Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TUTORIAL TROPMED

CASE 8 FURUNCLE

Disusun oleh:

KELOMPOK 9

Amalia Pratiwi 10100112161


Chinta Nur Silmi 10100112131
Dea Putri Audina 10100112150
Dynda Kautsar 10100112157
Fitriah Hany 10100112140
Gladysani Nadhira 10100112085
Ima Endah Nurbaetiyah 10100112109
Nur Rahmi Syabania 10100112111
Rahayu Marlita A 10100112090
Mochammad Reffy A 10100112145
Wianne Carima 10100112141
Yudha Mahanatha 10100112173

KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015/2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
BAB I
BASIC SCIENCE
I. Histologi..................................................................................................................... 1
1. Kulit................................................................................................................... 1
II. Patologi...................................................................................................................... 3
1. Efloresensi ........................................................................................................ 3
III. Mikrobiologi............................................................................................................... 13
1. Staphylococcus.................................................................................................. 13
2. Staphylococcus aureus...................................................................................... 18
IV. Fisiologi..................................................................................................................... 21
1. Pain.................................................................................................................. 21
BAB II
CLINICAL SCIENCE
I. Pyoderma................................................................................................................... 24
II. Impetigo.................................................................................................................... 29
III. Ecthyma................................................................................................................... 32
IV. Folikulitis................................................................................................................. 33
V. Celullitis................................................................................................................... 34
VI. Furuncle................................................................................................................... 34
VII. Carbuncle................................................................................................................ 38
VIII. Erisipelas................................................................................................................. 38
BAB III
OTHERS
I. Kompres.......................................................................................................................... 39
II. Eritromisin....................................................................................................................... 42

PATOMEKANISME................................................................................................................... 43
BHP & IIMC...................................................................................................................... 44
BAB I
BASIC SCIENCE

I. Histologi Kulit

Epidermis ( keratinized epithelium)


Tidak ada pembuluh darah/lymphatic
Diberi nutrisi oleh vaskularisasi dari dermis
Terdapat 3 jenis sel:
o Melanosit
o Sel langerhans
o Sel merkel
Terdiri dari 5 lapis
Stratum basale
terdiri atas selapis sel kuboid dan silindris basofilik yang
terletak di atas lamina basalis pada batas epidermis-dermis dan
memisahkan dermis dari epidermis. Stratum ini ditandai

1
banyak aktivitas mitosis. Terdapat melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin.
Stratum spinosum
terdiri atas sel-sel kuboid poligonal atau agak gepeng dengan
inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi
berkas filamen. terdapat pula sel-sel langerhans yang
merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu
mengikat, mengolah dan menyajikan antigen kepada limfosit
T. Sel langerhans juga berperan dalam perangsangan sel
limfosit T, sehingga sel ini berperan penting dalam reaksi
imunologi kulit.
Stratum granulosum
ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng dengan sitoplasma
yang berisi granula basofilik kasar yang disebut granula.
Stratum lusidum
tampak lebih jelas pada kulit tebal, bersifat translusen dan
terdiri atas selapis tipis sel eosinofilik sangat gepeng. Organel
dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma terutama terdiri atas
filamen padat yang berhimpitan dalam matriks kedap elektron.
Stratum korneum
terdiri atas 15-20 lapis sel berkeratin tanpa inti gepeng yang
sitoplasmanya dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen,
yaitu keratin.

1. Stratum corneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum basale sive cylindricum
6. Stratum papillare
7. Stratum reticulare

2
Dermis (dense layer)
Terdapat hair folicle
Sebaceous gland
Afferent nerve
Smooth erector muscle
Terdapat banyak serat saraf dalam dermis dan saraf efektor ke kulit
adalah serat pasca ganglionik dari ganglia simpatis rantai
paravertebral.
Tidak ada persyarafan parasimpatis
Ujung saraf aferen membentuk jalinan superficial dermis dengan
ujung saraf bebas, jalinan folikel rambut, dan persyarafan organ
sensoris bersimpai (meisner dan pacini).
Subkutan
Loose connective tissue & stored fat
Sweat gland
Superficial blood vessels
Lymphatic vessels
Cutaneus nerve

II. Efloresensi
Klasifikasi Lesi
1. Lesi Kulit Primer
lesi yang berasal dari kulit yang intak atau sehat
A. lesi flat , berbatas dan hanya terdapat perubahan warna
Macula
Small flat spot ,dengan ukuran < 0.5 cm ,bisa disebabkan oleh
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi, depigmentasi, erythema, purpura,
petechiae, ekimosis,

3
Patch

Flat spot , > 0.5 cm

B. Lesi terpalpasi (elevated) , bermassa solid


Papule
Lesi bermassa kecil dengan ukuran < 0.5 cm yang hanya melibatkan
epidermis.. Bisa disebabkan oleh deposit metabolic didermis (gambar
A),localized dermal celluler infiltrasi (gambar B),hyperplasia pada sel
di dermis /epidermis (gambar C).

4
Plaque
Suatu lesi yang terpalpasi dipermukaan kulit , hanya melibatkan
epidermis dengan ukuran > 0.5 cm. .plaque bisa menjadi besar karena
kumpulan dari papule .

Nodule
Lesi yg terpalpasi , yang melibatkan lapisan dermis bentuk bulat
/ellipsoid.memiliki banyak tipe :
Epidermal (contohnya keratoacanthoma ,verruca vulgaris)
Epidermal dermal(contohnya nevi ,malignant melanomas )
Dermal (contohnya granuloma annulare ,dermatofibroma )
Dermal subdermal (contohnya erythema nodosum,
thrombophlebitis)
Subkutan (contohnya lipoma )

Wheal

5
Pembengkakan pada kulit yang,merupakan edema yang dihasilkan oleh
extravasasi plasma dari dinding pembuluh pada bagian atas dermis
.biasanya hilang dalam beberapa menit- jam (sementara) , warnanya
bervariasi .

C. Lesi terpalpasi , bermassa liquid


Vesicle
Elevasi epidermis dengan isi cairan ,ukurannya < 0.5 cm dan memilki
batas yang jelas ,dindingnya tipis sehingga terlihat cairan didalamnya
bisa berupa (serum ,darah atau cairan extraselluler), Bisa disebabkan
karena akumulasi cairan dibawah lapisan stratum corneum contohnya
:subcorneal vesicle (gambar A) dan bisa juga disebabkan karena
intercellular edema contohnya (gambar B).
Bullae
Rounded , irregular,diameter > 0.5 cm , berisi cairan (serum ,darah
atau cairan extraselluler), berbeda dengan vesicle hanya dari
ukurannya saja ,melibatkan epidermis dan juga dermal-epidermal .

6
Pustule
lesi yang berisi cairan pus (biasanya sel-sel inflamasi yang nekrosis

D. Lesi terpalpasi (mix: cairan,solid)


1. Cyst
konsistensi kenyal dan berupa kantung yang berkapsul.

2. Lesi Kulit Sekunder


lesi lanjutan atau lesi yang berasal dari kulit yang tidak intak

A. Kehilangan bagian dari kulit.

7
Erosi
Depresi permukaan kulit ,basah dan circumscribed,kehilangan sebagian
lapisan epidermis dan biasanya sembuh tanpa scar. contohnya bekas
vesicle atau bullae yang pecah .

Eksoriasi
lesi berupa hilangnya permukaan epidermis, namun lebih dalam dibandingkan
erosi

Ulcer
Adanya depresi kulit ,rounded, irregular .bagian yang melibatkan lapisan
epidermis dan dermis sehingga biasanya sembuh akan menghasilkan scar.
Dan memilki bagian yaitu tepi, dinding dan dasar (terdapat material)

8
Fissure
Hilangnya permukaan kulit secara linear pada epidermis atau sampai
dermis ,bisa kering ataupun lembab .biasanya terjadi di telapak kaki
,tangan dan bibir.

B. Terdapat material diatas kulit


Crust
Pus ,darah, serum dari lesi elevated yang berisi cairan yang telah
mengering dan biasanya bercampur dengan epitel dan debris .untuk
warna bervariasi kuning kecoklatan (krusta serosa), hijau kekuningan
(krusta pustulosa) dan merah kehitaman (krusta sanguinolenta).

9
Scale
Massa dari stratum korneum yang kering dan berminyak, atau bisa juga
berbentuk akumulasi pengelupasan stratum korneum terlihat jelas
.disebabkan karena terlalu cepatnya proses keratinisasi. Ukuran dan warna
bervariasi (abu-abu sampai kuning).
Tipe scale :
Craquele (kulit kering dan pecah pecah )
Exfoliative (berbentuk lembaran )
Follicular (sepertikumpulan keratin ,spines ataupun filament)
Gritty (scale yang berikatan erat satu sama lain dengan tekstur seperti
sandpaper)
Ichthyosiform(seperti sisik ikan )
Keratotic (terdiri dari akumulasi lapisan tanduk (berkeratin).
Lamellar (kelupasan kulitnya besar dan tipis )
Pityriasiform (seperti kulit padi)
Psoriasiform(silvery ,micaceous)
Seborrheic (scale tebal .berminyak ,kuning kecoklatan dan pecah
pecah )
Wickham striae (scale seperti renda berwarna putih )

10
Lichenifikasi
penebalan epidermis karena garukan yang terus menerus, garis kulit
terlihat lebih jelas.

Scar
lesi kulit kasar, yang diakibatkan proses penyembuhan luka yang
melibatkan lapisan dermis (post surgery atau ulkus). Lapisan kulit diganti
oleh jaringan fibrosa.
Ada 3 tipe :
1. eutrofi : tidak menimbul, atau sejajar dengan kulit normal
2. hipertrofi : scar yang menimbul, dan tidak membutuhkan waktu yang
lama dalam prosesnya. Berbeda dengan keloid yang membutuhkan
waktu tahunan dalam pembentukannya.

11
3. Lesi Kulit Tersier/ spesifik/ special
Comedo
Plug sebum pada dilatasi orifice pilosebaceous,terdiri dari 2 jenis yaitu white
dan black. Bisa terdiri dari bakteri propionobacterium acne ,staphylococcus
albus dan pityrosporon ovale.

Burrow
Adanya terowongan kecil yang terlihat jelas membentuk seperti jarring-
jaring biasanya tempat nya parasit ,contohnya
scabies

Teleangiectasea
Dilatasi kapiler yang permanen .ciri-cirinya kulit berwarna merah terang
.Biasanya diakibatkan pemakaian kosmetik yang mengandung steroid.

12
Milia
Kista yang kecil sekali yang terdiri dari keratin yang berlamela .

III. Mikrobiologi

Staphylococcus
Staphylococcus merupakan bakteri gram + berbebtuk bulat, biasanya dalam
rangkaian tak beraturan seperti anggur.Beberapa diantaranya tergolong flora normal
pada kulit dan selaput mukosa manusia, lainnya menyebabakan pernanahan, abscess,
berbagai infeksi pyrogen dan bahkan septicemia.Genus staphylococcus terdiri sekitar
30 spesies. Tiga spesies utamya yang penting dalam klinik adalah :

1. Staphylococcus aureus

Merupakan bentuk koagulase (+), hal ini membedakan dari spesies lain. spesies ini
merupakan pathogen utama manusia, mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit
ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa.

2. Staphylococcus epidermidis

13
Merupakan staphylococcus koagulase (-), flora normal manusia dan kadang-
kadang menimbulkan infeksi, seringkali akibat alat-alat ditanam, khususnya
pasien yang sangat muda, dengan atau fungsi imun yang tergangggu.

3. Staphylococcus saprophyticus

Relative lebih sering menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda.

Morfologi Dan Identifikasi

1. Ciri-ciri

Sel berbentuk bulat dengan garis tengah 1 mikrometer tersusun dalam kelompok yang
tak beratruan. Staphylococcus tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

2. Biakan

- Mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan bakteri dalam


keadaan aerobic atau mikroearofilik

- Tumbuh paling cepat pada suhu 37 derajat celcius

- Koloni dalm perbenihan berbentuk bundar, halus menonjol,


berkilau.

3. Sifat-sifat pertumbuhan

- Staphylococcus menghasillkan katalase yang membedakan dengan


streptococcus. Bakteri ini banyak meragikan karbohidrat dengan lambat,
mengahsilkan asam laktaat tetapi tidak menghasilkan gas. Aktivitas proteolitik
sangat bervariasi untuk setiap rantai.

Staphylococcus relative resisten terhadap pengeriangan, panas (tahan


pada suhu 50 C selama 30 menit), dan terhadap NaCl 9% tetapi mudah
dihambat oleh zat kimia tertentu, misalnya heksaklorofen 3%.

14
Struktur Antigen

- Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat abtigen


yang merupakan substansi penting dalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu
polomer polisakarida yang mengandung subunit subunit yang terangkai, merupakan
eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau
lisozim. Hal ini penting dalam pathogenesis infeksi, zat ini menyebabkan monosit
membuat IL 1 (pirogen endogen) dan antibosi opsonik, dan zat ini juga dapat menjadi
zat penarik (kemoatraktan) untuk leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas
seperti endotoksin, menghasilkan fenomena Shwatzman local dan mengaktifkan
komplemen.

- Asam teikoat, merupakan polimer gliserol atau ribotol fosfat berikatan dengan
peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenic. Protein A, merupakan komponen
dinding sel pada kebanyakan strain S.aureus yang terikat pada fc molekul IgG,
keculai IgG3.

Toksin Dan Enzim

Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang


biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat
ekstrasellular. Beberapa zat ini adalah enzim. Kebanyakan toksin berada di bawah
pengendalian genetic plasmid, beberapa di bawah pengendalian kromosom dan
ekstrakromosom, dan yang lain, mekanisme pengendalian genetiknaya tidak
diketahui.

- Katalase

Staphylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hydrogen peroksida menjadi


air dan oksigen. Tes ini membedakan staphylococcus dan streptococcus.

- Koagulase

S.aureus menghasilkan koagulase. Factor serum bereaksi dengan koagulase untuk


menghasilkan esterase dan menyebabkan aktivitas pembekuan.

15
- Enzim lain

Enzim lain yang dihasilkan antara lain hialuronidase (factor penyebar),


staphylokinase (mengakibatkan fibrinolisis tetapi kerjanya jauh lebih lambat daripada
streptococcus), protease, lipase dan lactamase.

- Eksotoksin

Toksin (hemolisin) adalah protein pathogen yang dapat melisiskan eritrosit, merusak
trombosit dan mungkin identik dengan factor letal dan factor dermonecrotic
eksotoksin, juga bekerja kuat pada otot polos pembuluh darah.

Toksin , merusak sfingomielin dan bersifat racun untuk berbagai jenis sel, termasuk
eritrosit. Toksin-toksin ini dan 2 toksin yang lainnya ( dan ) secara antigenic
berbeda dan tidak punya hubungan dengan lisis pada streptococcus.

- Leukosidin

- Toksin eksfoliatif

- Toksin sindroma syok toksik

- Enterotoksin

Staphylococcus merupakan penyebab penting daalm keracunan makanan,


enterotoksin dihasilkan ketika S.aureus tumbuh pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.

Pathogenesis

- Staphylococcus khususnya S.epidermidis adalah anggota flora normal pada


kulit dan selaput mukosa, saluran nafas dan saluran cerna. 40-50% manusia
merupakan pembawa s. aureus dalam hidungnya.

- Kemampuan patogenik strain S.aureus tertentu merupakan efek gabungan


factor-faktor ekstraselular, toksin-toksin, serta sifat invasive strain itu.

16
- S.aureus yang pathogen dan invasuf cenderung menghasilkan koagulase dan
pigmen kuning dan bersifat hemolitik. Staphylococcus yang non pathogen dan tidak
invasive seperti S.epidemidis cenderung bersifat koagulase (-) dan tidak hemolitik,
organism ini jarang menyebabkan pernanahan tapi dapt menginfeksi prosthesis
ortopedik atau kardiovaskular.

- S.saphrophyticus secara khas tidak berpigmen, resisten terhadap novobiosin,


dan non hemolitik. Bakteri ini menyebabkan UTI pada wanita muda.

Patologi

Prototype lesi staphylococcus adalah furuncle atau abscess setempat lainnya.


Kelompok S.aureus yang tingal dalam folikel rambut menimbulkan nekrosis jaringan
(factor dermonecrosis). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin di sekitar lesi
dan di dalam saluran getah bening, mengakibatkan pembentukan dinding yang
membatasi proses dan diperkuat oleh penumpukan sel radang dan kemudian jaraingan
fibrosis. Di tengah-tengah lesi trjadi pencairan jaringan nekrotik (dibantu oleh
hipersensitivitas tipe lambat) dan abscesss mengarah pada daerah yang daya tahanyya
paling kecil. Setalah cairan di tengah jaraingan nekrotik mengalir keluar, rongga
secara pelan-pelan terisi dengan jaringan granulasi dan akhirnya sembuh.

Tes Diagnosis Laboratorium

Bahan : usapan permukaan nanah, darah, aspirat trakea, cairan spinal untuk
biakan.

Sediaan : ciri khas staphylococcus terlihat pada sediaan apus


nanah atau sputum yang diwarnai.

Biakan : bahan yang ditanam pada lempeng agar darah akan


menghasilkan koloni khas dalam 18 jam pada suhu 37 C, tetapi
hemolisis dan pembentukan pigmen mungkin tidak terjadi sampai
beberapa hari sesudahnya dan akan optimal pada suhu kamar.

17
Tes katalase : setetes larutan hydrogen peroksida diletakkan di atas
kaca objek dan sedikit pertumbuhan bakteri diletakan di atas larutan
tersebut. Pembentukan gelembung udara menujukan tes positif.

Tes koagulase : plasma kelinci atau manusia yang telah diberi sitrat
ada diencerkan 1:5 dicampur denga biakan kaldu yang sama
banyaknya dan kemudian dieramkan pada suhu 37 C. sebagi control,
dalam suatu abung dicampurkan plasma dan kaldu steril, kemudian
dieramkan. Jika terjadi pembekuan dalam waktu 1- 4jam, tes positif.
Semua staphylococcus yang bersifat koagulase positif dianggap
pathogen bagi manusia.

Baktri lain yang dapat menyebabkan skin infection

- Bakteri mycetoma : nocardia, actinomadura, streptomyces

- Mycobacterial infection : M.leprae, M.marinum, M.tubeculosis, M.ulcerans,


M.avium-intracellurae, M.chelonea, M.kansasii.

Staphylococcus Aureus
Morfologi Dan Identifikasi

1. Ciri-ciri

- Anaerobic fakultatif .

- Sel berbentuk bulat dengan garis tengah 1 mikrometer .

- Tersusun dalam kelompok yang tak beraturan seperti anggur.

- Tidak bergerak dan tidak membentuk spora.

2. Biakan

- Mudah tumbuh pada kebanyakan perbenihan bakteri dalam


keadaan aerobic atau mikroearofili.

18
- Membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning.

- Terjadi hemolisis ketika tumbuh pada agar darah.

3. Sifat-sifat pertumbuhan

- Menghasillkan katalase yang membedakan dengan streptococcus.

- Meragikan banyak karbohidrat dengan lambat, mengahsilkan asam


lakat tetapi tidak menghasilkan gas.

- Resisten terhadap pengeriangan, panas (tahan pada suhu 50 C


selama 30 menit), dan terhadap NaCl 9%.

Struktur Antigen

- Mengandung polosakarida dan protein yang bersifat abtigen yang merupakan


substansi penting dalam struktur dinding sel.

- Peptidoglikan, suatu polomer polosakarida yang mengandung subunit subunit


yang terangkai, merupakan eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan
dihancurkan oleh asam kuat atau lisozim. Hal ini penting dalam pathogenesis infeksi,
zat ini menyebabkan monosit membuat IL 1 (pirogen endigen) dan antibosi opsonik,
dan zat ini juga dapat menjadi zat penarik (kemoatraktan) untuk leukosit
ploimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti endotoksi, mengahasilkan fenomena
Shwatzman local dan mengaktifkan komplemen.

- Asam teikoat, merupakan polomer gliserol atau ribotol fosfat berikatan dengan
peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenic.

- Protein A, merupakan komponen dinding sel pada kebanyakan strain S.aureus


yang terikat pada fc molekul IgG, keculai IgG3.

- Mempunyai simpai yang dapat menghambat fagositosis oleh sel PMN,


mempunyai koagulase pada dinding sel, terikat secara nonenzimatik dengan
fibrinogen.

19
Toksin dan Enzim

- Katalase

Staphylococcus menghasilkan katalase, yang mengubah hydrogen peroksida menjadi


air dan oksigen.

- Koagulase

Suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan dplasma yang telah diberi
oksalat atau sitrat dengan suatu bantuan factor yang terdapat dalam banyak serum;
dapat mengndapkan fibrin pada permukaan staphylococcus, mungkin mengubah pola
pemakanan bakteri oleh sel-sel fagosit, dianggap mempunyai potensi menjadi
pathogen yang invasive. S.aureus menghasilkan koagulase. Factor serum bereaksi
dengan koagulase untuk menghasilkan esterase dan menyebabkan aktivitas
pembekuan.

- Enzim lain

Enzim lain yang dihasilkan antara lain hialuronidase (factor penyebar),


staphylokinase (mengakibatkan fibrinolisis), protease, lipase dan lactamase.

- Eksotoksin

Toksin (hemolisin) adalah protein pathogen yang dapat melisiskan eritrosit, merusak
trombosit dan mungkin identik dengan factor letal dan factor dermonecrotic
eksotoksin, juga bekerja kuat pada otot polos pembuluh darah.

Toksin, merusak sfingomielin dan bersifat racun untuk berbagai jenis sel, termasuk
eritrosit. Toksin-toksin ini dan 2 toksin yang lainnya ( dan ) secara antigenic
berbeda dan tidak punya hubungan dengan lisis pada streptococcus.

- Leukosidin

Mematikan sdel darah putih, peranannya dalam pathogenesis tidak jelas.

20
- Toksin eksfoliatif

Deskuamasa menyeluruh pada isndroma lepuh kulit staphylococcus

- Toksin sindroma syok toksik

TSSTI dapat menyebabkan demam, syok dan keterlibatan multisystem

- Enterotoksin

6 toksin (A-F) dihasilkan ketika S. aureus tumbuh pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.

IV. Fisiologi Pain

Nyeri adalah ketidaknyamanan sensoris dan pengalaman emosional yang


berhubungan dengan kerusakan jaringan. Reseptor nyeri disebut dengan nociceptor
dan tersebar banyak di skin, GI, skeletal muscle, bone, joint, artery, head dan heart.
Reseptor ini berespon terhadap rangsangan kimia, mekanik dan suhu.

21
Klasifikasi nyeri adalah

Perbedaan nyeri cepat dan nyeri lambat

Perbedaan nyeri akut dan kronis

22
Nyeri akut terdiri dari nyeri somatic, visceral dan referred.
1. Somatic pain
Berasal dari connective tissue, muscle, bone disebut deep somatic pain
dan yang berasal dari kulit disebut superficial somatic pain. Biasanya
merupakan nyeri tajam, terlokalisasi dan tipe nyeri cepat tetapi bisa juga
bersifat dull, gatal dan tidak terlokalisai.
2. Visceral pain

Merupakan nyeri dari organ dalam dan abdomen, ditransimiskan oleh


symphathetic afferent, tidak terlokalisasi karena nociceptornya sedikit di
struktur visceralnya. Dapat terstimulus oleh stretching dan distention.
Biasanya berhubungan dengan gejala mual, muntah, hipotensi, tidak sadar dan
syok. Biasanya nyerinya menjalar atau referred. Etiologi nyeri ini disebabkan
karena iskemia, stimulus kimia, spasme dan overdistensi dari hollow viscus.
3. Referred pain

Nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi organ yang rusak, biasanya
berasal dari visceral. Hal ini diakibatkan visceral afferent neuron yang
mempersarafi organ viscera dan somatic afferent neuron dari anatomic region
yang berbeda, bersinaps dengan 2nd order neuron pada bagian dorsal horn
spinal cord pada spinal segment yang sama misalnya di T1.
Contoh nyeri adalah, nyeri di shoulder yang berasal dari myocardial
infark, nyeri di back dari pancreas atau renal disease, dan nyeri di right
shoulder dari inflamasi gallbladder.

23
BAB II
CLINICALSCIENCE

I. Pyoderma
Definisi: penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau
infeksi keduanya.
Etiologi: Staphylococcus aureus dan Streptococcus -hemolyticus.
Klasifikasi:
Pioderma primer: infeksi pada kulit normal, disebabkan oleh 1
mikroorganisme
Pioderma sekunder: infeksi pada kulit setelah terkena penyakit kulit lain.
Contoh: dermatitis imetigenisata

Factor predisposisi:
1. Higiene yang kurang

2. Menurunnya daya tahan :

Kekurangan gizi

Anemia

Penyakit kronik

Neoplasma

Diabetes melitus

3. Telah ada penyakit lain di kulit: epidermis rusak sehingga fungsi kulit sebagai
pelindung terganggu yang memudahkan terjadinya infeksi

Pengobatan umum:
1. Penisilin dan semisintetiknya :
Ampisilin : 4 x 500 mg/hr

Amoksisilin : 4 x 500 mg/hr

Golongan obat penisilin resisten- penisilinase:

24
Kloksasilin : 3 x 250 mg/hr
Dikloksasilin : 4 x 125 500 mg/hari
2. Klindamisin : 4 x 150 mg/hr
Efek samping : kolitis pseudomembranosa
3. Eritromisin : 4 x 500 mg/hr
4. Sefalosporin : ex : sefadroksil 2 x 500 - 1000 mg/hr
Antibiotika topikal :
Basitrasin

Neomisin 0,5%

Polimiksin B

Asam fusidat 2%

Mupirosin 2%

Larutan Antiseptik :
Larutan Permanganas Kalikus 1/5.000 1/10.000

Larutan Rivanol 1/1.000

Povidon yodium 7,5 - 10% dilarutkan 10x

Larutan Asam Salisilat 1/1.000

Borwater 3%

Bentuk pyoderma:
1. Impetigo

2. Folikulitis

3. Furunkel / Karbunkel

4. Ektima

5. Pionikia

6. Erisipelas

7. Selulitis

8. Flegmon

25
9. Ulkus piogenik

10. Abses multipel kelenjar keringat

11. Hidraadenitis

12. Staphylococcal scalded skin syndrome

Pionikia
Radang di sekitar kuku oleh piokokus

Etiologi : S. aureus dan atau S. hemolitycus

Klinis : - Riwayat trauma sebelumnya

- Muncul tanda radang di lipat kuku, menjalar ke


matriks & lempeng kuku terbentuk abses
subungual
Terapi : - kompres dgn larutan antiseptik

- antibiotika sistemik
- ekstraksi kuku jika terdapat abses sub-ubgual
Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi pada kelenjar keringat berupa abses multipel, tidak nyeri, berbentuk
kubah

Etiologi : S. aureus

Sering pada anak-anak

Keringat yang banyak menjadi salah satu faktor predisposisi sering


bersama-sama miliaria

Lesi kulit : nodus eritematosa, multipel, tidak nyeri, berbentuk kubah, lama
memecah

Diagnosis banding : furunkulosis

Terapi : antibiotika topikal dan sistemik

Hidradenitis Supurativa
Infeksi kelenjar apokrin

26
Etiologi : S. aureus

Predileksi : daerah banyak kelenjar apokrin (ketiak, perineum)

Klinis :

Mengenai usia akil balik dewasa

Riwayat trauma sebelumnya (keringat, deodoran, rambut ketiak


digunting)

Gejala konstitusi : demam, malese

Lesi kulit : nodus dengan tanda radang, kemudian melunak menjadi


abses pecah fistel

Jika menahun ditemukan abses, fistel, sinus yang multipel

Disertai leukositosis

Diagnosis banding : skrofuloderma

Terapi : antibiotika sistemik, kompres, insisi, eksisi kelenjar apokrin


jika kronik residif

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S)


Sinonim : Dermatitis eksfoliativa neonatorum / Penyakit Ritter von
Rittershain

Etiologi : S. aureus grup II faga 52, 55, 71

Mengenai

Anak < 5 thn ok fungsi ginjal yang belum sempurna untuk


mengeksresikan eksotoksin kuman

Dewasa : kegagalan fungsi ginjal

gangguan imunologik
obat imunosupresif
Klinis :
Demam tinggi

Infeksi sal. nafas atas

27
Lesi kulit : eritema mendadak di muka, leher, ketiak, lipat
pahaa akhirnya seluruh tubuh menyeluruh dalam 24 jam. Dalam 24 - 48 jam
kemudian muncul bula berdinding kendur, tanda Nikolsky (+). Dalam 2-3 hr
kemudian terjadi pengeriputan spontan, pengelupasan kulit erosif

Mengering disertai deskuamasi

Penyembuhan dalam 10 14 hari tanpa sikatrik

Komplikasi : selulitis, pneumonia, septikemia

Laboratorium : bakteriologik dari suumber infeksi (mata, THT)

kuman tidak ditemukan di kulit


Histopatologi : lepuh intraepidermal, celah di stratum
granulosum, nekrosis sel (-)

Diagnosis banding : NET

Terapi : - antibiotika sistemik (kloksasilin, klindamisin, golongan

sefalosforin).
- sufratulle atau antibiotika topikal
Prognosis : kematian bayi ; 1 10% oleh karena

gangguan keseimbangan cairan/elektrolit, sepsis


Terapi : - antibiotika topikal

- sufratulle
Prognosis : kematian bayi ; 1 10% oleh karena
gangguan keseimbangan cairan/elektrolit, sepsis

28
II. IMPETIGO

Impetigo merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus


atau Streptococcus atau keduanya yang terjadi pada lapisan epidermis yang terbagi
menjadi bullous dan non-bullous.
Bullous Non-bullous
Etiologi Staphylococcus aureus - Staphylococcus aureus,
- Streptococcus grup A,
grup B
Usia - Newborn (neonatorum - S. aureus: anak-anak
- Older infants semua usia,
- Streptococcus grup A:
preschool-aged childern
(< 2 tahun)
- Streptococcus grup B:
newborn
Manifestasi Klinis - Tanpa gejala umum, kecuali - Pruritus.
neonatorum demam. - Burning.
- Regional lymphadenopathy. - Kelainan kulit:
- Kelainan kulit: Transient vesicle atau
Progresi cepat vesikel pustule yang cepat
flaccid bullae. berkembang menjadi
Bullae terdiri dari clear krusta plaque yang
yellow fluid dark berwarna seperti madu
yellow & turbid, dengan diameter > 2 cm,
berbatas tegas tanpa eritema.
halo eritematosa. - Lesi painless.
Bullae superficial,
dalam 2-3 hari
ruptur dan kolaps
light-brown s.d golden
yellow crusts.
Predileksi lesi - Ketiak, dada, punggung. - Kulit wajah (terutama
- Neonatorum: seluruh tubuh. nares, mulut).
- Ekstremitas setelah
trauma.

29
Bullous Non-bullous
Lab. exam - Leukositosis. - Leukositosis
- Stain dari eksudat: gram (+) - Gram smear:
cocci in clusters. Streptococcus: gram
- Histologi: pembentukan (+) cocci in chains.
vesikel pada regio Staphylococcus: gram
subcorneal atau granular (+) cocci in clusters.
dalam blister, spongiosis, - Kultur dari weeping area
edema pada papillary atau area di bawah
dermis, infiltrasi limfosit unroofed crust
dan neutrofil sekitar Streptococci atau
pembuluh darah superficial campuran Streptococci
plexus. dan S. aureus.
Differensial diagnosis - Dermatitis kontak, - Dermatitis: seboroik,
- Bullous insect bites, atopik, kontak alergi,
- Bullous tinea, - Epidermal dermatophyte
- Bullous fixed drug reaction, infections,
- Staphylococcal scalded-skin - Tinea capitis,
syndrome, - Herpes simplex,
- Thermal burns, - Varicella,
- Pemphigus vulgaris, - Herpes zoster,
- Bullous pemphigoid, - Scabies,
- Eritema multiform, - Insect bite reaction,
- Dermatitis herpetiformis. - Burns,
- Eritema multiform,
- Pemphigus follaceus,
- Cellulitis,
- Pediculosis capitis.
Treatment - Topikal: - Topikal:
Retapamulin 1% Sabun dan air untuk
ointment, membuang kotoran,
Fusidic acid. krusta, dan debris.
- Sistemik: Ointment: mupirocin,
Dicloxacilin: 250-500 retapamulin 1%.
mg p.o qid atau - Sistemik:
eritromisin: 250-500 Penicilin

30
Bullous Non-bullous
mg p.o qid selama 5-7 I.V (anak: 300.000-
hari. 600.000 unit, dewasa:
Resisten terhadap 1,2 juta unit),
eritromisin: Oral (25.000-100.000
Amoxicillin+clavulanic unit/kg/day q6h
acid: 25 mg/kg/day tid, selama 10 hari).
cephalexin: Eritromisin
40-50 mg/kg/day, Anak:
cefaclor: 20 mg/kg/day 30-50 mg/kg/day p.o
tid, ceprozil 20 mg/kg q6h,
once daily, atau Dewasa: 250-500 mg
clindamycin 15 p.o q6h.
mg/kg/day tid atau qid.
- Good hygiene.

Patogenesis
S. aureus expresses many potential virulence factors:
(1) surface proteins that promote colonization of host tissues;
(2) invasins that promote bacterial spread in tissues (leukocidin, kinases,
hyaluronidase);
(3) surface factors that inhibit phagocytic engulfment (capsule, Protein A);
(4) biochemical properties that enhance their survival in phagocytes (carotenoids,
catalase production);
(5) immunological disguises (Protein A, coagulase);
(6) membrane-damaging toxins that lyse eucaryotic cell membranes (hemolysins,
leukotoxin, leukocidin;
(7) exotoxins that damage host tissues or otherwise provoke symptoms of disease
(SEA-G, TSST, ET); and
(8) inherent and acquired resistance to antimicrobial agents.

31
III. ECTHYMA

Ecthyma merupakan ulkus atau krusta yang disebabkan oleh S. aureus dan/atau
Streptococcus grup A.
- Etiologi: S. aureus dan/atau Streptococcus grup A.
- Manifestasi klinis:
Kelainan kulit
Ulkus: punched-out appearance ketika krusta kotor abu-kekuningan dan
material purulen didebridement. Batas indurated, raised, violaceous,
granulating base memanjang s.d ke dermis.
Krusta tebal berwarna kuning.
Local adenopathy

32
- Predileksi lesi: leg, arms, hands.
- Differensial diagnosis: impetigo krustosa.
- Treatment:
Bersihkan krusta dengan sabun dan air dan dikompres,
Topikal: mupirocin, retapamulin, atau bacitracin ointment,
Sistemik: oral dicloxacillin atau 1st generation cephalosporin.

IV. Follikulitis
Folikulitis merupakan pyoderma yang terjadi pada folikel rambut.
Epidemiologi:
- Terjadi di semua usia
- Perempuan=Laki-laki
- lingkungan panas dan lembab

FR:
- Hot tube/ spa, kolam renang yang tidak menggunakan klorin
- Baju ketat
- Penggunaan atau paparan substansi yang mengiritasi/ memblok folikel rambut
(makeup, butter)
- Luka yang terinfeksi
- Obesitas

Klasifikasi
Bakterial Folliculitis
- Staphylococcus aureus folliculitis
o Periporitis staphylogenes
o Superficial (follicular/ bockhart impetigo)
o Deep (sycosis)
- Pseudomonas aeruginosa folliculitis
- Gram negative folliculitis
- Syphilitic folliculitis
Fungal Folliculitis
- Dermatophytic folliculitis
- Pityrosparum granuloma

33
- Candida folliculitis
Viral Folliculitis
- Herpes simplex virus folliculitis
- Follicular moluscum contangiosum

1. Superficial Folliculitis
Pustul yang kecil, rapuh, berbentuk seperti kubah yang terdapat di infundibulum
(ostium) folikel rambut (sampai epidermis)
Tempat predileksi : Anak : kulit kepala ; Dewasa : janggut, aksila, ekstremitas
dan bokong
2. Deep Folliculitis
Deep folliculitis dengan inflamasi perifolicular yang terjadi di area janggut dan
upper lip. Meluas hingga lapisan subkutan. Lesi berbentuk pustule atau papul
eritema.

V. CELULLITIS
- Suppurative inflammation yang melibatkan jaringan subkutan
- Manifestasi klinis : local eritema dan tenderness, malaise, chilly sensation,
demam, gangrene, abses, severe sepsis

VI. FURUNCLE
Definisi
nodul inflamasi yang dalam (dermis) yang diakibatkan infeksi folikel rambut dan
daerah disekitarnya.
Epidemiologi
children,remaja, dewasa muda
meningkat pada daerah tropis

FR
pekerjaan (outdoor)
chronic carrier s.aureus
pemakaian glukokortikoid jangka panjang
DM , malnutrisi

34
Kemoterapi

Etiologi
Staphylococcus aureus

Patogenesis dan Patofisiologi


Higienitas yang DM Imunitas yang Adanya lesi Hyperhidrosis
buruk rendah kulit lain
Kulit lembab Peningkatan
Tempat mudah Proteksi tubuh Integritas akumulasi
kolonisasi maserasi menurun kulit menurun keringat di
bakteri folikel rambut

Membentuk
sumbatan

Port d entry untuk S. aureus

Kapsul polisakarida menjadi alat untuk menempel pada sel epitel

Release faktor verelensi

Koagulase Toxin Invasi ke folikel


toxin : Exfoliative toxin A & B rambut
membentuk
pori di Degradasi desmoglein Pelepasan sitokin
membrane sel dan kemokin
Pembentukan Desmosome rusak
fibrin di sekitar Rekruitmen PMN
lesi Kerusakan semakin dalam
dan meluas ke sekitarnya Pelepasan TNF-,
IL-1, IL-6
Dermis Inflamasi 1 folikel rambut
semakin dan sekitarnya (furuncle)

35
menebal
(nodul)

Lesi menjadi Stimulasi Vasodilatasi Local Necrotic tisuue


semakin keras nerve ending warnth Supurasi di
dan besar Lesi Eritema bagian tengah lesi
tenderness
Manifestasi klinis
lesi kulit :
predileksi: wajah, leher, bokong, aksila (tempat keluarnya rambut)
karakteristik : lesi keras, nyeri dan eritem dengan bagian tengah terdapat material
berwarna kekuningan (pus) lesi semakin besar dan fluktuasi (abses)
Diagnosis
1. Karakteristik lesi (dermatologi exam)
2. lab: leukositosis (PMN meningkat)
3. gram stain: bakteri garam + (ungu) membentuk kluster
4. kultur di blood agar : koloni keemasan dan terkadang terdapat zona hemolisis
5. tes katalase (+), koagulase (+)

DDx:

1. Hidradenitis suppurativa
2. cystic acne
3. osteomyelitis
4. ruptured epidermal inclusion cyst

Manajemen

1. Antibiotik:
Topikal
Sistemik

Ab Topikal : mupirosin 2%, neomisin (3x1), basitrasin

Ab Sistemik :

36
a. penicilin
ampicillin 4x500 mg/hari PO
amoksilin 4x500 mg/hari PO
b. eritromisin 4x500 mg/hari PO
c. tetraksilin 250-500 mg PO
d. Clindamycin 15 mg/kg/day (3x1)

2. Kompres: NaCl, larutan acid salysilat

Tanda abses (lesi yang fluktuasi) drainase insisi

Komplikasi

1. Recurrent faruncle
2. selulitis
3. endocarditis
4. brain abcess
5. osteomyelitis

Prognosis

Ad Bonam

Prevention :

1. general skin care:


- gunakan sabun antibacterial (4% Chlor hexidine)
- penggunaan handuk terpisah
2. care of clothing

37
VII. CARBUNCLE

Definisi: lesi furuncle yang bersatu dengan infiltrasi yang lebih dalam

Prediklesi: sama dengan furuncle

Karakteristik lesi: ukuran lebih besar, sangat nyeri, merah, multiple pustule dengan
bagian tengah berwarna yellow-gray irregular, fluktuasi

Manifestasi klinis: malaise, demam

VIII. ERISIPELAS

Definisi: superficial selulitis yang melibatkan jaringan dermis (lymphatic vessel)

Etiologi: Streptococcus hemoliticus

Predileksi: tungkai bawah dan didahului trauma

Karakteristik lesi: eritema, merah cerah, batas tegas, nyeri

Manifestasi klinis: demam,malaise

38
BAB III
OTHERS

I. KOMPRES
Definisi
Kompres adalah salah satu pengobatan topikal yang menggunakan cairan berupa
solusio.

Prinsip
Kompres dilakukan dengan cara membasahi kasa atau kain ke dalamobat berbentuk
larutan dan diletakkan diatas lesi yang basah, meradang, dan kulit yang mengeluarkan
darah.

Tujuan kompres yaitu:

1. Membersihkan kulit, menghilangkan kotoran, krusta, skuama, bakteri dan sisa


obat local yang dipakai sebelumnya.
2. Melindungi kulit dari pengaruh buruk lingkungan, baik kimiawi maupun trauma
3. Mempercepat proses epitelisasi dengan cara menciptakan lingkungan yang relatif
steril dan lembab.
4. Mengurangi perasaan gatal dan nyeri karena terjadi penguapan air kompres

Kompres terbuka
Dasar kompres terbuka adalah penguapan larutan kompres disusul oleh absorbsi
eksudat atau pus. Efek pada kulit ialah kulit yang semula eksudatif menjadi kering,
permukaan kulit menjadi dingin, vasokonstriksi, eritem berkurang.
Indikasi
kompres terbuka adalah Dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritem yang
mencolok misalnya erisipelas, ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta, erosi,
kondisi inflamasi akut, luka terbuka dengan darah yang mengalir, dermatosis pruritus,
yang efektif bila diberi bersamaan dengan kortikosteroid topikal, dermatitis infeksi
seperti furunkelosis, selulitis, mengurangi gejala-gejalan inflamasi seperti, gatal dan
panas.

39
Kontra indikasi kompres terbuka adalah pada keadaan dermatosis kering. Efek
samping kompres terbuka adalah kulit menjadi kering. Apabila kulit terlalu kering,
penggunaan kompres dapat dihentikan

Kompres tertutup (kompres impermeable)


Dasar kompres tertutup vasodilatasi, bukan untuk penguapan. Fungsi dari kompres
tertutup adalah menjaga kehangatan kulit, mencegah evaporasi, dapat digunakan
sebagai pengobatan terhadap penyakit selulitis dan abses, dan menyebabkan maserasi
yang merupakan efek yang tidak diinginkan.
Indikasi
kompres tertutup, misalnya limfogranuloma venerium. Indikasi kompres tertutup
lainnya, dapat meningkatkan efek obat topikal seperti kortikosteroid.
Kontra indikasi kompres tertutup adalah pada kulit wajah dan kulit intertriginosa.
Efek samping kompres tertutup adalah dapat mengakibatkan maserasi kulit,
meningkatkan perluasan infeksi, dan folikulitis superfisial. Cara kompres tertutup,
digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeable, misalnya selofan
atau plastic wrap

PROSEDURE
Prosedur kompres terbuka secara umum diantaranya:
1. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman, misalnya diatas tempat tidur.
Tindakan ini dilakukan dengan memakai matras yang dapat mencegah basah.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Sediakan larutan yang dibutuhkan untuk kompres dan tuangkan ke wadah kecil.
4. Bersihkan lesi dari debris dan eksudat yang berlebihan dengan larurtan.
5. Proses kompres tidak harus steril,akan tetapi menggunakan kain kasa yang lembut
(tidak terlalu kasar) atau linen yang lembut seperti sapu tangan.
6. Lembabkan kasa atau kain dengan mencelupkannya ke dalam larutan dan kain
diperas sedikit agar tidak terlalu basah. Kain harus basah, tetapi larutan tidak
boleh menetes. Larutan yang digunakan hangat atau suam-suam kuku.
7. Kasa atau kain basah diletakkan atau dibalutkan di atas lesi selama 10 menit,
balutan jangan terlalu ketat. Balutan dilakukan minimal 6-8 lapis, tujuannya untuk
mencegah terlalu cepatnya proses pendinginan dan pengeringan.

40
8. Biarkan lesi tidak ditutup terlalu ketat agar air dapat terevaporasi ke udara dan
dapat menyejukkan kulit
9. Kompres dibuka dan dilembabkan ulang yang dilakukan setiap 10-15 menit,
selama 30 menit-2 jam, sebanyak 3 kali sehari. Akan tetapi cara ini cukup sulit,
sebagai alternatifnya kompres dapat dibuka setiap 2-3 jam.
10. Setelah kompres dibuka, dapat diberikan lotion, bedak atau pasta. Pada kulit yang
bernanah, pemberian salap dihindari. Ganti dengan kompres baru apabila eksudat
berlebihan.
11. Setiap hari material kompres harus diganti.
12. Apabila area pada kulit yang dikompres luas, maka tidak boleh lebih dari 1/3
bagian tubuh yang dapat dikompres, karena bisa menyebabkan hipotermi.

Kompres tertutup (Polietilen)


Prosedur kompres tertutup secara umum diantaranya:
1. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman, misalnya di atas tempat tidur.
Tindakan ini dilakukan dengan memakai matras yang dapat mencegah basah.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Hilangkan sisik-sisik yang ada di kulit agar obat dapat berpenetrasi dengan baik
ke dalam kulit
4. Bersihkan lesi dengan larutan pembersih, agar dapat meminimalisasi infeksi.
5. Tempelkan kortikosteroid topikal ke bagian lesi
6. Tutup area lesi dengan plastik polietilen atau plastic wrap
7. Kencangkan ikatan untuk menyingkirkan udara
8. Plester ujung-ujung plastik tersebut

JENIS LARUTAN KOMPRES


1. Alumunium asetat atau Burow solution
2. Kalium Permanganat (KMnO4)
3. Normal saline 0,9%
4. Perak nitrat
5. Povidon iodine
6. Asam salisilat
7. Etakridin laktat (rivanol)

41
II. ERITROMISIN

A. Struktur dan Golongan


Eritromisin merupakan golongan makrolid dengan strukktur lakton makrosilik
dimana terdapat satu atau lebih deoxysugar yang menempel.

B. Mekanisme Aksi
Makrolid berikatan secara ireversibel dengan 50s subunit pada ribosom bakteri
yang kemudian menginhibisi sintesis protein pada tahap translokasi. Bersifat
bakteriostatik, namun pada dosis yang lebih tinggi dapat bertindak sebagai
bakterisidal.

C. Spektrum Antibakterial
Dapat digunakan untuk bakteri yang sensitif terhadap Penicilin, pada pasien yang
alergi.
Bakteri yang positif seperti:

D. Farmakokinetik
Eritromisin memiliki waktu paruh 2 jam
Kemudian bentuk aktif eritromisin dikeluarkan bersama bile
Terjadi reabsorpsi parsial dari eritromisin ke sirkulasi enterohepatik
Sementara bentuk inaktif dikeluarkan melalui urin

E. Efek Samping
Gangguan gastrointestinal ; epigastric distress dan cholestatic jaundice
Ototoksisitas

F. Kontraindikasi
Gangguan hepar
Gangguan renal

G. Sediaan dan Dosis


Oral tablet coating 250mg dan 500mg
Dosis untuk 250 mg : 4x1 selama 7-14 hari
Dosis untuk 500mg : 2x1 selama 7-14 hari

42
Mr. Bimo 35 th

Hyperhidrosis Gymnastic D Malnutrisi

Folikel terbuka ketika berkeringat Weak


Immune
Port dentry Staphylococcus Aureus

S.Aureus attach by polisacarida capsul

Release factor virulensi

Enterotoxin Exfoliative toxin &


Leukocidin

Mendegradasi desmoglein Inhibit leukosit

Merusak desmosom Mencegah fagositosis

Kerusakan makin dalam dan luas S.Aureus invasi dan kolonisasi di hair follicle

Single follicular inflamation

Folliculitis

Respons inflamasi Furuncle

Release sitokin Release Kemokin S. Aureus release


koagulase

Bradikinin & PG Histamin Migrasi neutrofil Coagulation fibrin


around lassion
Vasodilatasi Fagositosis & cell
Merangsang
death Stucking
receptor
inflammatory cell at
Blood flow
lession
Supurasi di central
Painfull & burning lession
sensation Redness di Dermis makin
bagian menebal
bokong Abcess aspiration
gram staining (+)
Bigger &
cocci with grape
harder lession
form

43
BHP
1. Edukasi mengenai penyebab penyakit dan treatmentnya
2. Edukasi tentang pemelihaaan kebersihan daerh sekitar furunkel
3. Tingkatkan personal hygiene dan kebersihan lingkungan
4. Ketika berkeringat segera keringkan area yang berkeringat
5. Kontrol diabetes
IIMC
1. Q.S Al-Mudatsir:4
dan pakaianmu bersihkanlah
2. H.R. Tirmidzi
sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal-hal yang suci, Dia
bersih dan menyukai kebersihan, Dia maha mulia dan menyukai kemuliaan,
Dia maha indah dan menyukai keindahan, karena itu bersihknlah tempat-
temptmu

44

Anda mungkin juga menyukai