Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek
dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) dari 414 kali
pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki
sinonim piles, ambeien, wasir atau shouthern pole disease dalam istilah di masyarakat umum.
Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya
benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati
oleh dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena kasusnya makin
banyak semua dokter diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor risiko
cukup banyak antara lain: kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air besar
yang tidak benar, kurang minum, kurang makanan berserat, faktor genetika, kehamilan, penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus) dan sirosis
hati. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan secara medic dan secara bedah
bergantung pada derajatnya.1

B. Anatomi Dan Fisiologi Anorektal

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm, sedangkan
rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini, maka perdarahan,
persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga, demikian pula epitel yang
menutupinya. Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh
anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut
mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap
rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka
terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rectum, sementara fisura anus
nyeri sekali. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir melalui system porta, sedangkan
yang berasal dari anus dialirkan ke system kava melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini
menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta
terbentuknya hemoroid. System limf dari rectum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf
sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf
iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar inguinal.

Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah ke


ventrokranial yaitu kea rah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rectum
dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus
disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentate. Di daerah ini
terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini
dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter
sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan
batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).

Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan sfingter
ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudinal,
bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter
internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot
lurik.

Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika inferior. Arteri ini
membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang kanan akan bercabang
kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah
kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.

Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna, sedangkan


a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis antara arcade pembuluh
inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak
bedah ata sumbatan aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis
tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali
darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna
merah dan buka darah vena warna kebiruan.

Pendarahan vena

Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke
arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena
porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menntukan tekanan di dalamnya.
Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus
septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam
vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena
hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.

Penyaliran limf

Pembuluh limf dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya
menuju ke kelnjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan limf terus mengalir sampai ke
kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati
inguinal. Pembuluh limf dari rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena
hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi
radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limf ini.

Persarafan

Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal
dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion
simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure simpatis pleksus ini menuju kea rah
struktus genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut
saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada
waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat menyebabkan
gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.

Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum; otot ini mempertajam sudut


tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.

Defekasi

Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke dalam
rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi sigmoid masuk ke
dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan keinginan defekasi. Rectum mempunyai
kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair dan gas.

Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan yang
berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu oleh mengedan dan relaksasi
sfingter anus eksternus.

Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan
persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.

C. Definisi Hemoroid

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari pleksus hemoroidalis.
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah pleksus
v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering
hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri lateral.
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut.

Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior


terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah
perineum dan lipat paha ke v.iliaka.

D. Pathogenesis

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus.

Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola
buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban
duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor
usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya penekanan janin pada abdomen dan perubahan
hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan
seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang
olahraga/mobilitas.

E. Klasifikasi dan derajat

Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna
dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:

1. Derajat 1
Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat
dilihat dengan anorestoskop.
2. Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus
secara spontan.
3. Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan
dorongan jari.
4. Derajat 4
Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis
dan infark.

Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah linea
dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Untuk melihat risiko perdarahan
hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih
menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara anoskopik, hemoroid interna juga dapat
dibagi dalam 4 derajat.

F. Gejala dan tanda

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan
gejala rectum dan anus yang khusus.
1. Nyeri hebat
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya
timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur feses, dapat
hanya berupa garis pada feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih
sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
G. Pemeriksaan

Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke
luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya
tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum.

Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol
keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern
terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika penderita diminta untuk
mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata.

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses kegananasan di tingkat yang lebih tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.

H. Diagnosis Banding

Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga terjadi papa
karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain yang tidak
begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium
kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala
penderita.
Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.

Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemoroid yang mengaalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari thrombosis
hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis
tengah dorsal, yang disebut umbai kulit dapat menunjukkan fisura anus.

I. Tata laksana

Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk
menghilangkan keluhan.

Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan
local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek
anestetik dan astringen.

Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada
penyakit radang usus besar yang mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus
diberikan apabila hemoroid menjadi simptomatik.

Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol


dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut
jika masuk ke dalam prostat dan rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.

Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi dengan
gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligatir
dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis
karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis
dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi, hanya diikat satu
kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat
minggu.
Penyulit utama ligasi adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk
menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang
hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari.

Bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali.
Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang
inoperable.

Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih
sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat
ditolong segera dengan hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus.

Tindak bedah lain

Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutuskan jaringan
ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan ke luar anus atau spasme yang merupakan faktor
penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan
inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.
BORANG PORTOFOLIO KASUS BEDAH

Nama Peserta dr. Mike Dwitasari

Nama Wahana RSUD Lubuk Basung

Topik Hemoroid Interna Grade IV

Tanggal Kasus 14 juni 2017

Nama Pasien Tn. F

Tanggal Oktober 2017 Pendamping: dr. Aulia Rahmanike


Presentasi dr. Budiawati

Tempat RSUD Lubuk Basung


Presentasi

Objektif Presentasi

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan


Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja

Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi Seorang pasien datang dengan keluhan BAB berdarah sejak 3


hari ini.

Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan awal pada pasien


Hemoroid interna grade IV

Data Pasien Tn. F No. Registrasi:


17.89.36
Nama RS: RSUD Lubuk Basung Telp: Terdaftar sejak:

14 Juni 2017

Data utama untuk bahan diskusi

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Hemoroid interna Grade IV


2. Riwayat Pengobatan
- Pasien sebelumnya sudah pernah berobat dengan keluhan yang sama 3
bulan yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit
a. Riwayat alergi (-), asma (-), hipertensi (-), Diabetes mellitus (-).
4. Riwayat Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mangalami hal seperti ini
5. Riwayat Pekerjaan: pegawai Negeri Sipil
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : -
Daftar Pustaka

1. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2009. hal 587-90.
2. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Hemoroid Interna grade IV
2. Tatlaksana
3. Edukasi pasien
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

1. Subjective
A. Keluhan Utama
BAB berdarah sejak 3 hari yang lalu
B. Riwayat Penyakit Sekarang
- BAB berdarah dialami pasien sejak 3 hari sebelum masuk Rumah sakit,
Darah merah segar, tidak sampai menetes.
- Pasien sering susah BAB akibat BAB yang keras, pasien juga mengelukan
jika sering mengejan saat BAB.
- Pasien tidak suka makan sayur dan jarang makan buah.
- Terdapat benjolan pada anus pasien yang tidak bisa dimasukkan kembali.
3 bulan yang lalu os pernah berobat ke poli bedah dengan keluhan yang
sama , namun benjolan msih bisa dimasukkan.
C. Riwayat penyakit Dahulu
- Pasien sudah memiliki penyakit ambeyen sejak 1 tahun ini.
2. Objective
A. Tanda vital
1. Keadaan umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan darah : 130/80
4. Nadi : 84 kali/menit, regular.
5. Nafas : 20 kali/menit
6. Suhu : 36,4 C
B. Status Generalis
1. Kepala : mata :konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor
2. Leher : KGB tidak membesar
3. Thoraks : cor : bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus ka =ki
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rh -/-, wh -/-
4. Abdomen : Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar lien renal tidak
teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU (+) normal
5. Anus : Tampak ada benjolan pada anus sebesar ibu jari, benjolan tidak
dapat dimasukkan kembali.
6. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema pretibial -/-,
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Hb: 12,8 gr%

Leukosit : 9.600 ribu/mm3

Trombosit : 217.000 ribu/mm3

Hematokrit : 26%

Waktu perdarahan : 3

Waktu pembekuan : 5

GDS : 147

3. Assessment
- Hemoroid Interna Grade IV

4. Plan
Th/ awal
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Cefotaksim 2 x 1 gr (Skin test) 1 jam sebelum OK
- Rencana OK
- Follow up
- 15 Juni 2017
S : nyeri pada anus
O : KU : sedang
TD: 120/70 HR: 88 x/i RR: 20x/i T: 36,8
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak : cor : bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus ka =ki
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : soepel nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU + normal
Anus : terpasang tampon
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema pretibial -/-.
A : post hemoroidektomi a/I hemoroid interne grade IV
P : IVFD RL + drip ketorolac 20 tpm
Inj. Cefotaksim 2 x 1 gr

16 juni 2017
S: nyeri pada anus sudah berkurang
O : KU : sedang
TD: 120/80 HR: 82 x/i RR: 20x/i T: 36,4
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak : cor : bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus ka =ki
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : soepel nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU + normal
Anus : terpasang tampon
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema pretibial -/-.
A : post hemoroidektomi a/I hemoroid interne grade IV
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaksim 2 x 1 gr
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Aff tampon
17 Juni 2017
S: nyeri pada anus sudah berkurang
O : KU : sedang
TD: 120/80 HR: 80 x/i RR: 20x/i T: 36,2
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil isokor
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak : cor : bunyi jantung I dan II reguler, bising (-)
Inspeksi : simetris fusiformis, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : stem fremitus ka =ki
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : soepel nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : BU + normal
Anus : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema pretibial -/-.
A : post hemoroidektomi a/I hemoroid interne grade IV
P:
Boleh pulang control poli bedah
Terapi pulang : cefixime 2 x 200 mg, asam mefenamat 3 x 500mg.
Banyak makan sayur dan buah, banyak manum air putih.

Anda mungkin juga menyukai