Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada
makin meningkatnya pengetahuan serta kemampuan manusia. Betapa tidak setiap
manusia lebih dituntut dam diarahkan kearah ilmu pengetahuan di segala bidang. Tidak
ketinggalan pula ilmu kimia yang identik dengan ilmu mikropun tidak luput dari sorotan
perkembangan iptek. Belakangan ini telah lahir ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mempermudah dalam analisis kimia. Salah satu dari bentuk kemajuan ini adalah alat
yang disebut dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Para ahli kimia sudah lama menggunakan warna sebagai suatu pembantu dalam
mengidentifikasi zat kimia. Dimana, serapan atom telah dikenal bertahun-tahun yang
lalu. Dewasa ini penggunaan istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya
penyerapan energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungsi dari panjang
gelombang tertentu. Perpanjangan spektrofotometri serapan atom ke unsur-unsur lain
semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran nyala. Bila disinari
dengan benar, kadang-kadang dapat terlihat tetes-tetes sampel yang belum menguap
dari puncak nyala, dan gas-gas itu terencerkan oleh udara yang menyerobot masuk
sebagai akibat tekanan rendah yang diciptakan oleh kecepatan tinggi, lagi pula sistem
optis itu tidak memeriksa seluruh nyala, melainkan hanya mengurusi suatu daerah
dengan jarak tertentu di atas titik puncak pembakar.
Selain dengan metode serapan atom unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah
dapat juga dianalisis dengan fotometri nyala, tetapi untuk unsur-unsur dengan energi
eksitasi tinggi hanya dapat dilakukan dengan spektrometri serapan atom. Untuk analisis
dengan garis spectrum resonansi antara 400-800 nm, fotometri nyala sangat berguna,
sedangkan antara 200-300 nm, metode AAS lebih baik dari fotometri nyala. Untuk
analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih disukai dari AAS, karena AAS
memerlukan lampu katoda spesifik (hallow cathode). Kemonokromatisan dalam AAS
merupakan syarat utama. Suatu perubahan temperature nyala akan mengganggu proses
eksitasi sehingga analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah teori dasar serta prinsip kerja Spektrometri Serapan Atom (SSA)?
2. Bagaimanakah penggunaan / penerapan Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam
proses analisis kimia?
3. Apa sajakah gangguan-gangguan yang biasa terjadi pada Spektrometri Serapan
Atom (SSA)

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini selain memenuhi
tugas dari Dosen Mata Kuliah, juga bertujuan untuk memberi masukan ilmu
pengetahuan bagi semua khalayak pada umumnya dan khususnya bagi penulis pribadi
sehingga kedepannya dapat lebih mengetahui bagaimana metode maupun prinsip kerja
dari Spektrometri Serapan Atom (SSA).
BAB II
DASAR TEORI

A. Sejarah singkat

Sejarah SSA berkaitan erat dengan observasi sinar matahari. Pada tahun 1802
Wollasto menemukan garis hitam pada spektrum cahaya matahari yang
kemudian diselidiki lebih lanjut oleh Fraunhofer pada tahun 1820. Brewster
mengemukakan pandangan bahwa garis Fraunhofer ini akibatkan oleh proses
absorpsi pada atmoser matahari. Prinsip absorpsi ini kemudian mendasari
Kirchhoff dan Bunsen untuk melakukan penelitian yang sistematis mengenai
spektrum dari logam alkali dan alkali tanah. Kemudian Planck mengemukakan hukum
kuantum dari absorpsi dan emisisuatu cahaya. Menurutnya, suatu atom hanya akan
menyerap cahaya dengan panjanggelombang tertentu (frekuensi), atau dengan kata lain
ia hanya akan mengambil dan melepassuatu jumlah energi tertentu, ( = hv = hc/).
Kelahiran SSA sendiri pada tahun 1955, ketika publikasi yang ditulis oleh Walsh
dan Alkemade & Milatz muncul. Dalam publikasi ini SSA direkomendasikan
sebagai metode analisis yang dapat diaplikasikan secara umum (Weltz, 1976).
Pengembangan metode spektrometri serapan atom (AAS) baru dimulai sejak
tahun1955, yaitu ketika seorang ilmuwan Australia, Walsh (1955) melaporkan hasil
penelitiannya tentang penggunaan hollow cathode lamp sebagai sumber radiasi yang
dapat menghasilkan radiasi panjang gelombang karakteristik yang sangat sesuaidengan
AAS. Pada tahun yangsama Alkemadedan Milatz (1955) melaporkan bahwa beberapa
jenis nyala dapat digunakansebagai sarana untuk atomisasi sejumlah unsur. Oleh karena
itu, para ilmuwan tersebut dapat dianggap sebagai Bapak AAS .
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali dikembangkan oleh
WalshAlkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui unsur logam
renik di dalam sampel yang dianalisis. Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan pada
penyerapan energisinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan
kalor / panas.
B. Pengertian spektrofotometri serapan atom (SSA)

Spektrofotometri adalah suatu teknik analisis kuantitatif yang pengukurannya


berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau
molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri Serapan Atom
(SSA) yang merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam
dalam keadaan bebas. Prinsip dasar Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan sampel. Spektrofotometri serapan atom
merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik
ini adalah teknik yang paling umum dipakai untuk analisis unsur. Teknik-teknik ini
didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom. Komponen kunci pada metode
spektrofotometri serapan atom adalah sistem (alat) yang dipakai untuk menghasilkan
uap atom dalam sampel.
Spektrometri atomik adalah metode pengukuran spektrum yang berkaitan dengan
serapan dan emisi atom. Bila suatu molekul mempunyai bentuk spektra pita, maka suatu
atom mempunyai spektra garis. Atom-atom yang terlibat dalam metode pengukuran
spektrometri atomik haruslah atom-atom bebas yang garis spektranya dapat diamati.
Pengamatan garis spektra yang spesifik ini dapat digunakan untuk analisis unsur baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Absorbsi (serapan) atom adalah suatu proses penyerapan bagian sinar oleh atom-
atom bebas pada panjang gelombang () tertentu dari atom itu sendiri sehingga
konsentrasi suatu logam dapat ditentukan. Karena absorbansi sebanding dengan
konsentrasi suatu analit, maka metode ini dapat digunakan untuk sistem pengukuran
atau analisis kuantitatif. Spektrometri Serapan Atom (SSA) dalam kimia analitik dapat
diartikan sebagai suatu teknik untuk menentukan konsentrasi unsue logam tertentu
dalam suatu cuplikan. Teknik pengukuran ini dapat digunakan untuk menganalisis
konsentrasi lebih dari 62 jenis unsur logam.
C. Hukum Dasar

Hukum dasar pada SSA ialah Hukum Lambert-Beer.

Hukum Lambert
Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi.
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium
tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan,
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa
intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan
bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap
cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.

Hukum Beer
Intensitas sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut
Sejauh ini telah dibahas absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya
monokromatik sebagai fungsi ketebalan lapisan penyerap saja. Tetapi dalam
analisis kuantitatif orang terutama berurusan dengan larutan. Beer mengkaji efek
konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun
absorbsi cahaya. Dijumpainya hubungan yang sama antara transmisi dan
konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan ketebalan
lapisan, yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.
Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:
Hukum Lambert-Beer
Dimana :
A = Absorbansi
I0 = intensitas sinar mula-mula
It = Intensitas sinar yang diteruskan
a = Absortivitas
b = Panjang jalan sinar
c = Konsentrasi atom yang mengabsorpsi sinar
Baik hukum Lambert maupun hukum Beer harus dilakukan pada sinar yang
monokromatis. (Day & Underwood, 1989)

D. Metode spektrofotometri serapan atom (SSA)

Terdapat tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri, yakni:
1. Metode Standar Tunggal
Metode ini hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Astd) dan absorbsi
larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrometri. Dari hukum Beer diperoleh:
Astd = b Cstd Asmp = b Csmp
= Astd / Cstd b = Asmp / Csmp
Sehingga:
Astd/Cstd = Csmp/Asmp -> Csmp = (Asmp/Astd) x Cstd
Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standar, konsentrasi larutan
sampel dapat dihitung.
2. Metode kurva kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai
konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA. Langkah
selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi(C) dengan absorbansi (A)
yang merupakan garis lurus yang melewati titik nol dengan slope = b atau = a.b.
konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur
dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan
garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan program regresi linear pada kurva
kalibrasi.
3. Metode adisi standar
Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang
disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar.
Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu
kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih
dahulu dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada
larutan yang pertama. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Ax = k.Ck AT = k(Cs+Cx)
Dimana:
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel
Ax = absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
AT = absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua rumus digabung maka akan diperoleh Cx = Cs + {Ax/(AT-Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan
AT dengan spektrometri. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula
dibuat grafik antara AT lawan Cs garis lurus yang diperoleh dari ekstrapolasi ke
AT = 0, sehingga diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)
Cx = Cs x (-1) atau Cx = -Cs

E. Kelebihan dan kekurangan

Keuntungan metode SSA dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu


spesifik, batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur
yang berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca,
cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan
luas (dari ppm sampai %).
Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu
menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca, pengaruh ionisasi
yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada
panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut.

F. VHJDHBV
BAB III
INSTRUMEN

A. Pengertian
Spektrofotometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang
gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur
energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang ( Khopkar, 2002 ).

B. Gambar alat spektrofotometer Serapan Atom


C. Komponen-komponen alat
1. Lampu katoda berongga (Hollow cathode lamp)

a. Ciri utama lampu ini adalah mempunyai katode silindris berongga yang
dibuat dari logam tertentu. Katode and anode tungsten diletakkan dalam
pelindung gelas tertutup yang mengandung gas inert (Ne atau Ar) dengan
tekanan 1-5 torr. Lampu ini mempunyai potensial 500 V, sedangkan arus
berkisar antara 2 20 mA.
b. Tanda awal kerusakan lampu
berkurangnya intensitas radiasi pada kuat arus normal
meningkatnya noise dari pengukuran atau berkurangnya S/N ratio dari
biasanya.
c. Pemeliharaan
Umur normal lampu ini 500 mA/ jam artinya seribu jam pada pemakain
kuat arus 5mA. Untuk menjaga kea wetannya disarankan agar :
kuat arus jangan melebihi nilai yang disarankan /direkomendasikan
sebelum pengukuran ,nyalakan lampu selama 15 menit
simpan ditempat yang bersih dan kering
d. Prinsip kerja
Antar katoda dan anoda dipasang beda potensial,terjadia discharge
listrik. Loncatan listrik itu mengakibatkan logam yang melapisi rongga
katoda tereksitasi,elektron kulit terluar berpindah ketingkat energi yang lebih
tinggi.
Dalam waktu singkat elektron kembali ke tingkat dasar energinya sambil
memancarkan radiasi yang panjang gelombangnya spesifik bagi atom sampel.

2. Pembakar (burner)
a. Burner merupakan alat dimana campuran gas dinyalakan. Pada suhu tinggi
terjadi pembentukkan atom-atom analit. Terbuat dari logam yang tahan panas
dan tahan korosi
b. Burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides,
agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api,
dimana pada lobang inilah awal dari proses pengatomisasian nyala api.
c.
d. Ferfref

3. Ruang Pengkabutan (Spray chamber / burner chamber)


a. Bagian di bawah burner dimana larutan contoh di ubah menjadi kabut
aerosol. Dinding-dinding dari spray chamber ini dibuat dari plastik atau
teplon. Dalam ruangan ini di pasang nebulizer, glass bead atau impact bead
b. Gvbg
c. gfbbfbg

4. Monokromator Slit
5. Detector
6. Pembuangan gas dan udara Kotor (Exhaust duct)
7. Regulator Gas
8. Pipa saluran gas
9. Gas-gas
10.
D. Ggg

E. Ggg

F. ggg

Anda mungkin juga menyukai