Anda di halaman 1dari 5

Anemia:

Defenisi: Anemia adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan penurunan. Baik dalam
hemoglobin (Hgb) atau volume darah merah Sel (sel darah merah), yang berakibat pada
berkurangnya pembawa oksigen, Kapasitas darah. Anemia didefenisikan dengan Hgb <13g/dl
pada laki laki atau <12g/dl pada wanita.
Anemia diklasifikasikan menurut ukuran RBC sebagai makrositik, normositik,
Atau mikrositik. Kekurangan vitamin B12 dan defisiensi asam folat adalah
anemia makrositik. Anemia makrositik dibagi menjadi megaloblastic dan nonmegaloblastik.
Anemia mikrositik merupakan defesiensi zat besi. Penyebab anemia megaloblastic Karena
defesiensi vamin B12 dan asama folat dan nonmegaloblastik Karena penyakit hati,
hipotiriodisme, anemia hemolotik dan alkoholisme.

Patofisiologi:
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok:
Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal

Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Anemia akibat kehilangan darah

1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya
abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan
agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang
mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan
stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan
lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan
anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:
Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapajenis
makanan
Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
Autoimun
Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan
kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan
menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
3. Anemia Akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan
yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat
gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran
pencernaan ), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal
OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

Farmakologi
1. Anemia kekurangan besi
Dengan memeberikan sediaan besi Fe2+ yang larut. Efek samping yang biasa terjadi
yaitu warna feses yang berwarna hitam , diare dan mual muntah. Bila ada bukti
terjadinya malabsorpsi besi atau intoleransi pemberian sedan oral, maka perlu
diberikan sediaan parenteral zat besi.
Non farmakologi: Berdasarkan pertimbangan resiko dan manfaat diperlukan
tranfusi darah terutama bagi penederita iskemia, takikardia, angina iskemik,
hipotensi dan azotemia prerenal.
2.
Anemia kekurangan Vitamin B12
Dengan pemberian vitamin B12 oral 1mg -2 mg setiap hari selama 1-2 minggu.
Terapi non farmakologi:
Mengkonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin B12
3. Anemia kekurangan asam folat
Terapi defisiensi asam folat terdiri dari pemberian
Asam folat eksogen untuk menginduksi remisi hematologi pemberian 1 mg dirasa
cukup namun untuk beberapa kasus pemberian hingga 5 mg.
Terapi non farmakologi:
Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat

Populasi Khusus:
1. Pada usia lanjut: Bila sebabnya diketahui (missal: pendarahan) maka dapat
diberikan suplemen zat besi dengan dosis 50-100 mg tiga kali sehari.
Kekurangan vitamin B12 dapat diobati dengan vitamin B12 dalam sediaan oral
maupun parenteral. Defesiensi asam folat dapat diberikan sediaan asam folat
dengan dosis 1 mg/hari. Pada pasien yang mengalami penyakit kronis dapat
diberikan eritropoetin 50-100 unit/kg tiga kali seminggu.
2. Pada anak-anak: Pada bayi yang mengkonsumsi ASI dapat diberikan supleman
zat besi 2mg/kg/hari. Pada bayi berusian 9-12 bulan dengan anemia mikrositik
ringan, dapat diberikan Fe2+ sulfat 3mg/kg 1-2 kali sehari dan diulang selama
2-3 bulan. Untuk anemia makrositik pada anak anak dapat diberikan asam
folat 1-3 mg/hari, sedangkan defesiensi vitamin B12 dapat diberikan vitamin
B12.

Anda mungkin juga menyukai