Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIK NEURITIS OPTIK

Definisi Neuritis optik adalah radang nervus optikus yang disertai dengan
demielinisasi.
Klasifikasi Penyakit ini dapat diklasifikasikan ke dalam bentuk:
a. Intraokular : proses radang terdapat pada bagian saraf optik yang
berada dalam bola mata (papillitis)
b. Retrobulbar :proses radangnya terdapat padasaraf optik di belakang
bola mata.

Anamnesis 1. Penglihatan yang kabur (visus turun) mendadak.


2. Adanya bintik buta.
3. Persepsi warna yang terganggu.
4. Kekaburan penglihatan ketika beraktivitas dan meningkatnya suhu dan
berkurang jika beristirahat.
5. Rasa sakit pada mata yang mengganggu dan lebih sering pada tipe
neuritis retrobulbar daripada tipe papilitis.
6. Gejala berlangsung sementara pada salah satu mata (pada pasien
dewasa). Sedangkan pada pasien anak, biasanya mengenai kedua mata.
Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan
mendukung diagnosis.

Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (20/30), sedang
(20/60), maupun berat (20/70).
2. Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa skotoma sentral atau
sentrosekal. Namun setelah 7 bulan, 51% kasus memiliki lapangan
pandang yang normal.
3. Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan reflex cahaya
langsung yang menurun atau hilang.
4. Penglihatan warna berkurang.
5. Adaptasi gelap mungkin menurun.
Pemeriksaan 1. Funduskopi, pada papilitis terlihat gambaran hiperemia dan edema
Penunjang diskus optik, sehingga membuat batas diskus tidak jelas. Pada papil
terlihat perdarahan, eksudat star figure yang menyebar dari papil ke
makula, dengan perubahan pada pembuluh darah retina dan arteri
menciut dengan vena yang melebar. Kadang-kadang terlihat edema
papil yang besar yang menyebar ke retina. Edema papil tidak melebihi
2-3 dioptri. Neuritis retrobulbar memiliki gambaran funduskopi yang
normal. Tanda lain adanya perivenous sheathing.
2. MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal
ini dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat MS.
3. Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah, dilakukan untuk melihat adanya
proses infeksi atau inflamasi.
4. Slit lamp : adanya sel radang pada vitreous.
5. Visually Evoked Response (VER) terganggu dan menunjukkan
penurunan amplitude dan perlambatan waktu transmisi.
Kriteria diagnosis Neuritis opik ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
oftalmoskopi serta pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Neuritis Optik, Papiledema Iskemik dan Neuropati Optik


banding
Penatalaksanaan A. Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinisasi tipikal:
Regimen selama 2 minggu:
1. 3 hari pertama diberikan Metilprednisolon 1 mg/kg/hari intravena
2. 11 hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolon 1 mg/kg/hari oral
3. Tappering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama
(hari ke-15 sejak pemberian obat) dan 10 mg prednisone oral pada
hari ke-2 sampai ke-4.
4. Dapat diberikan Ranitidin 150 mg oral untuk profilaksis gastritis.
B. Dari hasil MRI bila dua atau lebih lesi demielinisasi:
1. Menggunakan regimen yang sama dengan yang di atas,
2. Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi interferon -1
intramuscular seminggu sekali selama 28 hari,
3. Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi
selama 3 hari) diikuti dengan prednisone oral (1 mg/kgBB/hari
selama 11 hari kemudian 4 hari tapering off). Tidak menggunakan
oral prednisolone sebagai terapi primer karena dapat meningkatkan
risiko rekuren atau kekambuhan.
C. Dengan tidak ada lesi demielinisasi dari hasil MRI:
1.Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar 22% setelah 10
tahun kemudian,
2.Steroid IV dapat digunakan untuk mempercepat pemulihan visual,
3.Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali muncul gangguan
visual pada mata kontralateral,
4.MRI lagi dalam 1 tahun kemudian.
Mitoxantrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di monoklonal
lebih memberikan hasil yang menjanjikan bagi penyakit kambuhan-remisi
(relapsing-remining disease) yang progresif dan sulit diatasi.
Penyulit Neuritis optik yang disebabkan oleh MS memiliki ciri khas kekambuhan
dan remisi. Disabilitas yang menetap cenderung meningkat pada setiap
kekambuhan. Peningkatan suhu tubuh dapat memperparah disabilitas
(fenomena Uhthoff) khususnya gangguan penglihatan.
Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita oleh pasien, penyebab
penyakit, pemeriksaan penunjang, terapi yang diderita dan Kontrol secara
rutin serta minum obat teratur.
Prognosis Quo ad vitam dubia ad bonam / malam

Quo ad functional dubia ad bonam / malam

Quo ad Sanationam dubia ad bonam / malam


DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti R. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014. 188-192 p.

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. 2nd ed. Ilyas Is, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR,
Simarmata M, Widodo PS, editors. Jakarta: Sagung Seto; 2002. 195-197 p.

3. Vaughan A. Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta: Widya Medika; 2000.

4. Ergene E. Adult Optic Neuritis [Internet]. Ing E, Law SK, Younge B r, editors. 2016.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1217083-overview

5. Perhimpunan Dokter Ahli mata Indonesia. Neuritis Optik. Ilmu Penyakit Mata. Surabaya:
Airlangga Universitas Press; 1984. p. 10810.

6. Osborne B, Balcer LJ. Optic Neuritis: Pathophysiology, Clinical Features, and Diagnosis
[Internet]. Gonzalez-Scarano F, Brazis PW, editors. 2015. Available from:
http://www.uptodate.com/opticneuritis

7. Wilhelm H, Schabet M. The Diagnosis and Treatment of Optic Neuritis. Dtsch Arztebl Int
[Internet]. 2015;112:112. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles

8. Gerstenblith AT, Rabinowitz MP. The Wills Eye Manual: Office and Emergency Room
Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins;
2008. 250-252 p.

Anda mungkin juga menyukai