Anda di halaman 1dari 8

Nama : Darin Flamandita Dikumpulkan Tanggal: 17 Oktober 2017

NPM : 1506675825 Mata Kuliah : K3LL


Topik : Mengkaji Kejadian Terkait K3LL yang Terjadi Dalam 10 Hari Terakhir (terhitung
tanggal 7-17 Oktober 2017)

I. OUTLINE
1. Kronologi Peristiwa: Tewasnya 1 Orang Pegawai Pabrik Gula Kebon Agung
2. Perkiraan Faktor Penyebab Peristiwa Terjadi
3. Kerugian Akibat Peristiwa
4. Tindakan atau Solusi agar Kejadian Tidak Terulang

II. PEMBAHASAN
1. Kronologi Peristiwa: Tewasnya 1 Orang Pegawai Pabrik Gula Kebon Agung
Yaspar, 54 tahun, warga Dusun Sememek, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji,
Kabupaten Malang, Jawa Timur, tewas pada tanggal 7 Oktober 2017 di tempat
kerjanya, Pabrik Gula Kebon Agung akibat kecelakaan kerja.Yaspar merupakan
pegawai senior yang telah bekerja selama 30 tahun di pabrik tersebut dan berada
pada 1 tahun terakhirnya sebelum masa pensiun.
Pada pukul 08.00 WIB, korban sedang menyelesaikan maintenance atau
pemeliharaan rutin salah satu mesin turbin untuk penggilingan gula. Mulanya,
proses pemeliharaan berjalan lancar. Korban melakukan pemasangan kopling
bulatan pada mesin penggiling.
Yaspar (korban) naik menggunakan bantuan katrol, memosisikan badannya lurus
dan masuk ke bulatan kopling. Saat hendak mengambil kayu pengganjal yang
berfungsi untuk menahan salah satu bagian pada mesin, kawat sling baja yang
menjadi salah satu pengangkat mesin putus. Akibatnya, mesin yang membawa
beban sekitar 2 3 ton hilang kendali dan menghantam dada serta perut korban.
Kawat sling baja yang digunakan untuk mengangkat spare part mesin penggiling
ditemukan sudah aus.
Pada pukul 09.00 WIB informasi mengenai kecelakaan kerja tersebut beredar di
kalangan rekan kerja maupun pihak kepolisian. Namun, korban segera dievakuasi,
ditolong, dan dibawa ke rumah sakit untuk segera mendapatkan pertolongan.
Saat diperjalanan menuju rumah sakit, belum sempat mendapatkan pertolongan,
korban meninggal dunia.
Tanggal 9 Oktober 2017, pasca kecelakaan kerja di Pabrik Gula tersebut, Polisi
Resort (Polres) Malang melakukan penyelidikan untuk observasi dan penanganan
lanjutan.

2. Perkiraan Faktor Penyebab Peristiwa Terjadi


Pemeliharaan Peralatan Produksi kurang Diperhatikan
Berdasarkan sejarah singkat yang dipublikasikan, Pabrik Gula Kebonagung
ini merupakan salah satu pabrik lawas yang didirikan pada masa Pemerintahan
Kolonial Belanda yaitu pada tahun 1905 oleh pengusaha Tionghoa, Tan Tjwan Bie.
Setelah banyak beralih tangan hingga ke pemerintahan Jepang, kini Pabrik Gula
Kebonagung telah menjadi milik pemerintah Indonesia dan diatur sebagaimana
peraturan yang berlaku dan terus memproduksi gula hingga saat ini. Dikarenakan
tergolong pabrik atau perusahaan dengan usia yang sudah lawas, ada kemungkinan
alat-alat yang digunakan oleh pabrik tersebut belum mengalami pergantian menjadi
mesin baru seutuhnya. Masih ada mesin-mesin lama yang digunakan yang
kualitasnya seharusnya sudah sangat menurun. Salah satu bentuknya adalah telah
ausnya sling baja yang digunakan dalam sistem permesinannya. Menunjukkan
bahwa mesin-mesin yang digunakan di pabrik tersebut belum mendapatkan
pemeliharaan rutin sebagaimana seharusnya dilakukan.
Perusahaan kurang memberikan kompensasi, jaminan sosial, dan lingkungan kerja
yang nyaman bagi para pegawainya
Faktor psikologi ataupun budaya yang dibawakan oleh pendiri berdarah
Tionghoa, dimana memiliki semangat dagang yang tinggi, turut dapat menjadi
faktor penyabab kejadian ini. Pegawai maupun buruh pabrik gula tersebut terus
didorong untuk dapat bekerja dengan produktivitas maksimum. Dari saksi salah
satu mahasiswa yang berpengalaman sebagai mahasiswa magang (Ikrom Zaim) di
pabrik gula tersebut, terdapat satu fenomena yang cukup memperihatikan baginya.
Hampir di setiap sudut pabrik tempatnya praktik, didapati banyak slogan-slogan
bertuliskan dorongan untuk bekerja dengan maksimal sehingga mendapatkan hasil
produksi yang melimpah, seperti Tak setetes nira pun boleh jatuh ke lantai atau
berarti Tak sebutir gula pun boleh terbuang sia-sia memenuhi area pabrik.
Fenomena tersebut dapat terjadi karena memang rata-rata pabrik gula di Indonesia
tersoroti mengejar setoran untuk mendapatkan kadar gula yang tinggi. Tekanan
kondisi yang menjadi pembiasaan dalam lingkungan kerja tersebut dapat
mempengaruhi kondisi psikologi pekerjanya. Misalnya pada korban. Korban yang
telah berusia tidak lagi muda, mendapat tuntutan pekerjaan yang berat, didorong
untuk dapat memproduksi gula secara maksimum, dapat menjadikan probabilitas
untuk melakukan kelalaian yang justru tinggi. Ketika mendapatkan giliran untuk
melakukan pemeliharaan, korban menjadi tidak fokus dan lalai terhadap prosedur
yang seharusnya ia lakukan.
Tidak dilengkapi alat pengaman dan tidak menyediakan alat keselamatan
Peristiwa kecelakaan kerja di Pabrik Gula Kebonagung bukan pertama
kalinya terjadi. Sebelumnya, pernah terjadi kecelakaan kerja yang menewaskan 4
orang pegawainya akibat menghirup gas beracun pada 28 Desember 2013.
Keempat korban tersbeut mengalami sesak nafas setelah membersihkan sisa gula
di palung pendingin di pabrik tersebut. Menurut saksi, awalnya salah satu dari
pekerja terseut mengalami kejang-kejang di lantai. Pekerja lainnya ikut berupaya
untuk menolong, namun juga mengalami hal serupa. Para pekerja tersbeut diduga
menghirup gas etanol dari sisa produksi gula yang melalui porses fermentasi.
Konsentrasi etanol yang tinggi tersebut mengalami para pekerja sesak nafas.
Menurut saksi dam praktikan lainnya, pabrik tersebut perlu membenahi sistem
Keselamatan Kerja dan Kesehatannya (K3). Kondisi lingkungan kerja yang
memiliki produktivitas tinggi tidak diimbangi oleh standar keselamatan kerja yang
memadai. Banyak diantara para pekerja yang diamati tidak mengenakan perangkat
keselamatan kerja, semisal masker, sepatu pelindung, maupun helm. Perangkat
tersebut hanya dikenakan oleh para pekerja yang memiliki jabatan tinggi, semisal
mandor, kepala bagian pengolahan, dan kepala quality control. Jarang pula pada
lingkungan pabrik ditemui tanda-tanda berupa peringatan, gambar, kata-kata,
maupun himbauan. Sangat kontras dengan slogan-slogan untuk mendapatkan hasil
produksi maksimum. Hal tersebut jelas meningkatkan kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja. Maka, dapat terlihat jelas bahwa yang menjadi faktor penyebab
kecelakaan kerja tersebut terjadi adalah kurangnya prosedur dan aturan pada
lingkungan kerja. Dapat diperkirakan, korban tidak melakukan prosedur yang
seharusnya ia lakukan pada saat melakukan maintenance. Sehingga, bentuk
kecelakaan kerja akibat tertumbuk atau terkena peralatan lain seperti yang
diklasifikasikan oleh International Labor Organization (ILO) terjadi.
Pegawai tidak diberikan pelatihan dan perhatian mengenai keselamatan kerja
Melihat perkembangan dari sejarah perusahaan yang sudah terlampau
pabrik lama, tentunya standarisasi terhadap prosedur penggunaan setiap alat
produksi maupun bahan-bahan produksi yang digunakan terus berkembang juga.
Mengetahui korban merupakan pegawai lama, bisa jadi korban sudah dianggap
sebagai pegawai senior dan tidak diberikan pelatihan mengenai keselamatan kerja
kembali. Perusahaan yang mengklaim telah memberikan fasilitas keselamatan kerja
termasuk pelatihan kepada pegawainya, diberikan kepada para pegawai muda yang
baru memasuki lingkungan kerja pabrik. Sehingga, dikarenakan korban belum
mendapatkan pelatihan keselamatan kerja terbaru, korban melakukan kelalaian
kerja.

3. Kerugian Akibat Peristiwa


a. Biaya Langsung Kerugian Kecelakaan Kerja
Biaya pengobatan dan perawatan korban kecelakaan kerja
Pihak perusahaan tentu menanggung atau mepertanggungjawabkan kondisi
pegawainya yang mengalami kecelakaan kerja. Korban pada peristiwa ini tergolong
kecelakaan tingkat tinggi karena jenis kecelakaan telah merenggut nyawa, maka
seluruh biaya terkait pertolongan pertama, menggunakan jasa ambulans, biaya
perawatan rumah sakit, seluruhnya menjadi kerugian biaya langsung bagi
perusahaan.
Biaya kompensasi yang tidak diasuransikan
Bentuk kecelakaan kerja disini merupakan murni kelalaian. Bukan
dikarenakan bentuk kesengajaan yang dilakukan oleh korban maupun pihak lain.
Hal tersebut dinyatakan oleh Kasatreskrim Polres Malang, AKP Azi Pratas
Guspitu, bahwa jajarannya menemukan adanya unsur kelalaian kerja setelah
melakukan investigasi pada tempat kejadian perkara. Maka dari itu, korban berhak
mendapatkan asuransi sesuai dengan perjanjian yang telah dilakukan dengan pihak
asuransi. Selain itu, berdasarkan UUD 1945 pasa 27 ayat 2, bahwa tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, maka
pasal ini mengandung arti bahwa setiap penyedia lapangan kerja harus dapat
memenuhi hak pekerjanya. Salah satunya adalah memberikan kompensasi untuk
kondisi yang tidak diinginkan terjadi.
b. Biaya Tidak Langsung
Kerusakan alat, mesin dan bangunan
Sling baja yang menempa tubuh korban memiliki beban 2 3 ton. Selain
tubuh korban yang menjadi sasarannya, tentu kondisi bangunannya menjadi tidak
seperti sediakala. Misalnya, terkena hantaman juga dari jatuhnya sling baja
tersebut. Alat dan mesin tentu mengalami kerusakan, seperti yang disebutkan pada
kronologi kecelakaan, bahwa bagian sling bajanya telah aus, sehingga menjadi loss.
Maka, dibutuhkan biaya untuk menggantinya.
Sewa mesin sementara
Dikarenakan mesin sebelumnya mengalami kerusakan, maka dibutuhkan
mesin lain pegganti agar proses produksi pabrik tidak terhenti dan menyebabkan
terganggunya angka hasil produksi maupun kegiatan kerja di pabrik tersebut.
Penyewaan mesin sementara tersebut juga membutuhkan biaya lagi.
Gangguan dan terhentinya produksi gula terhitung mulai dari kecelakaan kerja di
Pabrik Gula Kebonagung terjadi hingga hari-hari setelah recovery berhasil
dilakukan
Kerugian bisnis dan nama baik
Apabila suatu pabrik atau perusahaan telah mengalami bentuk kecelakaan
kerja, dampaknya tidak hanya bagi pekerja di dalamnya namun seluruh pihak yang
bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Investor menjadi ragu untuk menyimpan
modal pada perusahaan terkait karena dinilai akan mengalami tahap recovery dan
kestabilan produksi yang fluktuatif atau tidak stabil. Nama baik perusahaan
dipertanyakan karena dinilai tidak memiliki fasilitas atau sistem keselamatan kerja
yang baik dan tidak baik untuk prospek produktifitas perusahaan ke depannya.
Pembayaran gaji untuk waktu yang hilang (waktu non produktif)
Apabila kecelakaan kerja telah terjadi, akan terdapat waktu non produktif
yang terjadi. Yaitu saat evakuasi korban, saat melakukan pertolongan pertama pada
korban kecelakaan kerja, dan lainnya yang seharusnya tidak terjadi pada saat
kegiatan kerja berlangsung. Adanya waktu yang terbuang dapat menyebabkan
menurunnya hasil produksi. Namun, sistem pembayaran gaji per bulan harus tetap
dilakukan oleh piihak pabrik/perusahaan. Hal tersebut tentu merugikan bagi pihak
perusahaan secara materil.
c. Kerugian untuk Keluarga yang Ditinggalkan
Korban merupakan kepala keluarga yang tentu menjadi tulang punggung bagi
keluarganya. Walaupun berada pada tahun penghujung menjelang pensiun, justru
seringkali saat-saat itu adalah saat-saat kritis bagi setiap keluarga untuk memikirkan
bagaimana kelanjutan langkah berikutnya untuk tetap dapat memperoleh penghasilan.
Jika mengikuti kondisi secara umum, melihat usia korban adalah 54 tahun, jika korban
memiliki anak, anak tertuanya paling tidak berusia 24 tahun. Di usia demikian,
hitungannya adalah masih pegawai baru dengan penghasilan yang masih belum
seberapa pula. Selain itu, bisa jadi istri korban merupakan seorang ibu rumah tangga.
Apabila melihat dari lokasi kejadian yang terletak di wilayah masyarakat menengah
kebawah, pola hidup masyarakatnya memiliki kecenderungan apabila terdapat suatu
industi yang berdiri disana, kepala keluarganya menggantungkan penghasilan pada
industri tersebut. Sehingga, dari sisi ekonomis pasti sangat berat bagi keluarga yang
ditinggalkan, selain perasaan sedih karena kehilangan sosok korban dalam keluarga.
4. Tindakan atau Solusi agar Kejadian Tidak Terulang
Pihak Pabrik Gula Kebonagung perlu meningkatkan fasilitas keselamatan kerja dan
kesehatan pada lingkungan kerjanya.
Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi seluruh pegawainya, terutama apabila
banyak regulasi baru yang diterapkan pada perusahaan.
Sebagaimana Kepmenaker RI No 197 Tahun 1999, pabrik/perusahaan perlu
memasang simbol-simbol penting dalam pengoperasian alat produksi, prosedur
yang jelas untuk setiap mesing-mesin produksi gula yang digunakan, memberikan
alat pelindung kerja bagi seluruh pekerja yang terlibat dalam kegiatan produksi
gula, bukan hanya pejabat atau pegawai kalangan atas saja.
Pemeriksaan kesehatan sebelum pegawai siap untuk bekerja. Karena seringkali
kondisi psikologis berdampak pada kondisi fisik seseorang sebagaimana
diregulasikan pada Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980.
Melakukan maintenance pada seluruh mesin atau alat produksi gula untuk
menghindari adanya bagian-bagian yang sudah tidak berfungsi dengan baik yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Berdasarkan Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978, lokasi kerja perlu ada
pengawas menghindari apabila pekerja melakukan kelalaian kerja.
Mempelajari kecelakaan yang telah terjadi. Hal ini dilakukan bukan untuk mencari
siapa yang bersalah dan tidak (kambing hitam permasalahan), namun untuk
menentukan penyebab kecelakaan sehingga tidak terjadi kejadian serupa
setelahnya. Informasi mengenai jenis kecelakaan kerja ini juga penting bagi pihak-
pihak luar seperti pihak asuransi untuk membantu menyelesaikan proses
pengadilan sehubungan dnegan klaim yang diajukan korban dan untuk mengajukan
klaim atas kerusakan pabrik beserta segala perlengkapannya. Selain itu, informasi
dapat bermanfaat juga untuk badan-badan hukum lainnya untuk dapat memberikan
jaminan sosial.
III. REFERENSI
Anonim. 2004. Sejarah Singkat PG Kebonagung. [ONLINE]
http://www.pgkba.com/penerimaan/index.php/user/news_detail?id=56bdb962f802e7f578
65cf03ee83652e. Diakses pada 14 Oktober 2017.
Eko, Suryo. 2017. Dugaan Kelalaian Kecelakaan Kerja PG Kebon Agung, Ini Kata Polisi.
[ONLINE] https://www.jawapos.com/read/2017/10/11/162155/ada-dugaan-kelalaian-
kecelakaan-kerja-pg-kebon-agung-ini-kata-polisi. Diakses pada 14 Oktober 2017.
Hapsari, Tika. 2017. Pegawai Pabrik Gula Ini Insiden Kerja Meregang Nyawa. [ONLINE]
https://www.jawapos.com/radarmalang/read/2017/10/09/18495/hendak-pensiun-pegawai-
pabrik-gula-ini-insiden-kerja-meregang-nyawa. Diakses pada 14 Oktober 2017.
Ilma, Hebbie. 2013. Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja).
[ONLINE] https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/09/kerugian-
kecelakaan-kerja-teori-gunung.html. Diakses pada 14 Oktober 2017.
Katigaku. 2017. Kecelakaan Fatality Akibat Casing Menggelinding di Sumur Pengeboran.
[ONLINE] https://katigaku.top/category/berita-kecelakaan-kerja/. Diakses pada 14
Oktober 2017.
Zaim, Ikrom. 2013. Empat Pekerja Tewas, Prosedur K3 Pabrik Gula Perlu Dibenahi.
https://www.kompasiana.com/ikromzzzt/empat-pekerja-tewas-prosedur-k3-pabrik-gula-
perlu-dibenahi_552f9c8a6ea834917b8b458a. [ONLINE] Diakses pada 14 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai