Anda di halaman 1dari 8

STUDI EXPERIMENTAL ALAT PENGERING KRUPUK UDANG

BENTUK LIMAS KAPASITAS 25 KG PER PROSES DENGAN


MENGGUNAKAN ENERGI SURYA DAN
ENERGI BIOMASSA ARANG KAYU
F. Gatot Sumarno
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. H. Sudarto S.H., Tembalang, Kotak Pos 199/SMS, Semarang, 50275
Telp. 024-7473417, 7466420 (hunting), Fax. 024-7472396
Email: fgatots@yahoo.co.id

Abstrak :
Pengeringan merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengurangi kadar air suatu bahan dengan cara
penguapan. Salah satu produk yang memerlukan proses pengeringan adalah krupuk. Salah satu jenis
pengering yang akan diteliti adalah pengering buatan dengan sumber panas yang berasal dari energi surya,
energi biomassa atau gabungan dari keduanya. Pengering buatan ini mempunyai beberapa keuntungan
diantaranya proses pengeringan yang tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca, kapasitas pengeringan yang
sesuai dengan kebutuhan serta mutu hasil pengeringan yang lebih baik ditinjau dari segi kebersihan (higienis)
dan kemurnian dari benda asing. Sifat-sifat termofisik krupuk meliputi kapasitas panas jenis krupuk (Cp)
sebesar 2,263 kJ/kg oC, massa jenis ( ) sebesar 1208,91 kg/m3 dan kadar air krupuk basis basah sebesar
51.52 % bb untuk dikeringkan sehingga kadar air akhir manjadi 12 % bb agar sesuai dengan SNI (Standar
Nasional Indonesia). Dari hasil pengujian alat diketahui Laju pengeringan yang dihasilkan untuk Energi
Biomassa sebesar 0,13 % bb/menit; Energi Matahari sebesar 0,094 % bb/menit; dan Energi Gabungan
sebesar 0,16 % bb/menit. Efisiensi sistem pengering yang dihasilkan untuk Energi Biomassa sebesar 21,27
%; Energi Matahari sebesar 34,82 %; Energi Gabungan sebesar 18,47 %. Energi spesifik yang dihasilkan
pengering untuk Energi Biomassa sebesar 184,29 kJ/kg (% KA); Energi Matahari sebesar 79,71 kJ/kg (%
KA); dan Energi Gabungan sebesar 57,97 kJ/kg (% KA).
Kata kunci : Pengering krupuk, energi surya, energi biomassa

kebersihan yang tidak terjaga dan memerlukan


1. Pendahuluan
tempat yang cukup luas. Ketika musim
Kerupuk merupakan salah satu makanan penghujan berlangsung ternyata membawa
ringan yang sangat digemari oleh masyarakat dampak yang kurang menguntungkan bagi
Indonesia dan sering dijadikan sebagai pengusaha krupuk yang menggunakan
pelengkap berbagai sajian makanan atau pengeringan dengan cara konvensional.
sebagai lauk pauk. Sehingga dapat dikatakan Produksi mereka terhambat oleh proses
kerupuk merupakan makanan yang tidak bisa pengeringan yang hanya bergantung pada sinar
lepas dari kehidupan masyarakat untuk matahari. Sepanjang musim penghujan seluruh
dikonsumsi, maka produksi kerupuk harus pengusaha kerupuk dapat dipastikan
tetap berjalan agar kebutuhan konsumen tetap mengalami hambatan dalam proses
terpenuhi. Salah satu proses dalam produksi pengeringan, sebab mereka rata rata
krupuk adalah proses pengeringan. Proses memanfaatkan sinar matahari sepenuhnya,
pengeringan yang dilakukan kebanyakan oleh sehingga mengakibatkan menurunnya angka
masyarakat masih secara konvensional, yaitu produksi dan mengurangi penghasilannya. Hal
pengeringan dilakukan di tempat terbuka yang ini menjadikan masalah tersendiri bagi mereka,
bergantung dari sinar matahari. Dalam sebab mereka tidak bisa memenuhi permintaan
pengeringan konvensional terdapat beberapa yang datang, sehingga dikhawatirkan akan
permasalahan yaitu panas yang fluktuatif, mengurangi kepercayaan para pembeli. Meski

6
pada kenyataannya permintaan yang datang Kurva Psikrometrik pada proses
selalu dipenuhi walau pun dengan jumlah yang pengeringan
berkurang. Selain itu, mengingat kerupuk Perhitungan kebutuhan energi pada proses
adalah suatu makanan yang dikonsumsi pengeringan menggunakan kurva psikrometrik,
manusia maka segi kebersihan juga harus dimana proses tersebut mengikuti garis
diperhatikan agar tetap sehat untuk kelembaban mutlak dari titik 1 ke titik 2 pada
dikonsumsi. Selama ini pengeringan krupuk
kurva psikrometrik (Brooker et al., 1974) lihat
yang dilakukan oleh pengusaha tradisional
pada gambar 1.
dilakukan ditempat terbuka, sehingga tidak
terjamin kebersihannya dan kurang higienis
untuk dikonsumsi. Sedangkan sesuai standar
mutu krupuk di Indonesia menyebutkan bahwa
kandungan benda asing ( debu, kotoran, dll )
maksimum sebesar 1%. Oleh karena itu, bila
pengeringan tetap dilakukan dengan cara
tradisional ( ditempat terbuka ) hal itu tidak
mungkin tercapai.Untuk mengatasi semua
permasalahan tersebut diatas, maka dibutuhkan
alat pengering yang dapat digunakan untuk Gambar 1. Proses Pengeringan Pada Kurva
menjaga kestabilan proses produksi baik Psikrometrik
dimusim panas maupun musim penghujan.
Sehingga proses produksi dapat berjalan secara Keterangan :
terus menerus, dan kebutuhan konsumen (1) (2) = Proses pemanasan udara (panas
selalu terpenuhi, serta diperoleh hasil bermutu sensibel).
dan lebih higienis. (2) (3) = Proses pengeringan (h konstan)
berlangsung secara adiabatik
(panas Laten).
Dasar Teori T1 = Suhu udara masuk
Kadar air menujukkan banyaknya kandungan T2 = Suhu udara setelah dipanaskan
air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini T3 = Suhu udara setelah pengeringan.
terdapat dua metode untuk menentukan kadar
air bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot 1). Kadar Air Penurunan kadar air produk
kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah selama proses pengeringan berlangsung
(wet basis). dihitung berdasarkan komponen massa
Kadar air suatu bahan dapat dicari dengan berikut :
menggunakan perasamaan : Kadar Air (% basis basah) =
m air
x100% (3)
Kadar air basis basah m air + m padatan
M awal M pada tan mair
= x100% (1) Kadar Air (% basis kering) = x100% (4)
M awal m padatan

Kadar air basis kering 2). Laju Pengeringan


M awal M pada tan dM M 0 M f
= x100% (2) = (5)
M pada tan dt t
Mo = Kadar air awal bahan
Mf = Kadar air akhir bahan

7
3). Energi Yang Tersedia Untuk 6). Perhitungan Pengurangan Kadar Uap
Pengeringan (kJ) Air
a. Energi panas dari iradiasi surya a. Perhitungan secara aktual
QIR = 3600 I IR Acv t (6) massa awal massa ker ing
KA =
b. Energi panas bahan bakar massa awal
.
Qbhn.bkr = m bhn.bkr .Nk bhn.bkr tgk massa ker ing
KA = 1
c. Energi Hibrid atau gabungan massa awal
QE = QIR + Qbhn.bkr
b. Perhitungan secara teoritis Laju uap air
4). Kebutuhan Energi Untuk Pengeringan yang terbawa oleh udara :
(kJ) muap air = mud ( 3 1 )
a. Panas yang digunakan untuk menaikkan dimana,
suhu bahan mud = ud . A.v
Cpb = 4,1868(0,008.M 0 + 0,2) (7)
0,622 Pv1
Qs = mb Cp b (Tbhn Tawal ) (8) 1 =
Pa 1
b. Panas yang digunakan untuk menguapkan
air bahan. Panas laten yang dibutuhkan 0,622 Pv3
3 =
untuk menguapkan kandungan air dalam Pa3
produk merupakan roker dari suhu Pv1,3 = RH1,3 Pg1,3
absolut dirumuskan seperti berikut ( roker, Pa1,3 = Patm Pv1,3
1992):
H fg = 2503 2.386(TP ) (9) Keterangan :
o
muap air = Laju uap air yang terbawa udara
T( C) 6IV.IV7 (kg/s)
Ql = mu .H fg (10) mud = Laju aliran udara (kg/s)
Energi total untuk memanaskan dan 3 = Ratio kelembaban disisi outlet
menaikkan suhu bahan dan energi penguapan kgH 2 O
bahan (QD), kJ ( )
kg adara ker ing
QD = Qs + Ql . (11)
1 = Ratio kelembaban disisi inlet
5) Efisiensi Pengeringan dan Energi kgH 2 O
Spesifik Pengering ( )
kg adara ker ing
Efisiensi Sistem Pengering
Pv1,3 = Tekanan parsial uap air diudara dalam
Q
S = D x100% (12) ruang pengering / sisi outlet (kPa)
QE Pa1,3 = Tekanan udara dalam ruang pengering
Energi spesifik / sisi outlet (kPa)
Energi yang tersedia RH1,3= Kelembaban relatif dalam ruang
Espesifik =
Massa krupuk penurunan kadar air pengering / sisi outlet
Pg1,3= Tekanan yang terukur pada alat (kPa)
Espesifik dalam kJ/kg % Patm = Tekanan atmosfer (kPa)

8
2. Metode Penelitian 1). Pengujian dan Perhitungan sebelum
proses pengeringan.
Penelitian ini dilakukan dengan cara :
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah
Pembuatan alat dengan melakukan
pengukuran kadar air awal bahan dan massa
penginstalan alat uji serta dilakukan penujian
awal bahan sebelum proses pengeringan,
alat.
dengan cara :
Langkah Pembuatan alat dan penginstalan a.) Mengambil sedikit krupuk yang akan
alat uji dikeringkan (krupuk basah) dan ukur
beratnya menggunkan neraca digital.
b.) Memasukkan krupuk tersebut kedalam
suatu cawan Alumunium yang terlebih
dahulu kita ukur beratnya.
c.) Masukkan krupuk dalam cawan
Alumunium tersebut kedalam oven yang
telah disetting pada temperatur sekitar 105
0
C selama 3 jam.
d.) Keluarkan krupuk dari dalam oven,
kemudian ukur dan catat massanya dengan
menggunakan neraca.
e.) Masukkan kembali krupuk kedalam oven
dan ukur lagi massanya setelah 30 menit.
f.) Pemanasan berakhir setelah diperoleh
massa krupuk yang konstan (diperoleh
massa kering). Setelah melakukan langkah
langkah tersebut diatas, kadar air bahannya
dapat dicari dengan mengunakan
persamaan :

2). Pengujian dan Perhitungan saat proses


pengeringan
Gambar 2. Assembling Pada tahapan ini yang dilakukan adalah
pengukuran Temperatur, Laju Aliran Udara,
Instalasi pengujian pengering beserta Kelembapan Relatif / RH (Relatif Humidity)
perlengkapanya yaitu: krupuk mentah, dan Laju Pengurangan Kadar Air.
piranometer, Termometer, Higrometer,
Kalorimeter, Anemometer Kabel dan oven. 3). Pengujian dan Perhitungan Setelah
Proses Pengeringan
Sedangkan langkah-langkah Pengujiannya Pada tahap ini yang dilakukan adalah perhitung
sebagai berikut: an energi, efisiensi sistem, dan energi spesifik.

9
3. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Pengujian Kadar Air Krupuk


M awal M kering M kering M kering M kering M kering M kering M konstan
No. Cawan Aluminium
(gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)

1 Cawan ke 1 10.03 4.99 4.92 4.88 4.86 4.84 4.84 4.84


2 Cawan ke 2 13.23 6.62 6.51 6.46 6.41 6.4 6.38 6.38
3 Cawan ke 3 8.75 5.25 5.16 5.12 5.08 5.06 5.06 5.06
4 Cawan ke 4 10.3 4.18 4.14 4.11 4.09 4.08 4.08 4.08

Energi Biomassa

60

50
Rak 1
Kadar Air (%bb)

40 Rak 2
Rak 3
30
Rak 4
20

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Waktu (Jam)

Gambar 3. Grafik Penurunan Kadar Air Energi Biomassa

Energi Matahari
60

50
Kadar Air (%bb)

40
Rak 1
30 Rak 2
Rak 3
20 Rak 4

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (Jam)

Gambar 4. Grafik Penurunan Kadar Air Energi Matahari


Energi Gabungan
60

50
K adar A ir (% bb)

40
Rak I
30 Rak 2
Rak 3
20
Rak 4

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Waktu (Jam)

Gambar 5. Grafik Penurunan Kadar Air Energi Gabungan

10
Energi Biomassa
1
0.9

Massa Air Diuapkan (kg)


0.8
0.7
0.6
0.5 Terukur
Terhitung
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10
Waktu (jam)

Gambar 6. Grafik Massa Air Diuapkan (Terukur Dan Terhitung)


Tiap 30 Menit Dengan Energi Biomassa.

Energi Matahari
0.700

0.600
Massa Air Diuapkan (kg)

0.500
Terukur
0.400 Terhitung

0.300

0.200

0.100

0.000
0 2 Waktu4( jam ) 6 8

Gambar 7. Grafik Massa Air Diuapkan (Terukur Dan Terhitung)


Tiap 30 Menit Dengan Energi Matahari.

Energi Gabungan
0.900
0.800
M assa Air Diuapkan (kg)

0.700
0.600
0.500 Terukur
0.400 Terhitung
0.300
0.200
0.100
0.000
0 2 4 6 8
Waktu ( jam )

Gambar 8. Grafik massa air diuapkan (terukur dan terhitung)


tiap 30 menit dengan Energi Gabungan.

11
4. Pembahasan waktu yang lebih lama. Pengujian alat yang
memanfaatkan Energi Biomassa, laju
Berdasarkan grafik dan tabel data perhitungan penurunan kadar air krupuk agar mencapai
dapat diketahui bahwa penurunan kadar air kadar air 12 % bb membutuhkan waktu 5 jam.
krupuk sebanding dengan waktu pengeringan. Energi panas yang tersedia saat pengujian
Laju penurunan kadar air krupuk dipengaruhi sebesar 28856,448 kJ yang didapat dari
oleh suhu udara pengering, kelembaban relatif pembakaran bahan bakar biomassa pengujian.
udara pengering, keceparan udara pengering. Sedangkan energi yang dibutuhkan
Pada pengujian ini kadar air awal krupuk pengeringan untuk mencapai kadar air 12 % bb
sebesar 51,52 % bb dan alat ini harus sebesar 7747,94 kJ. Sehingga efisiensi
mengurangi kadar air krupuk tersebut menjadi pengeringan jika menggunakan energi
12 % bb (SNI). Dengan massa awal krupuk 7 biomassa sebesar 21,27 %. Energi panas bahan
kg dengan kadar air 51,52 % bb maka massa bakar yang didistribusikan keruang pengering
air yang harus diuapkan sebesar 3,15 kg untuk tergantung nilai efisiensi tungku. Selain itu
bisa mencapai kadar air sebesar 12 % bb. kualitas biomassa tidak semua baik, nilai kalor
Namun dalam pengujian ini pengeringan dari bahan bakar hanya asumsi secara rata-rata.
krupuk tetap dilanjutkan hingga dicapai kadar Sedangkan energi spesifik yang digunakan
air yang lebih rendah, karena hal ini berkaitan untuk menurunkan kadar air sebanyak 1 %
dengan mutu krupuk yang akan dijual dalam setiap 1 kg krupuk adalah 184,29 kJ dengan
kondisi siap saji. Dalam kenyataanya hasil menggunakan Energi Biomassa. Laju
pengeringan krupuk dengan kadar air 12 % pengeringan untuk Energi Biomassa sebesar
belum siap untuk digoreng, bila krupuk dengan 0,13 % bb/menit. Untuk pengujian alat yang
kadar air 12 % tersebut dipaksakan untuk memanfaatkan Energi Matahari, laju
digoreng maka akan dihasilkan krupuk dengan penurunan kadar air krupuk agar mencapai
tekstur yang masih kasar dan kurang kadar air 12 % bb membutuhkan waktu 6 jam.
mengembang. Sebagai bahan perbandingan Energi panas yang tersedia saat pengujian
krupuk yang dijual dipasaran juga mempunyai sebesar 23019,55 kJ yang didapat dari panas
kandungan kadar air dibawah 12 % bb. Dari matahari saat itu selama pengujian. Sedangkan
sampel yang diuji yaitu berkisar antara 8 - 10 energi yang dibutuhkan untuk pengeringan
% bb. Dari grafik terlihat bahwa pada tahap- sebesar 7678,69 kJ. Sehingga efisiensi
tahap awal proses pengeringan penurunan pengeringan jika menggunakan energi surya
kadar air sangat signifikan dibandingkan hanya sebesar 33,35 %, hal ini dikarenakan
dengan saat-saat akhir proses pengeringan. iradiasi matahari tiap jam, tiap tempat berbeda
Saat awal proses pengeringan berlangsung, sedangkan dalam perhitungan diambil asumsi
kandungan air yang diuapkan terlebih dahulu rata-rata selama 5 jam yang diambil dari data
adalah kandungan air yang terletak pada sisi intensitas radiasi dari Stasiun Klimatologi
permukaan bahan sehingga penurunan kadar Semarang. Selain itu ketelitian alat ukur juga
air untuk tahap-tahap awal proses pengeringan mempengaruhi dalam pengambilan data,
berlangsung dalam waktu yang relatif lebih sehingga dibutuhkan akurasi alat yang baik
singkat. Setelah kandungan air pada sisi untuk mendapatkan efisiensi yang baik.
permukaan bahan habis teruapkan maka Sedangkan energi spesifik yang digunakan
kandungan air yang berada ditengah bahan untuk menurunkan kadar air sebanyak 1 %
akan naik menuju sisi permukaan bahan dan setiap 1 kg krupuk adalah 83,21 kJ dengan
selanjutnya mengalami penguapan. Oleh menggunakan Energi Matahari. Laju
karena itu waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan untuk Energi Matahari sebesar
penguapan pada saat-saat akhir / hampir 0,094 % bb/menit. Sedangkan pengujian alat
tercapai kadar air yang minimum memerlukan yang memanfaatkan Energi Gabungan yaitu

12
gabungan antara Energi Matahari dan Energi dan Energi Gabungan sebesar 19,91 %. untuk
Biomassa, laju penurunan kadar air krupuk mendapatkan efisiensi yang lebih baik, akan
agar mencapai kadar air 12 % bb tetapi untuk bisa mengetahui perbandingan
membutuhkan waktu 4 jam. Energi panas tersebut diperlukan penelitian lebih lanjut.
yang tersedia saat pengujian sebesar 11665,152 Sedangkan energi spesifiknya sebesar 140,53
kJ yang didapat dari panas matahari dan panas kJ/kg % apabila menggunakan Energi
plat saat itu selama pengujian. Sedangkan Gabungan. Laju pengeringan untuk Energi
energi yang dibutuhkan untuk pengeringan Gabungan sebesar 0,16 % bb/menit.Energi
sebesar 7739,51 kJ. Sehingga efisiensi spesifik yang dihasilkan pengering untuk
pengeringan jika menggunakan Energi Energi Biomassa sebesar 184,29 kJ/kg% bb;
Gabungan sebesar 19,91 %. Karena itu kita Energi Matahari sebesar 83,21 kJ/kg% bb; dan
harus bisa mengetahui perbandingan bahan Energi Gabungan sebesar 57,97 kJ/kg% bb.
bakar dan panas matahari yang baik
6. Daftar Pustaka
5. Kesimpulan
Alat pengering ini digunakan untuk Cengel, Yunus. A. 2003. Heat Transfer
mengeringkan krupuk dengan kapasitas 25 kg (second edition). New York :
krupuk basah. Krupuk yang diperoleh langsung Americas.
dari produsen kemudian dilakukan penelitian Bala, B.K. 1997. Drying and Storage Of
untuk mengetahui sifat sifat termofisiknya Cereal Grains. New Delhi : Oxford &
yang meliputi kapasitas panas jenis krupuk Ibh Publishing.
(Cp) sebesar 2,263 kJ/kgK, berat jenis kerupuk Devahastin, Sakamon. 2001. Panduan
() sebesar 1208,91 kg/m3 dan kadar air Praktis Mujumdar untuk Pengeringan
krupuk basis basah sebesar 51,52 % bb untuk Industrial. Bogor. IPB Press.
dikeringkan sehingga kadar air akhir menjadi Eksergi Jurnal Teknik Energi. Vol. 3 No. 1
12 % bb sesuai dengan SNI (Standar Nasional Oktober 2007 ; 34-40.
Indonesia).Pada proses pengeringan dengan Henderson, S.M and R.L.Perry. 1976.
menggunakan energi matahari, panas diruang Agricultural Process Engineering
pengering yang diterima oleh krupuk pada tiap (third edition).Westport : The Avi
rak merata karena geometri ruang pengering Publishing Company,Inc.
berbentuk limas segi enam.Keseragaman suhu, Sato, Junichi. 1994. Solar Grain Dryer
RH, dan kecepatan udara pengering (fourth edition). Tsukaba. TIATC
berbanding lurus dengan keseragaman laju (Tsukaba International Agricultural
pengeringan. Effisiensi sistem pengering yang Training Centre).
dihasilkan untuk Energi Biomassa sebesar
21,27 %; Energi Matahari sebesar 33,35 %;

13

Anda mungkin juga menyukai