Anda di halaman 1dari 40

Laporan Tutorial Skenario IV

Blok Kuratif dan Rehabilitatif I


PENCABUTAN GIGI PADA ANAK

Kelompok X

Ketua : Devita Titania Nindy (151610101084)


Scriber Papan : Nurafifa Dwi Putri I. (151610101079)
Scriber Meja : Karin Pinta Aulia (151610101085)
Anggota : Moch. Bahrul Ulum (151610101080)
Auridho Parsetyo P. (151610101081)
Luaily Rizqon Amalina (151610101082)
Ginanjar Hidayatullah (151610101078)
Nurina Dyah A. (151610101083)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk dapat menyusun laporan hasil tutorial skenario 4 yang
berjudul Penvabutan Gigi Pada Anak. Pembuatan makalah ini didasarkan pada hasil
pelaksanaan tutorial yang menggunakan metode seven jump. Laporan ini disusun untuk
memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok X pada skenario kelima.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. drg. DYAH SETYORINI, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok X Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih mengandung banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sehingga dapat
digunakan untuk menyempurnakan laporan berikutnya. Yang terakhir semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Jember, September 2017

Tim Penyusun

2
STEP 1

UNFAMMILIAR WORD

1. Bifurkasi Perforasi : Adanya suatu perforasi yang telah mencapai daerah bifurkasi,
suatu lubang yang mencapai ujung percabangan dari akar gigi.
2. Bahan anastetikum topikal : suatu bahan yang digunakan yang hanya diberikan
pada permukaan mukosa dapat berupa gel/spray. Mempunyai target 2mm dibawah
stratum korneum.
3. Injeksi anastesi infiltrasi : teknik anastesi pada sekitar targetnya agar tidak merasakan
sakit pada daerah tersebut.

3
STEP 2
Rumusan Masalah
1. Apa diagnosa dari skenario tersebut?
2. Indikasi dan kontraindikasi pada gigi sulung?
3. Apa yang membedakan pencabutan gigi pada anak dengan pencabutan gigi pada
dewasa?
4. Bagaimana tata laksana injeksi anstesi infiltrasi dan bahan anastetikum yang
digunakan?
5. Teknik dan alat apa saja yang digunakan?
6. Komplikasi yang mungkin terjadi pascapencabutan?
7. Sediaan resep yang sesuai dengan skenario?
8. Perawatan pasca pencabutan gigi tersebut?

Jawaban Rumusan Masalah


1. Diagnosa pada skenario adalah gangren pulpa, ditandai dengan pemeriksaan klinis
adanya infeksi yang telah mencapai apikal
2. Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi
1.Natal tooth/neonatal tooth
Natal tooth : gigi erupsi sebelum lahir
Neonatal tooth : gigi erupsi setelah 1 bulan lahir dan biasanya gigi:
Mobiliti
Dapat mengiritasi : menyebabkan ulserasi pada lidah
Mengganggu untuk menyusui
2. Gigi dengan karies luas, karies mencapai bifurkasi dan tidak dapat direstorasi
sebaiknya dilakukan pencabutan. Kemudian dibuatkan space maintainer.
3. Infeksi di periapikal atau di interradikular dan tidak dapat disembuhkan kecuali
dengan pencabutan.
4
4. Gigi yang sudah waktunya tanggal dengan catatan bahwa penggantinya sudah
mau erupsi.
5. Gigi sulung yang persistensi
6. Gigi sulung yang mengalami impacted, karena dapat menghalangi pertumbuhan
gigi tetap.
7. Gigi yang mengalami ulkus dekubitus
8. Untuk perawatan ortodonsi
9. Supernumerary tooth.
10. Gigi penyebab abses dentoalveolar

Kontraindikasi

1. Anak yang sedang menderita infeksi akut di mulutnya. Misalnya akut infektions
stomatitis, herpetik stomatitis. Infeksi ini disembuhkan dahulu baru dilakukan
pencabutan.
2. Blood dyscrasia atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi
dengan dokter ahli tentang penyakit darah.
3. Pada penderita penyakit jantung.
Misalnya : Congenital heart disease, rheumatic heart disease yang akut.kronis,
penyakit ginjal/kidney disease.
4. Pada penyakit sistemik yang akut pada saat tersebut resistensi tubuh lebih rendah
dan dapat menyebabkan infeksi sekunder.
5. Adanya tumor yang ganas, karena dengan pencabutan tersebut dapat menyebabkan
metastase.
6. Pada penderita Diabetes Mellitus (DM), tidaklah mutlak kontra indikasi. Jadi ada
kalanya pada penyakit DM ini boleh dilakukan pencabutan tetapi haruslah lebih
dahulu mengadakan konsultasi dengan dokter yang merawat pasien tersebut atau
konsultasi ke bagian internist. Pencabutan pada penderita DM
menyebabkan :
- Penyembuhan lukanya agak sukar.
- Kemungkinan besar terjadi sakit setelah pencabutan
- Bisa terjadi perdarahan berulang kali.
7. Irradiated bone
Pada penderita yang sedang mendapat terapi penyinaran.
5
3. Pencabutan gigi sulung dan permanet pada halnya sama yang membedakan adalah
alat yang digunakan tang (forcep) lebih kecil dibandingkan tang pada gigi
permanent, dosis anastesi yang diberikan juga berbeda dengan pencabutan gigi pada
dewasa serta adanya inform concern yang harus disetjui pleh orangtua pda
pencabutan gigi anak.

4. Tata Laksana dan bahan injeksi infiltrasi

Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine
(adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan utama
(kecuali bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan
dengan adrenalin. Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.

. 1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva


dengan rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan
menggunakan cotton pellet kecil.

2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan
bevel jarum menjauhi gigi

3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di
depan jarum Injeksi intra ligamen pada anak.

4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar
biasanya kira kira 2 mm

5. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan
pada penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak
dirasakan, jarum mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan
mengalir ke dalam mulut.

6. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml.

7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.

8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi
dianjurkan bahwa tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.

6
9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain,
walaupun sedikit sekali larutan yang digunakan.

5. Teknik dan Alat yang digunakan saat pencabutan

Teknik pencabutan tidak berbeda dengan orang dewasa. Karena pada anak-anak
ukuran gigi dan mulut lebih kecil dan tidak memerlukan tenaga yang besar, maka bentuk tang
ekstraksi lebih kecil ukurannya. Harus diingat juga bentuk akar gigi sulung yang menyebar
dan kadang-kadang resorpsinya tidak beraturan dan adanya benih gigi permanen yang ada di
bawah akar gigi sulung. Seperti juga orang dewasa, pada waktu melakukan pencabutan perlu
dilakukan fiksasi rahangnya dengan tangan kiri. Jika resorpsi akar telah banyak, maka
pencabutan sangat mudah, tetapi jika resorpsi sedikit terutama gigi molar pencabutan
mungkin sulit dilakukan, apalagi bila terhalang benig gigi permanendi bawahnya.

Untuk gigi sulung berakar tunggal : Gerakan rotasi dengan satu jurusan diikuti
dengan gerakan ekstraksi (penarikan).

Untuk gigi berakar ganda : Gerakan untuk melakukan pencabutan adalah gerakan
luksasi pelan-pelan juga. Gerakan luksasi ini ke arah bukal dan ke arah palatal, diulang dan
juga harus hati-hati.

6. Komplikasi pasca pencabutan

Fraktur Akar Untuk menghindari terjadinya fraktur tulang akar gigi sulung, perlu
teknik yang baik dan hati-hati waktu melakukan pencabutan.

Cara mengatasinya :

Kalau terlihat, sedapat mungkin dikeluarkan dengan tang khusus untuk radiks atau
bein dan harus dikerjakan dengan hati-hati. Kalau tidak terlihat/ragu-ragu, sebaiknya
dibuat ronsen foto dahulu untuk melihat posisi sisa akar terhadap beih gigi tetapnya.
Dari ronsen foto bila ternyata jauh dari benih gigi tetap, dapat diambil segera dengan
pedoman ronsen foto tersebut.

Tetapi bila dekat benih yang mungkin pada waktu pengambilan dapat mengenai benih
gigi permanen akan sisa akar gigi sulung tersebut dapat ditinggalkan, tetapi selalu
dilakukan pengawasan berkala (observasi) terhadap sisa akar tersebut secara klinis

7
dan radiografis. Kalau sekiranya akar tersebut dapat dikeluarkan maka harus segera
dikeluarkan sebelum gigi tetapnya erupsi, karena dikwatirkan sisa akar tersebut akan
terjepit diantara gigi-gigi tetap. Kemungkinan lain akar gigi tertinggal akan diresorpsi.

Dry Socket
Komplikasi ini jarang terjadi karena vaskularisasinya pada anak cukup baik. Apabila
ini terjadi di bawah umur 10 tahun mungkin ada gangguan secara sistemik seperti
pada penderita anemia, defisiensi vitamin, gangguan nutrisi dsb atau adanya infeksi.

7. Sediaan resep

Sediaan resep yang digunakan adalah ibunoprofen tiap 6-8 jam paracetamol tab 1-2
tiap4-6 jam dan vitamin C dan B komplek.

8. perawatan pasca pencabutan berupa edukasi dan instruksi, instruksi dijelaskan kepada
orang tua agar tidak makan makanan keras terlebih dahulu, jangan terlalu sering membuang
ludah dan menggantu tampon ketika sudah penuh.

STEP 4

Mapping

GANGREN PULPA

Faktor pertimbangan
pencabutan

Tata laksana pencabutan


(macam dan teknik)

8
9
STEP 5

LEARNING OBJECTS

1. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami anamnesa yang diperlukan dan indikasi.
2. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami alat dan bahan anastesi dan pencabutan
pada anak.
3. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami teknik anastesi dan pencabutan pada
anak.
4. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami penatalaksanaan.
5. Mahasiswa mampu mengkaji dan memahami komplikasi pasca perawatan.

10
STEP 6

BRAINS STORMING

LO 1. Anamnesa yang diperlukan dan indikasi.

Anamnesa merupakan suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu


percakapan antara dokter dengan pasien secara langsung atau tidak langsung.

A. Social History

1. - Nama (termasuk nama singkat atau nama kecil)

- Alamat

- Sekolah

Dokter gigi harus memanggil dengan nama yang disukainya agar tercipta hubungan
yang lebih akrab antara pasien anak dan dokter gigi.

Jawaban yang diberikan segera memberi petunjuk terhadap karakter dan pikiran anak.
Jika ia dapat menjawab dengan mudah dan bersahabat hal itu menunjukkan bahwa ia senang
dan santai. Tetapi jika ia menolak atau bahkan tidak menjawab sama sekali, itu menunjukkan
bahwa ia malu, cemas, atau melawan.

2. -Saudara laki-laki atau perempuan

-Binatang peliharaan

-Kegiatan yang disukai di rumah atau sekolah

Pertanyaan sederhana tentang rumah dan sekolah adaah cara umum untuk
berkomunikasi dengan anak. Selain itu jawabannya dapat menggali lebih jauh minat dan
lingkungan rumah anak.

3. Pekerjaan Ibu

Yang paling sering terjadi, ibulah yang membawa anak pada kunjungan pertama ke
dokter gigi. Bila ada kesulitan mengantar anak ke dokter gigi karena pekerjaan ibu maka
harus dipertimbangkan pada rencana perawatan berikutnya, khususnya bila diperlukan
perawatan yang lama.

11
4. Pekerjaan Ayah

Untuk menggolongkan keluarga menurut status sosial, berdasar pada pekerjaan ayah.
Dengan mengetahui pekerjaan ayah yang mana berperan sebagai kepala keluarga maka dapat
dilakukan penaksiran terhadap sikap keluarga tentang perawatan gigi.

Sering pekerjaan ayah dapat ditentukan sewaktu menanyakan pekerjaan ibu. Akan
tetapi kadang-kadang tidak dibenarkan untuk menanyakan hal ini karena dianggap kurang
etis. Maka dari itu di sini keterangan tentang pekerjaan ayah dapat diketahui pada pertemuan
selanjutnya, atau mungkin dapat dikorek dengan memberikan pertanyaan umpan terhadap
pasien anak seperti ingin jadi apa kalau sudah besar nanti? Karena biasanya anak
terinspirasi oleh karir orangtuanya.

B. Dental History

1. Keluhan Saat Itu

Apakah pasien datang karena keluhan tertentu?


Jika tidak, apa alasan kedatangannya?
Misalnya: -Pemeriksaan rutin
- Dianjurkan pergi ke dokter gigi setelah ada pemeriksaan gigi di
sekolah

Informasi tentang alasan kedatangan dan keluhan pasien sangat penting untuk
penegakan diagnosa dan rencana perawatan.

2. Riwayat Keluhan (jika ada)

Jika keluhannya sakit gigi maka carilah keterangan berikut:


1. Lokasi?
2. Rasa sakit?
3. Kapan mulai sakit?
4. Apakah sakit terus menerus?
5. Apakah sakit putus-putus?

12
6. Jika sakit terputus-putus, berapa lama berlangsungnya?
7. Apakah ditimbulkan oleh rangsang panas, dingin, minuman,
rasa manis, atau sewaktu makan?
8. Apakah rasa sakit menyebabkan anak terbangun pada waktu
malam?
9. Apakah rasa sakit berkurang dengna pemberian analgesia?
Gejala-gejala sakit gigi memberi indikasi macam kelainan pulpa.
Misalnya rasa sakit yang terputus putus dengan jangka waktu pendek yang
disebabkan oleh rangsang panas, dingin, atau manis mengindikasikan kelainan yang
terjadi pada pulpa adalah Hiperemia pulpa.
Rasa sakit yang spontan, berat, membuat anak tidak bisa tidur
mengindikasikan ada kelainan berupa pulpitis akut dan abses.
Perlu diingat bahwa gejala yang digambarkan anak atau orangtua biasanya
samar-samar dan kurang mempunyai nilai diagnostik.

3.Riwayat kesehatan gigi yang lalu:

Apakah perawatan gigi pasien yang telah lalu dilakukan secara teratur atau tidak?
Apakah pasien sudah pernah diberikan perawatan gigi di tempat lain sebelumnya?
Jika iya, mengapa orangtua pasien mengganti dokter gigi?
Apakah anak pernah mengalami sesuatu dengan perawatan gigi sebelumnya?
Jika iya, perawatan apakah yang terjadi gangguan pada pasien anak?
Penambalan
Pencabutan
Analgesia lokal
Analgesia umum

Keterangan perawatan gigi yang lalu menunjukkan sikap orangtua.

Jika anak dibawa ke dokter gigi baru karena tidak bisa bekerja sama dengna
dokter gigi yang lama maka alasan seperti ini perlu ditelusuri dengan teliti dengan
memberi tahu anak bahwa dokter gigi itu menarik dan simpatik dan ia pasti akan
mencari jalan untuk mengatasi masalah

Sewaktu menanyai anak tentang pengalaman analgesia lokal yang lalu


sebaiknya ditanyakan pertanyaan apakah gigimu tidak mengganggu tidurmu?

13
Jangan bertanya apakah gigimu disuntik? karena pertanyaan tersebut dapat
membuat anak takut.

Hal serupa juga dapat ditanyakan pada kasus anestesi umum yaitu seperti
apakah kamu tertidur?, pertanyaan seperti itu akan lebih baik daripada pertanyaan
apakah kamu diberi gas?

4.Sikap anak terhadap perawatan

Setiap sikap yang tidak menyenangkan selama perawatan harus diperhatikan dalam
rencana perawatan mendatang.

Telusuri setiap bentuk perawatan, dengan mengabaikan sikap anak terhadap


perawatan tersebut menunjukkan kurangnya perhatian pada perasaan anak yang tentunya
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip penanganan pasien yang baik.

Sikap anak terhadap perawatan yang lampau dapat dikatahui dari reaksinya terhadap
pertanyaan sederhana seperti apakah kamu merasa enak?

5. Sikap orang tua terhadap perawatan gigi

Sikap dan harapan orangtua terhadap perawatan gigi sangat berbeda.

Rencana perawatan yang diluar harapan sebaiknya jangan dilakukan sebelum


menjelaskan dan menimbang keuntungannya.

Hal ini dapat diantisipasi bahwa beberapa orang tua tidak akan menerima hasilnya,
misalnya perawatan konservasi gigi geligi susu atau perawatan pencegahan.

C. Medical History

Yaitu tentang ada atau tidaknya penyakit lain yang diderita yang sekiranya dapat
mempengaruhi perawatan seperti berikut:

Penyakit jantung kongenital


Demam rematik
Kelainan darah
Penyakit saluran napas
Asma
Hepatitits

14
Penyakit gastrointestinal
Penyakit tulang atau sendi
Penyakit diabetes atau endokrin lain
Penyakit kulit
Kelainan kongenital
Dsb

Adanya penyakit-penyakit tersebut akan dapat mempengaruhi rencana perawatan dan


pertimbangan-pertimbangan yang akan diambil nantinya.

LO 2 . Alat dan bahan anastesi dan pencabutan pada anak.

Biasanya dokter gigi menggunakan alat instrumentasi ekstraksi gigi anak sama
dengan yang digunakan untuk gigi dewasa. Tetapi banyak juga dokter gigi anak dan oral
and maxilofacial surgeons lebih memilih tang ekstraksi anak-anak yang lebih kecil
seperti no.150S dan 151S, karena beberapa sebab :
1. Ukuran tang nya yang lebih kecil lebih memudahkan untuk masuk dalam kavitas oral
dari pasien anak-anak.
2. Tang ekstraksi yang lebih kecil lebih mudah disembunyikan dalam tangan operator.
3. Bentuk paruh dari tang yang lebih dapat beradaptasi dengan bentuk anatomi gigi
sulung.
Berikut merupakan ciri-ciri dari instrumentasi untuk pencabutan gigi anak :
a. Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RA
Untuk insisive central, lateral, caninus maksila gunakan tang #150 SS
universal. Paruh tang ini cenderung mempunyai kontak point daripada flat contact
sehingga sesuai dengan morfologi mahkota gigi sulung dan cukup sempit untuk
mencekram mahkota gigi anterior maksila karena akar gigi maksila anterior bulat,
maka gerakan ekstraksi dapat dimulai terlebih dahulu dari lingual untuk
mengekspansi gigi dari soketnya kemudian baru ke arah bukal dan kemudian bisa
dikombinasikan dengn gerakan rotasi.
Untuk gigi molar sulung maksila, gunakan tang #150 SS. Tang diarahkan ke
lingual untuk pertama kali kemudian ke bukal untuk mengekstraksi.

15
Tang untuk rahang atas biasanya berbentuk tang biasa yang lurus antara
kepala dan badang tang tersebut, diantaranya :
- Gigi sulung anterior :

Tang dengan kepala yang lurus dengan badan tang.


- Gigi sulung posterior:

Tang dengan kepala agak membengkok dari badan tang.


- Akar gigi :

Tang dengan kepala tang agak tertekuk dan kedua ujung tang saling bertemu.

b. Instrumen untuk pencabutan gigi sulung RB


Untuk gigi sulung anterior mandibula, gunakan tang #151 universal SS.
Paruhnya mempunyai kontak serupa dengan tang #150. Untuk gigi yang crowded atau

16
supernumerary, diindikasikan untuk menggunakan tang yang berbeda yang
mempunyai paruh lebih sempit.
Untuk mengekstraksi gigi molar 1 sulung mandibula dapat kita dapat
menggunakan tang #151 SS universal. Sedangkan untuk molar 2 sulung mandibula,
kita dapat menggunakan dua tang yang berbeda tergantung dari posisi perkembangan
premolar 2 dan juga jumlah tulang alveolar di atasnya yang dapat diidentifikasi
melalui radiograf. Tang yang digunakan untuk mengekstraksi gigi molar 2 sulung
dapat berupa tang #151 atau tang #23 (cowhorn).
Tang #151 digunakan jika tidak ada tulang alveolar dan premolar kedua yang
akan erupsi letaknya dekat di bawah molar sulung kedua. Teknik ekstraksi yang
digunakan serupa dengan teknik pencabutan gigi molar 1 sulung mandibula.
Namun tang lain yakni tang #23 cowhorn dapat digunakan jika terdapat tulang
alveolar dan letak gigi premolar 2 tidak begitu dekat dengan gigi molar 2 sulung.
Walaupun penggunaan tang ini sendiri masih menyisakan pro dan kontra, sumber
sumber yang menyarankan penggunaan tang ini mengungkapkan bahwa walaupun
ada kemungkinan untuk ikut tercabutnya benih gigi premolar 2 permanen, faktanya
hanya sedikit yang mengalami kejadian ini.
Penggunaan cowhorn ini sendiri disebabkan karakteristik morfologi gigi molar
2 sulung mandibula yang konvergen pada 1/3 tengah akar yang berbeda dengan gigi
molar 1 sulung dimana konvergen pada 1/3 apikal akar. Sebagai tambahan, akar
mesial mempunyai groove yang mengalir ke aspek mesial dan groove yang serupa
juga terdapaat di aspek distal. Sifat ini membuat gigi molar 2 sulung kontraindikasi
dengan gerakan rotasi sehingga untuk ekstraksinya kita dapat menariknya melalui
dimensi vertikal yang diakomodasi dengan baik oleh tang cowhorn. Paruh tang
cowhorn diletakkan pada bifurkasi molar 2 sulung, kemudian digerakkan ke arah
lingual selanjutnya ke bukal.
Berbeda dengan tang untuk rahang atas, pada tang untuk rahang bawah rata
rata kepalanya membentuk sudut 90 terhadap badannya sehingga terlihat seperti
bengkok, diantaranya :
- Gigi sulung anterior:

17
Tang dengan kepala yang sedikit runcing penyerupai capit pada ujungnya.
- Gigi sulung posterior :

Tang dengan kepala yang sedikit membulat dibanding tang anterior dan ujungnya
terdapat takik.
- Akar gigi :

Tang untuk akar ini menyerupai tang untuk gigi posterior namun tidak memiliki
takik pada ujungnya, dan kedua ujung tang ini saling bertemu.

- Berikut adalah gambar dari tang #23 (cowhorn)

18
Selain instrumen tang, dalam ekstraksi gigi untuk anak anak juga
menggunakan alat bantu seperti bend atau elevator, dan beberapa instrumen standar
untuk pemeriksaan seperti :
- Kaca mulut
- Sonde
- Pinset
- Injektor
- Ekskavator
- Cotton roll
- Betadine cane yg diisi betadin
- Dan lain lain.
Gambar :

Beberapa alat yang harus dipersiapkan sebelum pencabutan gigi pada anak

Tata Cara Pencabutan Gigi Sulung


1. Posisi Operator
Dengan pengenalan sistem four handed dentistry, operator harus melakukan
ekstraksi dalam posisi duduk, setelah mengambil posisi yang benar tergantung pada
kuadran mana dia bekerja.

19
Kuadran kanan dan kiri maksila serta kuadran kiri mandibula ( Regio V, VI,
VII) : Operator berada pada posisi di depan sampai ke samping pasien (arah jam 7
sampai arah jam 9)
Kuadran kanan mandibula (Regio VIII) : operator pada posisi di belakang
sampai di samping pasien (arah jam 9 sampai jam 11)

Armamentarium ekstraksi dan posisi operator (Sumber: textbook of pedodontic Shoba


Tandon, 2008)

2. Teknik Pencabutan gigi


Gigi Anterior Maksilla :
Bagian melintang dari akar gigi ini membulat. Gaya pertama diberikan ke arah
apikal kemudian tekanan ringan ke arah lingual. Tekanan yang sedikit ini melebarkan
tulang gingival bagian lingual. Gaya berikutnya adalah gerakan berlawanan arah
jarum jam yang melonggarkan gigi dengan gerakan yang melepaskan. Kemudian,
diteruskan dengan gaya ke arah labial, yang akan melepaskan gigi dari soketnya.
(Shoba Tandon, 2008)
Gigi anterior maksilla memiliki akar tunggal yang cenderung conical. Hal ini
menyebabkan gigi cenderung memiliki resiko fraktur rendah dan mendukung gerakan
rotasi. Tang A no 1 digunakan untuk ekstraksi gigi anterior maksilla.

20
Gigi Anterior Mandibula :
Bagian melintang dari akar gigi ini adalah oval. Setelah gaya inisial pada
apikal gigi, arah gaya berikutnya adalah ke arah labial dalam satu gerakan. Setelah
gigi terasa longgar dari soketnya, gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan
gigi dari soketnya.
Gigi anterior mandibula memiliki akar tunggal. Hal ini menyebabkan seorang
dokter gigi harus berhati-hati dalam menggerakkan tang agar jangan sampai
mengganggu gigi yang berdekatan karena akan mudah sekali menjadi untuk menjadi
goyang. Hal ini juga menyebabkan dokter gigi dapat menggunakan gerakan rotasi dan
sedikit gerakan ke arah labial dan lingual dapat melepaskan gigi dari soketnya.

21
Gigi Molar sulung Maksilla :
Karena akar palatal melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi diarahkan ke
palatal dengan tekanan ringan. Tekanan ringan diaplikasikan dengan tujuan agar tidak
sampai mematahkan akar palatal yang melengkung. Kemudian diteruskan dalam satu
gaya ke arah bukal, gigi menjadi longgar dan gerakan berlawanan arah jarum jam
mengeluarkan gigi dari soketnya.
Gigi molar maksilla berbeda dengan gigi permanen. Ketinggian konturnya
lebih dekat ke cementoenamel junction dan akarnya lebih divergen dan diameternya
lebih kecil. Karena struktur akar melemah saat erupsi gigi permanen, sering terjadi
fraktur akar saat pencabutan gigi maksilla. Hal lain yang harus diperhatikan adalah
hubungan antara molar sulung dengan mahkota premolar yang akan tumbuh. Apabila
akar mengelilingi mahkota premolar, bukan mustahil premolar ikut tercabut bersama
molar sulung.
Setelah perlekatan epithelial dipisahkan, elevator 301 lurus digunakan untuk
luksasi gigi dan ekstraksi diselesaikan dengan tang universal maksilla no 150S.

22
Gigi Molar sulung Mandibula :
Potongan melintang dari akar gigi ini adalah datar dalam arah mesiodistal dan
berbentuk lonjong. Gerakan rotasi merupakan kontra indikasi. Gaya inisial pertama
adalah tekanan ringan ke arah lingual, semudian diteruskan dalam satu gaya ke bukal
sampai gigi melonggar dari soketnya. Setelah itu, gerakan rotasi berlawanan arah
jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya..
Pada pencabutan gigi molar mandibula, dokter gigi harus memberikan
support oleh tangan yang tidak melakukan ekstraksi pada mandibula pasien supaya
tidak terjadi cedera sendi temporo mandibular. Setelah luxasi dengan elevator lurus no
301, tang no 151S digunakan untuk mengekstraksi gigi.

LO 3 . Teknik anastesi dan pencabutan pada anak.

Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa menghilangkan
kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun

23
hubungan baik antara dokter gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa
takut, cemas dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi.
Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam perawatan
pasien anak. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik injeksi dan analgetik dapat membantu
pasien mendapatkan pengalaman positif selama mendapatkan anastesi lokal. Berat badan
anak harus dipertimbangkan untuk memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan
lamanya waktu kerja anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah.
Anak-anak dapat ditangani secara anastesi lokal dengan kerjasama dari orangtua dan
tidak ada kontra indikasi. Anak-anak diberitahu dengan kata-kata sederhana apa yang akan
dilakukan, jangan membohongi anak. Sekali saja anak kecewa, sulit untuk membangun
kembali kepercayaan anak. Lebih aman mengatakan kepada anak-anak bahwa dia akan
mengalami sedikit rasa tidak nyaman seperti tergores pensil atau digigit nyamuk daripada
menjanjikan tidak sakit tetapi tidak mampu memenuhi janji tersebut. Bila seorang anak
mengeluh sakit selama injeksi pertimbang kembali situasinya, injeksikan kembali bila perlu
tapi jangan minta ia untuk menahan rasa sakit. Sebelum melakukan penyuntikan, sebaiknya
operator berbincang dengan pasien, dengan menyediakan waktu untuk menjelaskan apa yang
akan dilakukan dan mengenal pasien lebih jauh dokter gigi dapat meminimaliskan rasa takut.
Macam anastesi lokal :
1. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-
ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.
2. Anastesi Infiltrasi
Sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Mudah
dikerjakan dan efektif. Daya penetrasi anastesi infiltrasi pada anak-anak cukup dalam
karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar tetap.

Anestesi Topikal
Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi
jarum ke membran mukosa. Selain itu, interaksi operator dengan anak untuk
mengalihkan perhatian mereka dan meningkatkan sugestibilitas mereka terhadap
kecemasan dapat mengurangi kekurangan dari anestesi topical. Anastesi topical efektif
pada permukaan jaringan (kedalaman 2-3 mm).
24
Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :
1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel
2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment,
Xylocain Spray
4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20 %,
lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk spray
dengan konsentrasi > 10%.
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik (Gambar 5) 15
detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.
3. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal
aplikasi (Gambar 6)
4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar
obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal
adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi
topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

Gambar 5. Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang akan
disuntik

Gambar 6. Aplikasi topical anastesi dengan syringe tanpa jarum

25
Anestesi topical yang disarankan untuk digunakan yaitu benzocaine yang memiliki
rasa yang nyaman bagi anak-anak jumlah yang berlebihan dihindari pada pemberian
anestesi topical.

Persiapan pemberian lokal anestesi


1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan 2 jam
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah
laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD (Gambar 2-4) modelling.

Gambar: Instrumen dapat diperlihatkan pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukan


menggunakan kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan (kanan)menggunakan
kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan

Gambar 3 : Selama penyuntikan, asisten Gambar 4 : Kombinasi perawatan dengan


memegang tangan anak, agar anak audioanalgesik
tidak bergerak
1. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan
mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
2. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum
(disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi. Instrumen dapat
diperlihatkan pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukanmenggunakan kaca agar anak
26
dapat melihat prosedur penyuntikan (kanan) Selama penyuntikan, asisten memegang
tangan anak, agar anak tidak bergerak
3. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai
berikut:
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu.
Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung menambah rasa sakit.
Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat menyuntikkan
anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi yang lebih horizontal,
bertahap memajukan jarum dan mendeposit anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu
pengurangan rasa sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal).
Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan
mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
5. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
6. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak
bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika
tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang
kembali.
7. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2
% dan epinephrine 1 : 100.000.

Anestesi Lokal Teknik Infiltrasi


Teknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dengan mendepositkan larutan
anestesi lokal di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi hanya terbatas
pada tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi.
Teknik ini sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah.

27
Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum
begitu kompak.
Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)

Teknik Anestesi Infiltrasi Rahang Atas dan Rahang Bawah


1. Teknik Infiltrasi Labial pada Area Gigi Anterior Maksila
Regio anterior maksila dipersarafi oleh cabang nervus alveolar anteriosuperior
maksila.
a. Tarik jaringan untuk menentukan tempat injeksi
b. Bevel jarum dihadapkan parallel terhadap tulang
c. Masukkan jarum berukuran 30-gauge atau 10 mm pada mucobuccal fold, pada
anak dibuat lebih dekat ke margin gingiva dibandingkan pasien dewasa dan
anastetikum dideposit dekat ke tulang alveolar menuju apeks gigi
d. Masukkan jarum sesuai kedalaman apeks akar, pada gigi sulung kedalaman jarum
lebih dangkal dibandingkan dengan gigi permanen
e. Bevel jarum harus mengarah pada tulang periosteum, lalu aspirasi
f. Injeksikan cairan anestesi lokal perlahan
g. Tarik jarum dan aplikasikan kassa 2x2 sengan tekanan untuk hemostasis

Gambar 12. Teknik anastesi supraperiosteal. Injeksi dekat tulang alveolar menuju apeks gigi.
28
Gambar 13. Posisi jarum

Gambar 14. Posisi jarum untuk anastesi kaninus

Teknik Anestesi Infiltrasi Bukal Maksila / Mandibula


Persarafan pada gigi molar sulung dan permanen berasal dari nervus alveolar posterior
superior dan nervus alveolar superior tengah mempersarafi akar mesiobukal dari gigi
molar sulung dan tetap, serta gigi premolar. Teknik anestesi ini menggunakan tahap 1-
6 yang dijelaskan pada teknik anestesi infiltrasi, dengan jarum yang digunakan
berukuran 27-gauge, cairan anastetsi dideposit pada sulkus bukal 2 cc (Gambar 7a
dan 7b) untuk pencabutan molar satu sulung. Sambil jarum ditarik, dideposit kembali
anastestikum 0,2 cc untuk memperoleh efek maksimum. Bukal infiltrasi 0,5 1,0 cc
cukup untuk menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan dicabut.

Gambar 15. Posisi jarum untuk anastesi gigi molar sulung atas

29
Gambar: Injeksi bukal infiltrasi pada Gambar: Bukal infiltrasi pada molar
dua bawah sulung
region molar atas susu

Anestesi Blok
Anestesi blok : Hilangnya rasa sakit pada suatu daerah tertentu karena pemberian
anestesi pada pusat saraf.
Indikasi :
1. Pencabutan gigi molar sulung yang akarnya belum teresorpsi
2. Pencabutan molar tetap

Teknik Blok Anestesi Rahang Atas pada Gigi Sulung


Teknik yang dapat dilakukan, terutama ketika infiltrasi tidak mungkin diberikan
karena infeksi lokal, dan menghasilkan analgesia yang dalam pada gigi sulung rahang
atas atau gigi molar permanen. Ini menghasilkan blok pada posterior dan seringkali pada
bagian tengah nervus superior yang memasuki bagian posterior rahang atas pada fossa
infratemporalis. Bagaimana pun juga, tidak sama dengan teknik posterior superior nerve
block, teknik ini tidak memiliki resiko merusak vaskularisasi plexus pterygoid dengan
formasi hematoma untuk tingkatan lebih lanjutnya.

30
Maxillary zygomatic buttress dipalpasi dengan jari penunjuk

Sebagian besar larutan analgesik lokal dimasukkan dari distal butress

Pertama kali dimasukkan, larutan analgesik akan bekerja pada aspek distal rahang
atas jari penunjuk. Pasien sebaiknya diminta untuk mengoklusikan rahang pada stase ini.
Hal ini dilakukan untuk mencegah processus coronoideus pada rahang bawah memblok
pergerakan distal dari jari.

31
Blok molar rahang atas. Sebagian besar larutan lokal analgesik dimasukkan ke bawah
mukosa di mukosa distal sampai zygomatic buttress (A). Larutan analgesik kemudian
bekerja sepanjang aspek distal rahang atas sampai fossa infratemporalis (B) dan
memblok bagian posterior superior dental nerves (PSDN)

Teknik Blok Anestesi Rahang Bawah


Teknik :
1. Bidang oklusi rahang bawah disejajarkan dengan lantai.
2. Telunjuk letakkan pada permukaan oklusal gigi molar supaya menyentuh sudut
oklusal.
3. Kuku menghadap ke lidah, temukan trigonum retromolar, kemudian kuku sandarkan
pada linea oblique interna
4. Tusukan jarum di dekat ujung jari, tabung suntik terletak antara m1 dan m2 pada sisi
yang berlawanan.
5. Bila sudah menyentuh tulang, tarik sedikit, tabung disejajarkan bidang oklusal sisi
yang akan dianestesi. Keluarkan obat anestesi kurang lebih 0,5 cc untuk menganestesi
N. Lingualis. Kemudian tabung suntik kembalikan pada posisi semula, terletak antara
gigi C dan M1. Arahkan ke bawah bidang oklusi, mencapai foramen mandibula. Bila
sudah menyentuh tulang, aspirasi lalu dikeluarkan 1 cc untuk menganestesi N.
alveolaris interior.
Untuk menganestesi bagian bukal, dilakukan anestesi infiltrasi, yaitu 0,5 cc untuk
menganestesi N.buksinatorius. Efek anestesi terlihat setelah lima menit, dengan
teranestesinya daerah mukosa pipi, anterior lidah dan bibir pada sisi yang dianestesi.
Bahan Anastesi (Anastetikum)

32
Sejumlah anastetikum yang ada dapat bekerja 10 menit 6 jam, dikenal dengan
bahan Long Acting. Namun anastesi lokal dengan masa kerja panjang (seperti
bupivakain) tidak direkomendasikan untuk pasien anak terutama dengan gangguan
mental. Hal ini berkaitan dengan masa kerja yang panjang karena dapat menambah
resiko injuri pada jaringan lunak.
Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan
epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan
utama (kecuali bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan
dengan adrenalin. Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.
Contoh bahan anastetikum :
1. Lidocaine (Xylocaine) HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000
2. 2. Mepicaine (Carbocaine) HCl 2 % dengan levanordefrin (Neo-cobefrin) 1 : 20.000.
3. Prilocaine (Citanest Forte) HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000
4. Hal yang penting bagi drg ketika akan menganastesi pasien anak adalah dosis.
Dosis yang diperkenankan adalah berdasarkan berat badan anak (tabel).
Tabel 1 : Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan (Malamed)

Pemilihan syringe dan jarum


Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan.
Jarum suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar American

33
Dental Association = ADA) ; panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan superpendek (10
mm).
Petunjuk :
1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan syringe
sesuai standar ADA.
2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang tipis,
jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum.
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relative pendek,
dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin
ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer
penyakit.
5. Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen (Gambar 1).

LO 4. Penatalaksanaan

34
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih aktif)
dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama karena anak cenderung
menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif. Anak bertoleransi lebih baik
terhadap anastesi lokal setelah diberi makan 2 jam sebelum pencabutan. Penjelasan
lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah laku anak yang
dapat dilakukan, misalnya TSD atau modelling.
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah laku
anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD atau modelling.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan
mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum
(disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi.
6. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai
berikut :
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu.
Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung menambah rasa
sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat
menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi
yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan mendeponir
anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu
pengurangan rasa sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal).
Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan
mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
7. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.

35
8. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak
bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika
tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang
kembali.
9. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2
% dan epinephrine 1 : 100.000.

TINDAKAN POST OPERATIVE

Menurut Fragiskos (2007), ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan setelah
dilakukan pencabutan, yakni :

1. Pasien diinstruksikan unuk menggigit tampon selama 30 menit


2. Diberi analgesic, diminum setiap 4 jam sekali atau ketika terasa nyeri
3. Dieri antibiotic jika diperlukan. Antibiotic diberikan denan dosis yang sesuai dengan
kebutuhan pasien
4. Pasien diinstruksikan jika hendak makan sebaiknya menggunakan gigi pada area yang
tidak dilakukan pencabutan
5. Pasien diinstruksikan untuk tetap menggosok gigi pada gigi yang tidak dilakukan
pencabutan dan berkumur dengan air garam.
6. Pasien diinstruksikan untuk mengompres ekstra oral dari gigi yang dicabut
menggunakan ice pack jika terjadi pembengkakan.
Penghitungan DOSIS IBAT

36
Penghitungan dosis obat dapat dilakukan berdasarkan umur, BB, dan Luas permukaan
tubuh. Penghitungan dosis obat berdasarkan umur dapat menggunakan :
1. Rumus Young (anak dibawah 8 tahun)

2. Rumus Dilling (anak diatas 8 tahun)

3. Rumus Cowling

4. Rumus Fried (khusus untuk bayi)

LO 5 . Komplikasi pasca perawatan

Komplikasi pasca pencabutan gigi menurut Pederson (1996) dibagi menjadi tiga yaitu
komplikasi intraoperatif, komplikasi pascabedah, dan komplikasi beberapa saat setelah
operasi. Komplikasi berupa perdarahan, fraktur, pergeseran, cedera jaringan lunak, dan
cedera saraf. Sedangkan komplikasi pasca bedah berupa perdarahan, rasa sakit edema, dan
reaksi terhadap obat. Dan yang termasuk komplikasi beberapa saat setelah operasi adalah
alveolitis dan infeksi.

Komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu kegagalan dalam anastesi dan fraktur akar gigi
yang dicabut, faktur tulang alveolar, fraktur gigi tetangga atau gigi antagonisnya, fraktur
mandibula, kerusakan pada gingiva, bibir, nervus.

1. Terjadinya trauma pada benih gigi tetap.

37
Kemungkinan benih gigi permanenikut tercabut atau berubah tempat/posisi. Untuk
menghindari kemungkinan ini perlu teknik pencabutan yang baik dan hatihati dan
harus diingat posisi benih gigi tetapnya.
Cara mengatasinya :
Benih gigi permanenyang ikut tercabut dapat dikembalikan ke tempatnya,
kemudian mukosa (gingiva) dilakukan penjahitan sehingga soket bekas gigi
sulungnya tertutup.
Benih gigi yang berubah posisi dilakukan observasi atau kalau mungkin dilakukan
reposisi.
2. Infeksi
Adanya infeksi gigi anak-anak adalah merupakan hal yang sangat penting diketahui.
Infeksi harus secepat mungkin dicegah dan dihentikan. Seorang dokter gigi anak
harus dapat menghindari penyebabnya dan mencegah perluasannya.

Perluasan/penjalaran infeksi pada gigi anak.


1. Infeksi gigi anak-anak terutama pada periapikal dapat menjalar ke ruang di
bawahnya yang berisi sumsum tulang.
2. Selanjutnya dapat mengenai benih gigi permanen sehingga dapat menyebabkan
perubahan warna daei enamel atau dapat menyebabkan kerusakan secara
keseluruhan terhadap gigi permanen tersebut.
3. Infeksi dapat sampai ke pusat pertumbuhan rahang, misalnya : kondilus yang
menyebabkan perubahan bentuk rahang.
4. Infeksi dapat menyebabkan terjadinya abses, cellulitis, osteomeilitis.

Manifestasi daripada infeksi


Suatu infeksi yang serius pada gigi selalu disertai manifestasi secara sistemis :
1. Demam.
Pada anak-anak mempunyai kecendrungan yang lebih besar daripada orang dewasa.
Dalam hal ini denyut jantung lebih cepat, nafas lebih cepat tetapi tidak dalam.
2. General Malaise (perasaan tidak enak seluruh badan)
Perasaan mau muntah (nausea) dan muntah-muntah (vomiting).
3. Pertambahan jumlah leukosit terutama neutrofil.
Pada infeksi yang serius yang berlangsung lama seperti osteomeilitis bisa

38
menyebabkan anemia.
4. Dehidrasi
Oleh karena kehilangan air melalui keringat dan kekurangan pemasukan cairan.
5. Anorexia/tidak ada nafsu makan

Pengobatan terhadap infeksi


Secara lokal
Misalnya : Abses dengan kausa gigi gangren pulpa, dengan pulpa masih tertutup
maka pengobatan secara lokal. Pulpa dibuka dan trepanasi dengan high speed bur
(dengan bur yang memakai putaran tinggi), ke-mudian di sanering atau spuling. Bila
absesnya dipermukaan maksud-nya sudah stadium submukous atau subkutan dan ada
fluktuasi maka dapat dilakukan insisi.
Secara sistemik
1. Pemberian antibiotika
2. Untuk mengurangi rasa sakit atau demam diberikan analgetik/ antipiretik
3. Vitamin-vitamin
4. Sedatif : Untuk menenangkan penderita
5. Anti Inflamasi
Setelah absesnya mereda maka gigi penyebab atau kausa dilakukan perawatan
endodontik atau pencabutan, tergantung dari keadaan gigi tersebut.

3. Dry Socket

Peningkatan rasa sakit setelah beberapa hari pasca ekstraksi gigi dapat
menyebabkan dry socket. Dry socket atau alveolitis merupakan suatu komplikasi yang
paling sering terjadi sesudah pencabutan gigi.

Alveolar osteitis (dry socket) merupakan suatu kondisi dimana terdapat


kehilangan bekuan darah dalam socket.Awalnya, bekuan tersebut mempunyai
tampilan berwarna keabu-abuan, lal melepaskan diri danpada akhirnya meninggalkan
socket yang tidak mempunyai jaringan granulasi.

39
Perawatan dry soceket mengarah pada pengurangan rasa sakit dan
mempercepat penyembuhan. Terapi lokal terdiri dari irigasi soket dengan larutan salin
yang hangat atau anastesi topikal butakain/ bensokain. Sebagai tambahan terapi lokal,
analgesik antipiretik atau meperdin 50 mg setiap 3-4 jam harus diberikan kepada
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg

Andlaw RJ, Rock WP. 1992. Perawatan Gigi Anak, Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta: Widya
Medika

Donald, mc Ralph, Avery Rdavid Dean, Jeffrey. 2004. Dentistry for Child and Adolesecent.
USA: Elsevier

E. Gellin Milton. 1973. Extraction Procedures for Child. Dental Clinics of America.
Vol 17 No. 1

J.A. Baart, H. S. S. Brand. 2008. Local Anastesia in Dentistry. United Kindom: Wiley
Blackwell

Pinkham,JR. 1988. Pediatric Dentistry: Infancy through Adolescence. London: Mosby

40

Anda mungkin juga menyukai