CASE 8 FURUNCLE
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015/2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
BAB I
BASIC SCIENCE
I. Histologi..................................................................................................................... 1
1. Kulit................................................................................................................... 1
II. Patologi...................................................................................................................... 3
1. Efloresensi ........................................................................................................ 3
III. Mikrobiologi............................................................................................................... 13
1. Staphylococcus.................................................................................................. 13
2. Staphylococcus aureus...................................................................................... 18
IV. Fisiologi..................................................................................................................... 21
1. Pain.................................................................................................................. 21
BAB II
CLINICAL SCIENCE
I. Pyoderma................................................................................................................... 24
II. Impetigo.................................................................................................................... 29
III. Ecthyma................................................................................................................... 32
IV. Folikulitis................................................................................................................. 33
V. Celullitis................................................................................................................... 34
VI. Furuncle................................................................................................................... 34
VII. Carbuncle................................................................................................................ 38
VIII. Erisipelas................................................................................................................. 38
BAB III
OTHERS
I. Kompres.......................................................................................................................... 39
II. Eritromisin....................................................................................................................... 42
PATOMEKANISME................................................................................................................... 43
BHP & IIMC...................................................................................................................... 44
BAB I
BASIC SCIENCE
I. Histologi Kulit
1
banyak aktivitas mitosis. Terdapat melanosit yang
menghasilkan pigmen melanin.
Stratum spinosum
terdiri atas sel-sel kuboid poligonal atau agak gepeng dengan
inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi
berkas filamen. terdapat pula sel-sel langerhans yang
merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu
mengikat, mengolah dan menyajikan antigen kepada limfosit
T. Sel langerhans juga berperan dalam perangsangan sel
limfosit T, sehingga sel ini berperan penting dalam reaksi
imunologi kulit.
Stratum granulosum
ditandai oleh 3-5 lapis sel poligonal gepeng dengan sitoplasma
yang berisi granula basofilik kasar yang disebut granula.
Stratum lusidum
tampak lebih jelas pada kulit tebal, bersifat translusen dan
terdiri atas selapis tipis sel eosinofilik sangat gepeng. Organel
dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma terutama terdiri atas
filamen padat yang berhimpitan dalam matriks kedap elektron.
Stratum korneum
terdiri atas 15-20 lapis sel berkeratin tanpa inti gepeng yang
sitoplasmanya dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen,
yaitu keratin.
1. Stratum corneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum basale sive cylindricum
6. Stratum papillare
7. Stratum reticulare
2
Dermis (dense layer)
Terdapat hair folicle
Sebaceous gland
Afferent nerve
Smooth erector muscle
Terdapat banyak serat saraf dalam dermis dan saraf efektor ke kulit
adalah serat pasca ganglionik dari ganglia simpatis rantai
paravertebral.
Tidak ada persyarafan parasimpatis
Ujung saraf aferen membentuk jalinan superficial dermis dengan
ujung saraf bebas, jalinan folikel rambut, dan persyarafan organ
sensoris bersimpai (meisner dan pacini).
Subkutan
Loose connective tissue & stored fat
Sweat gland
Superficial blood vessels
Lymphatic vessels
Cutaneus nerve
II. Efloresensi
Klasifikasi Lesi
1. Lesi Kulit Primer
lesi yang berasal dari kulit yang intak atau sehat
A. lesi flat , berbatas dan hanya terdapat perubahan warna
Macula
Small flat spot ,dengan ukuran < 0.5 cm ,bisa disebabkan oleh
Hiperpigmentasi, hipopigmentasi, depigmentasi, erythema, purpura,
petechiae, ekimosis,
3
Patch
4
Plaque
Suatu lesi yang terpalpasi dipermukaan kulit , hanya melibatkan
epidermis dengan ukuran > 0.5 cm. .plaque bisa menjadi besar karena
kumpulan dari papule .
Nodule
Lesi yg terpalpasi , yang melibatkan lapisan dermis bentuk bulat
/ellipsoid.memiliki banyak tipe :
Epidermal (contohnya keratoacanthoma ,verruca vulgaris)
Epidermal dermal(contohnya nevi ,malignant melanomas )
Dermal (contohnya granuloma annulare ,dermatofibroma )
Dermal subdermal (contohnya erythema nodosum,
thrombophlebitis)
Subkutan (contohnya lipoma )
Wheal
5
Pembengkakan pada kulit yang,merupakan edema yang dihasilkan oleh
extravasasi plasma dari dinding pembuluh pada bagian atas dermis
.biasanya hilang dalam beberapa menit- jam (sementara) , warnanya
bervariasi .
6
Pustule
lesi yang berisi cairan pus (biasanya sel-sel inflamasi yang nekrosis
7
Erosi
Depresi permukaan kulit ,basah dan circumscribed,kehilangan sebagian
lapisan epidermis dan biasanya sembuh tanpa scar. contohnya bekas
vesicle atau bullae yang pecah .
Eksoriasi
lesi berupa hilangnya permukaan epidermis, namun lebih dalam dibandingkan
erosi
Ulcer
Adanya depresi kulit ,rounded, irregular .bagian yang melibatkan lapisan
epidermis dan dermis sehingga biasanya sembuh akan menghasilkan scar.
Dan memilki bagian yaitu tepi, dinding dan dasar (terdapat material)
8
Fissure
Hilangnya permukaan kulit secara linear pada epidermis atau sampai
dermis ,bisa kering ataupun lembab .biasanya terjadi di telapak kaki
,tangan dan bibir.
9
Scale
Massa dari stratum korneum yang kering dan berminyak, atau bisa juga
berbentuk akumulasi pengelupasan stratum korneum terlihat jelas
.disebabkan karena terlalu cepatnya proses keratinisasi. Ukuran dan warna
bervariasi (abu-abu sampai kuning).
Tipe scale :
Craquele (kulit kering dan pecah pecah )
Exfoliative (berbentuk lembaran )
Follicular (sepertikumpulan keratin ,spines ataupun filament)
Gritty (scale yang berikatan erat satu sama lain dengan tekstur seperti
sandpaper)
Ichthyosiform(seperti sisik ikan )
Keratotic (terdiri dari akumulasi lapisan tanduk (berkeratin).
Lamellar (kelupasan kulitnya besar dan tipis )
Pityriasiform (seperti kulit padi)
Psoriasiform(silvery ,micaceous)
Seborrheic (scale tebal .berminyak ,kuning kecoklatan dan pecah
pecah )
Wickham striae (scale seperti renda berwarna putih )
10
Lichenifikasi
penebalan epidermis karena garukan yang terus menerus, garis kulit
terlihat lebih jelas.
Scar
lesi kulit kasar, yang diakibatkan proses penyembuhan luka yang
melibatkan lapisan dermis (post surgery atau ulkus). Lapisan kulit diganti
oleh jaringan fibrosa.
Ada 3 tipe :
1. eutrofi : tidak menimbul, atau sejajar dengan kulit normal
2. hipertrofi : scar yang menimbul, dan tidak membutuhkan waktu yang
lama dalam prosesnya. Berbeda dengan keloid yang membutuhkan
waktu tahunan dalam pembentukannya.
11
3. Lesi Kulit Tersier/ spesifik/ special
Comedo
Plug sebum pada dilatasi orifice pilosebaceous,terdiri dari 2 jenis yaitu white
dan black. Bisa terdiri dari bakteri propionobacterium acne ,staphylococcus
albus dan pityrosporon ovale.
Burrow
Adanya terowongan kecil yang terlihat jelas membentuk seperti jarring-
jaring biasanya tempat nya parasit ,contohnya
scabies
Teleangiectasea
Dilatasi kapiler yang permanen .ciri-cirinya kulit berwarna merah terang
.Biasanya diakibatkan pemakaian kosmetik yang mengandung steroid.
12
Milia
Kista yang kecil sekali yang terdiri dari keratin yang berlamela .
III. Mikrobiologi
Staphylococcus
Staphylococcus merupakan bakteri gram + berbebtuk bulat, biasanya dalam
rangkaian tak beraturan seperti anggur.Beberapa diantaranya tergolong flora normal
pada kulit dan selaput mukosa manusia, lainnya menyebabakan pernanahan, abscess,
berbagai infeksi pyrogen dan bahkan septicemia.Genus staphylococcus terdiri sekitar
30 spesies. Tiga spesies utamya yang penting dalam klinik adalah :
1. Staphylococcus aureus
Merupakan bentuk koagulase (+), hal ini membedakan dari spesies lain. spesies ini
merupakan pathogen utama manusia, mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit
ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa.
2. Staphylococcus epidermidis
13
Merupakan staphylococcus koagulase (-), flora normal manusia dan kadang-
kadang menimbulkan infeksi, seringkali akibat alat-alat ditanam, khususnya
pasien yang sangat muda, dengan atau fungsi imun yang tergangggu.
3. Staphylococcus saprophyticus
Relative lebih sering menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda.
1. Ciri-ciri
Sel berbentuk bulat dengan garis tengah 1 mikrometer tersusun dalam kelompok yang
tak beratruan. Staphylococcus tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
2. Biakan
3. Sifat-sifat pertumbuhan
14
Struktur Antigen
- Asam teikoat, merupakan polimer gliserol atau ribotol fosfat berikatan dengan
peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenic. Protein A, merupakan komponen
dinding sel pada kebanyakan strain S.aureus yang terikat pada fc molekul IgG,
keculai IgG3.
- Katalase
- Koagulase
15
- Enzim lain
- Eksotoksin
Toksin (hemolisin) adalah protein pathogen yang dapat melisiskan eritrosit, merusak
trombosit dan mungkin identik dengan factor letal dan factor dermonecrotic
eksotoksin, juga bekerja kuat pada otot polos pembuluh darah.
Toksin , merusak sfingomielin dan bersifat racun untuk berbagai jenis sel, termasuk
eritrosit. Toksin-toksin ini dan 2 toksin yang lainnya ( dan ) secara antigenic
berbeda dan tidak punya hubungan dengan lisis pada streptococcus.
- Leukosidin
- Toksin eksfoliatif
- Enterotoksin
Pathogenesis
16
- S.aureus yang pathogen dan invasuf cenderung menghasilkan koagulase dan
pigmen kuning dan bersifat hemolitik. Staphylococcus yang non pathogen dan tidak
invasive seperti S.epidemidis cenderung bersifat koagulase (-) dan tidak hemolitik,
organism ini jarang menyebabkan pernanahan tapi dapt menginfeksi prosthesis
ortopedik atau kardiovaskular.
Patologi
Bahan : usapan permukaan nanah, darah, aspirat trakea, cairan spinal untuk
biakan.
17
Tes katalase : setetes larutan hydrogen peroksida diletakkan di atas
kaca objek dan sedikit pertumbuhan bakteri diletakan di atas larutan
tersebut. Pembentukan gelembung udara menujukan tes positif.
Tes koagulase : plasma kelinci atau manusia yang telah diberi sitrat
ada diencerkan 1:5 dicampur denga biakan kaldu yang sama
banyaknya dan kemudian dieramkan pada suhu 37 C. sebagi control,
dalam suatu abung dicampurkan plasma dan kaldu steril, kemudian
dieramkan. Jika terjadi pembekuan dalam waktu 1- 4jam, tes positif.
Semua staphylococcus yang bersifat koagulase positif dianggap
pathogen bagi manusia.
Staphylococcus Aureus
Morfologi Dan Identifikasi
1. Ciri-ciri
- Anaerobic fakultatif .
2. Biakan
18
- Membentuk koloni berwarna abu-abu sampai kuning.
3. Sifat-sifat pertumbuhan
Struktur Antigen
- Asam teikoat, merupakan polomer gliserol atau ribotol fosfat berikatan dengan
peptidoglikan dan menjadi bersifat antigenic.
19
Toksin dan Enzim
- Katalase
- Koagulase
Suatu protein mirip enzim yang dapat menggumpalkan dplasma yang telah diberi
oksalat atau sitrat dengan suatu bantuan factor yang terdapat dalam banyak serum;
dapat mengndapkan fibrin pada permukaan staphylococcus, mungkin mengubah pola
pemakanan bakteri oleh sel-sel fagosit, dianggap mempunyai potensi menjadi
pathogen yang invasive. S.aureus menghasilkan koagulase. Factor serum bereaksi
dengan koagulase untuk menghasilkan esterase dan menyebabkan aktivitas
pembekuan.
- Enzim lain
- Eksotoksin
Toksin (hemolisin) adalah protein pathogen yang dapat melisiskan eritrosit, merusak
trombosit dan mungkin identik dengan factor letal dan factor dermonecrotic
eksotoksin, juga bekerja kuat pada otot polos pembuluh darah.
Toksin, merusak sfingomielin dan bersifat racun untuk berbagai jenis sel, termasuk
eritrosit. Toksin-toksin ini dan 2 toksin yang lainnya ( dan ) secara antigenic
berbeda dan tidak punya hubungan dengan lisis pada streptococcus.
- Leukosidin
20
- Toksin eksfoliatif
- Enterotoksin
6 toksin (A-F) dihasilkan ketika S. aureus tumbuh pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.
21
Klasifikasi nyeri adalah
22
Nyeri akut terdiri dari nyeri somatic, visceral dan referred.
1. Somatic pain
Berasal dari connective tissue, muscle, bone disebut deep somatic pain
dan yang berasal dari kulit disebut superficial somatic pain. Biasanya
merupakan nyeri tajam, terlokalisasi dan tipe nyeri cepat tetapi bisa juga
bersifat dull, gatal dan tidak terlokalisai.
2. Visceral pain
Nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi organ yang rusak, biasanya
berasal dari visceral. Hal ini diakibatkan visceral afferent neuron yang
mempersarafi organ viscera dan somatic afferent neuron dari anatomic region
yang berbeda, bersinaps dengan 2nd order neuron pada bagian dorsal horn
spinal cord pada spinal segment yang sama misalnya di T1.
Contoh nyeri adalah, nyeri di shoulder yang berasal dari myocardial
infark, nyeri di back dari pancreas atau renal disease, dan nyeri di right
shoulder dari inflamasi gallbladder.
23
BAB II
CLINICALSCIENCE
I. Pyoderma
Definisi: penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau
infeksi keduanya.
Etiologi: Staphylococcus aureus dan Streptococcus -hemolyticus.
Klasifikasi:
Pioderma primer: infeksi pada kulit normal, disebabkan oleh 1
mikroorganisme
Pioderma sekunder: infeksi pada kulit setelah terkena penyakit kulit lain.
Contoh: dermatitis imetigenisata
Factor predisposisi:
1. Higiene yang kurang
Kekurangan gizi
Anemia
Penyakit kronik
Neoplasma
Diabetes melitus
3. Telah ada penyakit lain di kulit: epidermis rusak sehingga fungsi kulit sebagai
pelindung terganggu yang memudahkan terjadinya infeksi
Pengobatan umum:
1. Penisilin dan semisintetiknya :
Ampisilin : 4 x 500 mg/hr
24
Kloksasilin : 3 x 250 mg/hr
Dikloksasilin : 4 x 125 500 mg/hari
2. Klindamisin : 4 x 150 mg/hr
Efek samping : kolitis pseudomembranosa
3. Eritromisin : 4 x 500 mg/hr
4. Sefalosporin : ex : sefadroksil 2 x 500 - 1000 mg/hr
Antibiotika topikal :
Basitrasin
Neomisin 0,5%
Polimiksin B
Asam fusidat 2%
Mupirosin 2%
Larutan Antiseptik :
Larutan Permanganas Kalikus 1/5.000 1/10.000
Borwater 3%
Bentuk pyoderma:
1. Impetigo
2. Folikulitis
3. Furunkel / Karbunkel
4. Ektima
5. Pionikia
6. Erisipelas
7. Selulitis
8. Flegmon
25
9. Ulkus piogenik
11. Hidraadenitis
Pionikia
Radang di sekitar kuku oleh piokokus
- antibiotika sistemik
- ekstraksi kuku jika terdapat abses sub-ubgual
Abses Multipel Kelenjar Keringat
Infeksi pada kelenjar keringat berupa abses multipel, tidak nyeri, berbentuk
kubah
Etiologi : S. aureus
Lesi kulit : nodus eritematosa, multipel, tidak nyeri, berbentuk kubah, lama
memecah
Hidradenitis Supurativa
Infeksi kelenjar apokrin
26
Etiologi : S. aureus
Klinis :
Disertai leukositosis
Mengenai
gangguan imunologik
obat imunosupresif
Klinis :
Demam tinggi
27
Lesi kulit : eritema mendadak di muka, leher, ketiak, lipat
pahaa akhirnya seluruh tubuh menyeluruh dalam 24 jam. Dalam 24 - 48 jam
kemudian muncul bula berdinding kendur, tanda Nikolsky (+). Dalam 2-3 hr
kemudian terjadi pengeriputan spontan, pengelupasan kulit erosif
sefalosforin).
- sufratulle atau antibiotika topikal
Prognosis : kematian bayi ; 1 10% oleh karena
- sufratulle
Prognosis : kematian bayi ; 1 10% oleh karena
gangguan keseimbangan cairan/elektrolit, sepsis
28
II. IMPETIGO
29
Bullous Non-bullous
Lab. exam - Leukositosis. - Leukositosis
- Stain dari eksudat: gram (+) - Gram smear:
cocci in clusters. Streptococcus: gram
- Histologi: pembentukan (+) cocci in chains.
vesikel pada regio Staphylococcus: gram
subcorneal atau granular (+) cocci in clusters.
dalam blister, spongiosis, - Kultur dari weeping area
edema pada papillary atau area di bawah
dermis, infiltrasi limfosit unroofed crust
dan neutrofil sekitar Streptococci atau
pembuluh darah superficial campuran Streptococci
plexus. dan S. aureus.
Differensial diagnosis - Dermatitis kontak, - Dermatitis: seboroik,
- Bullous insect bites, atopik, kontak alergi,
- Bullous tinea, - Epidermal dermatophyte
- Bullous fixed drug reaction, infections,
- Staphylococcal scalded-skin - Tinea capitis,
syndrome, - Herpes simplex,
- Thermal burns, - Varicella,
- Pemphigus vulgaris, - Herpes zoster,
- Bullous pemphigoid, - Scabies,
- Eritema multiform, - Insect bite reaction,
- Dermatitis herpetiformis. - Burns,
- Eritema multiform,
- Pemphigus follaceus,
- Cellulitis,
- Pediculosis capitis.
Treatment - Topikal: - Topikal:
Retapamulin 1% Sabun dan air untuk
ointment, membuang kotoran,
Fusidic acid. krusta, dan debris.
- Sistemik: Ointment: mupirocin,
Dicloxacilin: 250-500 retapamulin 1%.
mg p.o qid atau - Sistemik:
eritromisin: 250-500 Penicilin
30
Bullous Non-bullous
mg p.o qid selama 5-7 I.V (anak: 300.000-
hari. 600.000 unit, dewasa:
Resisten terhadap 1,2 juta unit),
eritromisin: Oral (25.000-100.000
Amoxicillin+clavulanic unit/kg/day q6h
acid: 25 mg/kg/day tid, selama 10 hari).
cephalexin: Eritromisin
40-50 mg/kg/day, Anak:
cefaclor: 20 mg/kg/day 30-50 mg/kg/day p.o
tid, ceprozil 20 mg/kg q6h,
once daily, atau Dewasa: 250-500 mg
clindamycin 15 p.o q6h.
mg/kg/day tid atau qid.
- Good hygiene.
Patogenesis
S. aureus expresses many potential virulence factors:
(1) surface proteins that promote colonization of host tissues;
(2) invasins that promote bacterial spread in tissues (leukocidin, kinases,
hyaluronidase);
(3) surface factors that inhibit phagocytic engulfment (capsule, Protein A);
(4) biochemical properties that enhance their survival in phagocytes (carotenoids,
catalase production);
(5) immunological disguises (Protein A, coagulase);
(6) membrane-damaging toxins that lyse eucaryotic cell membranes (hemolysins,
leukotoxin, leukocidin;
(7) exotoxins that damage host tissues or otherwise provoke symptoms of disease
(SEA-G, TSST, ET); and
(8) inherent and acquired resistance to antimicrobial agents.
31
III. ECTHYMA
Ecthyma merupakan ulkus atau krusta yang disebabkan oleh S. aureus dan/atau
Streptococcus grup A.
- Etiologi: S. aureus dan/atau Streptococcus grup A.
- Manifestasi klinis:
Kelainan kulit
Ulkus: punched-out appearance ketika krusta kotor abu-kekuningan dan
material purulen didebridement. Batas indurated, raised, violaceous,
granulating base memanjang s.d ke dermis.
Krusta tebal berwarna kuning.
Local adenopathy
32
- Predileksi lesi: leg, arms, hands.
- Differensial diagnosis: impetigo krustosa.
- Treatment:
Bersihkan krusta dengan sabun dan air dan dikompres,
Topikal: mupirocin, retapamulin, atau bacitracin ointment,
Sistemik: oral dicloxacillin atau 1st generation cephalosporin.
IV. Follikulitis
Folikulitis merupakan pyoderma yang terjadi pada folikel rambut.
Epidemiologi:
- Terjadi di semua usia
- Perempuan=Laki-laki
- lingkungan panas dan lembab
FR:
- Hot tube/ spa, kolam renang yang tidak menggunakan klorin
- Baju ketat
- Penggunaan atau paparan substansi yang mengiritasi/ memblok folikel rambut
(makeup, butter)
- Luka yang terinfeksi
- Obesitas
Klasifikasi
Bakterial Folliculitis
- Staphylococcus aureus folliculitis
o Periporitis staphylogenes
o Superficial (follicular/ bockhart impetigo)
o Deep (sycosis)
- Pseudomonas aeruginosa folliculitis
- Gram negative folliculitis
- Syphilitic folliculitis
Fungal Folliculitis
- Dermatophytic folliculitis
- Pityrosparum granuloma
33
- Candida folliculitis
Viral Folliculitis
- Herpes simplex virus folliculitis
- Follicular moluscum contangiosum
1. Superficial Folliculitis
Pustul yang kecil, rapuh, berbentuk seperti kubah yang terdapat di infundibulum
(ostium) folikel rambut (sampai epidermis)
Tempat predileksi : Anak : kulit kepala ; Dewasa : janggut, aksila, ekstremitas
dan bokong
2. Deep Folliculitis
Deep folliculitis dengan inflamasi perifolicular yang terjadi di area janggut dan
upper lip. Meluas hingga lapisan subkutan. Lesi berbentuk pustule atau papul
eritema.
V. CELULLITIS
- Suppurative inflammation yang melibatkan jaringan subkutan
- Manifestasi klinis : local eritema dan tenderness, malaise, chilly sensation,
demam, gangrene, abses, severe sepsis
VI. FURUNCLE
Definisi
nodul inflamasi yang dalam (dermis) yang diakibatkan infeksi folikel rambut dan
daerah disekitarnya.
Epidemiologi
children,remaja, dewasa muda
meningkat pada daerah tropis
FR
pekerjaan (outdoor)
chronic carrier s.aureus
pemakaian glukokortikoid jangka panjang
DM , malnutrisi
34
Kemoterapi
Etiologi
Staphylococcus aureus
Membentuk
sumbatan
35
menebal
(nodul)
DDx:
1. Hidradenitis suppurativa
2. cystic acne
3. osteomyelitis
4. ruptured epidermal inclusion cyst
Manajemen
1. Antibiotik:
Topikal
Sistemik
Ab Sistemik :
36
a. penicilin
ampicillin 4x500 mg/hari PO
amoksilin 4x500 mg/hari PO
b. eritromisin 4x500 mg/hari PO
c. tetraksilin 250-500 mg PO
d. Clindamycin 15 mg/kg/day (3x1)
Komplikasi
1. Recurrent faruncle
2. selulitis
3. endocarditis
4. brain abcess
5. osteomyelitis
Prognosis
Ad Bonam
Prevention :
37
VII. CARBUNCLE
Definisi: lesi furuncle yang bersatu dengan infiltrasi yang lebih dalam
Karakteristik lesi: ukuran lebih besar, sangat nyeri, merah, multiple pustule dengan
bagian tengah berwarna yellow-gray irregular, fluktuasi
VIII. ERISIPELAS
38
BAB III
OTHERS
I. KOMPRES
Definisi
Kompres adalah salah satu pengobatan topikal yang menggunakan cairan berupa
solusio.
Prinsip
Kompres dilakukan dengan cara membasahi kasa atau kain ke dalamobat berbentuk
larutan dan diletakkan diatas lesi yang basah, meradang, dan kulit yang mengeluarkan
darah.
Kompres terbuka
Dasar kompres terbuka adalah penguapan larutan kompres disusul oleh absorbsi
eksudat atau pus. Efek pada kulit ialah kulit yang semula eksudatif menjadi kering,
permukaan kulit menjadi dingin, vasokonstriksi, eritem berkurang.
Indikasi
kompres terbuka adalah Dermatosis madidans, infeksi kulit dengan eritem yang
mencolok misalnya erisipelas, ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta, erosi,
kondisi inflamasi akut, luka terbuka dengan darah yang mengalir, dermatosis pruritus,
yang efektif bila diberi bersamaan dengan kortikosteroid topikal, dermatitis infeksi
seperti furunkelosis, selulitis, mengurangi gejala-gejalan inflamasi seperti, gatal dan
panas.
39
Kontra indikasi kompres terbuka adalah pada keadaan dermatosis kering. Efek
samping kompres terbuka adalah kulit menjadi kering. Apabila kulit terlalu kering,
penggunaan kompres dapat dihentikan
PROSEDURE
Prosedur kompres terbuka secara umum diantaranya:
1. Pasien harus berada dalam posisi yang nyaman, misalnya diatas tempat tidur.
Tindakan ini dilakukan dengan memakai matras yang dapat mencegah basah.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Sediakan larutan yang dibutuhkan untuk kompres dan tuangkan ke wadah kecil.
4. Bersihkan lesi dari debris dan eksudat yang berlebihan dengan larurtan.
5. Proses kompres tidak harus steril,akan tetapi menggunakan kain kasa yang lembut
(tidak terlalu kasar) atau linen yang lembut seperti sapu tangan.
6. Lembabkan kasa atau kain dengan mencelupkannya ke dalam larutan dan kain
diperas sedikit agar tidak terlalu basah. Kain harus basah, tetapi larutan tidak
boleh menetes. Larutan yang digunakan hangat atau suam-suam kuku.
7. Kasa atau kain basah diletakkan atau dibalutkan di atas lesi selama 10 menit,
balutan jangan terlalu ketat. Balutan dilakukan minimal 6-8 lapis, tujuannya untuk
mencegah terlalu cepatnya proses pendinginan dan pengeringan.
40
8. Biarkan lesi tidak ditutup terlalu ketat agar air dapat terevaporasi ke udara dan
dapat menyejukkan kulit
9. Kompres dibuka dan dilembabkan ulang yang dilakukan setiap 10-15 menit,
selama 30 menit-2 jam, sebanyak 3 kali sehari. Akan tetapi cara ini cukup sulit,
sebagai alternatifnya kompres dapat dibuka setiap 2-3 jam.
10. Setelah kompres dibuka, dapat diberikan lotion, bedak atau pasta. Pada kulit yang
bernanah, pemberian salap dihindari. Ganti dengan kompres baru apabila eksudat
berlebihan.
11. Setiap hari material kompres harus diganti.
12. Apabila area pada kulit yang dikompres luas, maka tidak boleh lebih dari 1/3
bagian tubuh yang dapat dikompres, karena bisa menyebabkan hipotermi.
41
II. ERITROMISIN
B. Mekanisme Aksi
Makrolid berikatan secara ireversibel dengan 50s subunit pada ribosom bakteri
yang kemudian menginhibisi sintesis protein pada tahap translokasi. Bersifat
bakteriostatik, namun pada dosis yang lebih tinggi dapat bertindak sebagai
bakterisidal.
C. Spektrum Antibakterial
Dapat digunakan untuk bakteri yang sensitif terhadap Penicilin, pada pasien yang
alergi.
Bakteri yang positif seperti:
D. Farmakokinetik
Eritromisin memiliki waktu paruh 2 jam
Kemudian bentuk aktif eritromisin dikeluarkan bersama bile
Terjadi reabsorpsi parsial dari eritromisin ke sirkulasi enterohepatik
Sementara bentuk inaktif dikeluarkan melalui urin
E. Efek Samping
Gangguan gastrointestinal ; epigastric distress dan cholestatic jaundice
Ototoksisitas
F. Kontraindikasi
Gangguan hepar
Gangguan renal
42
Mr. Bimo 35 th
Kerusakan makin dalam dan luas S.Aureus invasi dan kolonisasi di hair follicle
Folliculitis
43
BHP
1. Edukasi mengenai penyebab penyakit dan treatmentnya
2. Edukasi tentang pemelihaaan kebersihan daerh sekitar furunkel
3. Tingkatkan personal hygiene dan kebersihan lingkungan
4. Ketika berkeringat segera keringkan area yang berkeringat
5. Kontrol diabetes
IIMC
1. Q.S Al-Mudatsir:4
dan pakaianmu bersihkanlah
2. H.R. Tirmidzi
sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal-hal yang suci, Dia
bersih dan menyukai kebersihan, Dia maha mulia dan menyukai kemuliaan,
Dia maha indah dan menyukai keindahan, karena itu bersihknlah tempat-
temptmu
44