib - Melakukan S : Klien mengatakan

62
2015 persiapan untuk sudah mulai bisa

tidur malam tidur

seperti jam 9 O : Mata klien sudah

malam sesuai tidak merah

pola tidur klien A : Masalah sebagian

11.45 Wib - Mempertahankan teratasi

lingkungan yang P : Intervensi

aman dan dilanjutkan oleh

nyaman perawat ruangan

Sabtu 23 April V 08.00 Wib - Mengkaji S : klien mengatakan

2015 penyebab Sudah mulai

kelemahan dapat melakukan

10.00 Wib aktivitas ringan


- Mencatat
O : Klien tampak lebih
respon
bergairah
terhadap
A : Masalah sebagian
aktivitas
teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan oleh

perawat ruangan

63
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.J

dengan gangguan sistem perkemihan pada Urolitiasis di Ruang V Kamar

II Rumah Sakit Umum Kabanjahe dari tanggal 21 April sampai 23 April

2015, penulis menemukan kesenjangan diantara tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Tahap Pengkajian keperawatan

Bila dilihat dari landasan teoritis yang ada pada BAB II dan yang di

alami oleh Tn. J dengan gangguan sistem perkemihan pada Urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe terdapat perbedaan.

Adapun perbedaan yang penulis dapatkan tanda dan gejalanya yaitu :

penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar,

dorongan berkemih, diare, oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola


berkemih, mual muntah, nyeri tekan abdomen,

Sedangkan yang terdapat pada kasus tanda dan gejala yang

penulis temukan yaitu:

Sedikit buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, sakit pada daerah

kemaluan, lemas, tidak selera makan, dan susah tidur

4.2. Diagnosa Keperawatan


Bila ditinjau dari diagnosa keperawatan yang ada pada BAB II
sedangkan yang tidak terdapat pada kasus yang dialami Tn. J dengan
gangguan sistem perkemihan pada Urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah
Sakit Umum Kabanjahe yaitu :

64
a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan

kontraksi ureteral

b. Perubahan eliminasi urine berhubungan stimulasi kandung kemih oleh

batu, iritasi ginjal atau ureteral

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman atau

kesalahan persepsi ditandai dengan pertanyaan.

d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah dan

diuresis pascaobstruksi

Sedangkan pada diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus

Tn. J dengan gangguan sistem perkemihan pada Urolitiasis di Ruang V

Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe, tetapi tidak terdapat pada

diagnosa keperawatan yang ada pada teori yaitu :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya batu pada

saluran kemih ditandai dengan klien mengatakan nyeri saat buang air

kecil dan klien tampak meringis kesakitan

b. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan proses penyakit dan

hospitalisasi ditandai dengan klien mengatakan susah tidur dan klien

tampak menguap, mata klien tampak merah

c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan klien mengatakan

tidak selera makan dan porsi yang disediakan hanya 1/3 porsi yang

habis

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan sulit melakukan aktivitas dan klien terlihat

lemas

65
e. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kurang minum

ditandai dengan klien mengatakan sedikit buang air kecil dan

berwarna pekat

4.3. Intervensi Keperawatan

Pada tahap ini perencanaan keperawatan tidak jauh berbeda

antara rencana keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus karena semua perencanaan merupakan perencanaan

mandiri dan kolaboratif, sehingga dalam tahap ini tidak ditemukan

kesenjangan dan penulis juga tidak menemukan kesulitan dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan atau intervensi keperawatan

4.4. Implementasi Keperawatan

Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, penulis

memokuskan rencana keperawatan yang ditetapkan sebelumnya serta

melaksanakan dengan situasi kebutuhan klien saat ini.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan atau


implementasi keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu :

a. Mengkaji skala nyeri klien secara terus menerus

b. Mempertahankan posisi yang nyaman

c. Memberikan diet kepada klien sesuai dengan pengobatan klien

d. Menjelaskan kepada keluarga klien supaya klien sesering mungkin

diberi minum

e. Menggunakan pendekatan teraupetik untuk menenangkan klien

f. Berkolaborasi dengan tim kesehatan (Dokter sebagai penanggung

jawab dalam pemberian injeksi dan obat oral kepada klien)

66
4.5. Evaluasi

Adapun masalah keperawatan yang dapat teratasi yaitu gangguan

pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia ditandai dengan porsi yang disediakan sudah habis seluruhnya.

Sedangkan masalah keperawatan yang sebagian teratasi yaitu :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya batu pada

saluran kemih ditandai dengan klien mengatakan nyeri mulai hilang

saat buang air kecil

b. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan kurang minum

ditandai dengan klien mengatakan warna urine klien mulai berwarna

putih keruh

c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan proses penyakit dan

hospitalisasi ditandai dengan klien mengatakan sudah mulai bisa tidur

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan sudah mulai dapat melakukan aktivitas

ringan

Sehingga penulis mendelegasikan intervensi keperawatan kepada

perawat ruangan untuk perawatan selanjutnya.

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis membahas kesenjangan tentang asuhan

keperawatan pada Tn. J dengan gangguan sistem perkemihan pada

Urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe selama 3

hari mulai tanggal 21 April 2015 sampai tanggal 23 April 2015, maka

ditarik kesimpulan yaitu :

1. Masalah asuhan keperawatan dengan cepat dilaksanakan pada

penderita Urolitiasis agar penderita tidak terkomplikasi penyakit lain.

2. Proses keperawatan mempunyai pengaruh sangat besar dan

menemukan kebersihan menanggulangi masalah kesehatan.

3. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada gangguan sistem

perkemihan Urolitiasis dilaksanakan dengan pendekatan terapeutik

antara perawat, pasien serta keluarga

4. Kerja sama pasien dan keluarga dengan tim kesehatan dalam

membantu terlaksananya suatu proses keperawatan

5. Peran keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan pasien

agar hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.

5.2. Saran

1. Bagi Rumah Sakit umum Kabanjahe agar dapat memberikan asuhan

keperawatan secara mungkin kepada klien dengan gangguan sistem

perkemihan Urolitiasis agar tidak terjadi komplikasi

68
2. Bagi klien dan keluarga klien diharapkan agar dapat mengenal lebih

dalam dan pencegahan mengenai penyakit Urolitiasis

3. Bagi Akademi Keperawatan ARTA Kabanjahe diharapkan dapat

menambah literature yang ada di perpustakaan mengenai buku-buku

penunjang terutama buku mengenai Urolitiasis

4. Bagi Mahasiswa/i penulis selanjutnya diharapkan dapat lebih

memahami dan memperdalam ilmu pengetahuan terutama dalam

pemberian asuhan keperawatan pada Urolitiasis

69
DAFTAR PUSTAKA

Abata, 2014, Ilmu Penyakit Dalam.

Brunner, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2


Edisi 8. Jakarta. EGC

Doenges, 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih
bahasa. Imade karyasa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Prabowo, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta


: EGC

Soeryoko, 2011. Batu Ginjal, Yogyakarta : Nuha Medika.

Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Jilid II
Edisi V

Syaifuddin, 2012 Anatomi dan Fisiologi. Penerbit buku kedokteran.EGC

Wijaya, dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa). Jakarta : CV. Trans Info Media.

www.//http.journal chapter, 2013 diakses tanggal 30 Mei 2015 pukul 14.20


Wib.

www.apotekerbercerita.wordpress.com diakses tanggal 01 Juni 2015


pukul 15.00 Wib.

70
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Asuhan Keperawatan

ini dapat diselesaikan.

Penulisan Asuhan Keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program D-III Jurusan

Keperawatan di Akademi Perawatan ARTA Kabanjahe dengan judul

Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Gangguan Sistem

Perkemihan Urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum

Kabanjahe Tahun 2015.

Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis banyak

mendapatkan dorongan moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada Ibu Juli Evianna Br Purba, S.Pd, M.Kes, selaku

Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, arahan,

nasehat dan petunjuk mulai dari awal penyusunan Asuhan Keperawatan

ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. dr. Arjuna Wijaya, SPP, selaku Direktur Rumah Sakit Umum

Kabanjahe yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan Asuhan Keperawatan.

2. dr. Hanry Anta Lesmana, M.Pd, SpA. selaku Ketua Yayasan ARTA

MEHAGA Kabanjahe.

3. Ibu Vera Caroline Br Barus, SST, M.Pd. selaku Direktur Akper ARTA

Kabanjahe.

71
i
4. Tn. J. selaku pasien urolitiasis di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

5. Seluruh Staf Dosen Akademi Perawatan ARTA Kabanjahe.

6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta serta seluruh

keluarga yang penulis sayangi yang senantiasa membantu penulis

baik moril maupun materil.

7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Akper ARTA Kabanjahe yang telah

banyak membantu dan memberikan dorongan serta semangat

sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini.

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini penulis menyadari bahwa

asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di

masa datang.

Akhir kata semoga asuhan keperawatan yang sederhana ini dapat

bermanfaat dan berdayaguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang keperawatan.

Kabanjahe, Juli 2015

Penulis,

ii
72
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................... 3
1.2.1. Tujuan Umum ................................................. 3
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................ 3
1.3. Metode Penulisan ...................................................... 4
1.4. Sistematika Penulisan ............................................... 5
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ....................................................... 8
2.1. Konsep Dasar Medis ................................................ 8
2.1.1. Pengertian ....................................................... 8
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi ...................................... 9
2.1.3. Etiologi ............................................................ 12
2.1.4. Patofisiologi ..................................................... 16
2.1.5. Manifestasi Klinis ............................................ 17
2.1.6. Komplikasi ....................................................... 19
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik ................................. 19
2.1.8. Penatalaksanaan ............................................ 20
2.1.9. Pencegahan .................................................... 21
2.2. Konsep Dasar Keperawatan ....................................... 22
2.2.1. Pengkajian ...................................................... 22
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ................................... 24
2.2.3. Intervensi ........................................................ 24
2.2.4. Evaluasi Keperawatan .................................... 28

73
iii
BAB III. TINJAUAN KASUS .......................................................... 30

3.1. Pengkajian Keperawatan ........................................... 30

3.2. Analisa Data .............................................................. 43

3.3. Diagnosa Keperawatan ............................................. 44

3.4. Prioritas Masalah ...................................................... 45

3.5. Intervensi Keperawatan ............................................. 46

3.6. Implementasi dan Evaluasi ....................................... 50

BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................ 61

4.1. Pengkajian Keperawatan .......................................... 61

4.2. Diagnosa Keperawatan ............................................ 61

4.3. Intervensi Keperawatan ............................................ 62

4.4. Implementasi Keperawatan ...................................... 62

4.5. Evaluasi Keperawatan .............................................. 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 64

5.1. Kesimpulan ............................................................... 64

5.2. Saran ....................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR KONSUL

DOKUMENTASI

74
iv
AKADEMI KEPERAWATAN ARTA KABANJAHE
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

Nama : ELNITA SARAGIH


Nim : 2012.008
Judul Askep : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN UROLITIASIS DI
RUANG V KAMAR II RUMAH SAKIT UMUM
KABANJAHE TAHUN 2015
Pembimbing : JULI EVIANNA BR PURBA, S.Pd, M.Kes

Materi yang Paraf


No Hari/Tanggal Keterangan/Saran
dikonsulkan Pembimbing
1 22 April 2015 Pengajuan Judul ACC judul,
Lanjut ke Bab I
2 26 April 2015 Konsul Bab I Latar Belakang kurang
mendukung
3 27 April 2015 Konsul Bab I Latar Belakang kurang
mendukung
4 30 April 2015 Konsul Bab I Bab I ACC, lanjut ke Bab II
5 03 Mei 2015 Konsul Bab II Perbaiki sesuai saran dan
hasil koreksi dan lengkapi
6 02 Juni 2015 Konsul Bab II Perbaiki sesuai saran dan
hasil koreksi dan lengkapi
7 04 Juni 2015 Konsul Bab II Bab II ACC dan siap untuk
ujian pra meja hijau.
8 22 Juni 2015 Konsul Bab III Perbaiki sesuai saran dan
hasil koreksi dan lengkapi
9 25 Juni 2015 Konsul Bab III Perbaiki sesuai saran dan
hasil koreksi dan lengkapi
10 27 Juni 2015 Konsul Bab III Bab III ACC, lanjut ke Bab
IV
11 29 Juni 205 Konsul Bab IV Perbaiki sesuai saran dan
hasil koreksi dan lengkapi
12 30 Juni 2015 Konsul Bab IV Bab IV ACC lanjut ke bab
V
13 01 Juli 2015 Konsul Bab V Bab V ACC dan siap untuk
ujian meja hijau.

75

Anda mungkin juga menyukai