BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
Bab 4 : Pembahasan
Pembahasan mengenai kesenjangan yang penulis jumpai antara teori
dan fakta yang ditemukan selama pelaksanaan asuhan keperawatan.
Bab 5 : Simpulan dan Saran
Terdiri dari simpulan dan saran khususnya dalam rangka
melaksanakan asuhan keperawatan .
4
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan/Pengertian
Batasan/pengetahuan dari karya tulis dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Anak A dengan Kejang Demam meliputi :
2.1.1 Asuhan adalah bantuan yang dilakukan bidan kepada individu, pasien atau
kliennya (Santoso. NI, 1989 : 3)
2.1.2 Keperawatan adalah suatu pelayanan kesehatan profesional berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial spiritual yang
komprehensip yang ditujukkan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik
yang sakit maupun yang sehat (Santosa. NI, 1989 : 1)
2.1.3 Asuhan keperawatan adalah metode pemberian pelayanan keperawatan
kepada pasien / klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang
logis, sistematis, dinamis dan teratur (Santosa. NI, 1989 : 151)
2.1.4 Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Darto suharso, 1994:
148).
2.2.2 Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan
syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll
2.2.3 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
5
6
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat
keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan
di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat
pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1.3.1 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
1.3.2 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
1.3.3 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan
terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat.
2.2.4 Prognosa
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik
dan tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah
menderita kejang demam tergantung faktor :
1.4.1 Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
1.4.2 Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang
1.4.3 Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
6
7
7
8
tunggu 15 menit
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah
pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah
bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus?
Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13
14
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang?
Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-
tanda infeksi ?
14
15
Tabel 2.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam
Kemungkinan
NO Pengelompokan Data Masalah
Penyebab
1 - Suhu Tubuh > Normal Hipertemia Resiko ke-jang
t. 36,5 37,5 C (bayi) berulang
t. 36 - 37,5 C(anak) Gangguan metabolisme
- Denyut nadi lebih cepat otak
N 110-120x/menit (bayi)
N 100-110x/menit (1 th ) Perubahan
N 80- 90x/menit (5-12th) keseimbangan dan sel
- Adanya riwayat kejang netron
demam
- Kulit teraba panas Difusi ion kalium dan
- Frekwensi pernafasan me- natrium
ningkat
R.R 30-40x/menit (bayi) Lepas muatan listrik
R.R 24-28x/menit (anak )
Kejang
(M.E. Sumijati,
2000;103)
2 - Capek Resiko trauma
- Kelelahan Kejang fisik
- Nyeri otot
- Penurunan kesadaran Berkurangnya
- Riwayat kejang demam koordinasi otot
15
16
16
17
2.3.4 Perencanaan
Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan
dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan melakukan
kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah pada kegiatan
keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36 37,5 C (anak)
3. Nadi 110 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4. Respirasi 30 40 x/menit (bayi)
24 28 x/menit (anak)
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan
tidak menyerap keringat.
2. Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan panas secara konduksi
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan
meningkatkan panas.
6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis
2.3.4.2 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot.
17
18
18
19
19
20
2.3.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.6 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya
( Santosa.NI, 1989;162).
20
21
21
22
proses perawatan.
22
23
BAB 3
TINJAUAN KASUS
23
24
24
25
25
26
Setelah sakit : mandi 2 kali/hari, tidak pernah keramas, ganti baju tiap
pagi dan sore dan celana ganti tiap ngompol.
Keluarga sangat khawatir saat anaknya kejang karena selama ini tidak ada
keluarga yang kejang. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan
pertolongan kejang. Kalau anak sakit biasanya dibawa ke dokter atau
rumah sakit bila setelah diberi obat paracetamol atau bodrexin tidak
sembuh. Anak bila sakit rewel, sering minta digendong. Anak tampak
takut bila ada petugas kesehatan yang akan melakukan perawatan/
tindakan medik.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3-4 kali/hari, dengan porsi satu mangkuk kecil
habis, tidak ada pantangan dalam makanan,
komposisinya nasi tim dan lauknya bervariasi tiap hari
yaitu tahu, tempe, ikan laut, telur dan daging kadang-
kadang dengan ukuran 1 satu porsi sebesar korek api.
Sayurnya seperti bayam, sup, soto, dan lain-lain.
Minum : air putih 3 5 gelas (ukuran 100 cc), anak
masih menetek.
Selama sakit : sehari makan 3 kali/hari, porsi yang disediakan rumah
sakit dimakan separuh. Komposisinya nasi tim, lauk,
sayur, dan buah. Anak lebih sering menetek. Minum air
putih 4 6 kali/100 cc, pasi (SGM 2) baru diberikan 2
sendok lalu dimuntahkan.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada.
BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek, warna
kuning.
Selama sakit : BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak ada.
BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna kuning.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Bermain bersama kakaknya 4 5 jam sehari, waktu
terbanyak bersama ibu. Bersama ayah kadangkadang,
antara 3 4 jam. Biasanya anak juga bermain sendiri
sambil melihat TV atau mendengarkan musik sambil
menari.
Selama sakit : aktivitas anak menjadi menurun karena terpasang infus
di tangan kiri, anak sering minta digendong ibu.
26
27
5. Hidung
27
28
12. Abdomen
Turgor kulit cukup, tak ada meteorismus, keadaan lien dan hepar normal,
tidak teraba benjolan / tumor, gerak peristaltik normal.
13. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit
teraba panas.
14. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada tangan
kiri terpasang infus sejak 8 september 2001, tak
ada tanda tanda flebitis, akral hangat, lila = 14
cm.
Ekstrimitas bawah : tak ada oedem, pergerakan normal, akral hangat.
15. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada oedema
maupun iritasi.
28
29
29
30
30
31
anemis.
BB : 9 kg (N : 11 kg)
Status gizi kurang
Lila : 14 cm
3 Tanggal 8-9-2001 jam 11.00 Kurangnya atau Kurangnya
WIB keterbatasan informasi pengetahuan
S . Ibu bertanya mengapa
bisa terjadi kejang sering bertanya
padahal sebelumnya
anak tidak pernah kejang
dan panasnya belum
turun setelah diberi obat
penurun panas.
O : Ibu tampak khawatir
dengan keadaan
anaknya. Ibu sering
bertanya tentang keadan
anaknya dan setiap
tindakan yang akan
dilakukan.
3.4 Perencanaan
Tabel 3.1 Perencanaan Pada Kasus Kejang Demam
31
32
32
33
33
34
34
35
35
57
36
3.5 Pelaksanaan
Tabel 3.3 Pelaksanaan Pada Kasus Kejang Demam
Tanggal / Jam Pelaksanaan
36
37
37
38
38
39
bersih.
5. Setelah kejang berhenti dan
anak sadar segera minumkan
obat dan tunggu sampai
keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi, lakukan
kompres dingin dan beri minum
banyak.
7. Segera bawa ke RS bila anak
kejang.
Jam 12.10 WIB 4. Memberikan health education agar
selalu sedia obat penurun panas
(sesuai dengan advis) bila anak
panas, segera bawa ke RS bila suhu
belum turun 24 jam berikutnya.
Jam 12.15 WIB 5. Jika anak sembuh, jaga agar tidak
terkena penyakit infeksi dengan
menghindari penderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan
kenaikan suhu.
Jam 12.20 WIB 6. Memberitahukan keluarga agar
memberikan informasi pada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah
mendapat kejang sehingga
pemberian imunisasi DPT tidak
diberikan pertusis, hanya DT saja.
39
40
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 38oC N : 128 x/mnt RR : 28 x/mnt
A : Tujuan belum berhasil
P : Rencana dipertahankan
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat
2. Berikan kompres dingin pada kepala dan ketiak
3. Berikan ekstra cairan
Infus : D5 S 500cc / 24 jam, ASI, PASI : 6 x 100cc
4. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak panas
6. Berikan pengobatan sesuai dengan advis dokter.
Terapi : Valium 2,7 mgIV (bila kejang)
Ampicilin 3 x 300 mgIV
Paracetamol 3 x 100 mg per oral
Evaluasi
Tanggal 10-9-2001 jam 11.00 WIB
S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang ulang, badannya
tidak panas lagi, anak tidak rewel dan bisa tidur nyenyak, anak kembali
ceria lagi.
O : Kejang ulang tidak terjadi kulit tidak teraba panas, turgor kulit baik anak
tampak ceria, infus dilepas sejak jam 09.00 WIB
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
S : 37,2oC N : 100 x/mnt RR : 25 x/mnt
A : Tujuan berhasil
P : Rencana dihentikan
2. Diagnosa / masalah : gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri
saat menelan
Catatan Perkembangan
Tanggal 9-9-2001 jam 10.00 WIB
S : Ibu mengatakan porsi makan yang disediakan dimakan separuh, anak mau
minum PASI 2 - 3 x 100cc
O : BB : 9 kg, turgor kulit baik, akral tidak pucat, konjungtiva tidak anemi,
PASI yang diberikan diminum 2 3 x 100cc
A : Tujuan berhasil sebagian
40
41
Catatan Perkembangan
Tanggal 11-9-2001 jam 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak bertambah, porsi makan yang disediakan
habis PASI yang diberikan diminum 5 6 x 100 cc.
O : BB : 9 kg, turgor kurang baik, akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis,
anak masih menetek, anak tampak ceria dan bisa diajak bercanda
A : Tujuan berhasil sebagian
P : Rencana hari ini pulang
41
42
BAB 4
PEMBAHASAN
42
43
4.4 Perencanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangn antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus. Karena muncul diagnosa/masalah baru pada pasien
maka muncul perencanaan baru pada tinjauan kasus yang tidak didapatkan
pada tinjauan pustaka.
4.5 Pelaksanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus. Muncul pelaksanaan baru sesuai dengan rencana pada
kasus yang telah ditemukan di lapangan yang tidak ada dalam tinjauan
pustaka.
4.6 Evaluasi
Pada tahap ini ditemukan adanya kesenjangan dimana pada tinjauan pustaka
evaluasi tidak ditulis berdasarkan SOAP, sedang pada tinjauan kasus ditulis
menggunakan SOAP.
43
44
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak A didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang
terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
5.1.2 Analisa dan Sintesa Data
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya
menemukan satu diagnosa dan dua masalah.
5.1.3 Diagnosa / Masalah Keperawatan
Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam
adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi,
gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan,
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan
keterbatasan informasi
.
5.1.4 Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan
yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai
kebutuhan klien saat itu.
5.1.5 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan karena
sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.
5.1.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri atas
tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan
evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang
dapat berubah-ubah.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat atau Bidan
44
45
Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan sering
ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri, baik
melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengetahuan. Dan hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan
keperawatan yang bermutu dengan memperhatikan pribadi individu yang
unik, dimana aspek bio psiko sosial dan spiritual terintegrasi secar utuh.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
46