Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan kepada kita semua
buah kecerdasan yaitu otak, dengan kapasitor memori yang besar, sehingga kita
sebagai khalifah di muka bumi ini, merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya
dari sebaik-baik kejadian dari semua makhluk yang diciptakan Allah.

Shalawat dan salam senantiasa terpanjatkan kepada Nabi kita Muhammad


SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju dunia yang terang
benderang, sampai dengan saat ini. Alhamdulillahirobbil alamin, dalam kesempatan
kali ini penulis beserta koleganya telah menyelesaikan satu buah makalah yang
berjudul TATA LETAK DAUN makalah ini dibuat sebagai tugas kelompok mata
kuliah Aplikasi Komputer, yang dalam hal ini sekaligus bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai sejarah komputer canggih yang kita gunakan
sekarang pada masanya dulu.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang terkandung dalam


makalah ini, untuk itu kritik dah saran yang baik dari pembaca yang bersifat
membangun sangat di harapkan demi penyempurnaannya.

Kendari , 9 September 2017

KELOMPOK I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daun (Folium) merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun.Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada
tumbuhan.daun mempunyai helaian daun (Lamina) yaitu bagian yang melebar
yang tertaut pada batang oleh sebuah tangkai daun (Petiolus) . buku-buku
(Nodus)adalah bagian batang tempat duduk atau melekatnya daun. Tempat diatas
daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun
(Axilla). Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya
pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun,
dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu atau kedua bagian tersebut maka
disebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat
berupih, bertangkai atau duduk langsung pada batang.

Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali


jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun
yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan
antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun.
Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan
helai daun, dan warna serta bagian permukaannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apakah yang dimaksud dengan daun?
b. apakah bagian-bagian pada daun
c. Apakah fungsi daun pada tumbuhan?
d. Apakah perbedaan daun tunggal dan daun majemuk?
e. Bagaimanakah bentuk daun berdasarkan tepi daun?
f. Bagaimanakah daun berdasarkan tulang daun?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertiani daun.
b. Untuk mengetahui bagian-bagian dari daun
c. Untuk mengetahui fungsi daun pada tumbuhan.
d. Untuk membedakan antara daun tunggal dan daun majemuk.
e. Untuk lebih mengetaui bentuk daun berdasarkan tepi daun.
f. Untuk lebih mengetahui daun berdasarkan tulang daun.

1.4 Manfaat
a. Agar dapat mengetahui dan memahami pengertiani daun.
b. Agar dapat mengetahui bagian-bagian dari daun
c. Agar dapat mengetahui fungsi daun pada tumbuhan.
d. Agar dapat membedakan antara daun tunggal dan daun majemuk.
e. Agar dapat mengetaui bentuk daun berdasarkan tepi daun.
f. Agar dapat mengetahui berdasarkan tulang daun
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Daun
Dalam bidang botani, daun ialah sebuah organ tumbuhanyang bertumbuh
di atas tanah dan yang mengkhusus dalamfotosintesis. Untuk tujuan ini, daun
biasanya berbentuk lever untuk menghasilkan permukaan yang luas supaya sel-
selnya yang mengandungi kloroplas bukan saja dapat didedahkan kepadacahaya,
tetapi juga untuk membenarkan cahaya melintasi sepenuh tisu-tisunya. Dalam
kebanyakan, daun-daun juga merupakan bagian tumbuhan untuk respirasi,
transpirasi, dangutasi. Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh
dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap
energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis.

Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan


hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok
kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi
kimia. Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis
atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-
bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau
menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun
juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun
kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau
xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun.

Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang


gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun
juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten(berwarna jingga), xantofil
(berwarna kuning), dan antosianin(berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung
derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah
menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur.

2.2 Bagian-bagian pada daun

1. Upih Daun Atau Pelepah Daun (Vagina)


Daun yang berupih hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong
dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae) saja. upih daun
atau pelepah daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk
batang, juga mempunyai fungsi lain:
a. pelindung kuncup yang mudah, seperti dapat di lihat pada tanaman tebu
(Seccharum Officinnarum L).
b. memberi kukuatan pada tanaman. Dalam hal ini upih daun membungkus
batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai batang
dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini tentu saja mungkin terjadi
apabila upih daun amat besar seperti misalnya pada pisang (Musa
paradisiaca L.)

2. Tangkai Daun (Petioulus)

Tangkai daun merupakan bagian yang mendukung pelayannya dan


bertugas untuk mendapatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa
hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya.
Bentuk dan ukuran tangkai daun sangat berbeda-beda menurut jenis
tumbuhannya. Umumnya tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas
agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Tetapi ada juga yang menebal pada
pangkal dan ujungnya, misalnya pada daun kupu-kupu(Bauhinia purpurea L.).
Jika dilihat dari penampang melintangnya dapat dijumpai kemungkinan-
kemungkinan berikut:
1) Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun pepaya(Carica papaya L.)
2) Pipih dan tepinya melebar(bersayap), misalnya pada jeruk(Citrus sp.)
3) Bersegi
4) Setengah lingkaran dan sering kali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur
dalam seperti pada tangkai daun pisang.
Jika ditinjau dari keadaan permukaannya, tangkai daun dapat
memperlihatkan adanya kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lentisel,
dll. Tangkai daun dapat mengalami pergantian bentuk(metamorfosis) menjadi
semacam helaian daun yang dinamakan filodia.

3. Helaian Daun (Lamina)


Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai
daun yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran
maupun warnanya. Helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan
lekas menarik perhatian. Maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku
untuk helaian, di sebut pula sebagai sifat daunnya. Contoh : jika kita
mengatakan daun nangka jorong sesungguhnya yang jorong itu bukan
daunnya melainkan helaiannya.

Selain bagian-bagian diatas, daun pada tumbuhan seringkali mempunyai


alat-alat tambahan atau pelengkap antara lain berupa:

1. Daun penumpu (stipula)

Yaitu 2 helai serupa daun kecil yang ada dekat dengan pangkal tangkai
daun yang berfungsi malindungi kuncup yang masih muda. nah, ada kalanya
stipula itu besar dan lebar sebagai alat untuk berasimilasi seperti pada kacang
kapri (Pisum sativum). daun penumpu ini ada yang mudah gugur seperti pada
nangka (Artocarpus integra) dan ada juga yang tinggal lama dan baru gugur
bersama-sama daunnya, misalnya pada mawar (Rosa sp.). Stipula dibedakan
berdasarkan letaknya yaitu :
daun penumpu bebas (stipulae liberae) yang bebas terdapat dikiri kanan
pangkal tangkai daun, contoh : kacang tanah (Arachis hypogeae)
daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun
(stipulae adnatae), contoh : mawar (Rosa sp.)
daun penumpu yang berlekatan menjadi 1 dan mengambil tempat didalam
ketiak daun (stipula axillaris / stipul intrapetiolaris)
daun penumpu yang berlekatan menjadi 1 yang mengambil tempat
berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar
hinggamelingkari batang (stipula petiolo opposita / stipula antidroma)

daun penumpu antar tangkai (stipula interpetiolaris), yaitu daun penumpu


yang berlekatan dan mengambil tempat diantara dua tangkai daun, seperti
seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada 1 buku-buku batang mempunyai 2
daun yang duduk berhadapan. contoh : mengkudu (Morinda citrifolia)

2. Selaput bumbung (ocrea / ochrea), yaitu berupa selaput tipis yang


menyelugungi pangkal suatu ruas batang, jadi terdapat dia atas suatu tangkai
daun. selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya
saling berlekatan dan melingkari batang.

3. lidah-lidah (ligula), yaitu suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas
antara upih dan helaian daun pada rumput (Gramineae). alat ini berguna untuk
mencegah mengalirnya air hujan kedalam ketiak antara batang dan upih daun
sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindari.
2.3 Fungsi pada daun

Tempat Pembuatan Makanan (Fotosintesis)


Daun berguna sebagai dapur tumbuhan. Di dalam daun terjadi proses
pembuatan makanan (pemasakan makanan). Makanan ini digunakan
tumbuhan untuk kelangsungan proses hidupnya dan jika lebih disimpan.
Tempat terjadinya fotosintesis pada tumbuhan dikotil, terjadinya fotosintesis
di jaringan parenkim palisade, sedangkan pada tumbuhan monokotil,
fotosintesis terjadi pada jaringan spons.

Sebagai organ pernapasan (Respirasi).


Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata
inilah, pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan
melepas oksigen ke udara. Proses inilah yang menyebabkan kamu merasa
nyaman saat berada di bawah pohon pada siang hari.
Tempat terjadinya transpirasi.
Tidak semua air yang diserap akar dipakai oleh tumbuhan. Kelebihan air
ini jika tidak dibuang dapat menyebabkan tumbuhan menjadi busuk dan mati.
Tempat terjadinya gutasi.
Sebagian air yang tidak digunakan dibuang melalui mulut daun, dalam
bentuk uap air. Pada malam hari, kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel
pucuk daun. Proses ini disebut gutasi.
Alat perkembangbiakkan vegetatif.
Bagi manusia, daun dapat digunakan sebagai bahan makanan, contohnya
daun pepaya dan singkong; obat-obatan, contohnya daun jeruk dan jambu biji;
rempah-rempah, contohnya daun salam jeruk.
2.4 Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk

Daun Tunggal
Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu helai daun di setiap
tangkainya. Bagian dari batang yang menjadi tempat duduknya daun disebut
nodus, dan sudut atas antara daun dan batang disebut ketiak daun. Daun
tunggal dapat mempunyai bagian-bagian daun yang berbeda antara golongan
tumbuhan satu dengan yang lain. Daun yang mempunyai bagian pelepah atau
upih daun (Vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina) disebut
daun lengkap contohnya: pohon pisang, pohon pinang dan bambu. Sedangkan
daun yang tidak lengkap adalah daun yang hanya mempunyai sebagian dari
daun lengkap.

Daun Majemuk
Daun majemuk adalah daun yang memiliki beberapa helai daun di setiap
tangkainya. yaitu jika pada tumbuhan tersebut, tangkainya terlihat bercabang
cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya.
Suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal,
yang torehnya sedemikian dalamnya, sehingga bagian daun diantara toreh-
toreh itu terpisah satu sama lain, dan masing-masing merupakan suatu helaian
kecil yang tersendiri.

Bagian-bagian daun majemuk dapat dibedakan sebagai berikut :

Ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang
menjadi tempat duduknya helaian-helaian daun, yang masing-masing disebut
anak daun (foliolum). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang sebagai
penjelmaan tangkai daun tunggal, ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab
itu kuncup ketiak pada tumbuhan yang mempunyai daun majemuk, letaknya
juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang
mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan
pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal. Oleh sebab itu, di dalam
ketiaknya tidak pernah diketemukan sebuah kuncup.
Anak daun (foliolum). Bagian ini sesungguhnya adalah bagian helaian
daun yang karena dalam dan besarnya toreh, menjadi terpisah-pisah. Anak
daun pada suatu daun majemuk lazimnya mempunyai tangkai yang pendek
atau hampir duduk pada ibu tangkai, misalnya pada daun selderi (Apium
graveolens L.). Adakalanya anak daun mempunyai tangkai yang cukup
panjang dan jelas kelihatan, misalnya pada daun mangkokan (Nothoponax
scutellarium Merr).
Menurut susunan anak daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di
bedakan menjadi:
Daun Majemuk Menyirip (pinnatus)
Daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya
terdapat dikanan kiri ibu tangkai daun. Jadi tersusun seperti sirip pada
ikan. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan lagi menjadi beberapa
macam :
Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Tanpa
penyelidikan yang teliti, daun ini tentu akan disebut sebagai daun tunggal,
tetapi di sini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio),
jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai.
Sesungguhnya pada daun ini, juga terdapat lebih dari satu helaian daun,
hanya saja yang lain-lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu anak
daun saja. Daun yang demikian ini biasanya kita dapati pada berbagai
jenis pohon jeruk, seperti jeruk besar (citrus maximo Merr.) jeruk nipis
(citrus aorantifolia Sw.), dan lain-lain.
Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus). Biasanya
disini terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan dikanan kiri
ibu tulang, oleh sebab itu jumlah anak daunnya biasanya lalu menjadi
genap. Akan tetapi, mengingat pada suatu daun majemuk menyirip, anak-
anak daun tidak selalu berpasang-pasangan, maka untuk menentukan
apakah suatu daun majemuk menyirip genap atau tidak, orang tidak lagi
menghitung jumlah anak daun, tetapi melihat kepada ujung ibu
tangkainya. Jika ujung ibu tangkai terputus, artinya pada ujung ibu
tangkai tidak terdapat suatu anak daun, sehingga ujung ibu tangkai bebas.
Atau kadang-kadang tertutup oleh suatu pucuk kecil yang mudah runtuh,
maka hal itu berarti bahwa daun yang menyirip genap.
Dengan keterangan ini jelaslah, bahwa satu daun majemuk menyirip
genap mungkin mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemu
menyirip genap antara lain terdapat pada pohon asam (tamarindus indica
L.) yang anak daunnya berpasang-pasangan, jadi jumlah anak daun benar-
benargenap.
Daun majemuk menyirip genap, tetapi jumlah anak daunnya gasal
dapat kita jumpai misalnya pada pohon leci (litcichinensis sonn.) dan
kepulasan (Nepphelium mutabile B.)

Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus), disini yang


menjadi pedoman ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup
ujung ibu tangkainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan kita dapati
bilangan yang benar-benar gasal, jika anak daun berpasangan, sedang
diujung ibu tangkai, terdapat anak daun yang tersendiri (biasanya anak
daun ini lebih besar daripada yang lainnya ), seperti dapat dilihat pada
daun pacar Cina (Aglaia odorata Lour) dan mawar (Rosa sp.).
Sebagai kebalikan daun majemuk menyirip genap yang dapat
mempunyai jumlah anak daun yang gasal. Daun majemuk menyirip gasal
dapat pula mempunyai jumlah anak daun yang genap. Seperti sering kita
temukan pada pohon pacar Cina tersebut diatas.

Selain dari itu, daun majemuk menyirip dapat pula dibedakan


menurut duduknya anak-anak daun pada ibu tangkai, dan juga menurut
besar kecilnya anak-anak daun yang terdapat pada satu ibu tangkai.

Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus)

Daun majemuk menjari ialah daun majemuk yang semua anak


daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-
jari pada tangan. Mengenai daun majemuk menjari ini tidak ada hal-hal
yang begitu rumit seperti pada daun majemuk yang menyirip.
Berdasarkan jumlah anak daunnya, daun majemuk menjari dapat
dibedakan seperti berikut :
Beranak daun dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat
dua anak daun, misalnya daun nam-nam (cynometra caulifora L.)
Beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat
tiga anak daun, misalnya pada pohon para (heveabrasiliensis Mueli)
Catatan daun majemuk yang beranak daun tiga, dapat pula kita jumpai
pada daun majemuk yang menyirip, misalnya pada kacang panjang
(Vigna sinensis Endl). Untuk membedakan apakah majemuknya menyirip
atau menjari, harus diteliti benar mengenai titik pertemuan ketiga tangkai
anak daunnya. Jika semua bertemu pada satu titik (ujung ibu tangkai),
berarti menjari, jika tidak, menyirip. Beranak daun lima
(quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun,
misalnya daun maman (Gynandropsis pentandra Gaertn).
Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih,
maka dapat dikatakan saja beranak daun banyak (Polyfoliolatus), tidak
usah lagi dihitung jumlah anak daun yang tepat, seperti misalnya pada
daun randu (Ceiba pentandra Gaerthn). (daun majemuk menjari
mempunyai tujuh anak daun atau lebih)
Seperti halnya dengan daun majemuk menyirip, yang menyiripnya
dapat bersifat ganda, maka pada daun majemuk menjari, juga dapat
bersifat ganda, misalnya: pada daun majemuk menjari beranak daun tiga
ganda dua (biternatus). Contoh : Aegopodium dan Aquilegia vulgaris.

Daun majemuk bangun kaki (Pedatus)

Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi


dua anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai,
melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya, seperti terdapat
pada Arisaema filiforme (Araceae).

Daun Majemuk Campuran (digitato pinnatus)

Daun majemuk campuran adalah suatu daun majemuk ganda yang


mempunyai cabang cabang. Pada ibu tangkai, terdapat anak-anak daun
yang tersusun menyirip. Contoh daun majemuk campuran adalah daun
sikejut (Mimosa pudica L.)
Tetapi, jika diteliti benar, ternyata daun sikejut bukanlah merupakan
daun majemuk campuran sejati, tetapi adalah daun majemuk menyirip
genap atau ganda dua yang sempurna. Hanya saja pada daun ini, letak
kedua pasang cabang ibu tangkainya, sedemikian dekat satu sama lain,
hingga seakanakan terdapat empat cabang tangkai pada ujung ibu
tangkai daunnya.
2.5 Bentuk daun berdasarkan tepi daun
Dalam garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam:
1. Rata (Integer), misalnya daun nangka (Artocarpus integra Merr)
2. Bertoreh (Divisus)
Toreh-toreh pada tepi daun sangat beraneka ragam sifatnya, ada yang
dangkal ada yang dalam, besar, kecil, dan lain-lain. Biasanya toreh-toreh pada
tepi daun di bedakan dalam 2 golongan:

Tepi Daun Dengan Toreh Yang Merdeka


Toreh-toreh yang tidak mempengaruhi atau mengubah bangun asli
daun. Tore-toreh ini biasanya tak seberapa dalam, letaknya toreh tidak
bergantung pada jalannya tulang-tulang daun, oleh sebab itu sering disebut
toreh merdeka. Dalam hubungannya dengan jenis toreh-toreh ini
dipergunakan istilah sinus untuk torehnya sendiri dan angulus untuk
bagian tepi daun yang menonjol keluar. Tepi daun dengan toreh yang
merdeka banyak pula ragamnya. Toreh-toreh tadi sering kali amat dangkal
dan kurang jelas, sehingga sukar untuk dikenali. Yang sering kita jumpai
ialah tepi daun yang dinamakan:
Bergerigi (serratus), yaitu jika sinus dan angulus sama lancipnya,
misalnya daun lantana. Selanjutnya untuk melengkapi keterangan
mengenai sifat toreh-toreh ini, dapat pula di tambahkan kata-kata yang
bertalian dengan besar kecilnya sinus dan angulusnya, misalnya: bergerigi
halus dan bergerigi kasar.
Bergerigi ganda atau rangkap (biserratus), yaitu tepi daun seperti
diatas, tetapi angulusnya cukup besar, dan tepinya bergerigi lagi.
Bergigi (dentatus), jika sinus tumpul sedangkan angulusnya
lancip, misalnya daun beluntas.
Beringgit (crenatus), kebalikannya bergigi, jadi sinusnya tajam dan
angulusnya yang tumpul, misalnya daun cocor bebek.
Berombak (repandus), jika sinus dan angulusnya sama-sama tumpul,
misalnya daun air mata pengantin.

Tepi Daun Dengan Toreh-Toreh Yang Mempengaruhi Bentuknya

Seperti yang telah dikemukakan, jika toreh-toreh daun besar dan dalam
bangun daun akan terpengaruh olehnya, sehingga bangun asli tidak lagi
tampak. Toreh-toreh yang besar dan dalam itu biasanya terdapat diantara
tulang-tulang yang besar atau diantara tulang-tulang cabang. Jika daun
amat besar atau lebar, misalnya daun pepaya, bagian daun diantara toreh-
toreh yang besar dan dalam itu dapat bertoreh-toreh lagi, sehingga makin
tidak nampak bangun asli bangunnya.

Berdasarkan dalamnya toreh-toreh itu, tepi daun dapat dibedakan


dalam yang:

Berlekuk (lobatus), yaitu jika dalamnya toreh kurang daripada setengah


panjangnya tulang-tulang yang terdapat di kanan kirinya.
Bercangap (fissus), jika dalamnya toreh kurang lebih sampai tengah-
tengah panjang tulang-tulang daun dikanan kirinya.
Berbagi (partitus), jika dalamnya toreh melebihi setengah panjangnya
tulang-tulang daun dikanan kirinya.

Karena seperti telah dikemukakkan letak toreh-toreh bergantung pada


susunan tulang-tulang daun, maka sebutan untuk mencandra tepi daun yang
bertoreh dalam dan besar ini, selalu merupakan kombinasi antara sifat
torehnya dengan susunan tulang daun yang bersangkutan, hingga dengan
demikian dapat dibedakan daun-daun dengan tepi seperti berikut:
Berlekuk menyirip (pinnatilobus), jika tepi berlekuk mengikuti susunan
tulang daun yang menyirip misalnya daun terong.
Bercangap menyirip (pinnatifidus), tepi bercangap, sedangkan daunnya
mempunyai susunan tulang menyirip, misalnya daun keluwih.
Berbagi menyirip (pinnatipartitus),tepi berbagi dengan susunan tulang
yang menyirip, misalnya daun sukun.
Berlekuk menjari (palmatilobus), tepi berlekuk, susunan tulang menjari,
misalnya daun jarak pagar dan kapas.
Bercangap menjari (palmatifidus), jika tepinya bercangap, sedangkan
susunan tulangnya menjari, misalnya daun jarak.
Berbagi menjari (palmatipartitus), yaitu jika tepi berbagi, sedangkan
daunnya mempunyai susunan tulang yang menjari, misalnya daun ketela
pohon.

2.6 Bentuk daun berdasarkan tulang daun


Tulang-tulang daun adalah bagian daun yang berguna untuk memeberikan
kekuatan pada daun, seperti pula halnya dengan tulang-tulang hewan dan
manusia, oleh sebab itu seluruh tulang-tulang pada daun dinamakan pula rangka
daun (sceleton). Disamping sebagai penguat, tulang-tulang daun itu
sesungguhnya adalah berkas-berkas pembuluh yang berfungsi sebagai jalan
untuk pengangkut zat-zat.

Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan menjadi:


1. Tulang Daun Menyirip
Tulang daun jenis ini memiliki susunan seperti sirip-sirip ikan, tersusun
rapi mulai dari tangkai daun hingga ujung dari helai daun. Contoh tumbuhan
yang memiliki jenis tulang seperti ini adalah tulang daun jambu, mangga, dan
rambutan.
2. Tulang Daun Melengkung
Tulang daun melengkung berbentuk seperti garis-garis melengkung.
Tulang daun jenis ini dapat kita temukan pada berbagai tumbuhan di
lingkungan sekitar kita. Misalnya, tulang daun sirih, gadung, dan genjer.
3. Tulang Daun Menjari
Tanaman ini mempunyai satu tulang daun yang besar dan bentuknya
seperti jari-jari tangan manusia. Misalnya, tulang daun pepaya, jarak, daun
singkong, dan kapas.
4. Tulang Daun Sejajar
Tulang daun sejajar berbentuk seperti garis-garis sejajar, mulai dari
pangkal daun hingga ujung daun. Tiap-tiap ujung tulang daun menyatu.
Biasanya bentuk daunnya panjang-panjang. Misalnya, tulang daun tebu, padi,
jagung, alang-alang dan semua jenis rumput-rumputan..

Tulang-tulang daun menurut besar kecilnya dibedakan dalam tiga macam,


yaitu:
1. Ibu tulang (costa), ialah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan
tangkai daun, dan terdapat ditengah-tengah membujur dan membelah daun.
Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi memjadi dua bagian yang
setangkup atau simetris.
2. Tulang-tulang cabang (nervus lateralis), yakni tulang-tulang yang lebih kecil
dari pada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi atau cabang-cabang
tulang-tulang ini. Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu
tulangdinamakan tulang cabang tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu
dinamakan tulang cabang tingkat 2, demikian seterusnya.
3. Urat daun (vena), sesungguhnya adalah tulang-tulang cabang pula, tetapi yang
kecil atau lembut dan satu sama lain besrta tulang-tulang yang lebih besar
membentuk susuna seperti jala, kisi, atau lainnya.
2.7 Daging Daun (Intervenium)

Yang dinamakan daging daun ialah: bagian daun yang terdapat diantara
tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Bagian inilah yang merupakan dapur
tumbuhan yang sesungguhnya. Di bagian ini zat-zat yang diambil dari luar
diubah dijadikan zat-zat yang sesuai dengan keperluan kehidupan tumbuh-
tumbuhan tadi.

Tebal atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga bergantung pada
tebal tipisnya daging daun. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang:

a. Tipis seperti selaput (membranaceus), misalnya daun paku selaput


b. Seperti kertas (Papyraceus), tipis tetapi cukup tegar misalnya daun pisasng
c. Tipis lunak (herbaceus), misalnya daun selada air
d. Seperti perkamen (perkamenteus), tipis tetapi cukup kaku misalnya daun
kelapa
e. Seperti kulit/belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal daun kaku,
misalnya daun nyamplung
f. Berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya

2.8 Sifat-sifat Lain Pada Daun

Warna daun
Walaupun umum telah maklum, bahwa daun itu biasanya berwarna hijau,
tetapi tak jarang pula kita jumpai daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula
warna hijau pun dapat memperlihatkan banyak variasi atau nuansa. Sebagai
contoh dapat disebut daun yang berwarna:
Merah, misalnya daun bunga buntut anjing (Acalypha wilkesiana M.Arg.)
Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya bermacam-macam
daun puring (Colophyllum inophyllum L.)
Hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corcehorus capsularis
L.)
Perlu dicatat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh
perseorangan, mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif,
lagi pula warna daun suatu jenis tumbuhan dapat berubah menurut keadaan
tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya dengan persediaan air dan
makanan serta penyinaran.
Permukaan Daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda,
biasanya sisi atas tampak lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibandingkan
dengan sisi bawah daun. Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat-
alat tambahan yang berupa sisik-sisik, rambut-rambut, dan duri. Melihat
keadaan permukaan daun itu orang lalu membedakan permukaan daun yang
licin, gundul, kasap, berkerut, berbingkul-bingkul, berbulu, berbulu halus dan
rapat, berbulu kasar, serta bersisik.
Perkembangan Daun
Daun baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada
meristem apeks. Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul
meristem apeks pucuk. Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial
daun sebelumnya (yang lebih tua) telah melebar secara progresif, sebagai
akibat aktifitas meristem di dalam daun itu sendiri. Interval waktu antara
pembentukan primordial daun sebelumnya dengan primordial daun berikutnya
pada meristem apeks disebut plastokron. Primordial daun pada tumbuhan
dikotil biasanya terbentuk pada sebagian kecil dari diameter meristem apeks
pucuk, sedangkan pada tumbuhan monokotil, primordial daun terbentuk dan
berkembang pada sekeliling meristem apeks pucuk. Jadi, daun dikotil yang
sangat muda tampak berbentuk seperti pasak, sedangkan daun monokotil
tampak seperti kerah baju yang menutupi seluruh aspek pucuk.
Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara berangsur-
angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Bertambahnya ukuran
daun terjadi sebagai akibat bertambahnya jumlah sel yang diikuti dengan
penambahan ukuran sel. Pembelahan sel berbeda-beda pada daerah tertentu
dari meristem daun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang,
umumnya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan
organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena
tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan
energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun
mempunyai fungsi: Tempat pembuatan makanan (Fotosintesis), sebagai organ
pernapasan (Respirasi), tempat terjadinya transpirasi, tempat terjadinya gutasi,
alat perkembangbiakkan vegetatif. Adapun daun berdasarkan jumlah anak daun
dalam satu tangkai yaitu daun tunggal dan daun majemuk. Menurut susunan anak
daun pada ibu tangkainya, daun majemuk dapat di bedakan menjadi: daun
majemuk menyirip (pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus),
daun majemuk bangun kaki (pedatus), daun majemuk campuran (digitato
pinnatus). Berdasarkan susunan tulang daunnya, daun dibedakan menjadi: tulang
daun menyirip, tulang daun menjari, tulang daun melengkung, tulang daun
sejajar. Dalam garis besarnya tepi daun dapat di bedakan dalam 2 macam: rata
(ineger) contohnya pada daun nangka, dan bertoreh (divisus). daging daun ialah:
bagian daun yang terdapat diantara tulang-tulang daun dan urat-urat daun. Daun
baru berkembang dari primordial daun yang dibentuk pada meristem apeks.
Setiap primordial daun terbentuk pada bagian panggul meristem apeks pucuk.
Ketika primordial daun baru terbentuk, primordial daun sebelumnya (yang lebih
tua) telah melebar secara progresif, sebagai akibat aktifitas meristem di dalam
daun itu sendiri. Primordial daun akan terus berkembang ukurannya secara
berangsur-angsur sehingga mencapai ukuran dan bentuk tertentu. Pada umumnya
daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang
sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin
bertambah dengan adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan
daun tampak berubah, baik bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang
demikian itu dikatakan telah mengalami modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi
sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan jaringan-jaringan tertentu selama
perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada daun secara
keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun.
DAFTAR PUSTAKA

Http://serbater.blogspot.com/2011/01/yang-terunik-dari-tumbuhan-karnivora.html

Http://flower-2.blogspot.com/

Http://www.inforedia.com/2009/11/susunan-tulang-daun.html

Http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/01/daun-leaf.html

Tjitrosoepomo, Gembong. 1986. Morfologi Tumbuhan. Jogjakarta: Gajah Mada


University

Anda mungkin juga menyukai