Anda di halaman 1dari 2

CERITA PENDEK

JARANG MASUK SEKOLAH

Akhirakhir ini aku jarang sekali masuk sekolah. Aku tidak masuk karena aku
punya alasan tersendiri. Mengapa aku jarang sekali masuk. Hanya satu
jawabannya, di karenakan aku sakit. Tetapi guru dan temanku tidak bisa
memahami kekurangan itu. Orang lain hanya bisa berpikiran negatif kepadaku,
mereka sangka aku tidak masuk kesekolah alasannya aku pemalas. Mereka hanya
bisa menyangkanya saja, tetapi kenyataannya mereka tidak tahu. Di sini aku yang
mengalaminya bukan mereka, dan seenakenaknya mereka berpikiran seperti itu.
Setiap orang pasti punya alasan yang berbeda dan menanggapinya pun berbeda.
Tapi apalah dayaku, aku tidak punya daya apaapa untuk menjawab mereka. Dan
akhirnya aku dipanggil dengan pengeras suara, katanya panggilan atas nama
Nurhasanah Abbas kelas 9-4 segera keruang guru. Dengan nada suara yang
keras. Dan ternyata guru yang memanggilku itu adalah wali kelasku sendiri. Aku
pun kaget saat mendengar namaku dipanggil. Perlahanlahan aku berjalan
dengan perasaan yang sangat takut dan ragu. Didalam hatiku mengatakan , ada
apa ini kenapa aku dipanggil dengan nada suara yang keras? Aku pun tiba
didepan pintu kantor guru. Aku berhenti sampai disitu. Aku sangat takut dan
gelisah, tapi kuberanikan diriku untuk masuk dan menemui ibu Imroatun. Saat
aku masuk wajah guruguru langsung seperti ingin marah. Ibu Imroatun
menyuruhku untuk ke mejanya dan bertanya, Nurhassanah kenapa kamu jarang
sekali masuk? Aku pun menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guruku itu,
aku bilang dengan katakata yang sopan saya minta maaf bu saya tidak turun itu
dikarenakan saya sakit. Ibu Hermin yang mengajar seni budaya keterampilan itu
langsung ikut bicara, dia mengatakan tidak mungkin kalau setiap hari kamu
sakit. Memang dasar kamu penyakit malas. Aku hanya bisa diam dan
menundukkan kepala ku. Dengan malunya ibu Imroatun langsung menyuruhku
keluar dari kantor. Aku pun keluar dangan wajah yang sedih. Disitulah aku sadar
bahwa alasan itu tidak ada gunanya.
Keesokan harinya aku turun seperti biasanya. Aku ingin kembali membuka
lembaran yang baru. Tetapi wajah dan pandangan guru kepadaku kini mulai
berbeda. Seakan wajah mereka yang melihatku seperti ingin marah, tetapi aku
hanya bisa menundukkan pandanganku. Bel pun berbunyi, aku masuk didalam
kelas. Saat aku berjalan kearah kelasku aku dengar suara berisik dari dalam.
Ketika aku sampai didalam kelas, ruangan itu seperti tidak ada orang didalamnya.
Aku bertanya Kenapa kalian diam? Mereka tetap saja mengabaikan
pertanyaanku itu. Aku bingung kenapa mereka tibatiba kaku kepada ku, padahal
aku teman mereka. Apa salahku kepada mereka. Semasa aku didalam kelas aku
seperti patung, aku tidak diajak bicara oleh temanku sendiri. Bel pun berbunyi
pertanda jam istirahat tiba. Aku mulai mulai mendekati mereka dan bertanya
kepada salah satu teman terdekat ku. Muti, kalian tadi kenapa saat aku masuk
kok kalian diam? Muti menjawab Aku sih gak tau kenapa tiba tiba mereka
seperti itu terhadap kamu. Muti langsung pergi meninggalkan aku sendiri. Disitu
aku mulai berpikir ada apa dengan mereka, apa karena alasan aku jarang turun.
Apa harus seperti ini balasannya. Biarlah hari ini mereka menjauhiku,
mengasingkanku, dan sekalipun membenciku. Kini aku tidak perduli lagi dengan
mereka. Dan aku berjanji mulai dari sekarang aku sebagai Nurhasannah tidak akan
pernah melanggar peraturan sekolah lagi. Kini aku mulai giat lagi sekolah, aku
belajar, aku bertanya, dan aku menjawab pertanyaan pertanyaan guru yang ada
di depan kelas. Ujian sudah mulai dekat kini saatnya aku mulai belajar lebih giat
lagi. Pagi, siang, dan malam dipenuhi dengan belajar, belajar, dan belajar. Saat
ujian berakhir nilai nilai sudah ditentukan. Pembagian rapot sementara. Semua
orangtua siswa dipanggil. Dan pengumuman peringkat 10 sampai 1 pun dimulai.
Peringkat demi peringkat pun dipanggil. Aku tidak mengharapkan mendapat
peringkat. Naik kelas saja itu sudah cukup bagiku mengingat beberapa waktu yang
lalu aku tidak masuk sekolah. Tiba-tiba Muti menyenggolku Nur, kamu dapat
peringkat pertama.Selamat ya. Aku tidak menyangka aku bisa mendapat
peringkat pertama. Rasanya aku sangat bahagia. Teman-teman yang semula
mengabaikanku menatap malu padaku. Tapi aku tidak marah kepada mereka. Aku
menganggap perlakuan mereka kemarin-kemarin kepadaku adalah sebagai
cambuk dan peringatan bagiku agar aku bisa lebih baik dan lebih rajin
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai