Anda di halaman 1dari 25

Kompos dan Mol

I. PENDAHULUAN

Pengomposan dianggap sebagai teknologi


berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan,
keselamatan manusia, dan mempunyai nilai ekonomi.
Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting
artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah
organik seperti sampah kota, limbah industri, serta limbah
pertanian dan perkebunan. Seringkali petani menganggap
bahwa pupuk kompos hanya berasal dari kotoran hewan,
padahal bahan yang dapat digunakan sangat banyak dan
tersedia dilingkungan sekitar seperti: daun-daunan, jerami
dan sampah rumah tangga kecuali plastik, cara membuatnya
dapat dilakukan secara sederhana.
Bahan organik di alam akan mengalami penguraian
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya.
Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami
berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan telah banyak dikembangkan teknologi
pengomposan, baik pengomposan dengan teknologi
sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada
prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan
berdasarkan penguraian bahan organik yang terjadi secara
alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa
sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat
dan efisien. Kompos adalah hasil penguraian parsial/ tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam

1
Kompos dan Mol

mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan


aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos
adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, mengatur aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan. Aktivator pengomposan saat ini sudah
banyak tersedia di kios-kios pertanian dengan berbagai
merek, namun bila ingin membuat sendiri dapat dibuat
dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita. Mikroba-
mikroba lokal yang dihasilkan dari campuran bahan-bahan
alami tersebut disebut dengan MOL (Mikroorganisme Lokal).

2
Kompos dan Mol

II. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN KOMPOS

2.1. Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah

Peran kompos dalam memperbaiki struktur tanah


adalah meningkatkan kandungan bahan organik tanah,
berperan dalam merangsang granulasi, memperbaiki aerasi
tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran
bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah
meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada
fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan
S. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap
unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba
tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi
serangan penyakit. Peran bahan organik terhadap sifat kimia
tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga
mempengaruhi serapan hara oleh tanaman.

2.2. Keuntungan bagi tanaman


Tanaman yang dipupuk dengan kompos cenderung
mempunyai kualitas yang lebih baik daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misalnya: hasil panen lebih
tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos mengandung hormon dan vitamin bagi tanaman,
sehingga tanaman lebih tahan dari serangan hama penyakit

3
Kompos dan Mol

2.3. Keuntungan dari segi ekonomi/ lingkungan :


a. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan
limbah.
b. Mengurangi volume/ukuran limbah.
c. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan
asalnya.
d. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah.
e. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

4
Kompos dan Mol

III. PROSES PENGOMPOSAN

3.1. Bahan-bahan yang dapat Dibuat kompos


Pada dasarnya semua bahan organik padat dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga,
sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan (Kotoran ternak, binatang, sisa makanan),
limbah pertaniah (seresah, daun-daunan, pangkasan rumput,
ranting, dan sisa kayu), limbah agroindustri, limbah pabrik
kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dan
lain-lain.

3.2. Proses Pengomposan


Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan.
Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa yang
mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan
cepat yang diikuti dengan peningkatan pH kompos, hingga di
atas 50oC- 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba
termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada
saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba-mikroba yang terdapat di dalam
kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan
bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan
berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini

5
Kompos dan Mol

terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu


pembentukan komplek liat humus. Selama proses
pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun
biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40%
dari volume/bobot awal bahan. Proses pengomposan dapat
terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tanpa oksigen). Proses yang dijelaskan
sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa
menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.

3.3. Strategi mempercepat proses pengomposan


Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa
strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses
pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Memanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh
pada proses pengomposan.
2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat
proses pengomposan, yaitu mikroba pendegradasi bahan
organik dan vermikompos (cacing).
3. Menggambungkan strategi pertama dan kedua.

A. Memanipulasi Kondisi Pengomposan (Strategi 1)


Strategi ini banyak dilakukan pada awal-awal
berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi
pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh,
rasio C/N yang optimum adalah antara 25 35. Dengan cara

6
Kompos dan Mol

bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur


dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti
kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah
menjadi kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan
yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang
terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses
pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya.

B. Menggunakan Aktivator Pengomposan (Strategi 2)


Strategi yang lebih maju adalah dengan
memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses
pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan
misalnya cacing tanah, proses pengomposannya disebut
vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan
sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan
adalah mikroba, baik bakeri, aktinomicetes, maupun
kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar
aktivator-aktivator pengomposan, misalnya : Promi,
OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, dll.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah
hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat. Aktivator pengomposan ini menggunakan
mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi
dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu:
Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma
harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk
putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik).

7
Kompos dan Mol

Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk


bahan-bahan lunak/mudah dikomposkan hingga 2 bulan,
untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.

C. Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator


Pengomposan (Strategi 3)
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak
dikembangkan adalah menggabungkan strategi 1 dan 2.
Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan
menambahkan aktivator pengomposan.

3.4. Alat-alat yang dibutuhkan


Peralatan yang dibutuhkan antara lain: parang/sabit,
ember/bak platik untuk menampung air, ember untuk
menyiram, plastik penutup, tali, sekop garpu/cangkul, dan
cetakan kompos (jika diperlukan). Platik penutup dapat
menggunakan plastik mulsa yang berwarna hitam. Plastik
dibelah sehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik
disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan
dikomposkan. Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu
atau kayu. Cetakan ini terdiri dari 4 bagian terpisah, dua
bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya
berukuran 1 x 1 m.

3.5. Lokasi Pengomposan


Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun
yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan
baku yang akan dibuat kompos. Pemilihan lokasi ini akan

8
Kompos dan Mol

menghemat biaya transportasi dan biaya tenaga kerja.


Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila
jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses
pengomposan.

3.6. Cara Pembuatan Kompos

A. Kompos Kotoran Sapi (Ternak)

Bahan yang diperlukan adalah :


1. Kotoran sapi : 80 83%
2. Serbuk gergaji : 5%
3. Abu sekam : 10%
4. Kalsit/Kapur : 2%
5. Dekomposer (Stardec) : 0,25%

Proses Pembuatan

1. Kotoran sapi (feses dan urin) dikumpulkan dan ditiriskan


selama satu minggu untuk mengurangi kadar airnya (
60%).
2. Kotoran sapi yang sudah ditiriskan tersebut kemudian
dipindahkan ke petak pertama. Di tempat tersebut
dilakukan pencampuran bahan-bahan organik seperti
ampas gergaji, abu sekam, kapur dan dekomposer
(stardec).
3. Sebelum bahan-bahan organik dan dekomposer
dicampurkan pada kotoran sapi, sebaiknya keempat
bahan organik tersebut (ampas gergaji, abu sekam,
kapur dan stardec) dicampur terlebih dahulu, agar
9
Kompos dan Mol

merata, dan dicampur merata pada kotoran sapi yang


telah disiapkan pada tempat pertama.
4. Untuk setiap 1 ton (1000 kg) kotoran ternak bahan
organik yang dicampurkan adalah 50 kg serbuk gergaji,
100 kg abu sekam, 20 kg kapur dan 2,5 kg stardec.
5. Setelah seminggu dilakukan pembalikan dan dipindahkan
ke lokasi kedua, dibiarkan selama seminggu. Setelah
seminggu dipindahkan ke lokasi ke 3 dan seterusnya
sampai berada dipetak keempat dan diperam selama
satu minggu.
6. Pada minggu keempat kompos sudah jadi dan untuk
mendapatkan bentuk yang seragam dilakukan
penyaringan atau diayak untuk memisahkannya dari
kerikil atau potongan kayu dan lainnya.
7. Selanjutnya kompos siap untuk diaplikasikan pada lahan
atau tanaman.

B. Kompos Jerami
1. Siapkan larutan dekomposer, gula dan air sesuai
petunjuk pada label.
2. Tumpuk jerami selapis demi selapis, masing-masing
lapisan setinggi kurang lebih 20 cm dan dipadatkan.
3. Di atas jerami taburkan kotoran ternak kira-kira setebal
5 cm untuk memperkaya kandungan haranya.
4. Selanjutnya taburkan dedak padi halus secara merata.
5. Siramkan larutan dekomposer yang telah disiapkan ke
seluruh permukaan bahan secara merata. Apabila

10
Kompos dan Mol

larutan habis dan proses penyiraman belum selesai,


larutan harus dibuat lagi.
6. Lakukan lagi tahap ke-2 sampai ke-5 di atasnya secara
berlapis-lapis sampai mencapai ketinggian 1 meter.
7. Tutup seluruh bahan dengan plastik gelap/ terpal.
Usahakan sinar matahari dan air hujan tidak tembus
(masuk).
8. Seminggu sekali penutup dibuka, kemudian bahan
kompos dibalik. Setelah pembalikan selesai, bahan
kompos harus ditutup kembali. Tahap ini dilakukan
pada minggu ke-1 sampai ke-3.
9. Setelah 4 minggu, kompos sudah matang (jadi).
Kompos boleh langsung digunakan atau dikering
anginkan terlebih dahulu.

Gambar 1. Pembuatan kompos pada kegiatan M-KRPL


Kabupaten Pringsewu

11
Kompos dan Mol

3.7. Pengamatan Kompos


Agar proses pengomposan dapat berjalan dengan
baik, perlu dilakukan pengamatan secara teratur.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali secara visual dan
menggunakan peralatan yang sederhana. Pengamatan
meliputi suhu, kelembaban, penurunan volume, dan
kenampakan kompos. Buka plastik penutup kompos dan raba
tumpukan kompos hingga bagian dalam. Dalam waktu satu
dua hari setelah pembuatan kompos, suhu akan meningkat
dengan cepat. Peningkatan suhu dapat mencapai 70oC dan
dapat berlangsung beberapa minggu.
Pengamatan juga dilakukan terhadap kadar
air/kelembaban kompos, yang dilakukan hingga bagian
dalam kompos. Kompos yang baik akan terasa lembab
namun tidak terlalu basah. Sejalan dengan proses
penguraian bahan organik menjadi kompos akan terjadi
penyusutan volume kompos. Penyusutan volume ini dapat
mencapai setengah dari volume semula. Apabila selama
proses pengomposan tidak terjadi penyusutan volume,
kemungkinan proses pengomposan tidak berjalan dengan
baik.
Juga diamati perubahan warna yang terjadi pada
bahan baku kompos. Biasanya warna akan berubah menjadi
coklat kehitam-hitaman. Seringkali jamur juga ditemukan
tumbuh subur di atas tumpukan kompos. Pada proses
pengomposan aerobik, seharusnya tidak muncul bau
menyengat seperti bau air comberan pada saat proses

12
Kompos dan Mol

pengomposan. Apabila muncul bau yang menyengat


kemungkinan proses pengomposan berjalan anaerob.

3.8. Mengatasi Masalah Selama Proses Pengomposan


Permasalahan yang sering muncul pada saat
pengomposan antara lain adalah tidak terjadi peningkatan
suhu, muncul bau menyengat dan tidak terjadi penurunan
volume kompos. Penyebab yang umum terjadi antara lain
karena kekurangan air atau kelebihan air dan kurang aerasi.
Apabila tumpukan kompos tampak kering, maka tambahkan
air secukupnya. Air ditambahkan secara merata sehingga
seluruh bagian mendapatkan air yang cukup. Jika jerami
sangat kering dicelup/direndam dengan air terlebih dahulu.
Apabila muncul bau yang menyengat dan tumpukan kompos
cukup kering, kemungkinan proses pengomposan berjalan
anaerob. Segera buka plastik penutup dan lakukan
pembalikan agar udara bisa masuk ke dalam tumpukan
kompos. Setelah itu plastik ditutupkan kembali. Apabila
muncul bau menyengat dan tumpukan kompos terlalu basah,
maka tambahkan aerasi. Penambahan aerasi dapat dilakukan
dengan cara menancapkan batang bambu yang telah
dilubangi. Apabila perlu dapat dilakukan pembalikan
tumpukan kompos.

13
Kompos dan Mol

3.9. Kandungan Hara Kompos

Tabel 1. Menunjukan kandungan hara pengomposan


jerami di Lampung Tengah dengan berbagai macam
aktivator.
Tabel 1. Kandungan hara kompos jerami dengan berbagai
aktivator *)
Kompos Jerami
Jenis Analisis
A (BeKa) B (Stardec) C (Promi) D (EM-4)
pH H2O 8.67 8.66 8.97 8.47
C-Organik (%)
17.77 20.04 20.02 16.37
(W&Black)
N-total (%)
0.75 0.77 0.73 0.66
(Kejdahl)
C/N 23.69 26.03 27.42 24.8
P2O5 (%)
0.12 0.19 0.12 0.11
(Bray 1)
K2O (%) 0.63 0.79 0.69 0.40
)
* sumber : Barus, 2011

14
Kompos dan Mol

Gambar 2. Pemanfaatan kompos untuk penanaman sayur-sayuran


di Kebun Bibit Desa Kegiatan M-KRPL di Kabupaten
Pringsewu

15
Kompos dan Mol

IV. MIKROORGANISME LOKAL (MOL)

Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang


berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia di
suatu daerah. Larutan MOL mengandung unsur mikro dan
makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi
sebagai perombak bahan organik, perangsang tumbuhan,
dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman,
sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer
pupuk hayati dan sebagai pestisida organik, terutama
sebagai fungisida. Larutan MOL dibuat sangat sederhana
yaitu dengan memanfaatkan limbah dari rumah tangga atau
tanaman di sekitar lingkungan misalnya sisa-sisa tanaman
seperti bonggol pisang, gedebog pisang, buah nanas, jerami
padi, sisa sayuran, nasi basi, dan lain-lain.

4.1. Mol Sebagai Bioaktivator (Dekomposer)

Perombakan bahan organik secara alami


membutuhkan waktu 3-4 bulan, sehingga upaya pelestarian
lahan pertanian mengalami hambatan, apalagi dihadapkan
dengan masa tanam yang mendesak untuk menghasilkan
produksi tinggi. Residu bahan organik sulit dikonversi
menjadi bentuk yang lebih berdayaguna karena degradasi
lignin merupakan pembatas bagi kecepatan dan efisiensi
dekomposisi. Dengan demikian diperlukan upaya untuk
mempercepat perombakan lignin dan selulosa dengan
berbagai dekomposer atau bioaktivator.

16
Kompos dan Mol

Saat ini sudah tersedia berbagai jenis dekomposer di


pasaran sehingga peluang usaha pembuatan pupuk organik
terbuka luas. Penggunaan mikroba dekomposer dapat dilihat
dari efektivitas dan efisiensi, mutu kompos, biaya dan
kemudahan aplikasinya. Karakteristik dan dosis mikroba
beberapa jenis dekomposer yang digunakan dalam
pembuatan pupuk organik atau kompos adalah sebagai
berikut :

1. Biodec : Merupakan konsersia mikroba perombak


selulosa dan lignin dengan fungsi metabolik yang
komplementer, merombak dan mengubah residu
organik menjadi bahan organik tanah dan
menyuburkan tanah. Penggunaan Biodec untuk setiap
ton/m3 bahan adalah 2,5 kg.

2. Promi : Formula mikroba unggul, pemacu pertumbuhan


tanaman, pelarut hara terikat tanah dan pengendali
penyakit tanaman. Bahan aktif Promi adalah mikroba
Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii dan
Aspergillus sp. Penggunaan Promi untuk setiap ton/m3
bahan adalah 1 kg.

3. M-Dec : Mikroba mempercepat pengomposan, alelopati


serta menekan perkembangan penyakit, larva insek
dan biji gulma. Bahan aktif M-Dec adalah mikroba
Trichoderma harzianum, T. pseudokoningii, Aspergillus
sp dan Trametes. Penggunaan M-Dec untuk setiap
ton/m3 bahan adalah 1 kg.

17
Kompos dan Mol

4. Orlitani : Formula bioaktivator dengan bahan aktif


Trichoderma harzianum dan T. pseudokoningii.
Manfaat kompos dengan Orlitani dapat mengurangi
penggunaan pupuk kimia sampai 50% dan
meningkatkan hasil panen 10-20%. Penggunaan
Orlitani untuk setiap ton/m3 bahan adalah 5 kg.

5. Orgadec : Dekomposer yang memiliki kemampuan


menurunkan C/N ratio secara cepat dan bersifat
antagonis terhadap beberapa jenis penyakit akar.
Mengandung mikroba Trichoderma pseudokoningii dan
Cytophaga sp yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penghancur lignin dan selulosa secara bersamaan.
Penggunaan Orgadec untuk setiap ton/m3 bahan
adalah 5 kg.EM-4 : Dekomposer yang mengandung
bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, Actinomycetes,
ragi dan jamur fermentasi. EM-4 merupakan cairan
berbau sedap dengan rasa asam manis dengan pH <
3,5. Penggunaan EM-4 untuk setiap ton/m3 bahan
adalah 1 liter. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa
dekomposer (M-Dec, Orgadec, Probion, MOL-pepaya,
MOL-bambu) mampu menurunkan C/N ratio jerami
sekitar 25:1 setelah dua minggu masa inkubasi, namun
kematangan dan stabilitas kompos baru dicapai setelah
minggu ke-5 dengan C/N ratio 11:1 16:1.

18
Kompos dan Mol

4.2. Cara Pembuatan Mol

Bahan utama dalam larutan MOL adalah

1. Karbohidrat : air cucian beras, nasi bekas, singkong,


kentang dan gandum

2. Glukosa : cairan gula merah, cairan gula pasir, air


kelapa/nira

3. Sumber bakteri : keong mas, buah-buahan misalnya


tomat, papaya, dan kotoran hewan.

Beberapa cara pembiakan MOL yang mudah dibuat, yaitu :

1. Menggunakan air rebusan kedelai (air rebusan kedelai


10 liter ditambahkan gula merah kg ).

2. Menggunakan air kelapa (air kelapa 10 liter, gula


merah kg, buah-buahan busuk secukupnya).

3. Menggunakan batang pisang (air kelapa 10 liter, gula


merah kg, batang pisang 0,5 cm )

4. Menggunakan kotoran hewan (kotoran hewan (sapi,


kerbau) 10 liter, gula merah kg, dedak/bekatul 5
kg, air kelapa secukupnya (untuk mengaduk sampai
basah)).

19
Kompos dan Mol

4.3. Membuat Stater/ Bio

Bahan-bahan yang digunakan :

1. Nasi (tidak basi) jumlahnya disesuaikan dengan


kebutuhan.

2. Jamur (berwarna putih tipis menempel di kulit


kayu/batang kelapa/ bambu / ranting bambu dll.) jumlah
disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Besek (terbuat dari bambu) jumlah disesuaikan dengan


kebutuhan.

4. Air jumlahnya disesuaikan kebutuhan.

5. Gula merah 2 biji untuk pembuatan 1 toples.

6. Sak / karung goni secukupnya.

Cara membuat :

1. Masukan nasi dalam besek, lalu taruh jamur diatasnya,


kemudian tutup menggunakan sak/karung goni yang
sudah dibasahi dengan air untuk menjaga kelembaban.
Pembuatan pertama kali, waktu pembutan 3 hari 3
malam. Apabila besek dan jamur mau digunakan untuk
membuat lagi, terlebih dahulu besek dicuci dan jamur
dibasahi. Waktunya cukup 2 hari 2 malam.

2. Bila diatas nasi sudah kelihatan jamur putih seperti jamur


yang ada pada tempe, sak/tutup diangkat, kemudian
jamur diambil. Selanjutnya masukkan dalam toples
ukuran 2 liter tambahkan gula merah 2 biji yang sudah
dipotong-potong. Masukkan air sampai rata dengan nasi.
20
Kompos dan Mol

Untuk nasi dan air paling banyak sebatas toples dan


ditutup rapat. Ciri-ciri stater jadi, nasi terapung dan
setelah 5 hari dibuka baunya seperti air tape, siap
digunakan untuk membuat kompos.

4.4. Cara membuat pupuk kompos menggunakan


MOL.

Bahan-bahan yang digunakan

1. Kotoran hewan, jerami, dedaunan, batang pisang,


batang jagung, sampah pekarangan, sekam, serbuk
gergaji, bahan lainnya kecuali plastik.

2. Gula merah kg untuk stater / mol 2 liter

3. Stater/mol 1 toples/2 liter untuk membuat 2 ton kompos

4. Air

5. Dedak / senil

6. Cangkul / garpu

7. Bak/ ember

8. Daun pisang (kalau ada)

9. Plastik / terpal tambak

Cara membuat :

1. Haluskan/dilarutkan gula merah dengan air

21
Kompos dan Mol

2. Statater/mol dijadikan satu dengan larutan gula, tambah


air biasa dengan perbandingan (1 : 15) lalu diaduk
sampai rata dalam bak.

3. Batang pisang dan batang jagung dicacah, lalu ratakan


bahan organik diatas tanah setinggi kurang lebih 20 cm
(dalam keadaan lembab).

4. Selanjutnya stater/mol, taburkan/percikan sampai rata,


lalu taburi dedak / serbuk gergaji.

5. Berikutnya ratakan bahan organik diatasnya setinggi 20


cm, dan ditaburi/diperciki mol sampai rata, lalu dedak
ditabukan diatasnya, begitu seterusnya.

6. Selanjutnya ditutup pakai daun pisang kalau ada,


kemudian ditutup pakai plastik / terpal tambak.

7. Setelah 1 minggu lakukan pembalikan/pengadukan.


Minggu ke 2 aduk lagi. Bila perlu pengadukan 1 dan 2
bisa ditambah stater/mol. Minggu ke 3 aduk lagi tidak
perlu ditutup ditaruh di tempat yang teduh (tidak kena
hujan) selama 1 minggu, dan kompos sudah siap
aplikasi.

4.5. Membuat Pupuk Pelengkap Cair (PPC)

Bahan yang diperlukan :

Serabut kelapa muda, buah-buahan yang manis, pucuk


daun-daunan, urin ternak bonggol dan hati batang pisang,

22
Kompos dan Mol

sisa-sisa makanan, berbagai tulang-tulangan, air kelapa/


legent dan abu dapur. (perbandingan 1:1)

Cara membuat :

1. Semua bahan diiris tipis-tipis kecuali abu dapur dan sisa


makanan, bahan yang sudah disiapkan masukan ke
dalam toples dan tambahkan air nira/legent lalu tutup
rapat dengan menggunakan plastik.

2. Biarkan rendaman selama 2 3 minggu jika digunakan


untuk bio stater dalam pengomposan. Dan jika
digunakan untuk pupuk pelengkap cair maka rendaman
harus lebih dari 4 minggu.

3. Cara penggunaan, ambil air rendaman lalu saring dan


campur dengan air biasa, dapat disiramkan langsung
atau disemprotkan ke tanaman, dengan perbandingan
1:1 untuk tanaman padi sawah (mengurangi
penggunaan pupuk kompos). 1 : 5 selain tanaman padi
sawah.

4.6. Membuat Kompos bernutrisi tinggi

Bahan-bahan yang diperlukan :

Jerami, batang jagung, sekam, serbuk gergaji, batang


pisang, daun-daunann, kotoran sapi, kerbau, kambing,
kelinci, dan sampah lingkungan keculai plastik, bak plastik,
ember plastik, cangkul / gapu, daun pisang, plastik / terpal
tambak.

23
Kompos dan Mol

Cara membuat :

1. Kedua jenis stater / mol ini dicampur satu dengan


perbandingan 1 : 1 lalu diaduk sampai rata.

2. Proses membuatnya sama dengan membuat kompos


menggunakan stater/mol dari nasi dan jamur. Lebih
banyak mol dari buah-buahan lebih baik.

24
Kompos dan Mol

V. BAHAN BACAAN

Barus, 2011. Uji Efektivitas Kompos Jerami dan Pupuk NPK


terhadap Hasil Padi (Oryza sativa L) di Lampung.
Jurnal Agrivigor 10 (3) : 250 255.

Simanungkalit, R.D.M, D.A Suriadikarta, R. Saraswati, D.


Setyorini, dan W. Hartatik. 2006. Pupuk Organik
dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

25

Anda mungkin juga menyukai