Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN INVESTASI DAN TIME VALUE OF MONEY

Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mempertimbangkan dua


faktor penting yaitu besarnya tingkat pengembalian (return) serta risiko (risk) pada saat
keuntungan yang diharapkan mungkin tidak terjadi. Tingkat Pengembalian (Return) adalah
keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang diinvestasikan. Dapat berupa
Realized Return dan Expected Return. Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah
terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Required return juga dapat diartikan sebagai
return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku bunga tertentu. Expected Return
adalah tingkat pengembalian yang diharapkan untuk diperoleh di masa depan. Selain itu,
Expected return adalah return yang diharapkan atas kepemilikan aset. Berbeda dengan Realized
Return yang sifatnya sudah terjadi, Expected Return ini sifatnya belum terjadi. Sumber-sumber
tingkat pengembalian atas investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital
gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan
yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi atau deposito
didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield pada investasi saham didapat
dari dividen. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga
(saham atau obligasi). Pengukuran, Pengukuran Realized Return (RR) untuk Single Period
untuk Single Period dapat digunakan untuk membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau
dari sekuritas yang berbeda. Pengukuran Realized Return (RR) untuk multiple period dapat
dihitung dengan 3 metode yaitu Rata-rata (mean) Arithmetic, Geometric, dan Weighted.
Ketika investor menghadapi pilihan antara 2 saham; A dan B, dimana saham A memiliki
expected return yang lebih kecil daripada saham B, namun memiliki tingkat risiko (standar
deviasi) lebih rendah. Maka untuk memilih saham manakah yang akan dipilih? Keputusan ini
tergantung pada seberapa besar penerimaan risiko dari seorang investor tersebut. Perlu diingat
bahwa terdapat tradeoff antara risiko dan return.
Risiko dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan sesuatu kejadian di mana
sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan di mana
kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerugian. Ada beberapa resiko yang akan dihadapi oleh
seorang investor yakni: (1) Risiko Keuangan, yakni risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang
berdampak langsung dari kinerja keuangan perusahaan. Terdiri dari Risiko Pasar, Risiko
Likuiditas, dan Risiko Kredit. (2) Risiko Operasional, resiko operasional biasanya terjadi karena
tidak berfungsinya sistem, SDM, teknologi atau faktor lain yang ada pada perusahaan. risiko
operasional yang mungkin terjadi pada perusahaan di antaranya kerusakan sistem informasi,

1
kerusakan mesin, kesalahan catat dari pegawai, perampokan, kesalahan produksi, dll. (3) Risiko
Murni dan Risiko Spekulatif, adalah risiko dimana dampak yang diakibatkan pasti akan
merugikan perusahaan. Contoh dari risiko murni adalah kebakaran, bencana alam, kerusakan
mesin, dll. (4) Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik adalah risiko yang tidak dapat
didiversifikasi (nondiversifiable risk). Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui proses
diversifikasi yaitu proses menggabungkan beberapa kegiatan yang tidak sejenis. Contoh dari
risiko sistematik ini adalah risiko inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, risiko politik, dll.
Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset investasi.
Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara
diversifikasi. Risiko portofolio dapat diukur sebagai standar deviasi dari portofolio, namun
perhitungan standar deviasi tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang
standar deviasi masing-masing sekuritas didalam portofolio. Perhitungan risiko dari sebuah
portofolio harus memperhatikan hubungan atau korelasi return antar saham-saham tersebut.
Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik atau nilai
yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar mengenai return dan risiko
dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham menyimpang dari nilai intrinsiknya.
Sebaiknya, manajer menghindari melakukan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan nilai
intrinsik, walaupun jika keputusan tersebut digunakan untuk meningkatkan harga saham dalam
jangka pendek.
Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham)
dibedakan menjadi: (1) Growth Stock, growth stock diasosiasikan pada perusahaan yang high-
quality atau perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatannya diatas rata-rata relative
terhadap pasar. (2) Value Stock, value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang
lebih rendah dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan
memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya). (3) Good
Stock, good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah diperjual
belikan. Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan
Value Stock, atau biasa juga disebut Blended Portfolio.
Suku bunga merupakan ukuran time value of money, meskipun perbedaan risiko dalam
surat berharga finansial juga dapat menyebabkan perbedaan dalam suku bunga ekuilibrium.
Suku bunga ekuilibrium adalah tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate of return)
untuk suatu investasi di pasar, dengan logika bahwa tingkat pengembalian pasar adalah
pengembalian yang diharapkan investor dan penabung untuk membuat mereka mau
meminjamkan dananya. Surat berharga dapat memiliki satu atau lebih jenis risiko, dan setiap

2
penambahan risiko meningkatkan tingkat pengembalian yang diinginkan. Jenis-jenis risiko ini
adalah: (1) Risiko gagal bayar (default risk). Risiko peminjam tidak dapat melakukan
pembayaran yang dijanjikan secara tepat waktu. (2) Risiko likuiditas. Risiko menerima kurang
dari nilai wajar untuk suatu investasi jika harus dijual untuk memperoleh uang tunai secara
cepat. (3) Risiko jatuh tempo (maturity risk). Dalam surat utang, harga obligasi dengan jatuh
tempo lebih panjang akan lebih berfluktuasi dibandingkan obligasi dengan jatuh tempo lebih
pendek. Obligasi dengan jatuh tempo lebih panjang memiliki risiko jatuh tempo lebih tinggi
dibandingkan obligasi dengan jatuh tempo lebih pendek sehingga obligasi dengan jatuh tempo
lebih panjang membutuhkan premi risiko jatuh tempo. Ada beberapa hal yang harus diketahui
dalam time value of money yaitu:
Future Value Nilai Tunggal.
Future value adalah jumlah dimana setoran saat ini akan tumbuh selama waktu tertentu ketika
ditempatkan pada rekening yang membayar bunga majemuk. FV, disebut juga nilai majemuk,
merupakan perhitungan bunga majemuk yang paling sederhana. Future value dari sebuah
investasi dapat ditingkatkan baik dengan meningkatkan jumlah tahun/periode dan atau dengan
meningkatkan bunganya.
Present Value Nilai Tunggal
PV nilai tunggal adalah nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima pada waktu tertentu di
masa depan. Dengan kata lain, merupakan jumlah uang yang harus diinvestasikan hari ini,
dengan tingkat pengembalian tertentu selama periode waktu tertentu pula, untuk memperoleh
FV tertentu. Seperti telah disebutkan sebelumnya, proses menemukan PV dari arus kas dikenal
sebagai pendiskontoan (arus kas masa depan didiskontokan ke saat ini). Suku bunga yang
digunakan dalam proses diskonto umumnya disebut sebagai tingkat diskonto tapi juga dapat
disebut sebagai opportunity cost, tingkat pengembalian yang diinginkan, atau juga sebagai biaya
modal (cost of capital). Apapun namanya, tingkat dimaksud mencerminkan tingkat
pengembalian majemuk tahunan yang dapat diperoleh dari suatu investasi.
Anuitas
Anuitas adalah serangkaian arus kas yang sama dan terjadi pada interval yang sama selama
periode tertentu. Menerima Rp2.000 per tahun pada akhir setiap tahun selama delapan tahun
merupakan contoh dari suatu anuitas. Terdapat dua jenis anuitas: anuitas biasa (ordinary
annuities) dan anuitas di muka (annuities due). Anuitas biasa merupakan jenis anuitas yang
paling umum. Anuitas biasa dicirikan dengan arus kas yang terjadi pada akhir setiap periode
compounding. Hal ini merupakan pola arus kas yang biasa dalam banyak aplikasi investasi dan

3
keuangan perusahaan. Jenis anuitas lainnya adalah anuitas di muka, dimana pembayaran atau
penerimaan terjadi pada awal setiap periode (pembayaran pertama dilakukan hari ini saat t = 0).
Future Value Anuitas di Muka
Terkadang diperlukan untuk mencari FV anuitas di muka (FVAD), anuitas dimana pembayaran
atau setorannya terjadi pada setiap awal periode compounding.
Present Value Anuitas di Muka
Meskipun kurang umum dibandingkan anuitas biasa, namun bisa terdapat permasalahan untuk
mencari PV anuitas di muka. Pada anuitas di muka, periode diskonto berkurang satu karena arus
kas pertama terjadi saat t = 0 sehingga sama dengan PV-nya. Hal ini menunjukkan, jika kondisi
lainnya sama (ceteris paribus), PV anuitas di muka akan lebih besar dari PV anuitas biasa.
Present Value Perpetuitas
Perpetuitas merupakan instrumen yang membayar sejumlah tetap uang dalam interval yang telah
ditentukan selama periode waktu yang tak terbatas (infinite). Dengan kata lain, perpetuitas
merupakan anuitas perpetual. Obligasi pemerintah Inggris dan kebanyakan saham preferen
merupakan contoh perpetuitas karena menjanjikan bunga tetap atau pembayaran dividen
selamanya.

Daftar Pustaka
The Indonesia Capital Market Institute. 2016. Analisis Ekonomi, Keuangan Perusahaan &
Investasi Manajemen Investasi . Jakarta Selatan.
The Indonesia Capital Market Institute. 2016. Analisis Ekonomi, Keuangan Perusahaan &
Investasi Time Value Of Money (Aplikasi Praktis Nilai
Waktu dari Uang). Jakarta Selatan.

4
TEORI PASAR MODAL (EKA331 B1)

(MANAJEMEN INVESTASI DAN TIME VALUE OF MONEY)

Oleh

Nama : I Gusti Ayu Satriyaning


NIM : 1506305081

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2017

Anda mungkin juga menyukai